Anda di halaman 1dari 15

II. Isi dan Pembahasan II.1.

Pengertian Kromatografi gas merupakan suatu metode pemisahan dan pengukuran yang didasarkan pada perbedaan distribusi komponen-komponen dalam sampel diantara dua fasa dengan menggunakan gas sebagai fasa gerak dan zat padat atau zat cair sebagai fasa diam. Berdasarkan fasa diamnya, kromatografi gas dibagi menjadi dua bagian yaitu : 1. Gas Liquid Chromatography (GLC), fasa diamnya berwujud cair. Cairan tersebut merupakan cairan yang tidak mudah menguap yang melekat pada padatan pendukung yang inert berupa butiran halus. Prinsip pemisahannya perbedaan partisi komponen-komponen dari suatu sampel di antara fasa diam dan fasa gerak. 2. Gas Solid Chromatography (GSC), fasa diamnya berwujud padat. Padatan yang digunakan misalnya karbon, zeolit dan silika gel. Prinsip pemisahannya berdasarkan adsorpsi terhadap fasa diam. Keuntungan yang ditunjukkan oleh GLC adalah sebagai berikut: 1. Kecepatan: a. Gas yang merupakan fase gerak sangat cepat mengadakan kesetimbangan

antara fase gerak dengan fase diam. b.


2.

Kecepatan gas yang tinggi dapat juga digunakan.

Sederhana: Alat GLC relatif sangat mudah dioperasikan. Interprestasi langsung dari data yang

diperoleh dapat dikerjakan. Harga dari alat GLC relatif murah.


3.

Sensitif: GLC sangat sensitif. Alat yang paling sederhana dapat mendeteksi konsentrasi dalam

ukuran 0,01% (=100 ppm). Alat-alat GLC yang lebih rumit dapat mendeteksi senyawa yang

konsentrasinya hanya beberapa ppm. Disebabkan sensitivitas yang tinggi dari GLC maka hanya memerlukan sejumlah kecil dari cuplikan, biasanya dalam ukuran mikroliter. 4. Pemisahan: Dengan GLC memungkinkan untuk memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran, dimana hal ini tidak mungkin dipisahkan dengan cara-cara lain.
5.

Analisa: GLC dapat digunakan sebagai: 1) Analisa kualitatif yaitu dengan membandingkan waktu retensi 2) Analisa kuantitatif yaitu dengan perhitungan lus puncak

6.

Alat GLC dapat digunakan dalam waktu yang lama dan berulang-ulang

II.2. Instrumentasi Kromatografi Gas 1. Gas Pembawa Gas yang dapat digunakan sebagai fasa gerak dalam kromatografi gas harus bersifat inert (tidak bereaksi) dengan cuplikan maupun fasa diam. Gas-gas yang biasa digunakan adalah gas helium, argon, nitrogen dan hidrogen. Gas disimpan dalam slinder baja

bertekanan tinggi, gas tersebut akan mengalirkan dengan sendirinya secara cepat sambil mengambil atau membawa komponen-komponen campuran yang akan atau yang sudah dipisahkan. Dengan demikian gas tersebut juga pembawa (carrier gas). Oleh karena gas pembawa mengalir dengan cepat maka pemisahan dengan teknik kromatografi gas hanya memerlukan waktu beberapa menit saja.

Tabung Carrier Gas di Laboratorium Kimia FMIPA

Oleh karena solute lebih cepat melalui H2 dan He daripada melalui N2 maka H2 dan He memberikan resolusi yang lebih baik pada kecepatan alir tinggi. Semakin cepat solute berkesetimbangan diantara fasa gerak dan fasa diam maka semakin kecil pula faktor transfer massa. Difusi solut yang cepat dalam H2 dan He membantu mempercepat kesetimbangan di antara fasa gerak dan fasa diam sehingga meningkatkan efisiensi atau menurunkan harga HETP. Dalam hal efisiensi, H2 merupakan pilihan gas pembawa yang baik. Kalau percobaan dilakukan pada tekanan tetap, kecepatan alir akan berkurang ketika suhu dinaikan. Keuntungan lain gas pembawa H2 adalah memberikan efisiensi relatif stabildengan perubahan kecepatan alir. Sayangnya H2 mudah meledak bila berkontak dengan udara. Oleh karena itu, He banyak digunakan sebagai pengganti H2. Kriteria gas pembawa antara lain : Bersifat inert dan kemurniannya tinggi Tekanan berkisar antara 10 50 psi Laju alir berkisar antara 25 -50 mL/mnt Disesuaikan dengan detektor

