Anda di halaman 1dari 21

LABORATORIUM FARMASEUTIK

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN
MIKROMERITIK & BOBOT JENIS CAIRAN

OLEH :
NAMA : 1. MEGA MEILINDA
15020150027
2. RAFIKA FIRDA U. HATIBIE
15020150027
KLS/KLP : C2/4B
ASISTEN : ARDI NUR

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2016
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam bidang farmasi, meracik suatu bentuk sediaan obat, tentunya ada
beberapa faktor atau aspek yang perlu diperhatikan agar sediaan yang
dihasilkan bisa sesuai, salah satunya adalah bentuk keseragaman ukuran
partikel.Ukuran partikel dari bahan obat merupakan penentu untuk beberpa
sifat zat. Hal ini berlaku baik untuk bahan yang berada dalam kondisi
berbentuk serbuk atau bubuk maupun yang diracik dalam bentuk sediaan
tablet, granular, salep, suppositoria dan emulsi.zat-zat yang digunakan
sebagai bahan obat kebanyakan berukuran kecil dan jarang yang berada
dalam keadaan optimum. Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai
peranan penting dalam bidang farmasi sebab merupakan penentu bagi sifat-
sifat, baik sifat fisika, kimia dan farmakologik dari bahan obat tersebut Dalam
pembuatan sediaan-sediaan seperti kapsul, tablet, granul, sirup kering tentu
mempertimbangkan ukuran partikel.
Mikromeritik adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari
khusus tentang ukuran suatu partikel, yang mana ukuran partikel ini cukup
kecil. Masalah seperti ukuran partikel ini dalam bidang farmasi sangat
diperhitungkan sekali atau dapat dikatakan sangat penting. Mengingat
pentingnya mikromeritik dalam bidang farmasi, maka sudah sewajarnya jika
mahasiswa farmasi memahami mengenai mikromeritik ini, termasuk cara-
cara dalam melakukan pengukuran ukuran partikel suatu zat. Dalam
praktikum ini akan dilakukan percobaan menghitung ukuran partikel
paracetamol dengan menggunakan metode ayakan, yang mana metode ini
merupakan metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dalam
penentuan ukuran partikel.
Pengidentifikasian suatu zat kimia dapat diketahui berdasarkan sifat-
sifat yang khas dari suatu zat. Sifat-sifat tersebut dapat dibagi dalam beberapa
bagian yang luas. Salah satunya adalah sifat intensif dan sifat ekstensif. Sifat
ekstensif adalah sifat yang tergantung dari ukuran sampel yang sedang
diselediki. Sedangkan sifat intensif adalah sifat yang tiidak tergantung pada
ukuran sampel. Kerapatan atau densitas merupakan salah satu dari sifat
intensif. Dengan kata lain kerapatan suatu zat tidak tergantung pada ukuran
partikelnya.
Pengetahuan tentang massa jenis juga sangat sangat penting mengingat
bahwa pengetahuan tentang massa jenis akan selalu kita butuhkan dan selalu
digunakan dalam praktikum lanjutan maupun dalam pengaplikasiannya.
Untuk menentukan massa benda dapat dilakukan dengan menimbang
benda tersebut dengan menggunakan timbangan yang sesuai, seperti
timbangan analitik.
Berat jenis didefeniikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat
terhadap kerapatan air, harga kedua zat ini ditentukan pada temperatur yang
sama. Cara penentuan bobot jenis ini sangat penting diketahui oleh eorang
farmasis, karena dengan mengetahui bobot jenis kita dapat mengetahui
kemurnian dari suatu sediaan khususnya yang berbentuk larutan.
Air digunakan untuk standar zat cair dan zat padat, hidrogen dan udara
yntuk gas. Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut
cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan
sebagai tandar karena mudah idapat dan mudah dimurnikan.
Disamping itu, dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka akan
mempermudah dalam memformulasikan obat. Karena dengan mengetahui
bobot jenisnya maka kita akan dapat menentukan apakah suatu zat dapat
bercampur atau tidak dengan zat lainnya.
Dengan mengetahui banyaknya manfaat dari penentuan bobot jenis
maka dilakukan percobaan, dimana dalam hal ini digunakan beberapa sampel
aquadest, asam sitrat, alkohol, gliserin, minyak kelapa, dan parafin cair.
1.2 TUJUAN
Melakukan pengukuran partikel dengan metode pengayakan (shieving)
Menentukan bobot jenis beberapa cairan
Menentukan kerapatan padatan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Mikromeritik adalah ilmu dan teknologi yang membahas tentang partikel
kecil (Martin, 2008 : 1019).
Menurut Parrot ada beberapa cara untuk mengukur partikel.Metode yang
pertama yaitu metode mikroskopik yaitu diameter rata-rata dari partikular yang
diukur secara acak. Metode kedua yaitu metode ayakan merupakan metode
sederhana untuk mengukur ukuran rata-rata dari parrtikel yang digunakan ayakan
standar. Metode ketiga yaitu metode sedimentasi atau pengendapan yaitu metode
