Anda di halaman 1dari 22

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA


FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
LABORATORIUM SEDIMENTOGRAFI

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM SEDIMENTOLOGI STRATIGRAFI
ACARA 2: UKURAN BUTIR SEDIMEN

DISUSUN OLEH :
ADZANI NARESWARI AMARANGGANA
(21/473571/TK/52198)
ROMB. / KEL. : B / 6

ASISTEN KELOMPOK :
DIMAS BHERLYANO E. R.

ASISTEN ACARA :
MUHAMMAD DHANI GUMILANG
NAJMA AURORA BARARAH ISLAMEY
NATHAN ARYA SATWIKA

YOGYAKARTA
SEPTEMBER
2022
I. MAKSUD & TUJUAN

A. Maksud

Melakukan identifikasi distribusi ukuran butir sedimen dengan metode grafis dan
matematis.

B. Tujuan

Mengetahui proses-proses geologi yang berperan terhadap pembentukan dan


deposisi sedimen berdasarkan variasi ukuran butirnya.
II. DASAR TEORI

A. Tujuan penggunaan ukuran butir sedimen untuk interpretasi:


a. Mengetahui karakteristik sedimen dengan tinjauan statistik.
b. Mengetahui ketersediaan partikel dengan ukuran butir tertentu dari
material asalnya.
c. Menentukan korelasi sampel yang berasal dari lingkungan
pengendapan/stratigrafi yang sama.
d. Menentukan agen transportasi dan deposisi.
e. Menentukan proses deposisi akhir.
f. Menentukan lingkungan pengendapan.

B. Pengukuran butir sedimen


Pembagian ukuran butir sedimen berdasarkan Klasifikasi Udden-
Wentworth (1992). Ukuran butir yang digunakan dalam praktikum ini
adalah pasir hingga lumpur dengan rentang mesh <53 – 2000 µm atau ≥2
mm.
Cara yang digunakan untuk mengukur dan mengelompokkan
butiran sedimen ukuran pasir dan yang lebih kecil adalah dengan metode
ayakan. Metode ini merupakan salah satu cara untuk melakukan analisis
granulometri (analisis butir biasa)

C. Pengolahan data & Analisa ukuran butir


Data ukuran butir diolah menggunakan Gradistat yang dijalankan
dengan Excel. Data yang dibutuhkan berupa ukuran butir (mesh), berat butir
sesuai ukuran, persentase berat butir sesuai ukuran, dan persentase berat
kumulatif. Pengolahan data menggunakan perhitungan parameter secara
grafis dengan Ø (logaritmik) yang dikutip dari Folk dan Ward (1957)
sebesar ≥-1. Ø (phi) merupakan skala ukuran butir sedimen selain
milimeter.
Klasifikasi Ukuran Butir Sedimen (Wentworth, 1922)

Distribusi ukuran butir sedimen dipengaruhi oleh tiga faktor:

a. Variasi ukuran butir dari sumber/asal sedimen


b. Proses transportasi dan energi pengendapan
c. Proses diagenesa pasca pengendapan
Perhitungan parameter dilakukan secara matematis dengan Ø (phi/logaritmik).
Klasifikasi yang digunakan berdasarkan Blott dan Pye (2011).

1. Mean
Mean yang dimaksud adalah rata-rata ukuran butir. Mean (Mx)
diukur menggunakan rumus berikut.
Ø16 + Ø50 + Ø84
Mx = 3

Ø16, Ø50, dan Ø84 adalah ukuran butir dalam phi. Nilai ini
digunakan pada sumbu kurva persentase frekuensi kumulatif.

2. Sorting
Nilai standar deviasi (σ1) distribusi ukuran butir, dengan kata lain
persebaran nilai satuan di sekitar nilai rata-rata. Sortasi yang baik
mencerminkan energi pengendapan dan pencucian yang kuat.
Ø84− Ø16 Ø95− Ø5
σ1 = +
4 6,6

Rumus perhitungan:

Klasifikasi yang digunakan:


3. Skewness
Skewness (Sk1) adalah nilai kesimetrisan kurva frekuensi (histogram).
Skewness terdiri dari dua tipe:
- Skewness Positif bila didominasi oleh partikel kasar, yakni partikel
dengan nilai Ø relatif kecil hingga negatif.
- Skewness Negatif bila didominasi oleh partikel halus, yakni partikel
dengan nilai Ø relatif besar.

Diagram Skewness. Sumber: https://slideplayer.info/slide/12038059/

Ø84 + Ø16−2Ø50 Ø95 + Ø5−2Ø20


Sk1 = +
2(Ø84−Ø16) 2(Ø95−Ø5)

Rumus perhitungan:

Klasifikasi Skewness yang digunakan:


4. Kurtosis
Kurtosis adalah nilai kepuncakan kurva. Semakin tinggi nilai
kurtosis puncak kurva semakin jauh dari dasar.
Ø95− Ø5
Kurtosis = 2,44 (Ø75− Ø25

Diagram Kurtosis. Sumber: https://analystprep.com/cfa-level-1-


exam/quantitative-methods/kurtosis-and-skewness-types-of-distributions/

Komponen yang ada pada sumbu X adalah Ø (phi) dan yang ada
pada sumbu Y adalah persentase frekuensi data satuan.

