LOTION
Tim Penyusun :
Agnes Cindy Nathania
Alexander Victory
Erica Carolina
Erwin
Karina Dwi Natalia
M. Aditya W
Nathania Leony
UNIVERSITAS INDONESIA
Page
1
FAKULTAS FARMASI
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat serta karuniaNya kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai sediaan lotion tepat pada waktunya. Kami
juga berterima kasih kepada Bapak Dr.Mahdi Jufri, M.Si selaku dosen pembimbing mata kuliah
Farmasetika Teori yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat membantu dalam memperluas wawasan pembaca mengenai
bentuk sediaan obat khususnya sediaan lotion. Makalah ini meliputi definisi lotion, perbedaan lotion
dan cream, serta cara pembuatan lotion.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Sekiranya makalah sederhana ini dapat bermanfaat
bagi siapapun yang membacanya. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan,
penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI............................................................................................................. 4
BAB I...................................................................................................................... 6
PENDAHULUAN....................................................................................................... 6
LATAR BELAKANG.......................................................................................................................6
TUJUAN..........................................................................................................................................7
METODE PENULISAN...................................................................................................................7
BAB II..................................................................................................................... 8
ISI.......................................................................................................................... 8
DEFINISI LOTION...........................................................................................................................8
CONTOH-CONTOH LOTION OBAT............................................................................................12
PERBANDINGAN LOTION DAN CREAM..................................................................................14
CARA MEMBUAT LOTION..........................................................................................................15
MACAM-MACAM FASE MINYAK DAN AIR.............................................................................18
BAHAN TAMBAHAN DALAM LOTION....................................................................................18
CONTOH RESEP LOTION............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 22
Page
3
ABSTRAKSI
Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat penyakit, membebaskan gejala, atau
mengubah proses kimia dalam tubuh. Obat merupakan suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang
dimaksudkan
untuk
digunakan
dalam
menetapkan
diagnosis,
mencegah,
mengurangkan,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan
manusia termasuk obat tradisional.
Sejarah Munculnya Obat :
a. Obat-obatan pada Masa Awal Sejarah
Bahan obat-obatan dalam bentuk tumbuh-tumbuhan dan mineral telah ada jauh sebelum keberadaan
manusia. Penyakit-penyakit yang diderita manusia dan naluri dari manusia untuk mempertahankan
hidupnya telah memicu berbagai penemuan-penemuan obat, walaupun dalam bentuk yang sederhana.
Sebagai contoh, naluri orang-orang primitif untuk menghilangkan rasa sakit pada luka adalah dengan
merendamnya pada air dingin atau menempelkan daun segar pada luka. Anggapan bahwa penyakit
disebabkan oleh masuknya roh jahat ke dalam tubuh penderita. Pengobatan biasanya dilakukan dengan
cara mengusir pengganggu yang masuk dari tubuh penderita. Dari sejarah diketahui bahwa cara
pengobatan seperti ini memakai mantra, penggunaan bunyi-bunyian dan pemberian ramuan tumbuhtumbuhan.
b. Obat-obatan pada Masa Manusia Mengenal Tulisan
Ahli arkeologi menemukan tablet kuno dan tulisan-tulisan pada batu tentang dokumen ilmu kedokteran
dan farmasi yang ditulis pada sekitar tahun 3000 sebelum masehi. Penemuan yang paling terkenal
Page
4
adalah Papyrus Ebers, suatu kertas yang panjangnya 60 kaki dan lebarnya 1 kaki pada abad ke-16
sebelum masehi di kuburan mumi oleh George Ebers, seorang Mesir berkewarganegaraan Jerman. Isi
dari Papyrus Ebers menguraikan lebih dari 800 formula atau resep dan menyebutkan sekitar 700 obatobatan. Obat-obatan tersebut berasal dari tumbuh-tumbuhan, dan beberapa obat berasal dari mineral
dan hewan.
Pada masa itu bahan pembawa yang digunakan dalam sediaan adalah anggur, susu, madu dan bir.