sedimentasi didalamnya pada hukum stokes. Metode ke empat yaitu metode
akutriasi yaitu kebalikan dari sedimentasi udara dimasukkan ke bagian dasar, kolom
yang berada pada sampel yang diukur. Dan metode yang terakhir yaitu metode
sentrifugasi digunakan hanya pada penentuan ukuran partikel halus berdasarkan
pada hukum stokes (Parrot, 1971 : 913).
Tujuan dilakukannya pengukuran partikel adalah agar berhasilnya formulasi,
suspense, emulsi, dan tablet dari segi kestabilan fisik dan respon farmakologis juga
bergantung pada ukuran partikel yang dicapai dalam produk tersebut. Dalam bidang
pembuatan tablet dan kapsul pengendalian ukuran partikel penting dilakukan untuk
memperoleh sifat air yang diperlukan dan pencampuran yang baik granul dan
serbuk (Sinko, 2011 : 670).
Derajat halus serbuk adalah derajat halus serbuk yang dinyatakan dengan
nomor pengayak. Jika derajat halus suatu serbuk dinyatakan dengan 1 nomor,
dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor
tersebut.jika derajat halus suatu serbuk dinyatakan dengan 2 nomor dimaksudkan
bahwa semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor terendah dan tidak
lebih dari 40% melalui pengayak dengan nomor tertinggi (FI III, 1979 : 915).
Simpangan baku yaitu suatu pertanda dari distribusi mean tersebut (Martin,
2008 : 1027).
No mesh adalah derajat halus serbuk (FI III, 1979 : 915).
Tabel No. Mesh (FI III, 1979 : 915) :
Perbandingan
Lebar Penyimpanga
Garis tengah kira-kira jumlah
Nomor nominal n rata-rata
nominal luas lubang
pengayak lubang maksimum
kawat (mm) terhadap luas
(mm) lubang (%)
pengayak (%)
5 3,35 1,73 43 3,2
8 2,00 1,175 40 3,3
10 1,68 0,860 44 3,3
22 0,710 0,445 38 3,9
25 0,600 0,416 35 4,2
30 0,500 0,347 35 4,4
36 0,420 0,286 35 4,5
44 0,355 0,222 38 4,8
60 0,250 0,173 35 5,2
85 0,180 0,119 36 5,6
100 0,150 0,104 35 6,3
120 0,125 0,087 35 6,5
150 0,105 0,064 39 7,0
170 0,090 0,059 36 7,3
200 0,075 0,052 35 8,1
300 0,053 0,032 39 9,1
Penggunaan mikromeritik dalam pengujian kestabilan emulsi, penggunaan
ultrasentrifugasi untuk penentuan berat molekul dari polimer tinggi, agar bisa
diperoleh dengan sedimentasi gravitasi seperti dinyatakan dalam hukum stokes.
Suatu syarat selanjutnya adalah bahwa aliran dari medium dispersi sekitar partikel
ketika partikel pengendap adalah lammar stranrine Penggunaan mikromeritik
dalam pengujian kestabilan suspensi, besarnya luas permukaan partikel yang
diakibatkan oleh mengecilnya zat padat berhubungan dengan energi bebas
permukaan yang membuat system tersebut tidak stabil. Secara termodinamika
dimana dimaksudkan disini bahwa partikel berenergi yang tinggi dan sedang untuk
mengelompokkan kembali sedemikian rupa untuk mengurangi luas permukaan
total dan partikel dengan energi bebas permukaan (Martin, 2008 : 1038-1039).
Dalam bidang farmasi, kerapatan dan bobot jenis suatu zat sering digunakan.
Karena partikel bisa keras dan lembut dalam satu hal serta kasar dan berpori dalam
hal lainnya, seseorang harus menyatakan kerapatan dengan hati-hati. Kerapatan
didefenisikan sebagai massa per satuan volume atau bobot zat persatuan volume.
Untuk lebih mudahnya kerapatan(density) didefenisikan menjadi tiga tipe yaitu
(Martin, 2008:1058) :
a. Kerapatan sebenarnya yaitu kerapatan dari bahan padat yang nyata (sebenarnya).
Metode untuk menentukan kerapatan padatan tidak berpori dengan pemindahan
dalam cairan dimana padatan tersebut tidak larut.
b. Kerapatan granul yaitu bisa ditentukan dengan suatu metode yang serupa
dengan metode pemindahan cairan. Digunakan air raksa, karena air raksa
mengisi ruang-ruan kosong tetapi tidak berpenetrasi ke dalam pori-pori dalam
partikel-partikel. Volume partikel berikut ruang dalam partikel kemudian
menjadi volume granul, dan dengan diketahuinya berat serbuk tersebut, dapat
diperoleh kerapatan granul.
c. Kerapatan bulk yaitu didefenisikan sebagai massa dari suatu serbuk dibagi
dengan volume bulk.
Relative density atau densitas relatif bilangan murni yang menunjukkan
perbandingan antara massa uatu benda dengan massa suatu zat yang bervolume
sama yang ditentukan sebagai standar (Sinco, 2011:5).
Volume bulk adalah volume yang ditempati suatu senyawa seperti serbuk
zink oksida yang ditempatkan dalam gelas ukur, atau dengan kata lain volume bulk
yaitu jumlah yang dipakai oleh seluruh massa serbuk pada pengepakan khusus yang
didapat selama pengukuran Volume sebenarnya adalah volume kuantitatif yang
diambil oleh partikel-partikel termasuk semua rongga intrapartikel (Sinco,
2011:695).
Porositas atau rongga didefenisikan sebagai perbandingan volume rongga
terhadapt volume bulk dari pengepakan. Porositas seringkali dinyatakan dalam
persen, x 100. Porositas ditentukan dengan persamaan :

