Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II

Kelompok : 2

Nama NIM
Siti Amalia Fitriati 4820101220003
M. Arrazzaq Fakhrianto 4820101220018
Shilfa Nadira Nur Mulia 4820101220033
Alya Huriyah 4820101220068
Sri Elsa Rahayu 4820101220088

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BORNEO LESTARI
BANJARBARU
2023
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II
Laporan Praktikum Farmasi Fisika II ini disusun sebagai tugas akhir
menyelesaikan Praktikum Farmasi Fisika II dan salah satu syarat lulus
mata kuliah Farmasi Fisika II

Banjarbaru, 16 Juni 2023

Menyetujui, Menyetujui,
Asisten Dosen 1 Asisten Dosen 2

Haryati, S.Farm. Karlinda Aminoor Rahmah,


A.Md.AK
Mengetahui
Dosen Pengampu Praktikum

apt. M. Andi Chandra, M.Farm apt. Dyera Forestryana, M.Si.


NIK. 010922142 NIK. 010512023

PENENTUAN UKURAN PARTIKEL


1. Tujuan Praktikum
Mampu mengukur partikel zat dengan metode mikroskopi dan
pengayakan (sheiving)
2. Dasar Teori
Menurut Dalla Valle, ilmu partikel dituangkan dalam mikromeritik yaitu
suatu ilmu dan teknologi yang mempelajari tentang partikel kecil terutama
mengenai ukuran partikel. Ole Dalla Valle, ilmu dan teknologi partikel kecil
diberi nama mikromeritik. Disperse koloid dicirikan ole partikel yang terlalu
kecil untuk dilihat dengan mikroskop biasa, sedang partikel emulsi dan
suspensi farmasi serta serbuk halus berada dalam jangkauan mikroskop optik.
Partikel yang mempunyai ukuran serbuk lebih kasar, granul tablet dan garan
granular berada dalam kisaran ayakan (Sinala, 2016).
Pengetahuan dan pengendalian ukuran, serta kisaran ukuran partikel
sangat penting dalam farmasi. Jadi ukuran, dan karenanya juga luas permukaan
dari suatu partikel dapat dihubungkan dengan sifat fisika, kimia, dan
farmakologi dari suatu obat.Secara klinis ukuran partikel dari suatu obat dapat
mempengaruhi pelepasan obat dari bentuk sediaan baik secara oral, parenteral,
rektal maupun topical (Syamsuni, 2017)
Keberhasilan formulasi dari suspensi, emulsi dan tablet dari sudut pandang
stabilitas fisik dan respon farmakologi masing-masing juga tergantung dari
ukuran partikel dalam suatu produk. Pembuatan tablet dan kapsul,
pengendalian ukuran partikel penting dalam pencapaian sifat alir dan
pencampuran granul dan serbuk yang baik. Misalkan kita telah melakukan
suatu pemeriksaan mikroskopik dari suatu sampel serbuk dan mencatat
banyanya partikel yang terletak dalam berbagai kisaran ukuran. Untuk
membandingkan ukuran partikel bahan tersebut dengan bahan yang sama pada
batch kedua, kita biasanya menghitung suatu garis tengah rata-rata sebagai
dasar untuk perbandingan (Tuti,Dkk, 2019).
Banyak metode tersedia untuk menentukan ukuran partikel, yaitu: metode
mikroskopi, pengayakan, sedimentasi dan pengukuran volume partikel dengan
alat Coulter Counter. Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan
tersendiri.Satuan ukuran partikel yang sering dipakai dalam mikromeritik
adalah micrometer (um) yang juga disebut micron (k), sama dengan 10-6m.
Metode paling sederhana dalam penentuan nilai ukuran partikel adalah
menggunakan pengayak standar.Pengayak terbuta dari kawat dengan ukuran
lubang tertentu. Istilah ini (mesh) digunakan untuk menyatakan jumlah lubang
tap inchi linear (Atkins, 2013).
Tidak ada metode yang telah diketahui untuk menentukan bentuk partikel
yang tidak beraturan secara geometris, namun telah dikembangkan metode
statistic untuk menyatakan ukuran partikel yang tidak beraturan pada suatu
dimensi tunggal, yaitu dalam diameternya. Jika diameter ini diukur dengan
prosedur yang telah dibakukan untuk sejumlah besar partikel, nilainya dapat
dinyatakan dengan berbagai diameter. Hanya dibutuhkan luas permukaan yang
sebanding dengan diameter kuadrat dan volume yang sebanding dengan
diameter kubik (Tuti,Dkk, 2019).

