Anda di halaman 1dari 14

KROMATOGRAFI GAS/GAS CHROMATOGRAPHY (KG/GC)

A. TUJUAN
1. Mengetahui pengaruh kecepatan aliran fase gerak terhadap waktu retensi (tR).
2. Mengetahui pengaruh perubahan temperature kolom terhadap waktu retensi (tR).
3. Memperoleh kondisis analisis maksimum.
4. Memperoleh kurva kalibrasi etanol dengan baku dalam 1-isopropanol.
5. Memperoleh kadar etanol dalam sampe.
Catatan:
1-3 → analisis kualitatif
4-5 → analisis kuantitatif

B. TEORI
Kromatografi gas digunakan untuk memisahkan campuran yang komponen-
komponennya dapat menguap pada suhu percobaan (sampai 400oC) dengan
menggunakan gas sebagai fase gerak. Sebagai fase diam dapat berupa zat padat atau
zat cair. Bila fase diam berupa zat padat, maka teknik ini disebut Gas Solid
Chromatography (GSC). Bila berupa lapisan tipis zat cair pada zat padat (support) yang
inert, maka disebut Gas Liquid Chroatography (GLC). GLC lebih popular daripada GSC.

Meskipun harga instrumen bila dibandingkan dengan teknik kromatografi yang lain
relatif mahal, tetapi teknik ini jauh lebih unggul dalam hal kecepatan, sensitif, spesifik
(misalnya penggunaan Mass Spectrometer pada teknik GS-MS sebagai detektor), dapat
digunakan untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif terhadap mikrosampel berupa
gas, zat padat, atau zat cair, dan dalam hal tertentu resolusi atau pemisahan yang
dihasilkan lebih sempurna.

Instrumentasi
Bagian-bagian utama dari sebuah gas kromatografi yaitu:
1. Tabung gas
2. Pengukur tekanan dan pengontrol kecepatan aliran gas
3. Injektor
4. Kolom

1
5. a. Detektor
b. Amplifier
6. Rekorder
7. Oven dengan termostat untuk 3, 4, dan 5a.

Gambar : Diagram alat dan komponen GC

Gas Pembawa
Pemiihan jenis gas pembawa harus disesuaikan dengan penggunaan detektor dan akan
memperngaruhi efisiensi pemisahan dan waktu analisisnya. Gas yang bisa digunakan
yaitu: nitrogen (N2), helium (He), argon (Ar), dan hidrogen (H2). Untuk detektor hantar
panas (TCD), lazim digunakan gas He atau H2; untuk detektor ionisasi nyala (FID) atau
fotometrik nyala (FPD), lazim digunakan N2 atau He; dan untuk detektor penangkap
elektron (ECD), lazim digunakan N2.

Persyaratan utnuk gas pembawa, antara lain:


1. Inert, untuk mencegah interaksi dengan sampel atau perlarut.
2. Koefisien difusi sampel pada gas tersebut rendah.
3. Murni dan mudah diperoleh.
4. Murah.
5. Cocok untuk detektor yang digunakan.

2
Sistem Injeksi Sampel
Konsentrasi dan volume larutan yang diinjeksikan tergantung dari jenis sampel, tujuan
percobaan, dan kondisi percobaan, seperti kolom dan detektor yang digunakan. Untuk
analisis, biasanya dibuat larutan sampel dalam pelarut yang mudah menguap dengan
konsentrasi 1-10%. Volume yang diinjeksikan berkisar 0,1-10 µl untuk cairan dan 1-10
mL untuk gas. Perlu diusahakan agar sampel diinjeksikan secepat mungkin dengan
volume sekecil mungkin. Suhu dari injektor biasanya sama atau sedikit lebih tinggi,
misalnya sampai 50oC di atas suhu kolom, dimana sampel seketika menjadi uap dan
segera masuk ke dalam kolom dibawa oleh gas pembawa.

Pemanasan Kolom
Pemanasan kolom sebaiknya memberikan penyebaran panas yang merata ke seluruh
ruangan dimana kolom ditempatkan dan mempunyai keterulangan temperatur yang
baik selama pengoperasian. Baik melalui teknik temperatur tetap (isotermal) atau
temperatur terperogram (program temperatur). Teknik pemrograman temperatur
sesungguhnya merupakan kelanjutan yang wajar dari teknik temperatur tetap, karena
teknik temperatur tetap mempunyai keterbatasan pada analisis campuran rumit
dengan rentang titik didih yang sangat lebar. Adapun teknik pemrograman temperatur
itu sendiri adalah pengubahan temperatur kolom yang terkendali selama analisis, dan
dapat dilakukan secara linier, multi linier, dan alami. Penggunaan temperatur dalam
pemanas kolom dapat dilakukan dengan batas 50-400oC.