= = 1-

Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang
volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal. Jika
kerapatan dinyatakan sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot jenis
menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat baku misalnya air (Ansel, 2009 :
210).
Manfaat penentuan bobot jenis dan kerapatan dalam bidang farmasi yaitu
untuk menentukan perubahan jumlah zat dalam formula farmaseutik dan bobot
menjadi volume dan sebaliknya. Bobot jenis digunakan untuk mengubah
pernyataan kekuata dalam b/b, b/v dan v/v (Ansel, 2004:31-32 dan 212).
BAB 3 METODE KERJA
3.1 ALAT DAN BAHAN
3.1.1 Alat yang digunakan
Adapun alat-alat praktikum yang digunakan pada percobaan
Mikromeritik sebagai berikut :
- Ayakan
- Kertas Perkamen
- Kuas
- Timbangan
- Vibratoe
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan bobot jenis dan
kerapatan adalah sebagai berikut :
- Gelas ukur 50 mL
- Piknometer 25 mL
- Pipet tetes
- Timbangan analitik
3.1.2 Bahan yang digunakan
Untuk bahan-bahan praktikum yang digunakan pada percobaan
Mikromeritik adalah paracetamol.
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan bobot jenis dan
kerapatan adalah sebagai berikut :
- Alkohol
- Asam sitrat
- Aquadest
- Gliserin
- Minyak kelapa
- Parafin cair
3.2 CARA KERJA
A. Mikromeritik
Susun beberapa ayakan dengan nomor tertentu berurutan dari atas ke
bawah makin besar nomor ayakan yang bersangkutan.
Masukkan 100 g granul paracetamol ke dalam ayakan paling atas
pada bobot tertentu yang ditimbang seksama
Serbuk diayak selama 5 menit dengan getaran tertentu pada alat
shaker
Ditimbang serbuk yang terdapat pada masing-masing ayakan
B. Menentukan kerapatan bulk
Timbang zat padat sebanyak 10 g kemudian masukkan ke dalam
gelas ukur 50 mL
Ukur volume zat padat
Hitung kerapatan bulk
()
Kerapatan Bulk = ()

C. Menentukan kerapatan mampat


Timbang zat padat sebanyak 10 gram
Masukkan ke dalam gelas ukur
Ketuk sebanyak 100 kali ketukan
Ukur volume yang terbentuk
Hitung kerapatan mampat dengan persamaan :
()
Kerapatan mampat = ()

D. Menentuka bobot jenis cairan


Gunakan piknometer yang bersih dan kering
Timbang piknometer kosong lalu isi dengan air uling, bagian luar
piknometr dilap sampai kering dan ditimbang
Buang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan
cairan, dan timbang
Hitung bobot jenis cairan menggunakan persamaan
3 1
Dt =
2 1
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
4.1.1 Mikromeritik
1. Mengukur diameter partikel berdasarkan metode pengayakan
kecepatan 40 rpm
Berat zat
Ukuran %tertinggal
Nomor yang %
pori (rata- x ukuran
Ayakan tertinggal tertinggal
rata) (mm) pori
(g)
35/40 0, 4625 77,1415 0,771415 0,356
40/60 0, 3375 17,3089 0,173089 0,058
60/120 0,3125 1,8855 0,018855 0,0035
120/170 0,1075 1,3996 0,013996 0,0015
170/230 0,0765 0,3876 0,003876 0,000029
230 0,063 0,0014 0,000014 0,0000008
Jumlah 0,4190298

2. Mengukur diameter partikel berdasarkan metode pengayakan


kecepatan 50 rpm
Berat zat
Ukuran %tertinggal
Nomor yang %
pori (rata- x ukuran
Ayakan tertinggal tertinggal
rata) (mm) pori
(g)
35/40 0, 4625 37,91 0,3791 0,17533
40/60 0, 3375 32,02 0,3201 0,10807
60/120 0,3125 22,32 0,2232 0,0419
120/170 0,1075 3,96 0,0396 0,00043
170/230 0,0765 0,17 0,0017 0,00013
230 0,063 0,16 0,0016 0,00010
Jumlah 0,003299
3. Mengukur diameter partikel berdasarkan metode pengayakan
kecepatan 60 rpm
Berat zat
Ukuran %tertinggal
Nomor yang %
pori (rata- x ukuran
Ayakan tertinggal tertinggal
rata) (mm) pori
(g)
35/40 0, 4625 5,10 0,051 0,0235875
40/60 0, 3375 15,22 0,1522 0,0573675
60/120 0,3125 16,09 0,1609 0,03016875
120/170 0,1075 31,17 0,3117 0,03350775
170/230 0,0765 21,11 0,21 0,01607
230 0,063 2,23 0,0223 0,0014
Jumlah 0,0015514

Perhitungan
(% )
DAV =
100
0,1561015
=
100
= 0,00156
4.1.2 Kerapatan dan bobot jenis
1. Kerapatan Bulk
Bobot Zat (g) 10
Volume Bulk (mL) 12
Kerapatan Bulk (g/mL) 0,83

Perhitungan :
() 10
Kerapatan Bulk = = = 0,83 g/mL
() 12
Kerapatan bulk rata-rata
Kelompok 1 2 3 Rata-rata
1 0,769 0,83 g/mL 0,769 0,789
g/mL g/mL g/mL
2 0,83 g/mL 0,83 g/mL 0,83 g/mL 0,83 g/mL
3 0,83 g/mL 0,833 0,83 g/mL 0,83 g/mL
g/mL
4 0,833 0,833 0,83 g/mL 0,83 g/mL
g/mL g/mL
5 0,83 g/mL 0,83 g/mL 0,83 g/mL 0,83 g/mL

