Anda di halaman 1dari 19

BAB I

Pendahuluan
Tablet adalah sediaan pada kompak, dibuat secara
kempacetak,dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cem
bung,mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. zat
tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat
pengikat, zat pelican, zat pembasah atau zat lain yang cocok (Ditjen POM,1979).Sediaan
tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan juga banyak mengalami
perkembangan dalam formulasinya. Beberapa keuntungan sediaan tablet adalah sediaan
lebih kompak, dosisnya tepat, mudah pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis
dibanding sediaan yang lain.

Untuk mengetahui karakteristik suatu sediaan tablet maka diperlukan serangkaian


evaluasi atau pengujian terhadap sediaan tersebut. Karena sebagian besar diantara kita
tidakmengetahui karakteristik tablet yang kita gunakan. Untuk itu beberapa parameter-
parameteruji sediaan tablet perlu untuk diketahui. Selain mengandung bahan aktif, tablet
biasanya mengandung bahan tambahan yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan
tambahan yang umum digunakan adalah bahan pengisi, bahan pengikat, bahan
pengembang, bahan pelicin atau zat lain yang cocok. Bahan tambahan yang digunakan
pada pembuatan tablet harus inert, tidak toksik dan mampu melepaskan obat dalam
keadaan relatif konstan pada jangka waktu tertentu.

Untuk mengetahui karakteristik suatu sediaan tablet maka diperlukan serangkaian


evaluasi atau  pengujian terhadap sediaan tersebut.  Karena sebagian besar diantara kita
tidak mengetahui karakteristik tablet yang kita gunakan.  Untuk itu beberapa parameter-
parameter uji sediaan tablet perlu untuk diketahui.

Tujuan
 Diharapkan mengetahui beberapa parameter-parameter uji sediaan tablet
untukmengetahui karakteristiknya.
 
Rumusan Masalah
 Apa saja parameter-parameter evaluasi atau pengujian sediaan tablet ?
 Hasil berupa perubahan atau data yang di dapat setelah evaluasi 
BAB II

Dasar teori

Sebelum tablet yang diberikan pada pasien tiba pada targetnya dalam tubuh, yaitu tempat
kerjanya atau targetsite, obat harus mengalami banyak proses untuk memaksimalkan
efeknya. Salah satu cara untuk mencapai efek maksimal dari sediaan tablet adalah dengan
evaluasi. Evaluasi tablet dilakukan untuk mengetahui kualitas dan membuktikan tablet
memenuhi persyaratan farmasetika. Evaluasi tablet yang dilakukan adalah uji penampilan
tablet, keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan, kerapuhan serta uji waktu
hancur. (Tjay dan Rahardja, 2007).

Evaluasi tablet dilakukan untuk mengetahui apakah tablet yang dihasilkan telah
memenuhi kriteria atau belum. Evaluasi tablet termasuk uji kuantitatif serta penetapan
sifat (kimia, fisika dan bioavailabilitas) tablet. Diperlukan beberapa pengujian,
diantaranya adalah:

1. Uji penampilan
Evaluasi ini dilakukan sebagai identitas visual serta untuk memastikan apakah
desainnya dapat diterima oleh konsumen atau tidak. Uji penampilan dilakukan
dengan mengamati tablet secara visual meliputi warna yang dapat menjadi salah
satu factor homogenitas, bentuk dapat berupa bundar, permukaan rata atau
cembung, cetakan (garis patah, tanda, logo pabrik), ada atau tidaknya bau serta
rasa. (modul tsf)