3. Alat dan Bahan Praktikum


3.1 Alat yang digunakan pada praktikum kali ini :

1. Ayakan dengan berbagai nomer


2. Penangas air/waterbath/hot plate
3. Penggetar Ayakan
4. Stopwatch
5. Timbangan Analitik

3.2 Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini :

1. Beras di blender kasar jangan sampai halus

4. Cara Kerja
Cara kerja Ukuran Partikel

Susun beberapa ayakan dengan nomor tertentu berurutan


dari atas ke bawah

Masukkan serbuk/granul ke dalam ayakan paling atas pada


bobot tertentu yang ditimbang seksama.

Diayak serbuk yang bersangkutan selama 10 menit pada


getaran tertentu

Ditimbang serbuk yang terdapat pada masing-masing ayakan

Buat kurva distribusi persen bobot di atas/di bawah

5. Perhitungan
% Rincikan perhitungan % bobot tertinggal
Bobot tertinggal/ jumlah semua bobot tertinggal x 100%
No. Ayakan 20 = 4,75/96,28 x 100%
= 4,93 %
No. Ayakan 40 = 2,66/96,28 x 100%
= 2,76%
No. Ayakan 60 = 85/96,28 x 100%
= 88,28%
No. Ayakan 80 = 3,70/96,28 x 100%

= 3,84 %

No. Ayakan 120 = 0,17/96,28 x 100%

= 0,176 %

Rincikan perhitungan n x d

%bobot tertinggal x diameter ayakan

No. Ayakan 20 = 4,93% x 0,841

= 4,1461

No. Ayakan 40 = 2,76% x 0,400

= 1,104

No. Ayakan 60 = 88,26% x 0,250

= 22,065

No. Ayakan 80 = 3,84% x 0,177

= 0,679

No. Ayakan 120 = 0,176% x 0,125

= 0,02
6. Hasil dan pembahasan

Sampel Ukuran D(mm) Bobot %(n) n.d


ayakan ukuran tertinggal
Beras 20 0,841 mm 4,18 g 4,3% 3,6163
40 0,400 mm 14,50 g 14,96% 5,984
60 0,250 mm 72,50 g 74,8% 18,7
80 0,177 mm 3,62 g 3,7% 0,6549
120 0,125 mm 2,12 g 2,18% 0,2725
∑96,92 ∑99,94 ∑29,2277

Dalam pengayakan dibantu dengan alat vibrator (mesin penggerak), mesin


ini digerakkan secara elektrik dan dapat diatur kecepatannya dan waktunya.
Dalam percobaan ini bahan di ayak dengan mesin penggerak selama 10 menit
ditujukan untuk menghindari pemaksaan partikel besar melewati ayakan akibat
tingginya intensitas penggoyangan atau tertahannya partikel kecil akibat
lambatnya intensitas penggoyangan sehingga dipilih intesitas penggoyangan
setengah dari kecepatan maksimum. Pada bagian paling atas dari susunan ayakan
dipasang penutup dari mesin penggerak bertujuan agar tidak ada pengaruh luar
yang mempengaruhi gerakan mesin, misalnya tekanan udara di atasnya atau yang
faktor yang lainnya, sehingga tidak ada gaya lagi yang bekerja kecuali gaya
gravitasi yang mengarah jatuhnya partikel ke arah bawah (Rahman dkk, 2020).

Prinsip pemisahannya didasarkan pada ukuran relative antara ukuran


partikel dengan lubang ayakan. Partikel- partikel yang memiliki ukuran lebih
kecil daripada ukuran lubang ayakan akan lolos ayakan. Kelompok partikel
ini disebut undersize product atau partikel minus. Sedangkan partikel-partikel
yang berukuran lebih besar daripada lubang ayakan akan tertinggal di atas
ayakan . Partikel ini dikelompokkan sebagai oversize product atau partikel
plus. Operasi pemisahannya dilakukan dengan melewatkan partikel- partkel
diatas ayakan atau screen yang memiliki lubang dengan ukuran tertentu.
Pengayakan dilakuakan dengan alat yang disebut ayakan atau screen
seperti : grizzly yang terbuat dari batang-batang sejajar atau anyaman kawat
berlubang.
Pada percobaan penentuan ukuran partikel ini bertujuan untuk mengukur
partikel zat dengan metode pengayakan (shieving). Bahan yang digunakan untuk
metode pengayakan adalah amilum dan beras. Metode ayakan dilakukan dengan
menyusun ayakan dari nomor mesh yang terkecil (yang paling atas) sampai pada
nomor mesh yang paling besar (yang paling bawah) hal ini ditujukan agar
partikel-partikel yang tidak terayak (residu) yang ukurannya sesuai dengan nomor
ayakan. Jika nomor ayakan besar maka residu yang diperoleh memiliki ukuran
partikel kecil. Pada metode pengayakan ini, digunakan 6 nomor ayakan yang
berbeda-beda. Dimulai dari nomor ayakan yang rendah sampai yang tinggi.
Diantaranya nomor ayakan 20, 40, 60, 80, dan 120 (Nuriyah, 2013).