2. Pemasukan Cuplikan Dalam pemisahan dengan GLC cuplikan harus dalam bentuk fase uap. Gas dan uap dapat dimasukkan secara langsung. Tetapi kebanyakan senyawa organik berbentuk cairan dan padatan. Hingga dengan demikian senyawa yang berbentuk cairan dan padatan pertama-tama harus diuapkan. Ini membutuhkan pemanasan sebelum masuk dalam kolom. Panas itu terdapat pada tempat injeksi. Tempat injeksi dari alat GLC selalu dipanaskan. Dalam kebanyakan alat, suhu dari tempat injeksi dapat diatur. Aturan pertama untuk pengaturan suhu ini adalah batiwa suhu tempat injeksi sekitar 50C lebih tinggi dari titik didih campuran dari cuplikan yang mempunyai titik didih yang paling tinggi. Bila kita tidak mengetahui titik didih komponen dari cuplikan maka kita harus mencoba-coba. Sebagai tindak lanjut suhu dari tempat injeksi dinaikkan. Jika puncak-puncak yang diperoleh lebih baik, ini berarti bahwa suhu percobaan pertama terlalu rendah. Namun demikian suhu tempat injeksi tidak boleh terlalu tinggi, sebab kemungkinan akan terjadi perubahan karena panas atau penguraian dari senyawa yang akan dianalisa. Cuplikan dimasukkan ke dalam kolom dengan cara menginjeksikan melalui tempat injeksi. Hal ini dapat dilakukan dengan pertolongan jarum injeksi yang sering disebut "a gas tight syringe". Perlu diperhatikan bahwa kita tidak boleh menginjeksikan cuplikan terlalu banyak, karena GC sangat sensitif. Biasanya jumlah cuplikan yang diinjeksikan pada waktu kita mengadakan analisa 0,5 -50 ml gas dan 0,2 - 20 ml untuk cairan.

Injeksi Sampel

3. Kolom Kolom merupakan jantung dari kromatografi gas. Bentuk dari kolom dapat lurus, bengkok, misal berbentuk V atau W, dan kumparan/spiral. Biasanya bentuk dari kolom adalah kumparan. Panjang kolom dapat dari 1 m sampai 3 m. Diameter kolom mempunyai berbagai ukuran, biasanya pengukuran berdasarkan diameter dalam dari kolom gelas yaitu antara 0,3 mm hingga 5 min.

Jenis Kolom yang digunakan : Kolom Paket Kebanyakan kolom yang digunakan berupa stainles steel dengan diameter luar (OD) dari I/S atau 1/4 inch (0,3 atau 0,6 cm). Pada GSC kolom diisi dengan penyerap (adsorbent),

sedangkan pada GLC kolom diisi dengan "solid support" (padatan pendukung) yang diikat oleh fase diam. Isi kolom a. Padatan pendukung Padatan pendukung berfungsi mengikat fasa diam. Kebanyakan zat ini berupa tanah diatome yang telah dipanaskan/dikeringkan. Pendukung ini disebut diatomite. Diatomite terdiri dari satuan ganggang bersel satu yang disebut ditom yang pori-porinya sangat kecil. Luas permukaan dari struktur berpori sekitar 20 m2/g. Luas permukaan yang besar ini dibutuhkan untuk mendistribusi fasa diam yang bersifat cairan dalam GLC. Padatan pendukung yang biasa digunakan adalah Kiesel Guhr (forementionneddiatomaceous earth). Nama dalam perdagangan: diatoport, celite, chromosorb. Padatan pendukung ini terutama terdiri dari SiO2. Yang paling penting adalah chromosorb. Ada beberapa jenis chromosorb: a) Chromosorb G: luas permukaan yang kecil, hingga hanya dapat digunakan untuk mengikat fasa cair dalam jumlah yang sedikit, merupakan materi yang sangat keras; baik untuk pemisahan senyawa-senyawa yang polar. Ini merupakan padatan yang bersifat universal. b) Chromosorb P: berwarna kemerah-merahan; biasanya dignakan untuk senyawasenyawa apolar, terutama hidrokarbon. c) Chromosorb W: berwarna putih, agak mudah hancur, terutama digunakan untuk senyawa-senyawa polar.