2. Uji keseragaman ukuran


Ketebalan tablet dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu tekanan pada saat mencetak
tablet, jumlah massa yang diisikan pada ruang cetak tablet dan kerapatan massa
tablet yang dicetak (lachman dkk, 1994) sedangkan diameter tablet dipengaruhi
oleh ukuran ruang cetak tablet (voight,1994). Menurut farmakope Indonesia,
kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak boleh lebih dari 3x dan tidak kurang
dari 1/3 tebal tablet. Uji diameter dan ketebalan tablet ini dilakukan pada 20 tablet
menggunakan alat ukur jangka sorong
3. Uji kekerasan
Kekerasan merupakan parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam
melawan tekanan mekanik seperti goncangan, benturan, dan keretakan selama
pengemasan, penyimpanan, transportasi, dan sampai kepengguna. Tablet harus
mempunyai kekuatan atau kekerasan yang tertentu agar dapat bertahan dalam
berbagai guncangan mekanik tersebut. Kekerasan yang cukup dari suatu tablet
merupakan salah satu persyaratan penting dari suatu tablet. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan sifat bahan yang
dikempa. Semakin besar tekanan yang diberikan saat pencetakan tablet akan
meningkatkan kekerasan tablet. Peningkatan jumlah bahan pengikat akan
meningkatkan kekerasan tablet meskipun tekanan kompresinya sama. Syarat
kekerasan untuk tablet biasa 4-8 kg (kilogram) (Hadisoewignyo dan Fudholi,
2013).
Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima asalkan kerapuhannya
tidak melebihi batas yang ditetapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan
mengalami kerapuhan pada saat pengemasan dan transportasi. Kekerasan tablet
yang lebih dari 10 kg masih dapat diterima, asalkan masih memenuhi persyaratan
waktu hancur/desintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan (Rhoihana, 2008).
Uji kekerasan tablet dilakukan dengan alat hardness tester. Kekerasan tablet
diukur erhadap luas permukaan tablet dengan menggunakan beban yang
dinyatakan dalam kilogram.

4. Uji friabilitas
Kerapuhan tablet merupakan parameter yang menggambarkan kekuatan
permukaan tablet melawan berbagai perlakuan yang dialami selama pengemasan,
pengiriman dan penyimpanan yang menyebabkan abrasi pada permukaan tablet.
Uji kerapuhan tablet berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi
(pengikisan) yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar nilai persentase
kerapuhan, semakin besar pula massa tablet yang hilang. Kerapuhan yang tinggi
akan mempengaruhi kadar zat aktif yang ada pada tablet. Kerapuhan tablet
dianggap cukup baik bila hasilnya kurang dari 0,8% (Hadisoewignyo dan Fudholi,
2013)
Uji friabilitas ini untuk mengetahui persentase kehilangan bobot dari suatu tablet
karena semakin kecil persentase kehilangan bobot dari suatu tablet maka semakin
baik efek terapi yang di berikan oleh sediaan obat tersebut terhadap tubuh.
Pengujian kerapuhan tablet ini dilakukan dengan alat friabilator menggunakan 20
tablet. Parameter yang diuji adalah kerapuhan tablet terhadap gesekan atau
bantingan selama waktu tertentu. Uji friabilitas biasanya dilakukan selama 15-20
menit tergabtung spesifikasi alat. Tablet yang baik mempunyai friabilitas <1%
Perhitungan
f = a-b/b x 100%
F: friabilitas
A: bobot total tablet sebelum diuji
B: bobot total tablet setelah diuji

5. Uji keragaman bobot


Keseragaman bobot tablet dapat menjadi indikator awal keseragaman kandungan
atau kadar zat aktif. Uji dilakukan terhadap 20 tablet dengan cara menimbang satu
persatu. Persyaratan farmakope indonesia:

Deviasi maksimum (%)


Bobot rata-rata (mg)
2 tablet 1 tablet
25 mg atau kurang 15 30
25-150 mg 10 20
151-300 mg 7,5 15
>300 mg 5 10

Cara uji keseragaman bobot tablet yaitu ditimbang 20 tablet dan dihitung bobot
rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari dua tablet
yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar
dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tablet pun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B.
Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot jika zat aktif merupakan bagian
terbesar dari tablet dan jika uji keseragaman bobot cukup mewakili keseragaman
kandungan. Keseragaman bobot bukan merupakan indikasi yang cukup dari
keseragaman kandungan jika zat aktif merupakan bagian kecil dari tablet.
(Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013)