Kolom
Yang dimaksud dengan kolom disini meliputi bahan untuk pembuatan kolom itu sendiri
beserta bentuk dan ukurannya serta bahan pengisinya seperti support dan fase diam.

1. Bahan kolom/ukurannya
Kolom dapat terbuat dari logam (tembaga, baja tahan karat, atau aluminium) atau
gelas. Kolom gelas lebih disukai karena inert. Kolom dapat lurus, bentuk U atau
spiral, dapat diisi dengan adsorben atau support yang telah dilapisi dengan fase
diam atau tanpa support, dimana fase diam melapisi dinding dalam dari kolom
(capillary column). Packed column biasanya mempunyai panjang antara 1-10 meter

3
dengan diameter antara 3-10 mm atau sampai lebih dari 10 cm bagi kolom
preparatif. Kolom kapiler panjangnya dapat sampai 10-50 meter dengan diameter
0,2-1,2 mm.

2. Support
Penggunaan support dimaksudkan untuk memperoleh permukaan yang luas dan
inert bagi lapisan fase diam. Persyaratan bagi support yaitu :
a. Inert, untuk mencegah adsorpsi.
b. Kuat atau tahan gesekan .
c. Mempunyai permukaan yang luas (1-20 m2/g).
d. Berukuran serba sama dan bentuknya teratur untuk memudahkan pengepakan,
berpori dengan ukuran kira-kira 10 mikrometer atau kurang.

Bahan baku untuk support biasanya kerangka diatomae yang merupakan senyawa
silikat dengan beberapa pengotoran oksida logam seperti Al2O3, Fe2O3, TiO2, CaO,
dan MgO. Dalam perdagangan, dikenal dengan Chromosorb (Johns Manville),
misalnya:
 Chromosorb P: warna pink, sifat adsorpsi kuat, cocok untuk pemisahan
hidrokarbon.
 Chromosorb W: warna putih, non adsorptif, cocok untuk pemisahan senyawa
polar.

Pengotoran oleh oksida-oksida logam dapat mengkatalisir reaksi-reaksi penguraian


dari sampel. Ini dapat dihilangkan dengan pencucian dengan asam, misalnya
Chromosorb P/AW (AW = Acid Wash). Untuk membuat support yang inert, maka
aktivitas dari gugus hidrogen atau hidrosil pada silikon dinetralkan dengan pereaksi
senyawa seperti DMCS (dimethyl dichlorosilane) atau HDMS (hexamethyldisizilane),
misalnya Chromosorb W/AW-DCMS. Proses ini disebut silylation atau silanation.

4
OH OH CH3 CH3
+ (CH3)2SiCl2  Si + 2HCl
Si O Si O O
Si O Si

Aktif Inert

Efisiensi kolom dipertinggi dengan penggunaan pertikel support yang lebih kecil
sedemikian rupa hingga penurunan tekanan tidak terlalu tinggi. Misalnya untuk
kolom dengan diameter 1/8” digunakan support berukuran 100/120 atau 60/80
mesh, dan untuk kolom berukuran ¼” digunakan yang berukuran 40/60 atau 60/80
mesh.

3. Fase diam (stationary phase)


Parameter terpenting pada GLC mungkin adalah pemilihan fase diam yang tepat.
Idealnya, zat cair yang digunakan hendaknya memenuhi persyaratan berikut:
a. Komponen-komponen sampel hendaknya mempunyai koefisien partisi yang
berbeda-beda.
b. Sampel harus mempunyai kelarutan yang cukup
c. Tidak boleh menguap (titik didih tinggi) pada suhu percobaan dan stabil pada
pemanasan.

Jumlah fase diam yang digunakan harus cukup untuk membentuk lapisan tipis yang
serba sama pada partikel support. Kebanyakan fase diam berupa senyawa polimer
dengan polaritas yang berbeda-beda sehingga kemungkinan lebih banyak dalam
pemilihan fase diam yang tepat.

