Semakin besar nilai K, maka jumlah molekul yang berada di fasa diam
dan waktu yang dibutuhkan semakin besar
KETERANGAN : Cs = konsentrasi di fasa diam
𝑪𝒔
𝑲= Cm = konsentrasi di fasa gerak
𝑪𝒎
B. LAJU MIGRASI
𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝑳
𝒕𝑹 = = (𝟏 + 𝒌′ ) = 𝒕𝑴 (𝟏 + 𝒌′ )
𝑳𝒂𝒋𝒖 µ
Dimana, tM adalah waktu yang dibutuhkan gas pembawa untuk bergerak sepanjang
kolom.
VR = tR . F VR = tM (1+k’) . F = VM (1+k’) = VM + VM k’ = VM + K Vs
D. KOLOM KROMATOGRAFI
Kolom merupakan jantung kromatografi
Faktor yang berkaitan dengan keterpisahan puncak kromatografi, yaitu :
a. Keefisienan Kolom
Mengenai pelebaran kolom yang disebabkan oleh rancangan kolom dan kondisi pengerjaan
Efisiensi kolom diukur oleh jumlah pelat teori (N)
Kolom dengan jumlah pelat tinggi dianggap lebih efisien
Kolom dengan jumlah pelat tinggi akan memberikan puncak yang sempit pada waktu
tambatnya
JSPT (Jarak Setara Pelat Teoritis) merupakan panjang kolom yang diperlukan untuk
mencapai kesetimbangan linarut diantara fase gas yang bergerak dan fase cair yang diam
Semakin banyak jumlah pelat teori per meter, makin tinggi efisiensi kolom
b. Keefisienan Pelarut
Keefisienan pelarut disebabkan oleh interaksi linarut-pelarut dan menentukan letak relative
pada kromatogram
Jika, suhu naik, koefisien distribusi menjadi kecil, bagian linarut dalam fase gas menjadi
besar, sehingga waktu elusi bertambah pendek. Hal tersebut menyebabkan pemisahan
menjadi tidak sempurna.
Pemisahan yang baik terjadi pada suhu rendah, karena menyebabkan antaraksi fase cair lebih
besar, pemisahan lebih baik, dan waktu analisis lebih lama.
𝑪𝒔
𝑲= =𝟏
𝑪𝒎
TEORI KELAJUAN
KROMATOGRAFI GAS
Kromatografi gas adalah teknik pemisahan suatu komponen yang bersifat volatile dari
campurannya berdasarkan perbedaan titik didih.
Kromatografi gas dapat menganalisis sekitar 10-20 % senyawa yang telah diketahui
Senyawa yang dianalisis harus memiliki sifat keatsirian yang cukup dan stabil terhadap panas
Sampel yang mengandung senyawa volatile diinjeksikan ke injector. Sehingga terjadi perubahan
wujud dari cair menjadi gas. Kemudian, gasnya dibawa oleh fase gerak menuju kolom sehingga
terjadi pemisahan. Komponen yang terpisahkan akan ditangkap oleh detector dan diubah
menjadi sinyal listrik. Kemudian sinyal listrik tersebut akan direkam oleh recorder dan
ditampilkan di display berupa kromatogram.
Biasanya injektor dipanaskan antara 150ᵒC- 250ᵒC guna menguapkan linarut dari cuplikan
Kolom berada dalam oven yang suhunya terkontrol
Kecepatan alir linarut dalam kolom ditentukan oleh :
a. Sifat-sifat fisik
b. Suhu
c. Komposisi kolom
Dalam kolom, linarut akan mengalir dengan kecepatan berbeda
Waktu dan ukuran sebuah puncak digunakan untuk identifikasi dan mengukur kadar senyawa
dalam cuplikan
Semakin besar puncak semakin besar konsentrasi suatu senyawa
INSTRUMENTASI GC
1. Diketahui H2SO4 (p) 96 %(b/b) dengan berat jenis 1,8 g/mL. Tentukan :
a. Molaritas dan Normalitas
b. Bobot asam sulfat 96% sebanyak 100 mL
JAWAB :
%(b/v) = %(b/b) x BJ
96 gram
= 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 x 1,8 g/mL
172,8 gram
= 100 mL
g 172,8 g
a. M = = g = 17,63 mol/L
BM x V 98 x 0,1 L
mol
N=axM
= 2 x 17,63 M
= 35,26 N
1,8 g
b. BJ = x 100 mL = 180 gram
mL
96 gram
bobot asam sulfat = x 180 gram = 172,8 gram
100 gram
2. Sampel obat sebanyak 10 tablet ditimbang seberat 10,1 gram. Tablet tersebut digerus
dan ditimbang sebesar 1,1 gram lalu dilarutkan ke labu takar 50 mL dan ditera dengan
pelarut. Larutan tersebut dipipet 5 mL dan dispotkan sebanyak 10 µL dengan respon
analit sebesar 50 Au. Jika diketahui persamaan regresi deret standar 10, 20, 30, 40, 50
mg/L adalah y= 2x+1, maka kadar analit sebesar :
JAWAB :
Diketahui : 10 tablet = 10, 1 gram
1,1 gram LT. 50 mL
5 mL LT 25 mL
Sampel dispot 10 µL responnya 50 Au
Ditanya : kadar analit = ….?
Jawab :
Y = 2x + 1
50 = 2x + 1
50 – 1 = 2x
x = 24, 5 mg/L
3. Diketahui :
Deret standar
Respon
Deret Standar (%)
(Au)
1 0,5
2 1
3 1,55
4 2
5 2,5
Sampel :
Fp = 5 kali
Volume injeksi = 1 µL
Respon alat = 5 Au
Ditanya : kadar analit = ….?
Jawab :
Persamaan regresi : A = 0,01
B = 0,5
Y = 0,01 + 0,5 X
Y = 0,01 + 0,5 X
5 – 0,01 = 0,5 X
X = 9,98 %
Kadar analit = CT x Fp
= 9,98 % x 5
= 49, 9 %
CATATAN :
Pada GC baseline tidak lurus, kemungkinan :
a. Tidak menggunakan stabilizer (kelistrikan tidak stabil)
b. Kualitas gas pembawa yang tidak sesuai (kurang murni)
Untuk kolom pada. Hplc dan gc yang baru digunakan, sebaiknya dilakukan column blend
(inject tanpa sampel/standar) tetapi dengan pelarut yg sesuia dengan kolom.
Jika pada kolom blend ada peak berarti kolomnya kotor
Sedangkan, jika pada kolom blend hasilnya bagus, maka di injeksikan dengan standar
apakah kebentuk peak yg baik atau tidak
Dibandingakn dengan kolom yg sama dan sudah diketahui bawa kolom tersebut masih
bagus.
Kemungkinan muncul ghost peak :
a. Adanya kontaminasi pada kolom
b. Glass full pada injector kotor