Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori
Granul adalah gumpalan-gumpalan dari partikel-partikel yang lebih
kecil umumnya berbentuk tidak merata dan seperti partikel tunggal yang
lebih besar (Ansel 2008).
Granulasi adalah proses perlekatan partikel serbuk menjadi partikel
yang lebih besar. Tujuan proses granulasi adalah mencegah segregasi
campuran serbuk, memperbaiki sifat alir serbuk atau campuran,
meningkatkan densitas ruahan produk, memperbaiki kompresibilitas
serbuk, mengontrol kecepatan obat dan 12 memperbaiki penanpilan
produk. Metode granulasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu metode
granulasi basah (wet granulation) dan metode granulasi kering (dry
granulation) (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013).
Granulasi basah adalah metode yang dilakukan dengan cara
membasahi massa tablet menggunakan larutan pengikat sampai diperoleh
tingkat kebasahan tertentu, lalu digranulasi. Metode granulasi basah sesuai
untuk bahan aktif sukar larut dalam air dan bahan aktif yang tahan akan
pemanasan dan lembap. Pada umumnya, metode granulasi basah
digunakan untuk zat aktif yang sulit dicetak karena mempunyai sifat alir
dan kompresibilitas yang buruk (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013).
Keuntungan dari metode granulasi basah adalah sifat-sifat mengalir lebih
baik, pemadatan, pengempaan baik, distribusi zat pewarna merata (Siregar
dan Wikarsa, 2010).
Granul yang akan dicetak harus dapat dengan teratur dan mudah
mengalir ke pencetak tablet. Keteraturan dan keseragaman aliran
diperlukan untuk menghasilkan tablet dengan bobot yang seragam. Untuk
itu dilakukan pengukuran kecepatan alir dan sudut diam granul.Kecepatan
alir granul yang baik jika lebih besar dari 10 g/detik, dengan sudut diam
antara 24 - 40° (Aulton, 2002).
Kandungan lembab dalam granul merupakan faktor penting
terhadap mutu granul, stabilitas kimia bahan, dan kemungkinan terjadinya
kontaminasi mikroba. Granul yang sudah dikeringkan, masih mengandung
kelembaban tertentu. Kandungan lembab yang terlalu rendah
meningkatkan kemungkinan terjadinya capping sedangkan kandungan
lembab yang terlalu tinggi meningkatkan terjadinya picking pada sediaan.
Persyaratan granul yang baik memiliki kandungan lengas 1-2% (Aulton,
2002). Material yang akan dikempa harus memiliki kandungan
lembab/kadar air dalam batas-batas tertentu. Hal ini penting karena
berhubungan dengan sifat alir, proses pengempaan, kompatibilitas, dan
stabilitas. Salah satu cara untuk mengetahui kelembaban suatu bahan padat
adalah dengan perhitungan menggunakan data berdasarkan bobot
keringnya. Angka hasil perhitungan ini dianggap sebagai kandungan
lembab (MC/moisture content) (Sulaiman, 2007). Persamaan untuk
menghitung MC yaitu :
Bobot air dalam sampel
%MC = X 100%
Bobot sampel kering
Sifat alir granul dapat diketahui dengan 2 cara, yaitu dengan pengukuran
secara langsung (kecepatan alir) dan pengukuran secara tidak langsung
(sudut diam dan pengetapan) :
1. Uji kecepatan alir
Uji kecepatan alir merupakan metode pengukuran yang sangat
sederhana dan dapat langsung diketahui kecepatan atau waktu yang
dibutuhkan sejumlah serbuk untuk mengalir. Pada umumnya serbuk
dikatakan mempunyai sifat yang baik jika 100 gram serbuk yang diuji
mempunyai waktu alir ≤ 10 detik atau mempunyai kecepatan alir 10
gram/detik (Sulaiman, 2007).
m
V=
t
Keterangan :
m = Massa granuL (gram)
t = Waktu alir granul (detik)
2. Uji sudut diam
Uji sudut diam merupakan uji pengukuran sifat alir secara tidak
langsung. Sudut diam merupakan sudut yang dapat dibentuk oleh
sejumlah serbuk setelah serbuk diberi perlakuan (Sulaiman, 2007).
Sudut yang terbentuk dihitung dengan persamaan:
h
tg β =
r
Keterangan :
β : sudut diam
h : tinggi kerucut
r : jari-jari kerucut
3. Uji Pengetapan
Pengukuran sifat alir dengan metode pengetapan yaitu dengan
melakukan penghentakan (tapping) terhadap sejumlah serbuk dengan
menggunakan alat volumeter (mechanical tapping device) (Sulaiman,
2007). Granul mempunyai sifat alir bagus bila indeks tapnya tidak lebih
dari 20% (Fudholi, 1983). Persamaan untuk menghitung sudut
pengetapan yaitu :
Vo−Vt
T% = X 100%
Vo
Waktu Alir yaitu untuk mendeteksi sifat alir dengan memperhatikan
kecepatan aliran. Waktu alir juga merupakan waktu yang diperlukan
sejumlah tertentu serbuk yang mengalir melalui lubang corong atau
sejumlah serbuk yang mengalir dalam suatu waktu tertentu.(Voigt 1995).
Waktu alir granul akan berpengaruh terhadap laju alir granul. Kecepatan alir
granul yang baik adalah antara 4 gram/detik sampai 10 gram/detik. Menurut
Fudholi (1983) 100 gram granul dengan kecepatan alir kurang dari 4
gram/detik akan mengalami kesulitan pada waktu penabletan.
Hubungan Laju Alir dengan Sifat Aliran Granul (Aulton, 1994) :

