Anda di halaman 1dari 38

MODUL PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS FORT DE KOCK

Semester Genap TA 2021/2022


NAMA
NIM
KELAS
KELOMPOK
ASISTEN LAB

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS FORT DE KOCK
2022

Praktikum Farmasi Fisika 1


Program Studi Farmasi UFDK
DAFTAR ISI

HALAMAN
TATA TERTIB PRAKTIKUM FARMASI FISIKA 1
Objek I Tingkat Reaksi 3
Objek II Stabilitas 6
Objek III Tegangan Permukaan 9
Objek IV Viskositas 13
Objek V Sistem Dispersi dan Koloid 16
Objek VI Larutan 23
Objek VII Difusi dan Disolusi 28
Objek VIII Mikromeritik 33

Praktikum Farmasi Fisika 2


Program Studi Farmasi UFDK
TATA TERTIB PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

Laksanakan dengan tertib dan seksama semua petunjuk yang telah diberikan oleh
pembimbing, serta patuhilah semua tata tertib laboratorium sebagai berikut:
1. Setiap praktikan wajib memiliki buku petunjuk (modul) praktikum.
2. Letakkan tas dan benda-benda lain milik saudara yang tidak diperlukan pada
tempat yang telah disediakan. Jangan sekali-kali meletakkan barang-barang
lain diatas meja praktikum
3. Dilarang mengambil atau membawa keluar alat-alat serta bahan dalam
laboratorium tanpa seizin petugas laboratorium.
4. Diwajibkan memakai jaslab, sarung tangan, kaca mata pengaman, masker dan
sepatu (sandal tidak diperbolehkan).
5. Orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk ke laboratorium. Hal ini
untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
6. Gunakan alat dan bahan sesuai dengan petunjuk praktikum yang diberikan.
Sebelum mulai bekerja dipelajari betul apa yang akan dilakukan. Buatlah
skema kerja yang baik sehingga saudara dapat bekerja dengan tepat, cepat
dan teliti
7. Jangan melakukan eksperimen sebelum mengetahui informasi mengenai
bahaya bahan kimia, alat-alat, dan cara pemakaiannya.
8. Jangan mengarahkan tabung reaksi pada diri ataupun orang lain sewaktu
melakukan percobaan.
9. Bertanyalah jika Anda merasa ragu atau tidak mengerti saat melakukan
percobaan.
10. Usahakan peralatan dan bahan kimia yang sudah dipakai dalam kondisi
tertutup, tersusun rapi dan ditempatkan ditempat asalnya.
11. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk
memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.
12. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam
kebakaran, eye shower, respirator, dan alat keselamatan kerja yang lainnya.
13. Jika terjadi kerusakan atau kecelakaan, sebaiknya segera melaporkannya ke
petugas laboratorium.

Praktikum Farmasi Fisika 1


Program Studi Farmasi UFDK
14. Berhati-hatilah bila bekerja dengan asam kuat reagen korosif, reagen-reagen
yang volatil dan mudah terbakar.
15. Setiap pekerja di laboratorium harus mengetahui cara memberi pertolongan
pertama pada kecelakaan (P3K).
16. Menjaga kebersihan laboratorium dan buanglah sampah pada tempatnya.
17. Tidak dibenarkan sama sekali makan, minum, merokok atau rebut didalam
laboratorium.
18. Setelah praktikum selesai, bersihkan semua alat-alat yang telah digunakan
menurut ketentuan laboratorium. Meja dibersihkan dengan menggunakan
desinfektan atau alkohol setelah selesai mengerjakan praktikum.
19. Setiap kelompok atau mahasiswa wajib mengganti alat yang rusak atau hilang
selama praktikum berlangsung.
20. Setiap kali selesai praktikum melaporkan hasil praktikum kepada asisten
pendamping masing-masing untuk mendapatkan persetujuan keabsahannya
21. Sebelum meninggalkan laboratorium, pastikan labor dalam keadaan bersih,
matikan gas atau kompor pemanas, lampu, air dan jangan lupa mencuci
tangan dengan desinfektan

Praktikum Farmasi Fisika 2


Program Studi Farmasi UFDK
OBJEK I
TINGKAT REAKSI

I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mampu menentukan tingkat reaksi penguraian zat.

II. DASAR TEORI


Stabilitas suatu zat dapat ditentukan dengan cara menghitung laju reaksi obat
atau yang dikenal dengan kinetika kimia. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
penentuan stabilitas suatu zat secara kinetika kimia antara lain adalah kecepatan
reaksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi, tingkat reaksi dan
cara penentuannya. Kecepatan tingkat reaksi dapat digambarkan dengan
persamaan:
± dC/dt

Tingkat reaksi merupakan fungsi dari konsentrasi reaktan dipangkatkan


dengan bilangan tertentu. Tingkat reaksi duatu zat terdiri dari tingkat reaksi nol,
tingkat reaksi dan tingkat reaksi dua.

III. PROSEDUR PERCOBAAN PRAKTIKUM


3.1 Alat dan Bahan
Alat:
- Beaker gelas 100 mL - Neraca
- Piknometer - Pipa kapiler
- Termometer - Matglass
- Penggaris - Chamber
Bahan:
- Aquadest - NaOH
- Asetosal - Indikator pp
- Natrium sitrat

3.2 Prosedur Kerja


1. Pembuatan larutan asetosal
Timbang seksama 15 g natrium sitrat, buat larutan jenuh natrium
sitrat dalam air hangat kemudian dinginkan. Timbang seksama 12,5
g asetosal kemudian larutkan dalam larutan jenih natrium sitrat
sedikit demi sedikit dan tambahkan aqadest sebanyak 250 mL.
2. Masukkan 50 mL larutan kedalam 3 buah vial, tutup rapat. Vial
disimpan dalam oven dengan temperature 70oC selama 60 menit, 120
menit dan 180 menit.

Praktikum Farmasi Fisika 3


Program Studi Farmasi UFDK
3. Setelah pemanasan 60 menit, ambil 1 vial, dinginkan. Tentukan
konsentrasi asetosal. Cara yang sama dilakukan setelah pemanasan
120 menit dan 180 menit.
4. Konsentrasi awal (Co) ditentukan dari larutan asal (tanpa
pemanasan).
5. Penentuan konsentrasi asetosal:
Pipet 10 mL larutan dan titrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N
menggunakan indikator pp, lakukan titrasi masing-masing triplo.
Perhitungan:
Asetosal  asam asetat + asam salisilat
X–Y Y X
Misalkan: asam asetat yang terbentuk Y, asetosal mula-mula X, maka
asetosal yang tersisa pada waktu t = X – Y, sehingga:
(X-Y) + Y + Y = mL NaOH x N NaOH
X + Y = mmol NaOH
Y = mmol NaOH – X
Maka konsentrasi asetosal pada waktu t (Ct) dapat diperoleh.
6. Tentukan tingkat reaksi peruraian asetosal dengan cara substitusi
dan cara grafik.

Praktikum Farmasi Fisika 4


Program Studi Farmasi UFDK
DAFTAR PUSTAKA

Gandjar, I. Gholib, dan A. Rahman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Kleinfelter, K. 1996. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Martin, A. 1990. Farmasi Fisika Buku I. Jakarta: UI Press.

Moechtar. 1990. Farmasi Fisika. Yogyakarta: UGM Press.

Sinko, P. 1990. Farmasi Fisika Buku II. Jakarta: UI Press.

Tungadi, R. 2009. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Universitas Gorontalo.


Gorontalo.

Praktikum Farmasi Fisika 5


Program Studi Farmasi UFDK
OBJEK II
STABILITAS

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suatu zat.
2. Menentukan energi aktivasi dari penguraian suatu zat.
3. Menentukan waktu paruh suatu zat.
4. Menggunakan data kinetika kimia untuk memperkirakan stabilitas suatu
zat.

II. DASAR TEORI


Stabilitas suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam
memformulasikan sediaan farmasi. Selama penyimpanan obat dapat mengalami
penguraian dan mengakibatkan dosis yang diterima pasien tidak sesuai dengan
yang diinginkan. Adakalanya hasil urai dari obat tertentu bersifat toksik sehingga
dapat mengakibatkan efek yang tidak dikehendaki bagi pasien yang
menggunakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas antara lain
temperature, kelembaban, cahaya, oksigen, pH, mikroorganisme, dan bahan-
bahan tambahan yang digunakan dalam formula sediaan obat.
Pengaruh temperature terhadap laju diberikan dalam persamaan yang
dikemukaan oleh Arrhenius, yakni:
k = Ae-Ea/RT
atau
𝐸𝑎 1
log k = log A -
2,303 𝑅𝑇

Dimana k adalah konstanta laju reaksi, A adalah faktor frekuensi. Ea adalah


energi aktivasi, dan R adalah konstanta gas = 1,987 kal/omol, sedangkan T adalah
temperature absolut.
Temperatur dapat mempengaruhi gerak molekul, dimana seluruh molekul zat
bergerak dengan arah dan laju yang sama. Adanya kenaikan temperature
mempengaruhi arah dan kecepatan gerak molekul sehingga molekul bergerak
dengan kecepatan dan arah yang berbeda.

Praktikum Farmasi Fisika 6


Program Studi Farmasi UFDK
III. PROSEDUR PERCOBAAN PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Alat:
- Beaker gelas 100 mL - Neraca
- Piknometer - Pipa kapiler
- Termometer - Matglass
- Penggaris - Chamber
Bahan:
- Aquadest - NaOH
- Asetosal - Indikator pp
- Natrium sitrat

3.2 Prosedur Kerja


1. Pembuatan larutan asetosal
Timbang seksama 15 g natrium sitrat, buat larutan jenuh natrium
sitrat dalam air hangat kemudian dinginkan. Timbang seksama 12,5
g asetosal kemudian larutkan dalam larutan jenih natrium sitrat
sedikit demi sedikit dan tambahkan aqadest sebanyak 250 mL.
2. Masukkan 50 mL larutan kedalam 3 buah vial, tutup rapat. Vial
disimpan dalam oven dengan temperature 70oC selama 60 menit, 120
menit dan 180 menit.
3. Setelah pemanasan 60 menit, ambil 1 vial, dinginkan. Tentukan
konsentrasi asetosal. Cara yang sama dilakukan setelah pemanasan
120 menit dan 180 menit.
4. Konsentrasi awal (Co) ditentukan dari larutan asal (tanpa
pemanasan).
5. Penentuan konsentrasi asetosal:
Pipet 10 mL larutan dan titrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N
menggunakan indikator pp, lakukan titrasi masing-masing triplo.
Perhitungan:
Asetosal  asam asetat + asam salisilat
X–Y Y X
Misalkan: asam asetat yang terbentuk Y, asetosal mula-mula X, maka
asetosal yang tersisa pada waktu t = X – Y, sehingga:
(X-Y) + Y + Y = mL NaOH x N NaOH
X + Y = mmol NaOH
Y = mmol NaOH – X
Maka konsentrasi asetosal pada waktu t (Ct) dapat diperoleh.
6. Hitung energi aktivasi (Ea) menggunakan persamaan Arrhenius dan
tentukan tetapan laju reaksi pada temperature kamar (25 oC).
7. Hitung batas umur simpan asetosal pada temperatur kamar (25oC).