Lumpang, penggilingan tangan, ayakan dan timbangan biasa telah digunakan oleh orang Mesir untuk
membuat suppositoria, obat kumur, pil, obat hisap, lotion, salep mata dan plester. Jadi pada masa
tersebut, pembuatan obat-obatan masih sangat tradisional dan tidak efisien, selain itu hasilnya pun
menjadi kurang efektif (misalnya untuk membuat obat jantung hanya bisa dibuat infus dari daun
digitalis). Di masa modern ini dengan semakin berkembangnya teknologi pembuatan obat (misalnya
ekstraksi, timbangan elektrik yang peka, mesin tablet dan lain-lain) maka banyak ditemukan obat-obat
baru yang lebih manjur, tidak beracun dan mudah dipakai.
Page
5
BAB I
PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG
Obat merupakan suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan
dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau
hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk
obat tradisional. Bahan aktif obat agar digunakan nyaman, aman, efisien dan optimal dikemas
dalam bentuk sediaan obat atau disebut sediaan farmasi. Bentuk sediaan obat dapat
mengandung satu atau lebih komponen bahan aktif. Formulasi BSO memerlukan bahan
tambahan contohnya antara lain bahan pelarut atau bahan pelicin. Macam bahan tambahan
tergantung macam Bentuk Sedian Obat. Bahan tambahan bersifat netral. Sehingga
didapat Definisi Bentuk Sediaan Obat adalah sediaan obat yang mengandung satu atau lebih
bahan berkhasiat dan biasanya ditambah vehikulum (bahan pengisi atau bahan pelarut).
Pengertian Obat Secara Khusus :
1. Obat Jadi
Page
6
Obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk serbuk, tablet, pil, kapsul, supositoria,
cairan salep atau bentuk lainnya yang mempunyai teknis sesuai dengan F1 atau buku resmi lain
yang ditetapkan pemerintah.
2. Obat Paten
Yaitu obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama pembuat yang dikhususkannya
dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya.
3. Obat Baru
Yaitu obat yang terdiri atas atau berisi zat yang berkhasiat ataupun tidak berkhasiat, misalnya
lapisan pengisi, pelarut, pembantu, atau komponen lain,yang belum dikenal sehingga tidak
diketahui khasiat dan kegunaannya.
4. Obat Asli
Yaitu obat yang didapat langsung dari bahan-bahan alami Indonesia, terolah secara sederhana
atas dasar pengalaman dan digunakan dalam pengobatan tradisional.
5. Obat Tradisional
Yaitu obat yang didapat dari bahan alam (Mineral, tumbuhan, atau hewan) terolah secara
sederhana atas dasar pengalaman dan digunakan dalam pengobatan tradisional.
6. Obat Esensial
Yaitu obat yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat terbanyak dan
tercantum dalam daftar obat esensial (DOEN) yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI.
7. Obat Generik
Yaitu obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam F1 untuk zat berkhasiat yang
dikandungnya.
II.
TUJUAN
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai
bentuk sediaan obat khususnya sediaan lotion dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua.
Page
7
III.
METODE PENULISAN
Penulis mempergunakan metode kepustakaan. Dalam metode ini penulis membaca buku-buku
yang berkaitan denga penulisan makalah ini.
BAB II
ISI
I.
DEFINISI LOTION
Lotions are suspension solid material in an aqueous vehicle, although certain emultions and even
somme true solution have been designated as solution because of either their appierence or
application. Lotions maybe prefered over semisolid preparations because of their nongreasy character
and their incresed spredibility over large areas of skin.[1]
Menurut Ansel edisi ke 7, Lotion adalah suspensi berisi material solid di dalam larutan pembawa,
walaupun demikian, ada beberapa emulsi tertentu dan larutan asli yang dikategorikan sebagai larutan
dikarenakan penampilan dan pengaplikasiannya. Larutan lebih menjadi pilihan dibanding cara
pembuatan semisolid karena karakteristiknya yang tidak berminyak dan kemampuan persebarannya
yang merata pada area kulit yang luas.
Page
8
Lotions are liquid or semi-liquid preparations containing one or more active ingredients in suitable
vehicles. They are intended to be applied to the unbroken skin without effriction. Lotions may contain
suitable antimicrobial preservatives, unless the active ingredients or vehicle have sufficient intrinsic
antibacterial and antifungal activity. They may contain other suitable auxiliary substances such as
stabilizers.[2]
Menurut British Pharmacopeia 1993, Lotion adalah sediaan cair atau semi-cair yang mengandung satu
atau lebih bahan aktif didalam wadah yang tepat. Penggunaan lotion tidak ditujukan untuk kulit yang
terluka. Lotion dapat ditambahkan bahan antimikroba kecuali bahan aktif atau basis memiliki khasiat
antimikroba atau antifungi. Lotion juga dapat ditambahkan stabilisator.