6. Uji waktu hancur


Suatu komponen obat sepenuhnya tersedia untuk diabsorpsi dalam saluran
pencernaan, maka tablet harus hancur dan melepaskan obatnya ke dalam cairan
tubuh untuk dilarutkan. Agar dapat diabsorbsi setelah pemberian peroral, tablet
harus dapat hancur, larut, dan tersedia dalam bentuk molekulernya. Waktu hancur
tablet adalah waktu yang diperlukan sejumlah tablet untuk hancur menjadi granul
atau partikel penyusunnya. Hasil uji waktu hancur yang baik tidak menjamin
bahwa disolusi dan ketersediaan hayati tablet juga akan baik, karena waktu hancur
bukan parameter yang menggambarkan ketersediaan hayati (Hadisoewignyo dan
Fudholi, 2013).
Waktu hancur sediaan tablet sangat berpengaruh dalam biofarmasi dari obat.
Supaya komponen obat sepenuhnya tersedia untuk diabsorpsi dalam saluran
cerna, maka tablet harus hancur dan melepaskannya ke dalam cairan tubuh untuk
dilarutkan (Ansel, 1989). Waktu hancur dipengaruhi oleh penghancur (jenis dan
jumlahnya) dan banyaknya pengikat. Daya hancur juga penting untuk tablet yang
mengandung bahan obat yang tidak dimaksudkan untuk diabsorpsi tetapi lebih
banyak bekerja dalam saluran cerna. Dalam hal ini daya hancur tablet
memungkinkan partikel obat menjadi lebih luas untuk bekerja secara lokal dalam
tubuh. Tablet yang memiliki waktu hancur yang sesuai dengan persyaratan yang
telah ditetapkan dapat memberikan efek terapi yang cepat. Waktu yang
diperbolehkan untuk menghancurkan tablet tidak bersalut salut enterik adalah
tidak lebih dari 15 menit (Depkes RI, 1979).
Uji waktu hancur menggunakan alat disintergration tester menggunakan 6 tablet.
Persyaratan farmakope indonesia menyatakan bahwa kecuali dinyatakan lain
semua tablet harus hancur tidak lebih dari 15 menit (untuk tablet tidak beralut)
dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet salut gula atau salut selaput.
BAB III

METODOLOGI KERJA

Alat dan bahan

1. Tablet
2. Friability tester
3. Jangka sorong
4. Timbangan analitik

Cara kerja

1. Uji Keseragaman Bobot


1) Diambil dan ditimbang 20 tablet secara acak
2) Dihitung rata-rata dari tablet tersebut
3) Ditimbang kembali satu persatu tablet lalu dibandingkan dengan bobot rata-
rata tablet
4) Dihitung persentase keseragaman bobotnya
5) Tidak boleh lebih dari 2 tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot
rata-ratanya lebih besar dari 5% dan tidak satu pun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari 10%.
2. Uji Kekerasan Tablet (Menurut Khoerul Anwar dalam Jurnal Sains dan Terapan
Kimia Vol.4, No. 2 (Juli 2010))
1) Diambil 1 kaplet dan diletakkan secara vertikal pada alat Hardness Tester
2) Ditekan tombol start sehingga tablet tertekan yang dinyatakan sebagai keadaan
awal dengan skala nol (0)
3) Diputar sekrup pada ujung yang lain sehingga tablet tertekan yang dinyatakan
sebagai keadaan awal dengan skala pada skala nol (0).
4) Diamati skala yang ditujukkan oleh alat Hardness tester sebagai nilai kekerasan
dari tablet
5) Dihentikan pemutaran sampai tablet pecah.
6) Dilakukan untuk masing-masing 20 tablet dan dihitung rata-ratanya.
7) Kekerasan tablet yang baik adalah 4-8 kg untuk tablet tidak bersalut
3. Uji Ketebalan Tablet (Menurut Howard C. Ansel dalam Pengantar Bentuk
Sediaan Padat)
1) Diambil 1 tablet dan diletakkan secara horisontal pada alat Hardness Tester
2) Ditekan tombol start sehingga tablet tertekan yang dinyatakan sebagai keadaan
awal dengan skala nol (0)
3) Ditekan kembali tombol start, hingga tablet kembali tertekan
4) Diamati skala yang ditujukkan oleh alat Hardness tester sebagai nilai ketebalan
dari tablet
5) Dilakukan percobaan untuk masing-masing 10 tablet
6) Dihitung rata-ratanya