Contoh:
Fase diam (Cair) Suhu Maksimum (oC) Polaritas Pelarut
 SE-30 (methyl silicone) 350 N CHCl3/CH2Cl2
 Squalane (2, 6, 10, 15, 19, 23- 100 N CHCl3/CH2Cl2
hexamethyltetracosane)

5
 OV-17 (methyl phenyl 300 I CHCl3
silicone)
 OV-210 (trifluoropropyl 275 I CHCl3
methyl silicone)
 DEGS (diethylene glycol 190 P Aseton
succinate)
 Carbowax 20M (polyethylene 200 P CHCl3

glycol)
N = non polar, I = intermediate, P = polar

Pemilihan fase diam sesuai dengan polaritas dari sampel. Bila sampel yang polar,
maka fase diamnya juga polar, dan sebaliknya. Jadi, dengan pemilihan fase diam
yang tepat, komponen-komponen dengan titik didih yang sama dapat dipisahkan
karena adanya perbedaan koefisien partisi. Ini merupakan keunggulan GC dari
destilasi.

Berdasarkan sifat dan kegunaannya, kolom kromatografi gas dapat dibagi menjadi
3 jenis, yaitu kolom analitik jenis pak (packed column), kolom analitik jenis kapiler
(capillary column), dan kolom preparatif.

Berdasarkan mekanisme pembuatannya, kolom kapiler dapat dibagi menjadi 3


jenis, yaitu:
1. WCOT (Wall Coated Open Tubuler) adalah jenis kolom kapiler yang fase diamnya
terikat pada pemukaan bagian dalam kolom kapiler dan seringkali bagian dalam
ini mendapat perlakuan tambahan reaksi kimia dengan bahan tertentu untuk
memperoleh penampilan yang lebih baik. Jenis kolom kapiler ini dapat dikemas
dengan bahan “stainless steel”, alumina, atau gelas.
2. PLOT (Porous Layer Open Tubuler) atau SCOT (Support Coated Open Tubuler)
adalah jenis kolom kapiler yang cairan fase diamnya masih ditambah partikel
pendukung padat seperti tanah diatom (diatomaceous earth) atau partikel silika
yang telah disilinisasi dan terikat pada permukaan bagian dalam kolom kapiler.
3. FSOT (Fused Silica Open Tubuler) adalah jenis kolom kapiler yang fase diamnya
terikat secara kimia (chemically bonded phase) dengan permukaan bagian

6
dalam kolom kapiler, sedangkan bagian luar “fused silica” dilapisi resin
polyimida. Dengan demikian, akan memberikan kekuatan dan sifat yang lentur.
Di samping itu, kolom kapiler FSOT mempunyai sifat tahan terhadap temperatur
tinggi (temperatur maksimum fase diam PEG-20M mencapai 250oC,
kemungkinan terjadinya penguapan fase diam (bleeding) sangat kecil sehingga
garis datar (baseline) pada saat analisis relatif stabil dan dimungkinkan untuk
analisis dengan perubahan temperatur yang cepat seperti pada teknik
temperatur terprogram, serta bagian dalam kolom dapat dicuci.

Sebagai gambaran berikut ini disajikan perbedaan diantara jenis-jenis kolom kapiler
dan kolom kemas.
Parameter FSOT WCOT SCOT Kemas
Panjang (m) 10 – 100 10 - 100 10 - 100 1–6
Diameter dalam (mm) 0,1 – 0,3 0,25-0,75 0,5 2-4
Efisiensi (pelat/m) 2000-4000 1000-4000 600-1200 500-1000
Jumlah contoh (ng) 10-75 10-1000 10-1000 10-106
Tekanan relatif Rendah Rendah Rendah Tinggi
Kecepatan realitf Cepat Cepat Cepat Lambat
Kelembaban kimia (chemical Baik Baik Baik Buruk
inertsness)

Selektivitas atau Efiesiensi Fase Diam


Suatu keuntungan besar dari kromatografi gas bila dibanding dengan destilasi adalah
kemampuan untuk menggunakan seletifitas fase diam sehingga dengan memilih cairan
fase diam yang sesuai dapat memisahkan zat-zat yang mempunyai titik didih sama.