Storage : lotions should be kept in well-closed containers.
Penyimpanan : lotion harus disimpan pada wadah tertutup rapat.
Labelling : The label states (1) the names and concentrations of the active ingredients; (2) that the
Lotion is intended for external use only; (3) that the Lotions should be shaken before use; (4) the date
after which the Lotion is not intended to be used; (5) the conditions under which the Lotion should be
stored.
Penandaan pada lotion :
1.
2.
3.
4.
5.
Lotions are fluid or thixotropic emultions or suspensions intended for external application to the body.
Some, like calamine lotion, consists of finely powdered, insoluble solid held in more or less permanent
suspension by the presence of suspending agent and/or surface-active agent. Others are emultions of
the oil-in-water type stabilized by a surface-active agent.[3]
Menurut United States Pharmacopeia, Lotion adalah cairan atau emulsi thixotropic atau suspense yang
ditunjukkan untuk penggunaan luar. Beberapa diantaranya, seperti calamine lotion, mengandung serbuk
Page
9
dan bahan solid tak larut yang kurang lebih tertahan dalam suspensi permanen dikarenakan keberadaan
agen suspensi atau agen pengaktif permukaan. Lotion yang lain adalah emulsi dengan tipe o/w yang
distabilkan oleh agen pengaktif permukaan.
Menurut Remington, Lotion tidak terdefinisi secara spesifik dalam USP (United States Pharmacopeia),
namun secara umum lotion dideskripsikan sebagai sediaan cair atau semi solid yang mengandung satu
atau lebih zat aktif di dalamnya. Lotion dapat mengandung bahan-bahan pengawet dan anti mikroba
serta eksipien lainnya seperti zat penstabil. Lotion digunakan untuk kulit yang tidak terbuka, dalam hal
ini berarti terluka. Pada umunya, lotion merupakan suspensi minyak dalam air (o/w) sehingga lotion ini
dapat berupa baik emulsi maupun larutan.[5]
Meskipun lotion biasanya digunakan pada kulit tanpa pijitan atau gesekan, bahan-bahan tak larut dalam
lotion tetap akan menyebar (terdispersi) secara merata. Partikel-partikel dalam lotion yang mendekati
wujud koloid dapat memberikan rasa yang menenangkan pada area-area yang terluka dan sangat efektif
dalam melakukan kontak dengan area yang terinfeksi tersebut. Berbagai variasi bahan dapat juga
ditambahkan pada lotion untuk meningkatkan proses dispersi dan efek mendinginkan, menenangkan,
mengeringkan dan proteksi. Bentonit merupakan salah satu contoh dari suspending agent yang
digunakan dalam pembuatan lotion. Contoh lainnya adalah metihylselulose atau sodium
carboxymethylselulose yang dapat menempatkan dan menahan zat-zat aktif untuk melakukan kontak
dengan area yang terinfeksi dan di saat yang bersamaan mudah dibilas dengan air. Suatu formula yang
mengandung gliserin dapat membuat kulit tetap lembab dalam kurun waktu tertentu. Efek
mengeringkan dan mendinginkan pada lotion dapat ditingkatkan dengan penambahan alkohol.[4]
Dermatolog (ahli ilmu penyakit kulit) menetapkan bahwa lotion mengandung zat anestetik,
antipiuretik, antiseptic, astringents, germicides (pembasmi kuman), proteksi, atau screening agents
untuk digunakan dalam mencegah atau menangani berbagai penyakit kulit atau dermatitis.
Antihistamine, benzocaine, calamine, resorcin , steroid, sulphur, zinc oxide, asam salisilat, oleum rosae,
minoxidil, dan zirconium oxide adalah bahan-bahan umum yang digunakan dalam lotion.
Page
10
Menurut Farmakope Indonesia III, Lotio adalah sediaan cair berupa suspensi atau disperse, digunakan
sebagai obat luar. Lotio dapat berbentuk suspensi zat padat dalam bentuk serbuk halus dengan bahan
pensuspensi yang cocok atau emulsi tipe m/a dengan surfaktan yang cocok. Lotio juga dapat
ditambahkan zat warna, zat pengawet dan pewangi yang cocok.