Nomor mesh 20 mempunyai diameter ayakan sebesar 0,841 mm, nomor


mesh 40 mempunyai diameter sebesar 0,400 mm, pada nomor mesh 60
mempunyai diameter 0,250 mm, nomor mesh 80 mempunyai diameter 0,177 mm,
dan nomor mesh 120 mempunyai diameter sebesar 0,125 mm. Satu sampel yang
ditimbang teliti ditempatkan pada ayakan paling atas, dan setelah ayakan
tersebut digoyangkan pada waktu tertentu, sampel yang tertinggal di atas tiap
saringan ditimbang. Kesalahan pengayakan akan timbul dari sejumlah
variabel termasuk beban ayakan dan lama serta intensitas penggoyangan.

Satu sampel yang


ditimbang teliti
ditempatkan pada ayakan
paling atas, dan setelah
ayakan tersebut
digoyangkan untuk satu
periode waktu tertentu,
sampel yang tertinggal di
atas tiap saringan
ditimbang. Kesalahan
pengayakan akan timbul
dari sejumlah variabel
termasuk beban ayakan
dan lama serta intensitas
penggoyangan.
Satu sampel yang
ditimbang teliti
ditempatkan pada ayakan
paling atas, dan setelah
ayakan tersebut
digoyangkan untuk satu
periode waktu tertentu,
sampel yang tertinggal di
atas tiap saringan
ditimbang. Kesalahan
pengayakan akan timbul
dari sejumlah variabel
termasuk beban ayakan
dan lama serta intensitas
penggoyangan.
Waktu pengayakan dilakukan selama 10 menit karena waktu tersebut
dianggap waktu optimum untuk mendapatkan keseragaman bobot pada tiap
ayakan (nomor mesh). Bila waktu lebih dari 10 menit dikhawatirkan partikel
terlalu sering bertumbukan sehingga pecah dan lolos keayakan berikutnya,
dengan begitu akan terjadi ketidakvalidan data. Jika kurang dari 10 menit
partikel belum terayak sempurna. Waktu ayakan optimal adalah merupakan
suatu kesesuaian antara waktu tercapainya derajat pemisahan yang tinggi dan
derajat perubahan ukuran partikel asal karena proses pengayakan. Setelah
diayak perlu dilakukan penimbangan untuk setiap ayakan untuk mengetahui
besar bobot yang hilang selama pengayakan, yang dapat disebabkan
tertinggalnya dalam pengayakan, hilang saat pemindahan bahan dari ayakan
ke timbangan maupun hilang saat pemindahan berlangsung.

7. Dokumentasi Praktikum
Dokumentasi penentuan ukuran partikel
No. Perlakuan Dokumentasi

1 Penimbangan hasil ayakan 20 mesh

2 Penimbangan hasil ayakan 40 mesh

3 Penimbangan hasil ayakan 60 mesh

4 Penimbangan hasil ayakan 80 mesh

5 Penimbangan hasil ayakan 120 mesh

Kurva
Bobot Tertinggal
100
80
60
Axis Title

Bobot Tertinggal
40 Linear (Bobot Tert-
inggal)
20
f(x) = − 0.0919121621621621 x + 25.1383783783784
0 R² = 0.00923672878323312
0 40 80 0
12
Axis Title

DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P. W. 2013. Kimia Fisika Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Nuriyah, B. (2013). Penentuan Ukuran Partikel. Surakarta : Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Rahman, R. N. A., Pramana, W. E., Setyawati, A., Baihaqi, M. A. (2020).
Mikrometik. Purwokerto : Universitas Jendral Soedirman.
Sinala, Santi. 2016. Farmasi Fisik Komprehensif. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia
Syamsuni, H. A.. 2013. Ilmu Resep. Jakarta: EGC.
Tuti, Suhesti. Dkk. 2019. Petunjuk Praktikum Farmasi Fisika. Purwokerto: Univ
Jend Soedirman

Anda mungkin juga menyukai