2. Kerapatan Mampat
Bobot Zat (g) 10
Volume mampat (mL) 11
Kerapatan mampat (g/mL) 0,909

Perhitungan :
() 10
Kerapatan mampat = = = 0,909 g/mL
() 11

Kerapatan mampat rata-rata


Kelompok 1 2 3 Rata-rata
1 0,909g/mL 0,909 0,909g/mL 0,909g/mL
g/mL
2 0,909g/mL 0,90 g/mL 0,909g/mL 0,909g/mL
3 0,909 0,909 0,909g/mL 0,909g/mL
g/mL g/mL
4 0,909 0,909 0,909g/mL 0,909g/mL
g/mL g/mL
5 0,909g/mL 0,909g/mL 0,909g/mL 0,909g/mL
3. Bobot Jenis Zat Cair
a. Alkohol
Bobot Piknometer Kosong (g) 15,60
Bobot pikno + air (g) 40,90
Bobot pikno + alkohol (g) 36,1488
Bobot jenis Zat cair (g/mL) 0,8122
Perhitungan :
Dik : Dt = bobot jenis pada suhu t
w1 = bobot piknometer kosong = 15,60 g
w2 = bobot piknometer + air suling = 40,90 g
w3 = bobot piknometer + cairan = 36,1448 g
Dit : Dt = ?
Penyelesaian :
3 1 36,14415,60
Dt = = = 0,8122 g/mL
2 1 40,9015,60

b. Bobot jenis rata-rata


Bobot jenis zat cair Bobot
No. Zat cair jenis
1 2 3
rata-rata
1. Aquadest 0,99764 1,00052 1,00113 0,99982
2. Gliserin 1,26066 1,25957 1,25911 1,26978
3. Minyak 0,90944 0,91213 0,91046 0,9106
kelapa
4. Parafin 0,8271 0,8287 0,8669 0,8409
5. Alkohol 0,7907 0,8122 0,8215 0,8081

