Hermini Tetrasari
2017
KROMATOGRAFI GAS
PENDAHULUAN
I. KLASIFIKASI DAN MEKANISME PEMISAHAN
II. INSTRUMENTASI : Gas Pembawa, Injektor,
Headspace Sampling, Kolom, Detektor, Sistem
Pengolahan Data.
III. PENERAPAN ANALISIS
IV. PARAMETER KUALITAS PEMISAHAN :Waktu
Retensi, Faktor Kapasitas, Faktor Ikutan atau Faktor
Asimetri, Faktor Selektifitas, Jumlah Lempeng
Teoritis, Resolusi. 2
Pendahuluan
Metode pemisahan campuran komponen yang melibatkan
dua fase yang tidak bercampur (fase diam dan fase gerak
berupa gas)
Untuk analisis senyawa yang berwujud gas atau senyawa
yang mudah menguap.
Pemisahan pada GC dipengaruhi:
Volatilitas dan polaritas senyawa analit.
Senyawa titik didih < 350°C umumnya masih dapat
dianalisis dengan GC
Untuk senyawa yang tidak mudah menguap atau mempunyai
BM tinggi harus dilakukan diderivatisasi terlebih dahulu
menjadi senyawa turunan yang mudah menguap.
Contoh: Analisa Asam Lemak menjadi Fatty Acid Methyl
Ester (FAME) 3
I. Klasifikasi Kromatografi Gas berdasarkan
Wujud Fase Gerak dan Fase Diam
GC sebagian Berupa gas, disebut:
besar dalam Fase
bentuk GLC
• Gas pembawa
gerak • carrier gas
GC
• Mass Spectrometry (GC-MS)
Detektor
modern • Tandem Mass Spectrometry
(GC-MS/MS)
Kromatografi Gas
Keunggulan Kelemahan
Aliran gas pembawa memiliki Banyak analit yang mudah
kecepatan atau tekanan terdekomposisi pada suhu
terkontrol/terkendali. tinggi sulit dianalisa secara
Banyak pilihan kolom yang GC.
digunakan (jenis, panjang, Banyak analit yang sulit
jenis fase diam, diameter); menjadi bentuk uapnya.
suhu dapat diatur/deprogram. (atsiri).
Hasil pemisahan sangat bagus. Hanya terbatas untuk zat-zat
Waktu Analisa singkat. yang mudah menguap.
Banyak pilihan detector. Reaksi derivatisasi tidak
mudah dilakukan.
Hyphenated instrument:
GC/FT-IR/MS, GC-MS/MS. 7
I. Mekanisme Pemisahan
Pemisahan komponen dalam kolom berdasarkan perbedaan laju
migrasi masing-masing komponen akibat adanya perbedaan
kesetimbangan distribusi masing-masing komponen di antara fase
gerak dan fase diam.
Secara kuantitatif kesetimbangan tersebut dinyatakan dengan
Koefisien Distribusi (K)
K = Cs / Cm
K = Koefisien distribusi
Cs = Konsentrasi komponen dlm fase diam
Cm = Konsentrasi komponen dlm fase gerak
Jika K1 > K2 → Komponen 1 relatif tertahan pada fase diam
sehingga berada lebih lama di dalam kolom dibandingkan dengan
komponen 2
Afinitas komponen dalam fase diam menentukan waktu retensi →
karakter spesifik suatu senyawa → dasar analisis kualitatif,
sedangkan luas puncak menunjukkan konsentrasi komponen →
dasar analisis kuantitatif. 8
Mekanisme Pemisahan
Pemisahan komponen dalam kolom berdasarkan perbedaan laju
migrasi masing-masing komponen akibat adanya perbedaan
kesetimbangan distribusi masing-masing komponen di antara fase
gerak dan fase diam.
Secara kuantitatif kesetimbangan tersebut dinyatakan dengan
Koefisien Distribusi (Kd)
Jika Kd1 > Kd2 Komponen 1 relatif tertahan pada fase diam
sehingga berada lebih lama di dalam kolom dibandingkan dengan
komponen 2
Afinitas komponen dalam fase diam menentukan waktu retensi
karakter spesifik suatu senyawa dasar analisis kualitatif,
sedangkan luas puncak menunjukkan konsentrasi komponen
9
dasar analisis kuantitatif.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETENSI
10
Interaksi selama pemisahan
12
Interaksi selama pemisahan (Lanjutan)
Fase diam polar kromatografi gas :
- Molekul solut polar memperlihatkan afinitas sangat besar karena
adanya interaksi dipol-dipol. Oleh karena itu molekul polar akan
terelusi lambat (retensi kuat) dan molekul non polar akan terelusi
cepat karena afinitasnya kecil dengan fase diam polar.
- Molekul yang dapat terpolarisasi dapat memunculkan interaksi
dipol-dipol terinduksi dan retensinya tergantung pada derajat
interaksi yang muncul.
Dengan fase diam polar, titik didih (tekanan uap) kurang
berpengaruh terhadap retensi dibandingkan dengan interaksi
polar-polar 13
II. Instrumentasi Kromatografi Gas
Komponen instrumen GC dan masing-masing fungsinya
perlu dipahami agar diperoleh hasil pemisahan yang optimal.
syringe
regulator rekorder
detektor
trap injektor Data sistem
kolom
Make up gas
Sumber gas
Kolom oven
15
1. Gas Pembawa (Carrier gas)
Umumnya gas pembawa disimpan
dalam tabung gas bertekanan
tinggi, dilengkapi dgn regulator &
dihubungkan dgn penyaring/trap.
Selama operasional aliran gas
harus tetap. Aliran diatur dan
dikontrol oleh regulator /
penunjuk tekanan.
1. Gas Pembawa
Tabung gas dihubungkan ke
instrument melalui pipa
(tubing) dari tembaga.
Hindari pemakaian tubing
dari plastik karena dapat
terjadi oksidasi oleh oksigen.
H = A + B/µ + C.µ
A = difusi pusaran (Eddy diffusion)
B = difusi molekul fase gerak
C = tahanan alih massa
µ = kecepatan alir fase gerak
Injeksi Splitless :
Digunakan untuk analit konsentrasi sangat rendah semua sampel (95%)
masuk ke dalam kolom. Split ditutup beberapa saat, dengan diset sampling
time, kemudian proses selanjutnya sama dengan sistem split.
Kerugian Split Injector
Terjadi sample discrimination : Sampel yang sulit menguap
tidak semua masuk ke dalam kolom, sampel sebagian menempel
di syringe sampling tidak representatif
Hasil kurang kuantitatif khususnya untuk sampel yang
mengandung komponen-komponen yang memiliki perbedaan
titik didih jauh
Sampel sulit
Sampel mudah
menguap
menguap
Peak
fronting
Septum GC
Menghindari gas keluar dari kolom.
Sebagai seal untuk menjaga tekanan gas pembawa sebelum
masuk ke dalam kolom flow rate konstan.
29
Umum digunakan untuk senyawa mudah 3. Headspace
menguap dari sampel bentuk padat / cair Sampling
Sampel (cair atau padat) diletakkan dalam vial
tertutup atau headspace autosampler,
umumnya 10-20 ml. Analit volatil dibiarkan
berdifusi ke dalam ruang headspace.
Sampel langsung dapat dianalisis tanpa
preparasi terlebih dahulu
Jika konsentrasi analit dalam headspace telah mencapai
kesetimbangan, sebagian diambil dan disuntikkan ke dalam
instrumen GC
Pengambilan sampel dari ruang headspace dapat dilakukan secara
manual dengan gas tight syringe disebut SPME (Solid Phase Micro
Extraction) atau secara otomatis dengan Headspace sampler.
Cara ini disebut Static Headspace Extraction atau Equilibrium
Headspace Extraction atau secara sederhana disebut Headspace
Static Headspace Extraction
60oC
41
Wall Open Coated Tubular Column (Capillary GC)
Film
0.10 0.25 0.50 1.0
0.10 250 100 50 25
0.25 625 250 125 63
ID
0.32 800 320 160 80
0.53 1325 45530 265 133
Contoh Phase Ratio (β) Kolom
46
Masing-masing kolom memiliki
rentang suhu Jangan dioperasikan
di luar rentang
Pemilihan Kolom
Sampel Bahan pengisi kolom
Gol Alkohol PEG 1000, PEG 6000, Porapak Q, QV-17
Chromasorb 101
Gol Aldehid PEG 1000, PEG 6000, Porapak Q, Chromosorb
105
Gol Amin Porapak Q, Versamid, Quadrol,Chromosorb 103
Gol Hidrokarbon Squalene, Apiezone, SE-30,OV-101, PEG 1000
Gol Alkaloid OV-17, OV-1, SE-30
Asam amino EGA, OV-17, NGS
Steroid OV-1, OV-17, OV-225
Pestisida OV-17, XE-60, OV-1, SE-30
Zat dengan titik SE-30, OV-1, OV-17, Versamid 900
didih tinggi 49
Beberapa Jenis Fase Cair
50
5. DETEKTOR
Untuk mendeteksi komponen yang telah dipisahkan dan keluar
dari kolom dengan mengubah menjadi signal listrik yang
proporsional dengan intensitas komponen.
Suhu detektor harus cukup panas sehingga komponen cuplikan
tidak mengembun. Pelebaran puncak dan menghilangnya pun-
cak komponen merupakan ciri khas terjadinya pengembunan.
Ciri detektor yang dikehendaki :
1. Mempunyai kepekaan yang tinggi
2. Mempunyai limit deteksi yang rendah
3. Respon liniear dalam rentang kadar yang lebar
4. Tanggap terhadap semua jenis senyawa
5. Tak peka terhadap perubahan aliran dan suhu
6. Stabil dalam jangka waktu yang lama 51
JENIS-JENIS DETEKTOR
1. FID (Flame Ionization Detector)
Prinsip: ion-ion yang terbentuk pada nyala hidrogen dan
oksigen akan menurunkan tahanan listrik diantara
kedua elektroda sehingga terjadi arus listrik.
Sensitif terhadap senyawa organik hidrokarbon, ikatan C−H
Capillary
Gas Gas
Detektor Gas pembawa Make-up
pembakar pendukung
gas
TCD H2, He, Ar - - He
dan N2
FID N2, Ar, He H2 Udara N2
FPD He, N2 H2 Udara N2
FTD/NPD He, N2 H2 Udara He, N2
ECD He, N2 - - N2
61
6. Sistem Pengolah Data
Sinyal yang didapat dari detektor akan direkam dalam
bentuk kromatogram dan diolah.
Gas
Chromatograph
Sample: mixture of
volatile liquids (~1 L)
Kromatogram GC
Respon Detektor
A B C E
Waktu (menit) 62
III. PENERAPAN ANALISIS
Analisis kualitatif :
Identifikasi berdasarkan perbandingan waktu retensi cuplikan
dengan baku pada kondisi yang sama.
Senyawa dengan waktu retensi yang sama dikonfirmasi dengan
mengganti kolom yang polaritasnya berbeda.
Analisis kuantitatif :
Sebaiknya digunakan baku internal untuk mengurangi
kesalahan akibat perbedaan volume pada penyuntikan ulang.
Baku internal yang digunakan harus stabil, mempunyai sifat
mirip dengan baku analit dan tidak terkandung dalam sampel.
Kurva kalibrasi baku seri : rasio area baku analit / area baku
internal diplot terhadap kadar baku analit.
Untuk menghitung kadar sampel, digunakan rasio area analit
dalam sampel / area baku internal dalam sampel. 63
Kromatogram
Data :
Respon Detektor
tR tM
k 'A
tM
Kondisi GC berbeda
Tf = 1.0 Puncak simetri
tR berbeda-beda untuk
masing-masing analit Tf < 1.0 Fronting
Tf > 2.0 Tailing
Tailing, Fronting, Symmetry, Width Peak
Lebar garis dasar (baseline) = Wb
Lebar tengah puncak (W0.5)
4. Faktor Selektivitas (α)
Selektif berarti mampu menahan berbagai komponen dengan
kekuatan yang cukup berbeda, sehingga faktor kapasitas
masing-masing komponen juga berbeda.
Merupakan ukuran atau selektivitas pemisahan dua komponen,
dinyatakan sebagai Waktu retensi relatif.
Harga a > 1 berarti dua puncak terpisah
Dipengaruhi jenis fase gerak, jenis fase diam, suhu
k 'B (t R ) B t M
a
k 'A (t R ) A t M