Pemilihan cairan fase diam merupakan salah satu hal yang sangat menentukan
keberhasilan pemisahan dan umumnya perlu dilakukan pendekatan empiris dengan
pertimbangan sifat polaritas. Adanya kemiripan sifat polaritas contoh dengan fase
diam akan memberikan penahanan (retention) yang maksimum. Hal ini berabri
senyawa contoh mempunyai kelarutan (solubility) yang baik dalam cairan fase diam.
Kelarutan itu sendiri sesungguhnya merupakan gabungan efek dari berbagai interaksi

7
seperti interaksi antara dua kutub permanen, interaksi non-polar atau gaya interaksi
lainnya.

Untuk mengetahui kecenderungan kelarutan zat dalam fase gerak dan fase diam,
umumnya dinyatakan sebagai koefisien partisi, yaitu perbandingan jumlah contoh
dalam fase diam dan fase gerak. Makin besar perbedaan koefisien partisi antara zat-
zat maka pemisahannya makin baik. Tetapi perlu diingat bahwa koefisien partisi
dipengaruhi oleh temperatur. Dengan naiknya temperatur, koefisien partisi akan
menurun karena fraksi molekul contoh dalam fase gerak akan meningkat dan diikuti
oleh pernurunan waktu pengelusian sehingga akan mengakibatkan penurunan
terhadap daya pisah (resolution).

Dalam memilih cairan fase diam, lazimnya didasarkan atas sifat polaritasnya, tetapi
sesungguhnya konsep mengenai polaritas itu sendiri lebih bersifat subyektif.
Walaupun demikian, beberapa peneliti mencoba untuk menggolongkan secara
sederhana atas dasar tingkat polaritasnya, yaitu yang bersifat non polar seperti
squalane, apiezon, dan DC 200, semipolar seperti OV-17 dan OV-21; polar seperti
DEGS, PED 20-M, dan Silar 10C.

Sistem Deteksi
Dalam kromatografi gas dikenal 5 macam detector yang lazim digunakan dan setiap
detektor mempunyai karakteristik dalam selektivitas, linieritas, sensitivitas atau
kemampuan mendeteksi pada jumlah terkecil (limit detection).
1. Detektor daya hantar panas (TCD), mempunyai sifat non destruktif, tidak selektif
(bersifat umum), batas linieritas 104 dan jumlah terkecil yang masih dapat
terdeteksi sampai 10-5 g/mL.
2. Detektor ionisasi nyala (FID), mempunyai sifat destruktif, mempunyai sifat dapat
mendetesi semua senyawa orgaik, batas linieritas 107 dan batas terkecil
pendeteksian 2 x 10-11 g/mL.
3. Detektor fotometrik nyala (FPD), bersifat destruktif, selektif, terhadap senyawa
sulfur dan fosfor organik, batas linieritas 103 dan batas terkecil pendeteksian adalah
2 x 10-12 g/mL.

8
4. Detektor termionik nyala (FTD), bersifat destruktif, selektif terhadap senyawa
nitrogen dan fosfor organik, batas linieritas 103 dan batas terkecil pendeteksian 2 x
10-10 g/mL.
5. Detektor penangkap electron (ECD), bersifat destruktif, selektif terhadap senyawa
dengan sifat elektromagnetif, seperti halogen organik, batas linieritas 5 x 102 dan
batas terkecil pendeteksian 10-13 g/mL.

Sistem Pengolahan data


Pada kebanyakan peralatan kromatografi yang telah menggunakan teknologi maju,
peran pengolahan data dilakukan oleh suatu alat pengolah data (data processor) atau
komputer. Informasi yang diperoleh dapat dimanfaatkan dalam analisis kualitatif,
biasanya dilakukan dengan membandingkan waktu retensi contoh zat baku pada
kondisi analisis yang sama. Sedangkan untuk analisis kuantitatif, biasanya dilakukan
dengan perhitungan relatif dari tinggi atau luas puncak kromatogram contoh terhadap
zat baku melalui metode baku luar (eksternal standar) atau baku dalam (internal
standar).

C. ALAR DAN BAHAN


1. Alat
a. Kromatografi Gas Shimadzu model GC 17-A yang dilengkapi dengan detektor
ionisasi nyala (FID)
b. Pemroses data Class GC Solution
c. Integrator CBM 102
d. Kolom kapiler CBP-10 dengan panjang 50 m, diameter dalam 0,32 mm
e. Microsyringe dengan ujung lancip
f. Labu ukur 10,0 mL
g. Pipet volume
h. Pipet tetes
2. Bahan
a. Larutan etanol 1%
b. Larutan 1-isopropanol 1%
c. Larutan campuran etanol 0,4 % dan 1-isopropanol 1,0 %
d. Larutan campuran etanol 0,6 % dan 1-isopropanol 1,0 %