4. Uji keseragaman ukuran (Menurut Howard C. Ansel dalam Pengantar Bentuk


Sediaan Padat)
1) Diambil 1 tablet dan diletakkan secara vertikal pada alat Hardness Tester
2) Ditekan tombol start sehingga tablet tertekan yang dinyatakan sebagai keadaan
awal dengan skala nol (0)
3) Ditekan kembali tombol start, hingga tablet kembali tertekan
4) Diamati skala yang ditujukkan oleh alat Hardness tester sebagai nilai diameter
dari tablet
5) Dilakukan percobaan untuk masing-masing tablet
6) Dihitung rata-ratanya

5. Uji Kerapuhan Tablet (Menurut Khoerul Anwar dalam Jurnal Sains dan Terapan
Kimia Vol.4, No. 2 (Juli 2010))
1) Dibebas debukan 20 tablet
2) Ditimbang dan dimasukkan ke dalam friabilator tester
3) Diatur kecepatan putaran sebesar 25 rpm selama 4 menit
4) Ditekan tombol start, kemudian ditunggu sampai alat berhenti berputar
5) Dibersihkan tablet dari debu tablet yang rapuh
6) Ditimbang kembali tablet diuji kerapuhannya
7) Dihitung persentase bobot yang hilang
6. Uji Daya Hancur Tablet (Puspita, P.A.P, Dewantara, I.G.N.A, Arisanti, C.I.S ,
Formulasi Tablet Parasetamol Kempa Langsung Menggunakan Eksipien Co-
Processing Dari Amilum Singkong Partially Pregelatinized Dan Gom Akasia)
1) Diambil 6 tablet secara acak
2) Dimasukkan sebanyak 1 tablet pada masing-masing tabung keranjang alat
Erweka Disintegrator tester ZT X20
3) Dimasukkan satu cakram pada tiap tabung.
4) Dicelupkan keranjang alat Erweka kedalam gelas kimia yang berisi akuades,
dimana gelas kimia diletakkan diatas penangas air bersuhu 370C.
5) Dihitung waktu hancur tablet mulai saat keranjang tercelup sampai semua
tablet hancur sempurna. Persyaratan waktu hancurnya yaitu tidak lebih dari
15 menit.
Hasil pengamatan

1. Evaluasi keseragaman ukuran

D1 D2 Tebal
0,61 1,42 0,555
0,62 1,42 0,55
0,62 1,41 0,555
0,61 1,415 0,56
0,635 1,41 0,56
0,61 1,41 0,575
0,615 1,41 0,550
0,620 1,415 0,600
0,615 1,420 0,580
0,610 1,420 0,570
0,620 1,410 0,575
0,610 1,410 0,555
0,615 1,415 0,580
0,610 1,420 0,580
0,630 1,410 0,550
0,625 1,420 0,585
0,620 1,415 0,560
0,610 1,415 0,560
0,615 1,415 0,570
0,610 1,415 0,570

2. Evaluasi keseragaman kandungan

Bobot tablet BT-BR BT −BR


×100 %
(BT) BR
0,498 0,498 – 0,487 = 0,011 2,26
0,451 0,451 – 0,487 = 0,036 7,39
0,513 0,513 – 0,487 = 0,026 5,39
0,500 0,500 – 0,487 = 0,013 2,67
0,472 0,472 – 0,487 = 0,015 3,08
0,462 0,462 – 0,487 = 0,025 5,13
0,482 0,482 – 0,487 = 0,005 1,02
0,497 0,497 – 0,487 = 0,010 2,05
0,468 0,468 – 0,487 = 0,019 3,90
0,542 0,542 – 0,487 = 0,055 11,29
0,468 0,468 – 0,487 = 0,019 3,90
0,520 0,520 – 0,487 = 0,033 6,77
0,480 0,480 – 0,487 = 0,007 1,43
0,462 0,462 – 0,487 = 0,025 5,13
0,460 0,460 – 0,487 = 0,027 5,54
0,531 0,531 – 0,487 = 0,044 9,03
0,505 0,505 – 0,487 = 0,018 3,69
0,514 0,514 – 0,487 = 0,027 5,54
0,466 0,466 – 0,487 = 0,021 4,31
0,454 0,454 – 0,487 = 0,033 1,60

Total 20 bobot tablet = 9,745 gram


9,745 gram
Bobot rerata ( BR )= =0,487 gram
20

3. Evaluasi kekerasan

Tablet Nilai kekerasan


1. 6,22
2. 5,10
3. 6,42
4. 4,99
5. 8,05
6. 4,59
7. 12,33
8. 9,17
9. 5,50
10. 4,28
11. 4,59
12. 5,91
13. 5,71
14. 9,71
15. 11,52
16. 6,32
17. 6,42
18. 7,92
19. 7,85
20. 7,14

4. Evaluasi friabilitas
Bobot total tablet sebelum diuji = 9,982 gram
Bobot total tablet sesudah diuji = 9,492 gram
a−b
f= × 100 %
b
9,982 gram−9,491 gram
f= ×100 %=0,051 %
9,491 gram

5. Evaluasi waktu hancur

Tablet Waktu hancur


1 1 menit 20 detik
2 55 detik
3 1 menit 10 detik
4 1 menit 14 detik
5 1 menit 16 detik
6 1 menit 32 detik
6.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan evaluasi pada kaplet paresetamol dengan
metode granulasi basah. Pengujian evaluasi meliputi uji keseragaman ukuran, uji
keseragaman bobot, uji kekerasan, uji kerapuhan (friabilitas), dan uji waktu hancur.
Pada evaluasi keseragaman ukuran kaplet akan didapat 2 diameter, yakni
diameter horizontal dan diameter vertikal. Menurut Farmakope Indonesia III
menyatakkan bahwa Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3
kali tebalnya tablet.
Pengujian keseragaman bobot memilik persyaratan sesuai yang tertera dalam
Farmakope Indonesia sebagai berikut :
Penyimpangan bobot rata-rata (%)
Bobot rata-rata
A B
25 mg atau kurang 15 % 30%
26 mg s/d 150 mg 10 % 20 %
151 s/d 300 mg 7,5 % 15 %
Lebih dari 300 mg 5% 10 %
Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing – masing
bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan
kolom A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya
lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat
digunakan 10 tablet; tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari
bobot rata – rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tabletpun yang bobotnya
menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata yang ditetapkan kolom B.
Pada praktikum ini menggunakan 20 tablet yang ditimbang secara acak. Dari
hasil pengamatan diperoleh bahwa satu tablet menyimpang dari bobot rata-rata yang telah
ditetapkan pada kolom B yaitu 11,29%. Sehingga, tablet ini tidak memenuhi persyaratan
dalam evaluasi keseragaman bobot.
Kekerasan yang cukup dari suatu tablet merupakan salah satu persyaratan penting
dari suatu tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan yang tertentu agar
dapat bertahan dalam berbagai guncangan mekanik seperti benturan dan keretakan
selama pembuatan, pengemasan, penyimpanan, transportasi, dan sampai ke pengguna.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan sifat
bahan yang dikempa. Kekerasan ini yang dipakai sebagai ukuran dari tekanan
pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan saat pengempaan akan
meningkatkan kekerasan tablet. Kekerasan tablet juga dapat menggambarkan
kemampuannya terdisintegrasi di dalam medium disolusi. Selain itu, peningkatan jumlah
bahan pengikat akan meningkatkan kekerasan tablet meskipun tekanan kompresinya
sama. (Pontremoli et al., 2015).