Fasa diam : Chromosorb W, Chromosorb P dan Carbowax

Chromosorb yang kotor dapat bereaksi dengan cuplikan; hal ini akan menyebabkan puncak berekor. Interaksi utama antara padatan pendukung dengan molekul-molekul cuplikan adalah ikatan hidrogen melalui gugus-gugus OH dari chromosorb. Untuk mencegah hal ini, chromosrb harus direaksikan terlebih dahulu hingga ia menjadi kurang aktif. Dua pereaksi yang sering digunakan untuk melindungi gugus-gugus hidroksil dari padatan pendukung adalah: DMCS (dimetilklorosilan) dan HMDS (hexametildisilazan) b. Fasa diam Dalam GLC fasa diam berupa cairan. Pada fasa cairan inilah pemisahan komponenkomponen dari cuplikan terjadi. Dasar kerja adalah partisi antara fasa cairan dan fasa gerak(=gas). Pemilihan yang tepat fasa diam untuk GLC Fasa diam dibagi dalam tiga kelompok, yaitu: 1. Fasa cair non polar a. Fasa cair non polar yang terkenal adalah : APIEZON Apiezon merupakan suhu cmpuran dari alkana-alkana dengan titik didih yang sangat tinggi; CnH2n+2 ,dimana n sangat besar.

b. Squalane. Ini adalah hidrokarbon: hexametil tetrakosaan, C30H62

c. Karet silikon Pada umumnya fasa-fasa cair non polar memisahkan komponen-komponen cuplikan sesuai dengan titik didih mereka. 2. Fasa-fasa cair semi polar Fasa-fasa cair semi polar terdiri dari rantai non polar yang panjang, yang terikat pada gugus-gugus polar atau dapat menjadi polar. Yang sering digunakan adalah esterester dari asam ftalat dan alkohol-alkohol tinggi, misal dionilftalat. 3. Fasa-fasa cair polar Fasa-fasa cair polar mengandung gugus-gugus polar. Fasa cair polar yang terkenal adalah polieter. Carbowax termasuk dalam golongan ini. Fasa-fasa cair polar dpat mempunyai sifat baik sebagai penerima (acceptors) maupun pemberi (donor) ikatan hidrogen. Sehingga fasa cair tersebut dapat memisahkan campuran senyawasenyawa polar dan non polar dalam suatu cuplikan yaitu dengan menahan komponen-komponen polar. 4. Detektor Detektor berfungsi sebagai pendeteksi komponen-komponen yang telah dipisahkan dari kolom secara terus-menerus, cepat, akurat, dan dapat melakukan pada suhu yang lebih tinggi. Detektor harus dapat dipercaya dan mudah digunakan. Fungsi umumnya mengubah sifat-sifat molekul dari senyawa organik menjadi arus listrik kemudian arus listrik tersebut diteruskan ke rekorder untuk menghasilkan kromatogram. Detektor yang umum digunakan: a. b. c. d. Detektor hantaran panas (Thermal Conductivity Detector_ TCD) Detektor ionisasi nyala (Flame Ionization Detector_ FID) Detektor penangkap elektron (Electron Capture Detector _ECD) Detektor fotometrik nyala (Falame Photomertic Detector _FPD)

e. f.

Detektor nyala alkali Detektor spektroskopi massa Detektor yang peka terhadap senyawa organik yang mengandung fosfor adalah FID,

ECD, dan FPD. Detektor yang digunakan di Laboratorium Kimia FMIPA adalah jenis FID (Flame Ionization Detector). Detektor Ionisasi Nyala (FID) merupakan jenis detektor gas yang digunakan dalam kromatografi gas. Pendeteksian senyawa organik yang paling efektif dilakukan dengan ionisasi nyala. Prinsip dasar detektor pengionan nyala adalah energi kalor dalam nyala hidrogen cukup untuk menyebabkan banyak molekul untuk mengionisasi. Gas efluen dari kolom dicampur dengan hidrogen dan dibakar pada ujung jet logam dalam udara brlebih. Suatu potensial diberikan antara jet dan elektroda kedua yang bertempat di atas atau sekitar nyala itu. Ketika ion ion itu dibentuk dalam nyala, ruang gas antara kedua elektroda menjadi lebih konduktif dan arus meningkat mengalir dalam sirkuit. Arus ini melewati resistor, tegangan terbentuk yang dikuatan untuk menghasilkan suatu isyrat yang diterima perekam. Dengan detektor pengionan nyala, konsentrasi ion ion dalam ruang antara elektroda dan besarnya arus tersebut sangat bergantung pada laju dimana molekul molekul zat terlarut dikirim ke nyala. Berat zat terlarut yang mencapai nyala dalam satuan waktu akan mnghasilkan respon detektor yang sama berapapun tingkat pengenceran oleh gas pembawa. Ini dasar untuk pernyataan bahwa detektor ini memberi respon bukan pada konsentrasi zat terlarut tetapi pada laju alir massa zat terlarut tersebut. Juga perlu diperhatikan bahwa Detektor pengionan nyala dapat menghancurkan komponen komponen sampel. Seperti namanya, analisis melibatkan deteksi ion . Sumber ion ini adalah api hidrogen-udara kecil. Kadang-kadang hidrogen-oksigen api digunakan karena kemampuan untuk meningkatkan sensitivitas deteksi, namun untuk analisis kebanyakan, penggunaan