9
e. Larutan campuran etanol 0,8 % dan 1-isopropanol 1,0 %
f. Larutan campuran etanol 1,0 % dan 1-isopropanol 1,0 %
g. Larutan campuran etanol 1,2 % dan 1-isopropanol 1,0 %
h. Aquades
i. Gas Helium UHP
j. Gas Nitrogen dan Hidrogen HP
k. Udara sebagai sumber oksigen

D. CARA KERJA
1. Analisis Kualitatif
a. Hubungan alat GC dengan sumber listrik 220 V.
b. Tutup rapat kran drain cock pada bagian bawah kompresor dan nyalakan
kompresor dengan cara memutar knop kompresor dari posisi lurus ke atas
menjadi ke arah kiri.
c. Buka aliran gas He (helium), N2 (nitrogen), dan H2 (hidrogen).
d. Hidupkan GC-17A, tunggu hingga muncul tulisan “SYSTEM OFF”.
e. Hidupkan CBM 102, tunggu hingga terdengar bunyi.
f. Hidupkan computer dan CPU.
g. Buka program “GCsolution”.
h. Atur temperatur injektor, kolom, dan detektor yang akan digunakan selama
analisis. Temperatur injektor dan detektor yang digunakan adalah 230oC dan
250oC, sedangkan temperatur kolom diubah-ubah untuk mendapatkan kondisi
analisis optimum, yaitu 40, 50, dan 60oC.
i. Atur juga kecepatan aliran gas pembawa yang diubah-ubah untuk
mendapatkan kondisi analisis optimum, yaitu 0,5 dan 1,0 ml/menit.
j. Klik “Sample Login” pada sebelah kiri layar, isi kolom “Sample Name”, “Sample
ID”, dan “Data File”.
Misalnya:
Sample Name : Metanol
Sample ID : Metanol
Data file : Metanol.gcd
Catatan : “.gcd” harus tetap ada pada Data File

10
k. Klik “Zero CBM”  klik “Zero GC”, tunggu sampai muncul status “Ready” di
layar  klik “Start” pada sebelah kiri layar.
l. Tunggu sampai muncul status “Ready Standby” di layar, baru kemudian
dilakukan penyuntikan 1,0 µl lautan etanol 1%.
m. Tekan tombol biru bertuliskan “Start” pada alat GC-17A bersama-sama dengan
penyuntikan sampel. (Syringe dimasukkan harus tegak lurus dan jarum
dipegang dengan jari lainnya). Catat waktu retensinya (tR)!
n. Proses analisis dapat berakhir secara otomatis sesuai dengan waktu analisis
yang tercantum pada “Hold Time”. Jika ingin dihentikan sebelum waktu
analisis berakhir, klik “Stop” pada sebelah kiri layar.
o. Ulangi prosedur bagian h – n dengan menyuntikkan 1,0 µl larutan 1 –
isopropanol 1%. Catat waktu retensinya (tR)!
p. Ulangi prosedur bagian h – n dengan menyuntikkan 1,0 µl larutan campuran
etanol 1,0% dan 1-isopropanol 1,0 % dengan temperatur kolom dan kecepatan
aliran gas pembawa yang bervarasi dari campuran etanol dan 1-isopropanol!

2. Analisis Kuantitatif
a. Hubungkan alat GC dengan sumber listrik 220 V.
b. Tutup rapat kran drain cock pada bagian bawah kompresor dan nyalakan
kompresor dengan cara memutar knop kompresor dari posisi lurus ke atas
menjadi ke arah kiri.
c. Buka aliran gas He (helium), N2 (nitrogen), dan H2 (hidrogen).
d. Hidupkan GC-17A, tunggu hingga muncul tulisan “SYSTEM OFF”.
e. Hidupkan CBM 102, tunggu hingga terdengar bunyi.
f. Hidupkan computer dan CPU.
g. Buka program “GCsolution”.
h. Atur temperatur injektor, kolom, dan detektor yang akan digunakan selama
analisis. Temperatur injektor dan detektor yang digunakan adalah 230ᴼC dan
250ᴼC, sedangkan temperatur kolom diatur sesuai kondisi analisis optimum
yang diperoleh dari analisis kualitatif.
i. Atur juga kecepatan aliran gas pembawa diatur sesuai kondisi analisis
optimum yang diperoleh dari analisis kualitatif