Penandaan : Obat Luar dan Kocok Dahulu
Menurut Fornas Edisi II, Lotio adalah berupa larutan, suspensi atau emulsi dimaksudkan untuk
penggunaan pada kulit. Penambahan etanol 90% dalam lotio akan mempercepat efek pendinginan,
sedangkan penambahan gliserol akan menyebabkan kulit tetap lembab dalam waktu tertentu. Lotio
digunakan dengan cara mengoleskan pada kulit tanpa pijitan.[6]
Penandaan : Hanya untuk pemakaian luar.
Menurut Howard C Ansel dalam buku Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Lotio merupakan preparat
cair yang dimaksudkan untuk pemakaian luar pada kulit. Kebanyakan lotio mengandung bahan serbuk
halus yang tidak larut dalam media dispersi dan disuspensikan dengan menggunakan zat pensuspensi
dan zat pendispersi. Lotio lain sebagai bahan cair fase terdispersi yang tidak bercampur dengan bahan
pembawa dan biasanya menyebar dengan bantuan zat pengemulsi atau bahan penstabil lain yang
sesuai. Pada umumnya pembawa dari lotio adalah air. Tergantung pada sifat bahan-bahannya, lotio
mungkin diolah dengan cara yang sama seperti pada pembuatan suspensi, emulsi dan larutan.[7]
Lotio dimaksudkan untuk digunakan pada kulit sebagai pelindung atau untuk obat karena sifat bahanbahannya. Kecairannya memungkinkan pemakaian yang merata dan cepat pada permukaan kulit yang
luas. Lotio dimaksudkan segera kering pada kulit setelah pemakaian dan meninggalkan lapisan tipis
dari komponen obat pada permukaan kulit.
Karena fase terdispersi dari lotio cenderung untuk memisahkan diri dari pembawanya bila didiamkan,
lotio harus dikocok kuat-kuat setiap akan digunakan supaya bahan-bahan yang telah memisah
terdispersi kembali. Wadah lotio harus diberi label untuk memberi petunjuk pada pasien, supaya
mengocok dengan seksama sebelum pemakaian dan juga hanya untuk pemakaian luar
Page
11
II.
Lotio
Produk dagang
yang sesuai
Lotio
Amphoterisin
B,Usp
Fungizone lotion
(squibb)
Lotio Benzoil
Peroksida, USP
Benoxyl Lotion
(steifel)
Presentase zat
aktif dari lotio
komersial
3% amfoterisin B
Page
12
Kategori dan
Keterangan
Antibiotik antifungi
digunakan pada
pengobatan infeksi
jamur terhadap
kulit dan mukosa
kulit yang
disebabkan oleh
spesies candida
(monilia)
Keratolitik dipakai
pada kulit mulamula sekali sehari
kemudian setelah
itu 2 sampai 4x
sehari. Lotio harus
dilindungi dari
panas dan hindari
kontak dengan
mata dan selaput
mukosa
Lotio
Frulandrenolid,US
P
Lotio Lindan, USP
Cordran lotion
(Dista)
Kweli Lotion (reed
& camrick)
1% gamma
benzen HCL
Lotio
Hidrokortison,USP
0,125-1%
Hidrokortison
Candex Lotio
(miles)
100.000 unit ml
nistatin
Lotio
Metilbenzetonium
klorida,USP
Lotio Nistatio,USP
0.067%
metilbenzetonium
klorida
Page
13
Pedikulisid,akabisid
a dipakai secara
topikal pada kulit
sekali atau 2 kali
seminggu. Harus
hindari kontak
dengan mata dan
selaput mukosa.
Steroid
adrenokortikal . Zat
antiinflamasi topikal
Antiinfeksi lokal.
Digunakan pada
merah-merah
karena popol,panas
yang
menyengat,luka
dan lain lain
Digunakan dalam
pengobatan infeksi
jamur pada kulit
dan mukosa kulit
yang disebabkan
oleh spesies
candida
(monilla)Lotio
tersebut berguna
pada pengeluaran
iritasi di tempattempat saling
bergesek
Lotio Selenium
Sulfida
Selsun dan
Selsun Blue
Lotio
Betametason
Dipropionat,USP
Diprosone lotion
(Schering)
0,05%
betametason
dipropionat
Lotio
Betametason
Valeral,USP
Lotio Kalamin,usp
Valisone Lotion
0.1%
betametason
Lotio
Flurandrenolid,US
P
Lotio Lindan,USP
Cordran lotion
(dista)
Masing-masing
5% untk kalamine
dan zink oksida
0,05%
flurandenolid
1% gamma
benzene hcl
Page
14
Antifungi
antiseboreik.Diguna
kan khususnya
dalam pengobatan
ketombe dan
sebotrik
dermatitis.Harus
hindari kontak
dengan mata.