Laju Alir (gram/detik) Sifat Alir


>10 Sangat baik
4-10 Baik
1,6-4 Sukar
<1.6 Sangat sukar
B. Deskripsi Bahan Praktikum
1. Saccharum Lactis (Kibbe, 2000)
Tabel Deskripsi Bahan Saccharum Lactis

Nama Resmi Laktosa

Nama Lain Saccharum Lactis

Pemerian Berupa serbuk atau massa

Kelarutan Mudah larut dalam air dan lebih


  mudah larut dalam air mendidih,
sangat sukar larut dalam etanol tidak
larut dalam kloroform dan dalam eter
Kegunaan Sebagai bahan pengisi

2. Amilum Pro Tablet (Kibbe, 2000)


Tabel Deskripsi Bahan Amilum Pro Tablet

Nama Resmi Amilum Pro Tablet

Kelarutan Praktis tidak larut dalam etanol dingin


(95%) dan air dingin. Amilum
mengembang dalam air dengan
konsentrasi 5-10% pada 37℃
Pemerian Tidak berbau dan berasa, serbuk
berwarna putih berupa granul-granul
kecil berbentuk sferik/oval dengan
ukuran dan bentuk yang berbeda
untuk setiap varietas tanaman

Penyimpanan Dalam wadah tertutup


Kegunaan Glidan: pengisi tablet dan kapsul,
penghancur tablet dan kapsul,
pengikat tablet

3. Musilago Amili 10% (Kibbe, 2000)


Tabel Deskripsi Bahan Musilago Amili 10%

Nama Resmi Mucilago Amyli

Stabilan Pati mempunyai rentan Ph 4,0-8,0.


Pati kering stabil apabila terhindar dari
kelembaban yang tinggi. Secara fisik
pati tidak stabil mudah dimetabolisme
oleh mikroorganisme. Simpan
ditempat yang kering dan tertutup
Kegunaan Pati merupakan bahan eksipient yang
ditambahkan pada formulasi sediaan
padat berfungsi sebagai pengikat,
pengencer dan disentegran. Pada
formulasi tablet pati yang digunakan
di granulasi tablet pada konsentrasi
10% sebagai pengikat

DAFTAR PUSTAKA
Aulton, M. E., 2002, Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design Second
Edition 530, ELBS Fonded by British Govenment, 499-530.

Ansel, H. C., 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. Alih Bahasa
Ibrahim, F. UI Press: Jakarta; Hlm. 204, 259, 261

Fudholi, A., 1983, Metodologi Formulasi dalam Kompresi Direct, Majalah


Medika, No 7 th. 9 Grafiti Medika Press, Jakarta, 586-593

Hadisoewignyo L. dan Fudholi A. 2013. Sediaan Solida. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar; Hlm. 118- 121.

Siregar C. J. P, Wikarsa. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-Dasar


Praktis. UI Press. Jakarta.

Sulaiman, T.N.S., 2007, Teknologi & Formulasi Sediaan Tablet, Pustaka


Laboratorium Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta. 56 – 59, 198 – 215.

Voigt R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V. Terjemahan: Soendani


Noerono. UGM Press. Yogyakarta; Hlm. 160, 168.

Anda mungkin juga menyukai