11
j. Klik “Sample Login” pada sebelah kiri layar, isi kolom “Sample Name”, “Sample
ID”, dan “Data File”
k. Klik “Zero CBM” → klik “Zero GC”, tunggu sampai muncul status “Ready” di
layar → klik “Start” pada sebelah kiri layar.
l. Tunggu sampai muncul status “Ready Standby” di layar, baru kemudian
dilakukan penyuntikan 1,0 µl larutan campuran etanol 0,4% dan 1-isopropanol
1,0%.
m. Tekan tombol biru bertuliskan “Start” pada alat GC-17A bersama-sama dengan
penyuntikan sampel. (Syringe dimasukkan harus tegak lurus dan jarum atas
dipegang dengan jari lainnya).
n. Proses analisis dapat berakhir secara otomatis sesuai dengan waktu analisis
yang tercantum pada “Hold Time”. Jika ingin dihentikan sebelum waktu
analisis berakhir, klik “Stop” pada sebelah kiri layar.
o. Ulangi prosedur bagian h – n dengan menyuntikkan 1,0 µl larutan campuran
etanol 0,6% dan 1-isopropanol 1,0%
p. Ulangi prosedur bagian h – n dengan menyuntikkan 1,0 µl larutan campuran
etanol 0,8% dan 1-isopropanol 1,0%
q. Ulangi prosedur bagian h – n dengan menyuntikkan 1,0 µl larutan campuran
etanol 1,0% dan 1-isopropanol 1,0%.
r. Ulangi prosedur bagian h – n dengan menyuntikkan 1,0 µl larutan campuran
etanol 1,2% dan 1-isopropanol 1,0%.
s. Hitung perbandingan luas puncak (PAR) dari kelima campuran etanol dan 1-
propanol yang disuntikkan!
t. Buatlah kurva kalibrasi etanol yang memperlihatkan hubungan antara
konsentrasi dengan perbandingan luas puncak (PAR)!
u. Hitunglah LOD (batas deteksi) dan LOQ (batas kuantitasi)!
v. Hitunglah kadar etanol dalam sampel yang diberikan!

12
E. TUGAS
1. Analisis Kualitatif
a. Hitunglah harga efektifitas kolom (N dan HETP), resolusi (R), α, K’ dan Tf untuk
etanol dan 1-isopropanol pada temperature kolom dan kecepatan aliran yang
berbeda.
b. Tentukan kondisi optimum analisi dari campuran etanol dan 1-isopropanol!
2. Analisis Kuantitatif
a. Hitung perbandingan luas puncak (PAR) dari kelima campuran etanol dan 1-
propanol yang disuntikkan!
b. Buatlah kurva kalibrasi etanol yang memperlihatkan hubungan antara konsentrasi
dengan pebandingan luas puncak (PAR) pada kertas grafik (milimeter blok).
Tuliskan persamaan garis dan koefisien korelasinya (r)!
c. Hitunglah LOD (batas deteksi) dan LOQ (batas kuantitasi)!
d. Hitunglah kadar etanol dalam sampel yang diberikan!

13
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
Anonim. 2006. The Merck Index, 14th Edition, Voulume II. New Jersey: Merck&Co.,Inc.
Hal 1176
Brown, P.R 1973. High Pressure Liquid Chromatography. London: Academic Press. Hal 1-
99
Dean, A.J. 1995. Analytical Chemistry Handbook. New York: Mc Graw Hill, Inc. Hal 95-137
Harjoko, S. 1985.Kromatografi.Yogyakarta.Hal 53-107
McNair, H.M. dan E.J. Bonelli. 1988. Dasar Kromatografi Gas. Diterjemahkan oleh :
Kosasih Padmawinata. Bandung : Penerbit ITB
Pavia, D.L., G.M. Lampman, dan G.S. Kriz. 1979. Introduction to Spectrocospy: A Guide for
Students of Organic Chemistry. London: W.B. Saanders Co. Hal 17-73.
Silverstein, R.M., G.C. Bassler, dan T.C. Morril. 1981. Spectrometric Indentification of
Organic Compunds 4th Edition. New York: John Wiley & Sons. Hal 95-137.
Skoog, D.A. dan J.J. Leary. 1992. Principles of Instrumental Analysis 4th Edition.
Piladelphia: Sunders College Publishing. Hal 605-627.

14

Anda mungkin juga menyukai