Pengujian kekerasan dilakukan menggunakan alat hardness tester. Kekerasan


tablet ideal pada rentang 4-8 kg. Uji kekerasan tablet dilakukan dengan 20 tablet dan tiap
tablet diletakkan dengan posisi tegak lurus pada alat hardness tester. Selanjutnya alat
penekan diputar sampai tablet pecah. Sehingga akan dibaca skala alat yang menunjukkan
kekerasan tablet dalam satuan Kg. (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013).

Berdasarkan hasil pengamatan dari 20 tablet parasetamol yang diuji, telah


diperoleh nilai kekerasan tablet yang bervariasi. Rata-rata dari kekerasan tablet
parastamol adalah 6,987 kg. Hasil tersebut termasuk ke dalam rentang ideal kekerasan
tablet yaitu 4-8 kg meskipun terdapat lima tablet yang kekerasannya tidak ideal karena
memiliki kekerasan lebih dari 8 yaitu 8,05 kg, 9,17 kg, 9,71 kg, 11,52 kg dan 12,33 kg.
Hal ini disebabkan karena pencetakan tablet dilakukan secara manual yang menyebabkan
perbedaan jumlah takaran serbuk terutama serbuk yang termasuk dalam eksipien pengikat
yang akan dikompres.

Marais et al (2003) menyatakan bahwa jika gaya pengepresan yang digunakan


saat mencetak tablet kecil maka tekanan yang diterima oleh bahan juga akan rendah
sehingga kekerasan tablet juga akan menjadi rendah atau tablet bersifat rapuh. Faktor lain
yang menyebabkan kekerasan dari tablet bervariasi adalah karena mesin pencetak tablet
dioperasikan secara manual sehingga kekuatan kompresi dalam pencetakan masing-
masing tablet berbeda-beda. Selain itu rapuhnya tablet yang dihasilkan juga dapat
disebabkan oleh pengaruh sifat fisikokimia bahan dalam formula

Namun nilai kekerasan tablet yang berada di luar rentang yang dipersyaratkan
tidak langsung menunjukkan bahwa suatu tablet memiliki kualitas yang buruk. Tablet
harus cukup keras untuk tahan pecah waktu dikemas tetapi juga cukup lunak untuk
melarut hingga menghancur dengan sempurna begitu digunakan dan dapat dipatahkan
diantara jari-jari bila tabletnya perlu dibagi (Ansel 2008). Pada umumnya tablet dikatakan
baik, apabila mempunyai kekerasan antara 4-8 kg (Parrott, 1970). Kekerasan tablet
kurang dari 4 kg masih dapat diterima asalkan kerapuhannya tidak melebihi batas yang
ditetapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan mengalami kerapuhan pada saat
pengemasan dan transportasi. Kekerasan tablet yang lebih dari 8 kg masih dapat diterima,
asalkan masih memenuhi persyaratan waktu hancur/desintegrasi dan disolusi yang
dipersyaratkan (Rhoihana, 2008).

Pada praktikum kali ini kelompok kami melakukan uji terhadap tablet yang sudah
kami buat sebelumnya sejumlah 100 buah dimana telah di ambil secara acak 20 tablet
yang akan di uji friabilitas dimana evaluasi kerapuhan merupakan parameter yang
digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang
dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman. Kerapuhandiukur dengan friabilator.
Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar
dalam friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukurankerapuhan, alat diputar
dengan kecepatan tertentu putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 15 menit.

Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1%. Uji friabilitas ini
berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet.
Semakin besar harga persentase kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang
hilang. Kerapuhan yang tinggiakan mempengaruhi konsentrasi atau kadar zat aktif yang
masih terdapat pada tablet. Tablet dengan konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan
bobot kecil), adanya kehilangan massaakibat rapuh akan mempengaruhi kadar zat aktif
yang masih terdapat dalam tablet. Persentase friabilitas tablet ini sebesar 0,051% yang
menunjukkan tablet ini tidak mudah rapuh.

Obat untuk diabsorbsi di saluran cerna, maka tablet perlu hancur terlebih dahulu dan
melepaskan zat aktifnya ke dalam cairan tubuh untuk melarut. Evaluasi waktu hancur bertujuan
untuk pengukuran waktu yang diburuhkan tablet hancur menjadi partikel. Daya hancur juga
penting untuk tablet yang mengandung bahan obat yang tidak dimaksudkan untuk diabsorpsi
tetapi lebih banyak bekerja dalam saluran cerna. Dalam hal ini daya hancur tablet
memungkinkan partikel obat menjadi lebih luas untuk bekerja secara lokal dalam tubuh. Waktu
hancur dapat dipengaruhi oleh bahan penghancur/desintegran (jenis dan jumlahnya) dan
banyaknya pengikat yang digunakan dalam formulasi tablet, karena desintegran merupakan
bahan yang akan menyebabkan tablet pecah dan hancur dalam air atau cairan lambung (Troy,
2006).

Tablet yang memiliki waktu hancur yang sesuai dengan persyaratan yang telah
ditetapkan dapat memberikan efek terapi yang cepat. Waktu yang diperbolehkan untuk
menghancurkan tablet tidak bersalut salut enterik adalah tidak lebih dari 15 menit (Depkes RI,
1979). Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, semua tablet
paracetamol yang digunakan dalam pengujian ini telah memenuhi persyaratan uji waktu hancur
seperti yang tertera pada Farmakope Indonesia Edisi III.

Daftar pustaka

Parrot, E. (1970). Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics. Burgess


Publishing Company. United States of America.

Rhoihana, D. (2008). Perbandingan Availibilitas In Vitro Tablet Metronidazol Produk


Generik dan Produk Dagang. Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta

Pontremoli, C., Barbero, N., Viscardi, G., Visentin, S., 2015. Mucin–drugs interaction:
The case of theophylline, prednisolone and cephalexin. Bioorg. Med. Chem. 23, 6581–
6586. doi:10.1016/j.bmc.2015.09.021

Marais AF M Song dan MM Villiers 2003 Disintegration Propensity of Tablet Evaluated


by Means of Disintegrating Force KineticsPharmaceutical Development Technology 5
(12) : 163-169

Hadisoewignyo L,. Dan Fudholi A,. 2013. Sediaan Solida. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ansel, H. C., 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, ed IV. Alih bahasa Ibrahim, F.
Jakarta:UI Press

Ditjen POM.,1979  Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Pepublik


Indonesia, Jakarta.

Loen ,Joseph K Teori dan Praktek Farmasi Industri, Penerbit Universitas Indonesia,


Jakarta.
Ditjen POM.,1979  Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Pepublik
Indonesia, Jakarta.

Gennaro, Alfonso R,1985 Remington’s Pharmaceutical Saence, Mack Publishin Amerika
Serika

Jones, David., 2008 Pharmaceutical Dosage From and Design

Pharmaceuticalpress, 1ondon.1achman, 1eon, Penrbit Press london

Loen ,Joseph K Teori dan Praktek Farmasi Industri, Penerbit Universitas Indonesia,


Jakarta.

Troy, David B.2006. Remington The Science and Practice of Pharmacy. 21st edition.
Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai