Anda di halaman 1dari 20

Sediaan obat bentuk

supositoria
Oleh : Kelompok 4
Anggota Kelompok
• Adelia Yolan (1)
• Dike Gustri (9)
• Inka Fitriana (14)
• Linda Fadilah (17)
• Meseila Dilanti (18)
• Rahmah Naela (26)
• Serlita Novelia (33)
• Sofi Dias (34)
• Yusria Riski (36)
Definisi Supositoria
Supositoria menurut Farmakope Indonesia
Edisi IV adalah sediaan padat dalam berbagai
bobot dan bentuk yang diberikan melalui
rektal, vagina, atau uretra.
Macam-macam Supositoria
• Supositoria Rektal • Supositoria Vaginal • Supositoria Uretral

Penjelasan:
1. Supositoria Rektal
Supositoria berbentuk peluru atau torpedo, dan digunakan melalui anus, berbobot
kurang lebih 2 gram menurut FI edisi IV. Supositoria rektal mempunyai
keuntungan, yaitu apabila bagian yang besar masuk melalu jaringan otot penutup
dubur, supositoria akan tertarik masuk dengan sendirinya.
2. Supositoria Vaginal (ovula)
Menurut FI Edisi IV, Supositoria vaginal mengandung bahan dasar yang
dapat larut dalam air, seperti PEG atau Gelatin tergliserinasi, dengan bobot
5 gram. Supositoria ini umumnya berbentuk telur, mudah melunak,
meleleh pada suhu tubuh, dapat melarut & digunakan lewat vagina.
3. Supositoria Uretral (bacilla, bougies)
Supositoria uretral digunakan lewat uretra (saluran kemih) berbentuk
batang panjang antara 7 cm - 14 cm.
Tujuan penggunaan obat bentuk supositoria
1. Supositoria dipakai untuk pengobatan lokal
2. Digunakan untuk distribusi obat secara sistemik, karena area rektal dapat
mengabsorpsi obat melalui membran mukosanya.
3. Supositoria digunakan apabila penggunaan obat secara oral tidak
memungkinkan, seperti pasien mudah muntah, tidak sadar.
4. Digunakan untuk memperoleh aksi kerja awal secara cepat karena obat
diabsorpsi melalui mukosa rektal, langsung masuk ke dalam sirkulasi darah.
5. Digunakan untuk menghindari rusaknya obat oleh enzim-enzim di dalam
saluran pencernaan dan perubahan obat secara biokimia di dalam hepar.
Keuntungan penggunaan sediaan
supositoria
1. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung
2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh asam lambung dan
enzim enzim pencernaan
3. Obat yang dapat masuk langsung ke dalam saluran darah
sehingga obat dapat menghasilkan efek lebih cepat daripada
penggunaan obat per oral
4. Baik digunakan untuk pasien yang mudah muntah/hilang
kesadaran
Faktor-faktor yang mempengaruhi Absorpsi
Obat Per Rektal
2. Faktor Fisika-kimia dari obat dan basis :
1. Faktor Fisiologis a. Kelarutan Obat
Rektum mengandung sedikit cairan Obat yang mudah larut dalam lemak akan lebih cepat
dengan pH 7.2 dan kapasitas daparnya terabsorpsi daripada obat yang larut dalam air.
rendah. Epitel rektum keadaannya b. Kadar Obat dalam Basis
Semakin tinggi kadar obat, absorpsi obat semakin cepat.
berlipoid (berlemak) sehingga lebih
c. Ukuran Partikel
permeabel terhadap obat yang tidak
Ukuran partikel obat akan memengaruhi kecepatan
terionisasi (obat yang mudah larut
pelarutan obat dalam cairan rektal.
dalam lemak).
d. Basis Supositoria
Bahan dasar supositoria
Bahan dasar supositoria yang ideal harus mempunyai sifat sebagai berikut.

1. Padat pada suhu kamar sehingga dapat dibentuk dengan tangan atau dicetak, tetapi akan
melunak pada suhu rektal dan dapat bercampur dengan cairan tubuh.
2. Tidak beracun dan tidak menimbulkan iritasi.
3. Dapat bercampur dengan bermacam-macam obat.
4. Stabil dalam penyimpanan
5. Kadar air cukup.
6. Untuk basis lemak, bilangan asam, bilangan iodium, dan bilangan penyabunan harus jelas.

Bahan dasar supositoria dikelompokkan ke dalam 3 kelompok, yaitu:


1. Bahan dasar berlemak, misalnya oleum cacao (lemak cokelat).
2. Bahan dasar yang dapar bercampur atau larut dalam air, misalnya gliserin-gelatin dan
polietilen glikol (PEG).
3. Bahan dasar lain, misalnya campuran tween 61 85% dengan gliserin laurat 15% yang
merupakan pembentuk emulsi A/M.
Supositoria dengan bahan dasar lemak
cokelat (oleum Cacao)