Glukokortikol
diindikasikan untk
mengurangi
inflamasi dari
kortikoid yang
merupakan
manifestasi pada
dermatosis sbagai
respons terhadap
kortikosteroid
Glukokortikoid
digunakan sebagai
anti inflamasi
Pelindung kulit.Lihat
buku untuk
tambahan diskusi
Adrenokortikosteroi
d,zat antiinflamasi
Predikusilid
skabisida dipakai
secara topikal pada
kulit sekali atau 2
kali seminggu.
Harus hindari
kontak dengan
mata dan selaput
mukosa
Contoh lotion :
Cream
Page
15
1.
2.
3.
4.
Contoh krim :
CALAMINE LOTION
Bedasarkan Remington, lotion dapat dibuat dengan metode Triturasi (zat yang tidak larut dicampur
dengan sedikit basis, sisa basis ditambahkan terakhir). Dalam hal ini, proses pengadukan yang cepat
akan menghasilkan penyebaran atau dispersi zat yang lebih baik. Lotion kalamin (calamine lotion) USP
adalah salah satu contoh lotion dengan cara pembuatan seperti ini. Berikut adalah metode pembuatan
Calamine Lotion bedasarkan USP :
Calamine Lotion, USP
Calamine
80 g
Page
16
Zinc Oxyde
80 g
Glycerin
20 ml
Bentonite Magma
250 ml
qs 1000 ml
Encerkan Bentonite magma dengan volume yang sama dengan Kalsium hidroksida topical solution.
Campur bubuk dengan gliserin dan sekitar 100ml dari magma yang sudah diencerkan, gerus hingga
bentuk pasta terbentuk dan homogen. Secara bertahap masukkan sisa magma yang sudah diencerkan
perlahan-lahan. Lalu menambahkan cukup Kalsium hidroksida topical solution hingga 1000 ml dan
campurkan dengan baik. Jika diinginkan konsistensi lebih kental dalam lotion,maka jumlah magma
bentonit dapat ditingkatkan sampai maksimum 400 ml.
WHITE LOTION
Bedasarkan Remington, walaupun sebagian besar lotion dibuat dengan cara triturasi, namun ada juga
lotion yang dibuat dengan interaksi kimiawi di dalam fase cair. Contohnya adalah white lotion dan
berikut cara pembuatannya :
White Lotion
Zinc Sulfate
80 g
Sulfurated Potash
80 g
Purified Water
qs 1000 ml
Larutkan zinc sulfat dan kalium sulfurated secara terpisah, masing-masing ke dalam 450 ml aquades,
dan saring setiap larutan. Tambahkan secara perlahan-lahan larutan kalium sulfurated ke dalam zinc
sulfat dengan pengadukan konstan. Kemudian tambahkan jumlah air murni yang dibutuhkan dan
diaduk.
Benzyl Benzoate Lotion USP adalah salah satu lotion yang juga merupakan emulsi. Berikut adalah cara
pembuatannya :
Page
17
250 ml
Triethanolamine
5g
Oleic Acid
20 g
Purified Water
qs 1000 ml
Campur trietanolamin dengan asam oleat, dan tambahkan benzyl benzoat sambil diaduk. Pindahkan
campuran ke wadah dengan kapasitas sekitar 2000 ml, tambahkan 250 ml aquades dan kocok
campuran. Terakhir tambahkan aquades yang tersisa, dan kocok kembali campuran.
Triethanolamine membentuk sabun dengan asam oleat dan berfungsi sebagai agen pengemulsi untuk
membentuk produk yang stabil. Jenis zat pengemulsi hampir netral dalam air dan memberikan pH
sekitar 8 sehingga tidak membuat kulit teriritasi.
Lotion tertentu yang lama didiamkan akan cenderung memisah dan oleh karena itu dibutuhkan label
yang bertuliskan "kocok dahulu sebelum digunakan". Semua lotion juga harus diberi label "untuk
pemakaian luar". Mikroorganisme dapat tumbuh dalam lotion tertentu jika tidak disertakan pengawet di
dalamnya. Kewaspadaan harus diperhatikan untuk menghindari kontaminasi lotion selama persiapan,
bahkan jika menggunakan pengawet.
Pada umumnya, magma dimaksudkan untuk penggunaan internal, meskipun Bentonit Magma
digunakan terutama sebagai suspending agent untuk zat tidak larut untuk aplikasi lokal dan kadangkadang untuk penggunaan internal. Semua magma memerlukan label "kocok dengan baik" dan "hindari
pembekuan".
Page
18
V.
Fase minyak :
Fase air :
1. Asam stearat
2. Gelatin
3. Cetil alkohol
3. Gliserin
4. Petrolatum USP
4. Triethanolamine 99%
5. Minyak mineral
6. Isopropil palmitat
Page
19
Camphora
Sulfur
Calci Hidroxyde solutio
Aethanolum 90%
Zat pengemulsi yang cocok
Oleum rosae
Aquades
1gr
6,6 gr
40 ml
3 ml
1,5 gr
gtt l
ad 100ml
Emulgator mengandung :
Na cetostearyl alk
Na lauril sulfat
Jumlah 100%
90%
10%
1,5 gr
Depok, 04-03-2013
Calcocidum
Page
20 Aquades
333 mg
ad 100 ml
Nama zat
DO
UD
TM
Kelarutan
Khasiat
Ref
Camphora
Larut (etanol,
eter)
Antiiritan
FI III 130
Sulfur
Antiskabies
FI III 591
Larut (minyak)
KETERANGAN OBAT
Etanol 90%
Larut (air)
Zat tambahan
FI III 65
Calcii
hidroxyde
solutio
Larut (air)
Zat tambahan
Fornas 56
Oleum rosae
Kongen odoris
FI III 459
Aquades
Zat pelarut
FI III 96
Na lauril sulfat
Pengemulsi
ionik
FI IV 595
Resorcinol
keratolitikum
FI III 556
Na setostearil
I.
Kelengkapan resep :
Tidak ada paraf dokter
Page
21
II.
OTT :
-
III.
Usul :
Emulgator diganti PG5
IV.
Perhitungan TM :
-
V.
Perhitungan bahan :
1. Resorcinol
2. Camphora
: 1 gr
3. Sulfur
: 6.6 gr
4. Etanol 90%
: 3 ml
: 40 ml
6. Oleum Rosae
: gtt l (1 tetes)
Emulgator :
7. Na setostearil
8. Na Lauril Sulfat
9. Aquades
VI.
Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan, setarakan timbangan
2. Kalibrasikan botol 100 ml
3. Timbang PG 5 1.5 gr, sulfur 6.6 gr, gerus hingga homogen. Tambahkan aquades hingga
terbentuk suspensi lalu tuang ke botol
4. Timbang resorcinol 1.01 gr, larutkan dalam aquades secukupnya lalu tambahkan ke campuran
no. 3
5. Ambil larutan calci hydroxide 40 ml dan larutkan dengan air secukupnya
6. Tambahkan lagi air hingga jumlahnya 96 ml
7. Timbang camphora 1 gr dan larutkan dalam etanol 90%, masukkan ke dalam botol
Page
22
KOCOK DAHULU
DAFTAR PUSTAKA
1. Ansel, H.C., Allen, L.V., Jr, dan Popovich, N.G. Pharmaceutical Dossage Forms and Drug
Delivery Systems 7th edition. Lippincott; Williams & Wilkins; 1999
2. Britain, G., Medicines, C., dan dkk. British Pharmacopeia. United States of America; HMSO;
1993
3. United States Pharmacopeial Convention. Committee of Revision. United States pharmacopeia,
the national formulary, Volume 21. United States of America; United States Pharmacopeial
Convention, Inc; 1985
4. Remington, Joseph P. Remington: The Science and Practice of Pharmacy 21st Edition.
Lippincott: Williams & Wilkins; 2006
5. Panitia Farmakope Indonesia. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta; Direktorat Kesehatan
Republik Indonesia; 1979. p.19
6. Panitia Formularium Nasional. Formularium Nasional Edisi II. Jakarta; Direktorat Kesehatan
Republik Indonesia; 1978. p.325
Page
23
7. Ansel, Howard C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. Jakarta; Penerbit
Page
24