4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Mikromeritik
Mikromeritik merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang
mempelajari khusus tentang ukuran suatu partikel, yang mana ukuran
partikel ini cukup kecil. Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai
peranan penting dalam bidang farmasi sebab merupakan penentu bagi
sifat-sifat, baik sifat fisika, kimia dan farmakologi dari bahan obat
tersebut Dalam pembuatan sediaan-sediaan seperti kapsul, tablet,
granul, sirup kering tentu mempertimbangkan ukuran partikel.
Percobaan ini bertujuan untuk melakukan pengukuran partikel
dengan metode pengayakan (shieving).
Dalam praktikum mikromeritik alat yang digunakan yaitu
Ayakan, Kertas Perkamen, Kuas, Timbangan dan Vibrator. Ayakan
digunakan untuk memisahkan partikel besar dengan partikel kecil,
Timbangan digunakan untuk menimbang serbuk paracetamol dengan
jumlah yang ditentukan, kuas digunakan untuk memindahkan serbuk
dari ayakan ke kertas perkamen, kertas perkamen digunakan sebagai
wadah serbuk paracetamol yang telah diayak dan Vibrator alat yang
digunakan utnuk pengayakan.Sedangkan Bahan yang digunakan yaitu
paracetamol dimana paracetamol ini sebagai sampel.
Metode kerjanya ditimbang granul paracetamol sebanyak 100
gram menggunakan timbangan, kemudian susun ayakan berdasarkan
nomor ayakan atau nomor mesh secara berurutan sebagai berikut
35,40,60,120,170,230, setelah itu masukkan serbuk keayakan paling
atas,lalu ayak serbuk paracetamol tersebut dengan menggunakan alat
vibrator yang telah diatur waktu dan kecepatannya, setelah diayak,
pindahkan serbuk yang terdapat pada masing-masing ayakan ke kertas
perkamen dengan menggunakan kuas secara perlahan-lahan. Sebelum
serbuk ditimbang, timbang terlebih dahulu kertas perkamen kosong
sebagai pembanding,barulah setelah itu timbang kembali serbuk yang
telah diayak dan catat hasil timbangan.
Dari hasil percobaan mikromeritik dengan kecepatan 40 rpm
yang telah dilakukan didapatkan pada nomor ayakan 35/40 dengan
ukuran pori 0,4625, berat zat yang tertinggal 77,1415 gram, % tertinggal
0,771415, dan % tertinggal dikali ukuran pori 0,356.Untuk nomor
ayakan 40/60 dengan ukuran pori 0,3375, berat zat yang tertinggal
17,3089 gram, %tertinggal 0,173089 dan % tertinggal dikali ukuran pori
0,058, Untuk nomor ayakan 60/120 dengan ukuran pori 0,1875, berat
zat yang tertinggal 18855 gram, % tertinggal 0,018855 dan %tertinggal
dikali dengan ukuran pori 0,0035.Untuk nomor ayakan 120/170 dengan
ukuran pori 0,1075, berat zat yang tertinggal 31,3996 gram, % tertinggal
0,013996 dan % tertinggal dikali ikuran pori 0,0015. Untuk nomor
ayakan 170/230 dengan ukuran pori 0,0765, berat zat yang tertinggal
0,3876 gram dan % tertinggal dikali ukuran pori 0,000029.Dan untuk
nomor ayakan 230 dengan ukuran pori 0,063, berat zat yang tertinggal
0,0014 gram, % tertinggal 0,000014 dan % tertinggal dikali ukuran pori
0,0000008. Kemudian jumlah keseluruhan dari % tertinggal dikali
ukuran pori dan dibagi 100 maka didapatkan hasil DAV yaitu 0,00419.
Lalu untuk hasil percobaan mikromeritik dengan kecepatan 50
rpm yang telah dilakukan didapatkan pada nomor ayakan 35/40 dengan
ukuran pori 0,4625, berat zat yang tertinggal 37,91 gram, % tertinggal
0,3791, dan % tertinggal dikali ukuran pori 0,17533.Untuk nomor
ayakan 40/60 dengan ukuran pori 0,3375, berat zat yang tertinggal 32,02
gram, %tertinggal 0,3201 dan % tertinggal dikali ukuran pori 0,10807,
Untuk nomor ayakan 60/120 dengan ukuran pori 0,1875,berat zat yang
tertinggal 22,32gram, % tertinggal 0,2232 dan %tertinggaldikali dengan
ukuran pori 0,0419.Untuk nomor ayakan 120/170 dengan ukuran pori
0,1075, berat zat yang tertinggal 3,96 gram, % tertinggal 0,0396 dan %
tertinggal dikali ikuran pori 0,0043. Untuk nomor ayakan 170/230