Lemak cokelat merupakan trigliserida dari asam oleat, asam stearat, dan asam palmitat,
berwarna putih kekuningan, padat, berbau seperti cokelat, serta meleleh pada suhu 31°-
34°C. Karena mudah tengik, lemak cokelat sebaiknya disimpan dalam wadah/tempat sejuk,
kering, dan terlindung dari cahaya. Lemak cokelat dapat membentuk polimorfisme dari
bentuk kristalnya dengan pemanasan tinggi. Di atas titik leburnya, lemak cokelat akan
meleleh sempurna seperti minyak dan akan kehilangan inti kristal stabil yang berguna
untuk membentuk kristalnya kembali.
Supositoria dengan bahan dasar
polietilen glikol(peg)
Polietilenglikol mempunyai titik lebur 35°C-63°C, tidak meleleh pada
suhu tubuh, tetapi larut dalam cairan sekresi tubuh.
Formula yang dipakai adalah:
1. Bahan dasar tidak berair: PEG 4000 4% (25%) dan PEG 1000 96%
(75%)
2. Bahan dasar berair: PEG 1540 30%, PEG 6000 50%, dan air + obat
20%
KEUNTUNGAN & kekurangan penggunaan
Keuntungan: PEG
1. Tidak dapat mengiritasi/merangsang
2. Dapat disimpan di luar lemari es
3. Tak ada kendaka terkait titik lebur jika dibanding dengan lemak coklat
4. Tetap kontak dengan lapisan mukosa karena tidak meleleh pada suhu
tubuh
Kelebihan & kekurangan penggunaan PEG
1. Menarik cairan dari jaringan tubuh setelah dimasukkan sehingga terjadi
rasa yang menyengat
2. Dapat memperpanjang waktu disolusi sehingga menghambat pelepasan
obat
Catatan:
Pembuatan supositoria dengan PEG dilakukan dengan melelehkan bahan
dasar, kemudian dituangkan ke dalam cetakan seperti pembuatan
supositoria dengan bahan dasar lemak coklat
Supositoria dengan bahan dasar gelatin

Supositoria dengan bahan dasar gelatin dapat


digunakan sebagai bahan dasar supositoria vaginal.
Pada pembuatan supositoria ini, diperlukan
penambahan pengawet (nipagin) karena bahan dasar
ini merupakan media yang baik bagi pertumbuhan
bakteri. Supositoria berbasis gelatin harus disimpan di
tempat yang dingin.
Dalam Farmakope Belanda, terdapat formula supositoria dengan
bahan dasar gelatin, yaitu:
1. Panaskan 2 bagian gelatin dengan 4 bagian air dan 5 bagian
gliserin hingga diperoleh massa yang homogen.
2. Tambahkan air panas hingga diperoleh 11 bagian. Biarkan massa
cukup dingin dan tuangkan dalam cetakan hingga diperoleh
supositoria dengan berat 4 gram.
3. Obat yang ditambahkan dilarutkan atau digerus dengan sedikit air
atau gliserin yang disisakan dan dicampurkan pada massa yang
sudah dingin.
Supositoria dengan bahan dasar Lainnya

Bahan dasar lain yang dapat digunakan untuk


membuat supositoria dapat bersifat seperti
lemak yang larut dalam air atau bercampur
dengan air, beberapa di antaranya membentuk
emulsi tipe A/M. Formulasinya adalah tween 61
85% dan gliserin laurat 15%. Bahan dasar ini
dapat menahan air atau larutan berair. Berat
supositoria berbasis bahan ini adalah 2,5 g.
Metode pembuatan
1. Dengan tangan
supositoria
metode ini hanya digunakan untuk supositoria berbasis lemak cokelat dan untuk skala kecil, serta
apabila bahan obat tidak tahan terhadap pemanasan. Metode ini kurang cocok dilakukan di iklim panas.

2. Dengan mencetak hasil leburan


Cetakan harus dibasahi terlebih dahulu dengan parafin cair bagi yang memakai bahan dasar gliserin-gelatin,tetapi tidak
dibasahi jika menggunakan bahan dasar lemak cokelat dan PEG karena supositoria akan mengerut pada proses
pendinginan dan terlepas dari cetakan.

3. Dengan kompresi
Dengan metode ini, proses penuangan, pendinginan, dan pelepasan supositoria dilakukan
dengan mesin secara otomatis. Kapasitas mesin dapat mencapai 3.500-6.000
supositoria/jam.
Pengemasan supositoria
Supositoria dikemas sedemikian rupa sehingga tiap supositoria terpisah
serta tidak mudah hancur atau meleleh. Supositoria biasanya dikemas
dalam wadah yang terbuat dari aluminium foil atau strip plastik sebanyak 6
hingga 12 buah, untuk kemudian dikemas dalam dus. Supositoria harus
disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat sejuk. Beberapa supositoria
diharuskan untuk disimpan di dalam suhu dingin (lemari es), sesuai dengan
pernyataan yang tercantum dalam label masing-masing, didasarkan pada
basis yang digunakan, misalnya supositoria berbasis gelatin.
Pemeriksaan mutu supositoria
Setelah dicetak, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut.
1. Penetapan kadar zat aktif disesuaikan dengan yang tertera pada etiketnya.
2. Pengujian titik lebur, terutama jika digunakan bahan dasar lemak cokelat.
3. Uji kerapuhan, untuk menghindari kerusakan akibat kerapuhan selama
pengangkutan
4. Uji waktu hancur; syarat waktu hancur untuk supositoria berbasis PEG 1000
adalah 15 menit dan lemak cokelat dingin adalah 3 menit.
5. Uji homogenitas.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai