Anda di halaman 1dari 7

PRAKTIKUM FARMASI FISIK

PERTEMUAN 6

ANNISA SHINTA CAHYANDA


22.0605.0018

S1 FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2022/2023
STABILITAS

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu :
a. Menerangkan factor-faktor yang mempengaruhi stabilitas zat
b. Menentukan energi aktivasi penguraian suatu zat
c. Menentukan waktu paruh suatu zat
d. Menggunakan data kinetika kimia untuk memperkirakan stabilitas suatu zat

II. DASAR TEORI


Stabilitas obat adalah derajat degradasi suatu obat dipandang dari segi
kimiaStabilitas obat dapat diketahui dari ada tidaknya penurunan kadar selama
penyimpanan (Connors,et al,1986).

Pada pembuatan obat harus diketahui waktu paro suatu obatWaktu paro suatu
obat dapat memberikan gambaran stabilitas obat, yaitu gambaran kecepatan terurainya
obat atau kecepatan degradasi kimiawinya. Panas, asam-asam, alkali-alkali, oksigen,
cahaya, kelembaban dan faktor-faktor lain dapat menyebabkan rusaknya obat.
Mekanisme degradasi dapat disebabkan oleh pecahnya suatu ikatan, pergantian
spesies, atau perpindahan atom- atom dan ion-ion jika dua molekul bertabrakan dalam
tabung reaksi (Moechtar, 1989)Ada dua hal yang menyebabkan ketidakstabilan obat,
yang pertama adalah labilitas dari bahan obat dan bahan pembantu, termasuk struktur
kimia masing-masing bahan dan sifat kimia fisika dari masing-masing bahanYang
kedua adalah faktor-faktor luar, seperti suhu, cahaya, kelembaban, dan udara, yang
mampu menginduksi atau mempercepat reaksi degradasi bahan. Skala kualitas yang
penting untuk menilai kestabilan suatu bahan obat adalah kandungan bahan aktif,
keadaan galenik, termasuk sifat yang terlihat secara sensorik, secara miktobiologis,
toksikologis, dan aktivitas terapetis bahan itu sendiriSkala perubahan yang diijinkan
ditetapkan untuk obat yang terdaftar dalam farmakope. Kandungan bahan aktif yang
bersangkutan secara internasional ditolerir suatu penurunan sebanyak 10% dari
kandungan sebenarnya (VoightR., 1994).

Suatu obat kestabilannya dapat dipengaruhi juga oleh pH, dimana reaksi
penguraian dari larutan obat dapat dipercepat dengan penambahan asam (H+) atau
basa (OH-) dengan menggunakan katalisator yang dapat mempercepat reaksi tanpa
ikut bereaksi dan tidak mempengaruhi hasil dari reaksi. (Ansel, 1989)Kestabilan dari
suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu
sediaan farmasi. Hal itu penting mengingat sediaannya biasanya diproduksi dalam
jumlah yang besar dan juga memrlukan waktu yang lama untuk sampai ketangan
pasien yang membutuhkannya. Oabt yang disimpan dalam jangka waktu yang lama
dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil urai dari zat tersebut bersifat
toksik sehingga dapat membahaykan jiwa pasien. Oleh karena itu, perlu diketahui
faktor-faktor apa saja yang dalam jumlah yang besar dan juga memrlukan waktu yang
lama untuk sampai ketangan pasien yang membutuhkannya. Obat yang disimpan
dalam jangka waktu yang lama dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil
urai dari zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat membahaykan jiwa pasien.Oleh
karena itu, perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kestabilan suatu
zat hingga dapat dipilih suatu kondisi dimana kestabilan obat tersebut optimum
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia2004). Stabilitas fisik dan kimia bahan
obat baik dan tersendiri dengan bahan-bahan dari formulasi yang merupakan kriteria
paling penting untuk menentukan suatu stabilitas kimia dan farmasi serta
mempersatukannya sebelum memformulasikan menjadi bentuk-bentuk sediaan.
(Ansel),berkaitan obat pengeluaran obat proses ditribusi dengan berbagai
penyimpanan dalam tubuhmelalui jalur-jalur pelepasantingkat molekular obat dengan
menganggap timbulnya respon dari obat proses dekomposisi ditunjukkan oleh
kecepatan dinyatakan dengan tetapan kecepatan harga resiprok detikdan Kecepatan
terurainya yang persamaan tetapan.

Di dalam reaksi kimia, untuk mencerai-beraikan ikatan kimia dibutuhkan


energi dan untuk membentuk ikatan-ikatan baru dilepaskan energiUmumnya, ikatan-
ikatan harus diceraikan sebelum ikatan-ikatan yang baru terbentuk. Maka baik dalam
reaksi endoterm maupun eksoterm tetap dibutuhkan energi untuk mencerai-beraikan
ikatan-ikatan kimia untuk memulai terjadinya suatu reaksiEnergi yang dibutuhkan
inilah yang disebut sebagai Ea (energi aktivasi)Ea adalah adalah energi minimum
yang diperlukan untuk melangsungkan terjadinya suatu reaksi.