dengan ukuran pori 0,0765, berat zat yang tertinggal 0,17 gram dan %
tertinggal 0,0017, % tertinggal dikali ukuran pori 0,00013.Dan untuk
nomor ayakan 230 dengan ukuran pori 0,063, berat zat yang tertinggal
0,16 gram, % tertinggal 0,0016 dan % tertinggal dikali ukuran pori
0,00010. Kemudian jumlah keseluruhan dari % tertinggal dikali ukuran
pori dan dibagi 100 maka didapatkan hasil DAV yaitu 0,003299.
Dan untuk hasil percobaan mikromeritik dengan kecepatan 60
rpm yang telah dilakukan didapatkan pada nomor ayakan 35/40 dengan
ukuran pori 0,4625, berat zat yang tertinggal 5,10 gram, % tertinggal
0,051, dan % tertinggal dikali ukuran pori 0,0235875.Untuk nomor
ayakan 40/60 dengan ukuran pori 0,3375, berat zat yang tertinggal 15,
22 gram, %tertinggal 0,1522 dan % tertinggal dikali ukuran pori
0,0513675, Untuk nomor ayakan 60/120 dengan ukuran pori 0,3125,
berat zat yang tertinggal 16,09 gram, % tertinggal 0,1609
dan %tertinggal dikali dengan ukuran pori 0,03016875.Untuk nomor
ayakan 120/170 dengan ukuran pori 0,1075, berat zat yang tertinggal 31,
17 gram, % tertinggal 0,3117 dan % tertinggal dikali ikuran pori
0,03350775. Untuk nomor ayakan 170/230 dengan ukuran pori 0,0765,
berat zat yang tertinggal 21,11 gram dan % tertinggal dikali ukuran pori
0,01607.Dan untuk nomor ayakan 230 dengan ukuran pori 0,063, berat
zat yang tertinggal 2,23 gram, % tertinggal 0,0223 dan % tertinggal
dikali ukuran pori 0,0014. Kemudian jumlah keseluruhan dari %
tertinggal dikali ukuran pori dan dibagi 100 maka didapatkan hasil DAV
yaitu 0,00156.
Dalam praktikum ada beberapa kesalahan yaitu tidak
sempurnanya pemindahan serbuk dari ayakan ke kertas perkamen dan
ikut sertanya rambut-rambut kuas ke serbuk sehingga mempengaruhi
bobot timbangan.
Di bidang farmasi mikromeritik merupakan penentu bagi sifat-
sifat, baik sifat fisika, kimia dan farmakologik dari bahan obat tersebut
dalam pembuatan sediaan-sediaan seperti kapsul, tablet, granul, sirup
kering.
4.2.1 Kerapatan dan bobot jenis
Pada praktikum kali ini membahas tentang kerapatan dan bobot
jenis. Kerapatan adalah massa per satuan volume atau bobot zat
persatuan volume. Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap
bobot zat baku yang volumenya sama pada suhu yang sama dan
dinyatakan dalam desimal. Dengan pengertian ini kita dapat
menyimpulkan bahwa kerapatan dinyatakan sebagai satuan bobot dan
volume, sedangkan bobot jenis menggambarkan hubungan antara bobot
suatu zat baku misalnya air.
Dalam dunia farmasi kerapatan dan bobot jenis suatu zat atau
cairan digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan
dalam menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan
kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat
pula diketahui tingkat kelarutan atau daya larut suatu zat.
Dalam praktikum kerapatan zat bahan yang digunakan adalah
asam sitrat sedangkan alat yang digunakan adalah gelas ukur dan
timbangan.
Dalam menentukan kerapatan bulk yaitu ditimbang sebanyak 10
gram asam sitrat, lalu dimasukkan kedalam gelas ukur, kemudian akan
diperoleh volume sebanyak 12 mL. Untuk memperoleh kerapatan bulk
maka bobot asam borat dibagi dengan volume bulknya, sehingga
diperoleh nilai kerapatan bulknya 0,83 g/mL.
Pada penentuan kerapatan mampat masih digunakan asam sitrat
yang sama, kemudian gelas ukur diketuk sebanyak 100 kali.
Pengetukan dilakukan agar kerapatan lebih mampat dan diperoleh hasil
11 mL. Dengan menggunakan perhitungan yang sama yaitu bobot asam
sitrat dibagi dengan volume kerapatan mampatnya dan diperoleh nilai
sebesar 0,909 g/ml.
Dalam praktikum bobot jenis menggunakan bahan alkohol,
aquadest, gliserin, minyak kelapa dan parafin cair, dan alat yanng
digunakan adalah piknometer berukuran 25 mL dan timbangan analitik.
Piknometer digunakan untuk mencari bobot jenis. Piknometer