Praktikum Farmasi Fisika 7


Program Studi Farmasi UFDK
DAFTAR PUSTAKA

Gandjar, I. Gholib, dan A. Rahman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Kleinfelter, K. 1996. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Martin, A. 1990. Farmasi Fisika Buku I. Jakarta: UI Press.

Moechtar. 1990. Farmasi Fisika. Yogyakarta: UGM Press.

Sinko, P. 1990. Farmasi Fisika Buku II. Jakarta: UI Press.

Tungadi, R. 2009. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Universitas Gorontalo.


Gorontalo.

Praktikum Farmasi Fisika 8


Program Studi Farmasi UFDK
OBJEK III
TEGANGAN PERMUKAAN

I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mampu mengenal konsep dan pengukuran tegangan permukaan
(air, paraffin cair, Na Lauryl Sulfat 0,1%; Na Lauryl Sulfat 0,05%; Na Lauryl
Sulfat 0,01%) dengan metode kenaikan kapiler.

II. DASAR TEORI


Tegangan muka adalah gaya yang terjadi pada permukaan suatu cairan yang
menghalangi ekspansi cairan tersebut. Hal ini disebabkan oleh gaya tarik yang
tidak seimbang pada antar muka (interface) cairan. Jika terdapat dua fasa atau
lebih berada bersama-sama, maka batas antara fase-fase disebut dengan antar
muka. Tegangan antar muka (interfacial) adalah gaya per satuan panjang yang
terjadi pada antar fase cair yang tidak dapat bercampur. Tegangan antar muka
selalu lebih kecil daripada tegangan muka karena adanya gaya adhesif antara 2
fasa cair yang membentuk antar muka lebih besar dari gaya adhesif antara fasa
cair dan fasa gas yang membentuk antar muka.
Tegangan muka dan tegangan antar muka dapat diukur dengan metode
kenaikan kapiler dan metode cincin Du Nuoy. Pada metode kenaikan kapiler,
cairan akan naik ke pipa sampai ketinggian tertentu bila suatu tabung kapiler
diletakkan ke dalam cairan di dalam beaker gelas. Hal ini terjadi apabila kekuatan
adhesi antara molekul-molekul cairan dan dinding kapiler lebih besar daripada
kohesi antara molekul-molekul cairan. Cairan ini membasahi dinding kapiler,
menyebar dan meninggi di dalam kapiler.

Tegangan muka = ½ r . h . d . g

Keterangan :
r = jari-jari kapiler
h = tinggi kenaikan
d = kerapatan cairan
g = gaya gravitasi

Praktikum Farmasi Fisika 9


Program Studi Farmasi UFDK
III. PROSEDUR PERCOBAAN PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Alat:
- Beaker gelas 100 mL - Neraca
- Piknometer - Pipa kapiler
- Termometer - Matglass
- Penggaris - Chamber
Bahan:
- Air
- Na Lauryl Sulfat 0,1%; 0,05%; 0,01%
- Paraffin cair

3.2 Prosedur Kerja


A. Penentuan volume piknometer pada suhu percobaan
1. Timbang piknometer kosong yang telah bersih dan kering.
2. Isi piknometer dengan air hingga penuh, lalu rendam ke dalam
chamber yang berisi air es. Tunggu hingga suhu ± 2 oC dibawah
suhu semula.
3. Angkat piknometer dari baskom, lalu buka tutup piknometer.
Biarkan pipa kapiler terbuka dan tunggu suhu naik menjadi suhu
percobaan lalu tutup pipa kapiler.
4. Tunggu sampai suhu kamar. Bersihkan air yang menempel dengan
tisu.
5. Timbang kembali piknometer dan lihat ke dalam tabel kerapatan
air pada suhu percobaan yang digunakan.
Volume air = volume piknometer

B. Penentuan kerapatan dan berat jenis zat


1. Timbang sampel (Natrium Lauryl Sulfat dan paraffin cair), lalu
encerkan dengan air.
2. Timbang piknometer kosong yang telah bersih dan kering.
3. Isi piknometer dengan sampel hingga penuh lalu rendam air es
hingga suhu hingga suhu ± 2oC dibawah suhu percobaan.
4. Angkat piknometer dari baskom, lalu buka tutup piknometer.
Biarkan pipa kapiler terbuka dan tunggu suhu naik menjadi suhu
percobaan lalu tutup pipa kapiler.
5. Tunggu sampai suhu kamar. Bersihkan air yang menempel dengan
tisu.
6. Timbang kembali piknometer. Hitung kerapatan dan berat jenis
sampel.

Praktikum Farmasi Fisika 10


Program Studi Farmasi UFDK
C. Penentuan tinggi kenaikan zat cair di dalam kapiler
1. Ukur sampel (air, natrium lauryl sulfat dan paraffin cair) sebanyak
40 mL dan masukkan ke dalam beaker gelas.
2. Masukkan pipa kapiler dan biarkan cairan naik sampai keadaan
stabil.
3. Tutup ujung pipa kapiler dengan jari, lalu ukur tingginya.
4. Lakukan 3 kali pengulangan, lalu hitung tegangan permukaan.

Praktikum Farmasi Fisika 11


Program Studi Farmasi UFDK
DAFTAR PUSTAKA

Gandjar, I. Gholib, dan A. Rahman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Kleinfelter, K. 1996. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Martin, A. 1990. Farmasi Fisika Buku I. Jakarta: UI Press.

Moechtar. 1990. Farmasi Fisika. Yogyakarta: UGM Press.

Sinko, P. 1990. Farmasi Fisika Buku II. Jakarta: UI Press.

Tungadi, R. 2009. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Universitas Gorontalo.


Gorontalo.

Praktikum Farmasi Fisika 12


Program Studi Farmasi UFDK
OBJEK IV
VISKOSITAS

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiwa mampu menjelaskan prinsip dasar viskositas.
2. Mahasiswa mampu menggunakan alat untuk penentuan viskositas.
3. Mahasiswa mampu menentukan viskositas beberapa cairan.

II. DASAR TEORI


Kekentalan merupakan sifat dari suatu zat cair (fluida) yang disebabkan oleh
gesekan antara molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair
tersebut. Gesekan-gesekan ini yang nantinya menghambat aliran zat cair.
Besarnya kekentalan zat cair (viskositas) dinyatakan dengan suatu bilangan yang
menentukan kekentalan suatu zat cair. Hukum viskositas Newton menyatakan
bahwa untuk laju perubahan bentuk sudut fluida yang tertentu maka tegangan
geser berbanding lurus dengan viskositas. Viskositas adalah gesekan interval,
gaya viskos melawan gerakan sebagai fluida relatif terhadap yang lain.
Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya
gesekan antar lapisan material. Karenanya viskositas menunjukkan tingkat
ketahanan suatu cairan untuk mengalir. Semakin besar viskositas maka aliran
akan semakin lambat. Besarnya viskositas dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti temperatur, gaya tarik antar molekul dan ukuran serta jumlah molekul
terlarut. Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki
tingkat kekentalan yang berbeda. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena
adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam
zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul. Viskositas dapat
dinyatakan sebagai tahanan aliaran fluida yang merupakan gesekan antara
molekul – molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah
mengalir, dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya
bahan-bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi.

III. PROSEDUR PERCOBAAN PRAKTIKUM


3.1 Alat dan Bahan
Alat:
- Piknometer
- Viskometer Ostwald
- Neraca analitik
- Pipet tetes
- Gelas ukur

Praktikum Farmasi Fisika 13


Program Studi Farmasi UFDK
Bahan:
- Aquadest
- Alkohol
- Aseton

3.2 Prosedur Kerja


A. Penentuan berat jenis larutan
1. timbang piknometer kosong yang telah bersih dan kering.
2. Isi piknometer dengan sampel (aquadest, alcohol dan aseton) lalu
timbang kembali piknometer.
3. Tentukan berat jenis larutan.

B. Penentuan viskositas cairan dengan viskometer Ostwald


1. Masukkan cairan (aquadest, alkohol dan aseton) ke dalam
viscometer Ostwald, sedot hingga batas paling atas.
2. Pasang stopwatch mulai saat zat cair turun dari tanda batas atas
dan berhenti saat zat cair berada di tanda batas bagian bawahnya.
3. Tentukan viskositas cairan.

Praktikum Farmasi Fisika 14


Program Studi Farmasi UFDK
DAFTAR PUSTAKA

Gandjar, I. Gholib, dan A. Rahman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Kleinfelter, K. 1996. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Martin, A. 1990. Farmasi Fisika Buku I. Jakarta: UI Press.

Moechtar. 1990. Farmasi Fisika. Yogyakarta: UGM Press.

Sinko, P. 1990. Farmasi Fisika Buku II. Jakarta: UI Press.

Tungadi, R. 2009. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Universitas Gorontalo.


Gorontalo.

Praktikum Farmasi Fisika 15


Program Studi Farmasi UFDK
OBJEK V
SISTEM DISPERSI DAN KOLOID

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiwa memahami gambaran mengenai sifat-sifat larutan kolloidal dan
mengenal penggolongan larutan kolloidal
2. Mahasiswa dapat mengenal macam-macam dispersi kolloidal dengan baik
dan benar.

II. DASAR TEORI


Sistem terdispersi terdiri dari partikel-partikel kecil (fase terdisper) yang
terdistribusi dalam medium (medium terdispersi). Partikel-partikel kecil yang
terdispersi terdiri dari berbagai ukuran mulai dari ukuran atom dan molekul
hingga partikel-partikel besar yang dapat diukur dalam satuan millimeter. Untuk
itu sistem terdispersi digolongkan dalam 3 golongan yaitu dispersi molekul,
dispersi koloid, dan dispersi kasar. Mobilitas koloid dipengaruhi oleh perubahan
kimia larutan yang mengubah interaksi gaya- gaya antara permukaan koloid dan
butiran aquifer. Gaya antar muka itu terdiri dari gaya tarik menarik Londonvan
der Waals dan gaya tolak menolak. Hasil netto dari interaksi kedua gaya
permukaan tersebut dijelaskan dengan teori DLVO. Agar koloid dapat bergerak
perubahan kimia larutan harus menghasilkan gaya repulsi pada permukaan
koloid dan butiran yang lebih besar dari gaya tarik menariknya. Transport koloid
ini dapat dihambat dengan filtrasi. Karenaukurannya yang relatif besar
dibandingkan dengan larutan, maka koloid mempunyai sifat yang sangat berbeda
dengan unsure terlarut.
Koloid Liofilik adalah partikel kolid yang suka dengan pelarutnya, maka
partikel koloidnya banyak berinteraksi dengan medium dispersi. Karena
afinitasnya terhadap medium dispersi, maka bahan-bahan tersebut relatif mudah
membentuk dispersi koloid. Jadi kolodal liofilik biasanya hanya diperoleh dengan
melarutkan bahan dalam pelarut yang digunakan. Koloidal Liofobik adalah
partikel yang benci pelarutnya, maka partikel koloidnya mempunyai gaya tarik
menarik kecil terhadap medium dispers sehingga selimut pelarut disekitar
partikel tidak terbentuk. Umumnya pada partikel anorganik yang terdispersi
dalam air. Koloid gabungan atau koloid amfifilik merupakan golongan ke tiga dari
penggolongan koloid. Molekula-molekul atau ion-ion tertentu disebut amfifil atau
zat aktif permukaan. Amfifil atau zat aktif permukaan ini berciri mempunyai dua
daerah yang berbeda yang melawan afinitas larutan dalam molekul atau ion yang
sama. Jika ada dalam suatu medium cair dengan konsentrasi rendah, amfifil
berada dalam suatu medium cair dengan konsentrasi rendah. Jika konsentgrasi
ditingkatkan, terjadi agregasi pada suatu jangkauan konsentrasi yang sangat
sempit