III. ALAT DAN BAHAN


• ALAT
1. Vial
2. Oven
3. Beker glass
4. Buret
5. Timbangan analtik
6. Labu ukur
7. Gelas ukur
8. Pipet tetes

• BAHAN
1. Aquadest
2. Asetosal
3. Na,Sitrat
4. Naoh
5. Indikator PP
IV. METODE PRAKTIKUM
a. Pembuatan larutan asetosal Timbang seksama 15 g natrium sitrat, buat larutan
jenuh natrium sitrat dalam air hangat kemudian dinginkan. Timbang seksama 12,5
g asetosal kemudian larutkan dalam larutan jenuh natrium sitrat sedikit demi
sedikit dan tambahkan aquadest ad 250 ml.
b. Masukkan 50 mL larutan ke dalam 2 buah vial, kemudian tutup rapatVial
disimpan dalam oven dengan temperatur 20-25°C (suhu ruang): 70°C.
c. Setelah pemanasan 60 menit ambil vial dari semua suhu dan dinginkan. Tentukan
konsentrasi asetosalCara yang sama setelah pemanasan 2 jam dan 3 jam.
d. Penetun konsentrasi asetesal:
Pipet 10 ml larutan dan tirani dengan larutan baku NCHIN menggunakan
indikator PE Lakukan tritani masing-masing triplo
e. Konsentrasi awal (Co) ditentukan dari lantan asal (tanpa petmanasan)
f. Tentukan tingkat naka peruraian asetosal dengan cara subtitusi dan cara grafik.

V. HASIL PRAKTIKUM

(KELOMPOK 1) (KELOMPOK 2)

(KELOMPOK 3) (KELOMPOK 4)
(KELOMPOK 5) (KELOMPOK 6)

VI. PEMBAHASAN DI SERTAI JURNAL ILMIAH

Na.Sitrat dan asetosal yang berupa serbuk hablur putih dilarutkan dalam
aquadest karena mudah larut dalam aquades.Pada percobaan ini larutan dibuat dengan
mencampurkan Na.sitrat,asetosal dan aquadest dalam 250 ml.Larutan dibuat tanpa
mengurangi kadar tersebut yang telah ditentukan. Larutan dibuat dengan melarutkan
Na sitrat dengan asetosal terlebih dahulu, kemudian ditambahkan dengan aquadest
sampai 250 ml.

Larutan dibuat dalam labu ukur 250 ml agar volumenya lebih tepat dan lebih
akurat karena labu ukur merupakan alat kimia yang mempunyai nilai akurasi tinggi
dibandingkan dengan gelas beaker.Pemanasan dilakukan bukan dengan api langsung
melainkan dengan penangas air karena jika dilakukan dengan api langsung akan
menyebabkan kenaikan suhu yang sangat cepat, sementara dalam praktikum ini
dibutuhkan suhu yang konstan,tetapi dengan waktu yang bebeda sampai 60 menit.Dan
terdapat juga larutan yang di diamkan di suhu ruang dengan waktu 60 menit.Lalu di
titarasi.

Tujuan dari perbedaan waktu pemanasan ini adalah untuk mengetahui


seberapa besar energi aktivasi yang diperlukan untuk masing-masing larutan. Dari
data pengamatan yang diperolehpanjang gelombang dari masing-masing vial tidak
jauh berbeda satu sama lain hal ini dikarenakan perbedaan dari lamanya pemanasan

Metode pengujian stabilitas obat dengan kenaikan temperatur tidak dapat


diterapkan untuk semua jenis sediaan terutama untuk produk yang mengandung bahan
pensuspensi seperti metilselulosa yang menggumpal pada pemanasan, protein yang
mungkin didenaturasi, salep dan suppositoria yang yang meleleh pada kondisi
temperatur yang sedikit dinaikkan. Oleh karena itu, praktikan harus teliti dalam
memilih metode pengujian stabilitas suatu obat atau suatu sediaan obat.
Selain temperatur, stabilitas obat dapat dipengaruhi juga oleh efek
pengemasan dan penyimpanan. Sediaan berupa larutan masa simpannya relatif lebih
singkat dibandingkan dengan bentuk sediaan padat, karena sediaan larutan mudah
terurai dan bereaksi dengan keadaan sekitarnya atau lingkungannya (suhu dan
cahaya).
Ketika temperatur ditingkatkan maka laju reaksinya akan meningkat. Laju
reaksi akan berlipatganda setiap kenaikan suhu tertentu. Dan angka dari derajat suhu
yang diperlukan untuk melipatgandakan laju reaksi akan berubah secara bertahap
seiring dengan meningkatnya temperatur.

Temperatur dapat mempengaruhi gerak molekul, dimana seluruh molekul zat


bergerak dengan arah dan laju yang sama. Adanya kenaikan temperatur
mempengaruhi arah dan kecepatan gerak molekul sehingga molekul bergerak dengan
kecepatan dan arah yang berbeda.

VII. KESIMPULAN
Dari Hasil pengamatan yang telah diperoleh, maka dapat disimpulkan: Stabilitas obat
sangat di pengaruhi oleh perubahan suhu, semakin tinggi suhu maka stabilitas suatu obat
menurunSemakin lama pemanasan maka semakin turun stabilitas obat Expired date cairan
kofein berkurang dengan bertambahnya suhu.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Mohtar ,1989,farmasi fisika gajah mada universitas press; yogyakarta
Hardjadi,1993, ilmu kimia analtiki dasar,pt gramedia pestaka; jakarta
Anonim, 2023, penuntun praktikum farmasi fisika, universitas muhammadiyah
magelang;magelang
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Lachman, L.LiebermanH. AKanig, JL., 1986,
Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi ketiga.
IX. LAMPIRAN

(Proses pada saat titrasi kel 2)

Anda mungkin juga menyukai