kompresi udara bernapas cukup. Nyala api yang dihasilkan seperti terbakar pada suhu untuk pyrolyze kebanyakan senyawa organik, menghasilkan ion positif diisi dan elektron. Respon detektor ditentukan oleh jumlah atom karbon (ion) yang memukul detektor per satuan waktu. Hal ini membuat detektor sensitif terhadap massa daripada konsentrasi, karena respon detektor tidak sangat dipengaruhi oleh perubahan dalam tingkat aliran gas pembawa

Gambar 3. Bagan Flame ionization detector

5. Oven kolom Kolom terletak didalam sebuah oven dalam instrumen. Suhu oven harus diatur dan sedikit dibawah titik didih sampel. Jika suhu diset terlalu tinggi, cairan fase diam bisa teruapkan, juga sedikit sampel akan larut pada suhu tinggi dan bisa mengalir terlalu cepat dalam kolom sehingga menjadi terpisah (Hendayana, 2001).

Tombol Pengatur Oven 6. Rekorder Rekorder berfungsi sebagai pengubah sinyal dari detektor yang diperkuat melalui elektrometer menjadi bentuk kromatogram. Dari kromatogram yang diperoleh dapat dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dengan cara membandingkan waktu retensi sampel dengan standar. Analisis kuantitatif dengan menghitung luas area maupun tinggi dari kromatogram (Hendayana, 2001). Sinyal analitik yang dihasilkan detektor dikuatkan oleh rangkaian elektronik agar bisa diolah oleh rekorder atau sistem

data. Sebuah rekorder bekerja dengan menggerakkan kertas dengan kecepatan tertentu. di atas kertas tersebut dipasangkan pena yang digerakkan oleh sinyal keluaran detektor sehingga posisinya akan berubah-ubah sesuai dengan dinamika keluaran penguat sinyal detektor.

Hasil rekorder adalah sebuah kromatogram berbentuk pik-pik dengan pola yang sesuai dengan kondisi sampel dan jenis detektor yang digunakan. Rekorder biasanya dihubungkan dengan sebuah elektrometer yang dihubungkan dengan sirkuit pengintregrasi yang bekerja dengan menghitung jumlah muatan atau jumlah energi listrik yang dihasilkan oleh detektor. Elektrometer akan melengkapi pik-pik kromatogram dengan data luas pik atau tinggi pik lengkap dengan biasnya. Sistem data merupakan pengembangan lebih lanjut dari rekorder dan elektrometer dengan melanjutkan

sinyal dari rekorder dan elektrometer ke sebuah unit pengolah pusat (CPU, Central Procesing Unit).

Rekorder II.3. Prinsip dan Cara Kerja Prinsip Kromatografi Gas Kromatografi gas mempunyai prinsip yang sama dengan kromatografi lainnya, tapi memilikibeberapa perbedaan misalnya proses pemisahan campuran dilakukan antara stasionary fasecair dan gas fase gerak dan pada oven temperur gas dapat dikontrol sedangkan pada kromatografi kolom hanya pada tahap fase cair dan temperatur tidak dimiliki. Secara rinci prinsip kromatografi adalah udara dilewatkan melalui nyala hydrogen (hydrogenflame) selanjutnya uap organik tersebut akan terionisasi dan menginduksi terjadinya aliranlistrik pada detektor, kuantitas aliran listrik sebanding dengan ion. Cara Keja : Mekanisme kerja kromatografi gas adalah sebagai berikut, gas dalam silinder baja bertekanan tinggi dialirkan melalui kolom yang berisis fasa diam. Cuplikan berupa campuran yang akan dipisahkan, biasanya dalam bentuk larutan, disuntikan ke dalam aliran gas tersebut. Kemudian cuplikan dibawa oleh gas pembawa ke dalam kolom dan di dalam kolom

terjadi proses pemisahan.Komponen-komponen campuran yang telah terpisahkan satu persatu meninggalkan kolom. Suatu detector diletakan di ujung kolom untuk mendeteksi jenis maupun jumlah komponen campuran. Hasil pendeteksian direkam dengan recorder dan dinamakan kromatogram yang terdiri dari beberapa peak. Jumlah peak yang dihasilkan menyatakan jumlah komponen (senyawa) yang terdapat dalam campuran. Sedangkan luas peak bergantung kepda kuantitas suatu komponen dalam campuran. Karena peak-peak dalam kromatogram berupa senyawa segitiga maka luasnya dapat dihitung berdasarkan tinggi dan lebar peak tersebut.

II.4. Dasar Kerja Kolom dalam GLC Afinitas cuplikan terhadap fasa cair menentukan berapa lama cuplikan ditahan. Senyawa-senyawa yang mempunyai afinitas rendah (tidak suka) terhadap fasa diam akan keluar dari kolom pertama. Sedangkan senyawa-senyawa dengan afinitas besar (larut dengan baik) terhadap fasa diam akan keluar dari kolom kemudian. Jika kita memasukkan senyawa tunggal ke dalam GLC, maka senyawa tersebut akan teruapkan dan terlarut dalam gas pembawa. Jika senyawa ini masuk ke dalam kolom, ia akan ditarik oleh fasa cair. Kemudian akan dipartisikan sesuai dengan hukum NERNST. Hukum NERNST menyatakan:

K merupakan tetapan kesetimbangan, selama suhu dalam kolom tetap. Harga K tergantung pada: 1. Volatilitas terutama tergantung pada titik didih dari senyawa 2. Afinitas didasarkan pada interaksi antara cuplikan senyawa dengan fasa diam

Jika harga k tetap pada kisaran konsentrasi yang besar, maka kita akan mendapatkan : Linear GLC. Kita selalu mempunyai GLC linear yang tidak ideal, karena kolom yang ideal tidak terdapat. Apabila dilihat pada kromatogram gas normal, tidak ada puncak-puncak kecil, tetapi berupa bentuk-bentuk kurva yang disebut kurva-kurva Gauss atau bila keadannya lebih jelek akan menghasilkan puncak-puncak berekor atau pemanjangan di muka. Hal ini disebabkan adanya kenyataan berikut:
1. Difusi eddy: difusi ini disebabkan oleh kenyataan bahwa kecepatan gas pembawa

tidak sama di dalam seluruh kolom. Ini disebabkan oleh kenyataan bahwa bagianbagian dari pori yang dilalui tidak sama panjang.
2. Difusi molekuler: terutama dalam fasa gas, molekul-molekul cuplikan dapat

bergerak dalam arah yang salah yang disebabkan oleh difusi.


3. Kesetimbangan yang lambat: beberapa molekul tetap tinggal lama, lainnya sebentar

dalam fasa diam


4. Harga k tidak tetap: ini disebabkan perbedaan rasio distribusi dalam kolom

Keempat faktor ini menyebabkan perbedaan puncak. Faktor-faktor 1,2,3 memberikan pelebaran puncak yang simetris. Faktor 4 menyebabkan pelebaran puncak yang tidak simetris. Pemisahan R (resolution) didefinisikan sebagai pemisahan nyata antara dua puncak berdekatan: , dalam hal dua puncak dengan luas pincak sama. Jika R=1 pemisahan adalah 98%. Untuk pemisahan yang baik R harus: R 1,5, ini berarti pemisahan 99,7%. Pemisahan dari puncak-puncak dalam kromatografi erat hubungannya dengan dua faktor:

1. Efisiensi kolom : pelebaran puncak merupakan hasil dari bentuk kolom dan kondisi operasi. 2. Efisiensi pelarut : hasil dari interaksi antara cuplikan dengan fasa diam, efisiensi pelarut menentukan keduudkan relatif dari jalur-jalur solute pada sebuah kromatogram.

Anda mungkin juga menyukai