Praktikum Farmasi Fisika 16


Program Studi Farmasi UFDK
III. PROSEDUR PERCOBAAN PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Alat:
- Beaker gelas - Neraca digital
- Viskometer - Pompa filter
- Piknometer - Gelas ukur
- Mortir/ Stamper - Buret
- Labu Ukur - Erlenmeyer
- Cawan Porselin

Bahan:
- Mucilago Gum Arabici 35%
- Larutan Natrium Lauril Sulfat 0,1%
- Larutan Gelatin 5% dan 10%
- Larutan FeCl3 0,25 gram dan 0,5 gram
- Larutan NaCl 20%
- Alkohol
- Air Es

3.2 Prosedur Kerja


A. Pembuatan larutan kolloidal
1. Pembuatan larutan mucilago gom arab 35% sebanyak
100mL

Ditimbang gom arab 35gr, dimasukan dalam mortir

Diukur aquadest, dimasukan dalam mortir sedikit demi sedikit

Diaduk hingga homogen, larutan yang terbentuk dimasukan dalam labu takar 100mL

Ditambahkan aquadest hingga batas tanda, homogenkan

Praktikum Farmasi Fisika 17


Program Studi Farmasi UFDK
2. Pembuatan larutan Natrium lauril sulfat 0,1% sebanyak
100mL
Ditimbang Na laurel sulfat 0,1 gr, dimasukan dalam beaker glass

Diukur aquadest setengah volume total, dimasukan dalam beaker glass aduk homogen

Dimasukan larutan yang terbentuk dalam labu takar 100mL

Ditambahkan aquadest hingga tanda, homogenkan

3. Pembuatan larutan FeCl3 0,25% dan 0,5% sebanyak 100mL

Ditimbang FeCl3 0,25 gram dan 0,5gram, dimasukan dalam mortir

Diukur aquadest panas, dimasukan dalam mortir sedikit demi sedikit

Diaduk hingga homogen, larutan yang terbentuk dimasukan dalam labu takar 100mL

Ditambahkan aquadest hingga tanda, homogenkan

4. Pembuatan larutan gelatin 5% sebanyak 100mL

Ditimbang gelatin 5 gr, dimasukan dalam mortir

Diukur aquadest panas, dimasukan dalam mortir sedikit demi sedikit

Diaduk hingga homogen, larutan yang terbentuk dimasukan dalam labu takar 100mL

Ditambahkan aquadest hingga tanda, homogenkan

Praktikum Farmasi Fisika 18


Program Studi Farmasi UFDK
5. Pembuatan larutan gelatin 10% sebanyak 100mL

Ditimbang gelatin 10 gr, dimasukan dalam mortir

Diukur aquadest panas, dimasukan dalam mortir sedikit demi sedikit

Diaduk hingga homogen, larutan yang terbentuk dimasukan dalam labu takar 100mL

Ditambahkan aquadest hingga tanda, homogenkan

B. Viskositas koloid
1. Pengecekan viskositas larutan FeCl3 0,25% & 0,5%

Disiapkan viscometer brookfield, diambil larutan FeCl 3 dimasukan dalam beaker

Diletakan beaker berisi larutan di bawah spindle, alat diatur

Dilakukan pengecekan dan catat hasil

2. Pengecekan viskositas larutan gelatin 5% & 10%

Disiapkan viscometer brookfield, diambil larutan gelatin dimasukan dalam beaker

Diletakan beaker berisi larutan di bawah spindle, alat diatur

Dilakukan pengecekan dan catat hasil

C. Pengaruh elektrolit terhadap koloid


1. Titrasi larutan mucilago gom arab 35% dengan NaCl 20%

Diambil 20mL larutan gom 35%, dimasukan dalam labu erlenmeyer

Dilakukan titrasi dengan larutan NaCl20%, catat perubahan tiap 2 mL pada form

2. Dicatat
Titrasipada penambahan
larutan berapa
Na lauril mL0,1%
sulfat terjadi endapan
dengan NaCl 20%

Praktikum Farmasi Fisika 19


Program Studi Farmasi UFDK
Diambil 20mL larutan Na lauril sulfat 0,1%, dimasukan dalam labu erlenmeyer

Dilakukan titrasi dengan larutan NaCl 20%, catat perubahan tiap 2 mL pada form

Dicatat pada penambahan tiap berapa mL terjadi endapan

3. Titrasi larutan FeCl3 0,25% dengan NaCl 20%

Diambil 20mL larutan FeCl3 0,25%, dimasukan dalam labu erlenmeyer

Dilakukan titrasi dengan larutan NaCl 20%, catat perubahan tiap 2 mL pada form

Dicatat pada penambahan berapa mL terjadi endapan

4. Titrasi larutan FeCl3 0,5% dengan NaCl 20%

Diambil 20mL larutan FeCl3 0,5%, dimasukan dalam labu erlenmeyer

Dilakukan titrasi dengan larutan NaCl 20%, catat perubahan tiap 2 mL pada form

Dicatat pada penambahan berapa mL terjadi endapan

5. Titrasi larutan gelatin 5% dengan NaCl 20%

Diambil 20mL larutan gelatin 5%, dimasukan dalam labu erlenmeyer

Dilakukan titrasi dengan larutan NaCl 20%, catat perubahan tiap 2 mL pada form

Dicatat pada penambahan berapa mL terjadi endapan

Praktikum Farmasi Fisika 20


Program Studi Farmasi UFDK
6. Titrasi larutan gelatin 10% dengan NaCl 20%

Diambil 20mL larutan gelatin 10%, dimasukan dalam labu erlenmeyer

Dilakukan titrasi dengan larutan NaCl 20%, catat perubahan tiap 2 mL pada form

Dicatat pada penambahan berapa mL terjadi endapan

7. Titrasi campuran larutan FeCl3 0,5% dan larutan gelatin


10% dengan NaCl 20%

Diambil 20mL larutan FeCl3, dimasukan dalam labu erlenmeyer

Diambil 5 mL larutan gelatin 10%, dimasukan dalam labu Erlenmeyer, homogenkan

Dilakukan titrasi dengan larutan NaCl 20%, catat perubahan tiap 2 mL pada form

Dicatat pada penambahan berapa mL terjadi endapan

D. Pengaruh alkohol terhadap koloid

1. Titrasi larutan gelatin 5% dengan Alkohol 96%

Diambil 10mL larutan gelatin 5%, dimasukan dalam labu erlenmeyer

Dilakukan titrasi dengan larutan Alkohol 95%

Dicatat pada penambahan berapa mL terjadi endapan pada form

2. Titrasi larutan gelatin 10% dengan Alkohol 96%

Diambil 10mL larutan gelatin 10%, dimasukan dalam labu erlenmeyer

Dilakukan titrasi dengan larutan Alkohol 96%

Dicatat pada penambahan berapa mL terjadi endapan pada form

Praktikum Farmasi Fisika 21


Program Studi Farmasi UFDK
DAFTAR PUSTAKA

Gandjar, I. Gholib, dan A. Rahman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Kleinfelter, K. 1996. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Martin, A. 1990. Farmasi Fisika Buku I. Jakarta: UI Press.

Moechtar. 1990. Farmasi Fisika. Yogyakarta: UGM Press.

Sinko, P. 1990. Farmasi Fisika Buku II. Jakarta: UI Press.

Tungadi, R. 2009. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Universitas Gorontalo.


Gorontalo.

Praktikum Farmasi Fisika 22


Program Studi Farmasi UFDK
OBJEK VI
LARUTAN

I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh pelarut campuran terhadap
kelarutan zat.

II. DASAR TEORI


Kelarutan suatu zat didefinisikan sebagai jumlah solut yang dibutuhkan
untuk menghasilkan suatu larutan jenuh dalam sejumlah solven. Pada suatu
temperatur tertentu suatu larutan jenuh yang bercampur dengan solut yang tidak
terlarut merupakan contoh lain dari keadaan kesetimbangan dinamik.
Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut
polar akan melarutkan lebih baik zat-zat polar dan ionik, begitu pula sebaliknya.
Kelarutan juga bergantung pada struktur zat, seperti perbandingan gugus polar
dan non polar dari suatu molekul. Makin panjang rantai gugus non polar suatu zat,
makin sukar zat tersebut larut dalam air. Menurut Hilderbrane : kemampuan zat
terlarut untuk membentuk ikatan hydrogen lebih pentig dari pada kemolaran
suatu zat. Senyawa polar (mempunyai kutub muatan) akan mudah larut dalam
senyawa polar.
Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah
yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara solute yang terlarut dan
yang tak terlarut. Banyaknya solute yang melarut dalam pelarut yang banyaknya
tertentu untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut kelarutan (solubility)
zat itu. Kelarutan umumnya dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 mL
pelarut, atau per 100 gram pelarut pada temperatur yang tertentu. Jika kelarutan
zat kurang dari 0,01 gram per 100 gram pelarut, maka zat itu dikatakan tak larut
(insoluble).

III. PROSEDUR PERCOBAAN PRAKTIKUM


3.1 Alat dan Bahan
Alat:
- Erlenmeyer
- Buret
- Klem

Bahan:
- Air
- Alkohol
- Propilen glikol

Praktikum Farmasi Fisika 23


Program Studi Farmasi UFDK
3.2 Prosedur Kerja
 Siapkan masing masing larutan dan campurkan.

1.

Air 15 ml Alkohol 0 ml propilenglikol 10 ml campurkan

2.

Air 15 ml Alkohol 1,25 ml propilenglikol 8,75 ml campurkan

3.

Air 15 ml Alkohol 2,5 ml propilenglikol 7,5 ml campurkan

4.

Air 15 ml Alkohol 3,75 ml propilenglikol 6,25 ml campurkan

5.

Air 15 ml Alkohol 5 ml propilenglikol 5 ml campurkan

Praktikum Farmasi Fisika 24


Program Studi Farmasi UFDK
6.

Air 15 ml Alkohol 7,5 ml propilenglikol 2,5 ml campurkan

7.