biasanya terbuat dari kaca untuk erlenmeyer kecil denngan kapasitas
10-50 mL. Saat akan melakukan percobaan, digunakan piknometer
yang bersih dan kering. Karena sifat piknometer yang sangat sensitif
sebaiknya piknometer tidak disentuh secara langsung mnggunakan
tangan, tetapi dilapisi dengan tissu agar tidak mempengaruhi bobot
piknometer yang akan diguanakan. Selanjutnya piknometer ditimbang
dalam keadaan kosong lalu dicatat bobotnya. Kemudian diisi dengan
aquades dan ditimbang kembali. Kemudian keluarkan aquades dari
piknometer, keringkan dan diisi dengan zat cair yang akan dihitung
bobot jenisnya kemudian timbang kembali.
Selanjutnya hitung bobot jenis dengan menggunakan rumus.
Sehingga dalam percobaan diperoleh hasil bobot jenis aquades adalah
0,99982 g/mL, gliserin adalah 1,26978 g/mL, minyak kelapa adalah
0,9106, parafin adalah 0,8409 dan alkohol adalah 0,8122 g/mL.
Sedangkan dalam literatur bobot jenis aquadest adalah 1 g/mL ,
gliserin adalah 1,255 sampai 1,260 g/mL, minyak kelapa adalah 0,940
sampai 0,90 g/mL , parafin cair adalah 0,87 sampai 0,89 g/mL, dan
alkohol adalah 0,8819 sampai 0,8139 g/mL. Jika dibandingkan dengan
literatur, hasil percobaan yang dilakukan sangat mendekati dengan hasil
sesungguhnya.
Adapun keuntungan dari penentuan bobot jenis dengan
menggunakan piknometer adalah mudah pengerjaan tetapi
membutuhkan ketelitian dan kesabaran dalam penimbangan. Jika
proses penimbangan tidak teliti maka hasil yang diperoleh tidak sesuai
dengan hasil yang diterapkan literatur.
Adapun beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan hasil
percobaan dengan literatur adalah :
1. Kesalahan-kesalah praktikan seperti tidak sengaja memegang
piknometer
2. Pengeringan pada piknometer tidak sempurna, terdapat gelembung
atau titik air dalam piknometer setelah dikeringkan.
3. Cairan yang digunakan sudah tidak murni lagi sehingga
mempengaruhi bobot jenisnya.
4. Pengaruh suhu dari pemegang alat, juga berpengaruh pada alat.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil percobaan mikromeritik dengan kecepatan 40 rpm yang telah
dilakukan didapatkan hasil DAV yaitu 0,00419. Lalu untuk hasil percobaan
mikromeritik dengan kecepatan 50 rpm yang telah dilakukan didapatkan
hasil DAV yaitu 0,003299. Dan untuk hasil percobaan mikromeritik dengan
kecepatan 60 rpm yang telah dilakukan didapatkan hasil DAV yaitu 0,00156.
Pada percobaan penentuan kerapatan diperoleh hasil percobaan
kerapatan bulk nilainya sebesar 0,83 g/mL sedangkan pada percobaan
kerapatan mampat diperoleh nilai sebesar 0,909 g/ml. Pada percobaan bobot
jenis diperoleh hasil bobot jenis aquades adalah 0,99982 g/mL, gliserin adalah
1,26978 g/mL, minyak kelapa adalah 0,9106, parafin adalah 0,8409 dan
alkohol adalah 0,8122 g/mL.
Sedangkan dalam literatur bobot jenis aquadest adalah 1 g/mL , gliserin
adalah 1,255 sampai 1,260 g/mL, minyak kelapa adalah 0,940 sampai 0,90
g/mL , parafin cair adalah 0,87 sampai 0,89 g/mL, dan alkohol adalah 0,8819
sampai 0,8139 g/mL. Jika dibandingkan dengan literatur, hasil percobaan
yang dilakukan sangat mendekati dengan hasil sesungguhnya.
5.2 SARAN
Agar memperoleh hasil yang maksimal dalam praktikum, diharapkan
kepada praktikan agar lebih teliti dalam percobaan, agar tidak terjadi
kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C., 2004. Kalkulasi Farmasetik, 31-32, 210, EGC. Jakarta


Ditjen POM., 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga, 915, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.
Martin, A. dkk, 1990. Farmasi Fisik Jilid 2, 1019,1027,1038-1039, UIP. Jakarta.
Parrot, 1971., Pharmaceutical Thecnology, 9, Mineapilis, Burgess Publishing
Company.
Sinko, P., 2005, Farmasi Fisika dan Ilmu Farmaseutika Martin, 5, 695, 670, 695,
EGC, Jakarta
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai