lima
Registrasi / notifikasi ,
pengadaan, produksi dan
distribusi antara obat – obat
tradisional – kosmetika-
PKRT/Alkes
Kemampuan Akhir : Mhs mampu mengidentifikasi Per-UU-an dan
perbedaan ketentuan terkait registrasi / notifikasi , pengadaan,
produksi dan distribusi antara obat – obat tradisional – kosmetika-
PKRT/Alkes,
Bahan Kajian : Registrasi / notifikasi , pengadaan, produksi dan
distribusi antara obat – obat tradisional – kosmetika- PKRT/Alkes
Bentuk Pembelajaran : Ceramah, Tanya Jawab Penugasan
Waktu Belajar : 100 menit
Pengalaman Belajar Mahasiswa : Menyusun desripsi Per-UU-an
dan perbedaan ketentuan terkait registrasi / notifikasi , pengadaan,
produksi dan distribusi antara obat – obat tradisional – kosmetika-
PKRT/Alkes
Kriteria Penilaian : Penilaian dilakukan terhadap kesanggupan,
kemampuan menjelaskan registrasi / notifikasi , pengadaan,
produksi dan distribusi antara obat – obat tradisional – kosmetika-
PKRT/Alkes
TUJUAN UMUM PERKULIAHAN
Mhs mampu mengidentifikasi Per-
UU-an dan perbedaan ketentuan
terkait pelaksanaan dan
pengawasan registrasi / notifikasi ,
pengadaan, produksi dan distribusi
antara obat – obat tradisional –
kosmetika- PKRT/Alkes
UU, PP, PMK DLL
UUD 1945
PER/SK
PER / SK MENKES
KaBPOM
Hirarki dan Jenis Per-UU-an Pelaksanaan & Pengawasan
Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi & Alkes
1. PERMENKES/SK MENKES
2. PER/SK KA BPOM
3. EDARAN MENKES / BPOM
Ruang Lingkup Pengaturan
Pelaksanaan & Pengawasan
Produksi dan Distribusi
Sediaan Farmasi & Alkes
Ruang Lingkup Pengaturan Pelaksanaan & Pengawasan Produksi
dan Distribusi Sediaan Farmasi & Alkes
Fauzi Kasim
PRODUKSI
CPOB
CPOB adalah suatu pedoman yang
menyangkut seluruh aspek produksi
dan pengendalian mutu, bertujuan
untuk menjamin bahwa produk obat
dibuat senantiasa memenuhi
persyaratan mutu yang telah
ditentukan sesuai dengan tujuan
penggunaannya.
SEJARAH CPOB di INDONESIA
Kewajiban CPOB bagi industri farmasi :
SKep MenKes RI No. 43/Menkes/SK/VII/
1989 ttg CPOB
Skep DirJen POM No.05411/A/SK/XII/1989
ttg Petunjuk Operasional Penerapan CPOB,
yg direvisi th 1990.
Thn 2001 BPOM revisi CPOB yang dikenal
juga dengan CPOB terkini.
SEJARAH CPOB di INDONESIA
Pedoman CPOB 2001 meliputi 10 aspek,
ketentuan umum,
personalia,
bangunan dan fasilitas,
peralatan,
sanitasi dan higiene,
produksi,
pengawasan mutu,
inspeksi diri,
penanganan keluhan terhadap obat,
penarikan kembali obat, dan obat kembalian serta
dokumentasi.
SEJARAH CPOB di INDONESIA
2006 : c-GMP (current Good Manufacturing Practice)
atau yang dikenal dengan istilah CPOB yang dinamis.
pedoman CPOB edisi 2006 mengandung perbaikan
sesuai persyaratan CPOB terkini antara lain
“Kualifikasi dan Validasi”,
Pembuatan dan Analisis Obat berdasarkan Kontrak”
“Pembuatan Produk Steril”.
“Manajemen mutu”,
‘Pembuatan Produk Darah,
“Sistem Komputerisasi” dan
“Pembuatan Produk Investigasi untuk Uji Klinis”.
SEJARAH CPOB di INDONESIA
CPOB terkini (CPOB : 2006) atau c-GMP merupakan
salah satu upaya pemerintah (Badan POM) untuk
menjamin khasiat, keamanan, dan mutu obat produksi
industri farmasi Indonesia agar sesuai dengan standar
internasional, sehingga produk obat dalam negeri
mampu bersaing baik untuk pasar domestik maupun
untuk pasar ekspor. Disamping itu, penerapan c-GMP
juga mendorong industri farmasi agar lebih efisien dan
fokus dalam pelaksanaan produksi obat, termasuk
pemilihan fasilitas produksi yang paling
memungkinkan untuk dikembangkan.
ASPEK-ASPEK PADA CPOB
Aspek-aspek yang merupakan cakupan CPOB tahun 2006
meliputi 12 aspek yang dibicarakan, yaitu :
1. Manajemen Mutu
2. Personalia
3. Bangunan dan Sarana Penunjang
4. Peralatan
5. Sanitasi dan Higiene
6. Produksi
7. Pengawasan Mutu
8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu
9. Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan
Kembali Produk dan Produk Kembalian
10. Dokumentasi
11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
12. Kualifikasi dan Validasi
PERKA BPOM RI
No. HK.03.1.33.12.12.8195 Thn. 2012
ttg
PENERAPAN PEDOMAN CPOB
PENGERTIAN
Cara Pembuatan Obat yang Baik, yang
selanjutnya disingkat CPOB, adalah cara
pembuatan obat yang bertujuan untuk
memastikan agar mutu obat yang dihasilkan
sesuai dengan persyaratan dan tujuan
penggunaan
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 16 Maret 2018
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 22 Maret 2018
Latar belakang