Air 15 ml Alkohol 8,75 ml propilenglikol 1,25 ml campurkan

8.

Air 15 ml Alkohol 10 ml propilenglikol 0 ml campurkan

 Larutkan luminal sedikit-sedikit pada masing-masing campuran pelarut

sampai larutan yang jenuh

1 2 3 4

5 6 7 8

Praktikum Farmasi Fisika 25


Program Studi Farmasi UFDK
 Kocok masing-masing campuran pelarut selama 1 jam

 Saring dan tentukan kadar luminal dengan titrasi alkalimetri

Praktikum Farmasi Fisika 26


Program Studi Farmasi UFDK
DAFTAR PUSTAKA

Gandjar, I. Gholib, dan A. Rahman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Kleinfelter, K. 1996. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Martin, A. 1990. Farmasi Fisika Buku I. Jakarta: UI Press.

Moechtar. 1990. Farmasi Fisika. Yogyakarta: UGM Press.

Sinko, P. 1990. Farmasi Fisika Buku II. Jakarta: UI Press.

Tungadi, R. 2009. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Universitas Gorontalo.


Gorontalo.

Praktikum Farmasi Fisika 27


Program Studi Farmasi UFDK
OBJEK VII
DIFUSI DAN DISOLUSI

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa menjelaskan difusi zat cair dan zat padat.
2. Mahasiswa mampu menentukan kecepatan disolusi suatu zat.
3. Mahasiswa mampu menggunakan alat penentuan kecepatan disolusi.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
kecepatan disolusi suatu zat.

II. DASAR TEORI


Difusi merupakan peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat
terlarut dari bagian konsentrasi zat terlarut tinggi ke rendah, sedangkan osmosis
adalah perpindahan zat pelarut melalui membran permeabel selektif dari bagian
konsentrasi zat terlarut yang rendah ke tinggi. . Contoh peristiwa difusi yang
sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh tawar dan contoh peristiwa
osmosis adalah kentang yang dimasukkan ke dalam air garam. Kecepatan difusi
ditentukan oleh : Jumlah zat yang tersedia, kecepatan gerak kinetik dan jumlah
celah pada membran sel.Sel memiliki membran yang melapisi dan berperan sebagai
gerbang masuk semua dan keluar semua zat.

Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk
sediaan padat ke dalam media pelarut. Kecepatan disolusi adalah suatu ukuran
yang menyatakan banyaknya suatu zat terlarut dalam pelarut tertentu setiap
satuan waktu. Persamaan kecepatan menurut Noyes dan Whitney sebagai berikut
(Ansel, 1993) :

Praktikum Farmasi Fisika 28


Program Studi Farmasi UFDK
Disolusi didefinisikan sebagai suatu proses melarutnya zat kimia atau
senyawa obat dari sediaan padat ke dalam suatu medium tertentu. Uji disolusi
berguna untuk mengetahui seberapa banyak obat yang melarut dalam medium
asam atau basa (lambung dan usus halus). Laju disolusi suatu obat adalah
kecepatan perubahan dari bentuk padat menjadi terlarut dalam medianya setiap
waktu tertentu. Jadi disolusi menggambarkan kecepatan obat larut dalam media
disolusi.

III. PROSEDUR PERCOBAAN PRAKTIKUM


3.1 Alat dan Bahan
Alat:
- Gelas 5 buah
- Sendok makan
- Stopwatch
Bahan:
- 2 sdm sirop merah
- 2 sdm tinta hitam
- 2 sdm gula pasir
- 2 sdm garam
- 2 sdm vetsin
- Aquades (Air dingin)
- Air panas

3.2 Prosedur Kerja


A. Difusi
1. Menuangkan aquades ke dalam 5 gelas dengan volume yang
sama 100 ml
2. Memberi nama tiap gelas sesuai nama zat yang akan
ditambahkan ke dalamnya, seperti gambar di bawah ini;

Praktikum Farmasi Fisika 29


Program Studi Farmasi UFDK
Sirup Tinta Gula Garam Vetsin

A B C D E

3. Menambahkan sirup merah ke dalam gelas A, tinta hitam


kedalam gelas B, gula pasir ke dalam gelas C, garam ke dalam
gelas D, dan vetsin ke dalam gelas E. Menambahkan sebanyak
satu sendok makan untuk setiap zat
4. Diamkan dan mengamati hal-hal yang terjadi pada masing-
masing gelas dan menghitung waktu yang diperlukan
5. Mencatat hasil pengamatan dalam table.
6. Untuk melihat pengaruh suhu melakukan hal yang sama
seperti langkah 1 s/d 5 tetapi airnya diganti dengan air panas.
Mengamati apa yang terjadi dan mencatat waktu yan
diperlukan, kemudian membuat kesimpulan dari pengamatan.

B. Disolusi
1. Pengaruh suhu terhadap kecepatan disolusi zat
 Isilah bejana dengan 900 ml
 Pasang thermostat pada suhu 300C
 Jika suhu air di dalam bejana sudah mencapai suhu 30 0C,
masukkan 2 g asam salisilat dan hidupkan motor penggerak
pada kecepatan 50 rpm
 Ambil sebanyak 20 ml air dari bejana setiap selang waktu 1, 5,
10, 15, 20, 25 dan 30 menit setelah pengadukan. Setiap selesai
pengambilan sampel, segera digantikan dengan 20 ml air.
 Tentukan kadar paracetamol terlarut dari setiap sampel dengan
cara titrasi asam-basa menggunakan NaOH 0,05 N dan
indocator fenolftalein. Lakukan koreksi perhitungan kadar yang
diperoleh setiap waktu terhadap pengenceran yang dilakukan
karena penggantian larutan dengan air suling
 Lakukan percobaan yang sama untuk suhu 400C dan suhu 500 C
 Tabelkan hasil yang diperoleh
 Buat kurva antara konsentrasi paracetamol yang diperoleh
dengan waktu untuk setiap satuan waktu (dalam satu grafik)

Praktikum Farmasi Fisika 30


Program Studi Farmasi UFDK
2. Pengaruh kecepatan pengadukan terhadap kecepatan
disolusi zat
 Isilah bejana dengan 900 ml
 Pasang thermostat pada suhu 300C
 Jika suhu air di dalam bejana sudah mencapai suhu 30 0C,
masukkan 2 gram paracetamol dan hidupkan motor penggerak
pada kecepatan 50 rpm
 Ambil sebanyak 20 ml air dari bejana setiap selang waktu 1, 5,
10, 15, 20, 25, dan 30 menit setelah pengadukan. Setiap selesai
pengambilan sampel, segera gantikan dengan 5 ml air.
 Tentukan kadar paracetamol terlarut dari setiap sampel dengan
cara titrasi asam-basa menggunakan NaOH 0,05 N dan indicator
fenolftalein. Lakukan koreksi perhitungan kadar yang diperoleh
setiap waktu terhadap pengenceran yang dilakukan karena
penggantian larutan dengan air suling
 Lakukan percobaan yang sama untuk kecepatan 100 dan 150
rpm
 Tabelkan hasil yang diperoleh
 Buat kurva antara konsentrasi paracetamol yang diperoleh
dengan waktu untuk setiap satuan waktu (dalam satu grafik)

Praktikum Farmasi Fisika 31


Program Studi Farmasi UFDK
DAFTAR PUSTAKA

Gandjar, I. Gholib, dan A. Rahman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Kleinfelter, K. 1996. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Martin, A. 1990. Farmasi Fisika Buku I. Jakarta: UI Press.

Moechtar. 1990. Farmasi Fisika. Yogyakarta: UGM Press.

Sinko, P. 1990. Farmasi Fisika Buku II. Jakarta: UI Press.

Tungadi, R. 2009. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Universitas Gorontalo.


Gorontalo.

Praktikum Farmasi Fisika 32


Program Studi Farmasi UFDK
OBJEK VIII
MIKROMERITIK

I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mampu menentukan ukuran partikel ZnO dan talkum dengan
menggunakan metode ayakan.

II. DASAR TEORI


Mikromeritik biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi tentang partikel
yang kecil. Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara. Ukuran
diameter rata-rata, ukuran luas permukaan rata-rata, volume rata-rata dan
sebagainya. Pengertian ukuran partikel adalah ukuran diameter rata-rata.
Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama mikromiretik oleh Dalla Valle.
Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat dengan
mikroskop biasa, sedang partikel emulsi dan suspensi farmasi serta serbuk halus
berada dalam jangkauan mikroskop optik. Partikel yang mempunyai ukuran
serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam granular berada dalam kisaran
ayakan

III. PROSEDUR PERCOBAAN PRAKTIKUM


3.1 Alat dan Bahan
Alat:
- Ayakan nomor mesh 20, 40, 60, 80, 100
- Mesin pengayak
- Sikat tabung
- Neraca

Bahan:
- ZnO
- Kertas timbang
- Tisu

3.2 Prosedur Kerja


1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ditimbang ZnO dan talk masing-masing sebanyak 25 g
3. Setiap ayakan lebih dahulu dibersihkan dengan sikat tabung kemudian
dilap dengan tissue untuk memastikan keringnya pengayak maupun
tidak terdapatnya partikel tertingggal lagi yang dapat menghalangi
proses pengayakan.
4. Ayakan kemudian diset pemasangnya pada fibrator pengayak dengan
nomor mesh 100 berada paling bawah disusul secara berurutan ke
atas : 80, 60, 40 dan teratas nomor mesh 20.

Praktikum Farmasi Fisika 33


Program Studi Farmasi UFDK
5. Talk yang telah ditimbang 25 g ditempatkan pada pengayak nomor
mesh 20, ditutup rapat mesin fibrator, kemudian mesin dijalankan
dengan kecepatan 5 rpm (rotasi per minutes) dan diset waktu
pengayakan selama 10 menit.
6. Setelah 10 menit, mesin fibrator akan berhenti secara otomatis.
Ayakan kemudian masing-masing dibuka/diambil dari mesin fibrator.
7. Fraksi serbuk yang tertinggal pada masing-masing pengayak dengan
nomor mesh berbeda ditimbang menggunakan timbangan miligram.
8. Dicatat data yang diperoleh dan dihitung nilai % tertahan serta ukuran
diameter partikel rata-rata pati jagung.
9. Dilakukan urutan kerja seperti di atas dengan sampel ZnO sebanyak 25
g.

Praktikum Farmasi Fisika 34


Program Studi Farmasi UFDK
DAFTAR PUSTAKA

Gandjar, I. Gholib, dan A. Rahman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Kleinfelter, K. 1996. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Martin, A. 1990. Farmasi Fisika Buku I. Jakarta: UI Press.

Moechtar. 1990. Farmasi Fisika. Yogyakarta: UGM Press.

Sinko, P. 1990. Farmasi Fisika Buku II. Jakarta: UI Press.

Tungadi, R. 2009. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Universitas Gorontalo.


Gorontalo.

Praktikum Farmasi Fisika 35


Program Studi Farmasi UFDK

Anda mungkin juga menyukai