Rumus perhitungan:

Klasifikasi yang digunakan:


III. ALAT & BAHAN

A. Alat
1. Laptop
2. Program Gradistat
3. Ayakan dengan nomor mesh 2000, 1000, 500, 250, 63, >63
4. Alat tulis
5. Plastik sampel
6. Mesin pengayak vibrator
7. Corong
8. Spidol OHP
9. Timbangan digital
10. Kuas
11. Karton untuk quartering
12. Kertas
13. BCL (buku catatan lapangan)

B. Bahan
1. Sampel dengan ukuran butir pasir 300 g
IV. LANGKAH KERJA

A. Pengambilan Sampel di Kalikuning


1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, serta menggunakan
atribut yang sesuai.
2. Menuju lokasi pengambilan sampel yakni pada STA1/LP1.
3. Mengisi data lapangan pada BCL berupa lokasi, kordinat, kondisi
morfologi, struktur, litologi, sketsa singkapan, potensi,dll.
4. Melakukan pengukuran laju air sungai dan menuliskan data yang
didapat pada BCL.
5. Menyiapkan plastk sampel dan menuliskan kode sampel, dengan format
AB(lokasi)0102(tanggal dan bulan)CD(nama pengambil
sampel)3(nomor LP).
6. Mengambil sampel pasir sebanyak 500 g dengan mengurangi jumlah air
yang ikut terambil, memasukkannya ke dalam plastik sampel. Sampel
pasir yang diambil dalam percobaan ini adalah yang terdapat di point
bar dan berada di bawah permukaan air.
7. Mengulangi langkah nomor 2 – 7 untuk LP2.

B. Pengayakan dan Analisis Ukuran Butir


1. Pengeringan sampel
Sampel yang telah didapat, dikeringkan di bawah sinar matahari.
Melakukan pemanasan dengan alat seperti oven atau menyangrainya
akan mempengaruhi komposisi sedimen.
2. Splitting
Splitting adalah proses pemisahan pasir sampel yang mana terdiri dari
beberapa tahapan.
- Menyiapkan sampel pasir dari STA1 LP1 dan LP2.
- Melakukan coning dan quartering. Sampel pasir diletakkan di atas
karton lalu dibentuk menjadi gunungan atau kerucut (coning). Lalu,
pasir diratakan dan dibagi menjadi 4 bagian sama besar, 2 bagian
diambil dan 2 lainnya disisihkan (quartering). Kedua bagian sampel
disatukan lagi, dikerucutkan lagi, diratakan, dibagi empat bagian,
dan dua bagiannya disisihkan. Proses ini diulangi hingga sampel
yang didapat sebanyak kurang lebih 300 g.
3. Pengayakan
- Saringan dibersihkan.
- Pilih dan susun saringan dengan nomor mesh dari yang paling atas
2000, 1000, 500, 250, 63, >63.
- Ayak sampel dengan mesin pengayak selama 5 – 10 menit.
- Sampel hasil ayakan dipisahkan sesuai fraksinya.
- Masing-masing sampel ditimbang dengan timbangan digital.
- Berat tiap fraksi yang didapat dicatat. Berat sampel yang hilang tidak
boleh melebihi 5%.
4. Pengolatan data
- Data yang telah didapat di laboratorium, diolah menggunakan
program Gradistat.
- Hasil pengolahan data kemudian diinterpretasi untuk menentukan
korelasi karakteristik sedimen dengan bagian sungai tempat sampel
di ambil, yakni hulu, tengah, atau hilir.
V. DATA

A. Tabel Hasil Pengayakan

LP 1

Berat awal: 219,7 g

Mesh Berat Persentase Berat Persentase Berat Kumulatif


(mm) (g) (%) (%)
2 13,5 6% 6%
1 24 11% 17%
0,5 62 28% 45%
0,25 71 32% 78%
0,063 41,3 19% 96%
<0,063 5,7 3% 99%
TOTAL 217,5 99% 99%

LP2

Berat awal: 228,6

Mesh Berat Persentase Berat Persentase Berat Kumulatif


(mm) (g) (%) (%)
2 21,6 9% 6%
1 49,3 22% 31%
0,5 93,7 41% 72%
0,25 40,1 18% 90%
0,063 19,4 8% 98%
<0,063 3,9 2% 100%
TOTAL 228 100% 100%
B. Kurva Frekuensi

LP1

KURVA FREKUENSI vs Ø
(Individual weight percent vs Phi)
35,0

30,0

25,0
Class weight (%)

20,0

15,0

10,0

5,0

0,0
-2,0 -1,0 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0
Particle diameter (f)

KURVA FREKUENSI KUMULATIF vs Ø


(Cumulative weight percent vs Phi)
100
90
80
70
Cumulative mass retained (%)

60
50
40
30
20
10
0
-1,0 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0
Particle diameter (f)
LP2

KURVA FREKUENSI vs Ø
(Individual weight percent vs Phi)

45,0

40,0

35,0

30,0
Class weight (%)

25,0

20,0

15,0

10,0

5,0

0,0
-2,0 -1,0 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0
Particle diameter (f)

KURVA FREKUENSI KUMULATIF vs Ø


(Cumulative weight percent vs Phi)
100

90

80

70
Cumulative mass retained (%)

60

50

40

30

20

10

0
-1,0 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0
Particle diameter (f)
C. Grain Size Distribution Diagram

LP1

GRAIN SIZE DISTRIBUTION


Particle Diameter (f)
5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0 -1,0 -2,0
35,0

30,0

25,0
Class Weight (%)

20,0

15,0

10,0

5,0

0,0
100 100
Particle

LP2

GRAIN SIZE DISTRIBUTION


Particle Diameter (f)
5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0 -1,0 -2,0
45,0

40,0

35,0

30,0
Class Weight (%)

25,0

20,0

15,0

10,0

5,0

0,0
100 100
Particle
D. Diagram Hjulstrom

LP1

LP2

E. Perhitungan Data secara Grafis


Data dihitung secara logaritmik (Ø) dengan program Gradistat

LP Mean Mode Median Sorting Skewness Kurtosis

1 1,253 1,500 1,130 1,187 0,467 2,414

2 0,686 0,500 0,460 1,065 1,189 4,123

F. Perhitungan Data secara Matematis


Data dihitung secara logaritmik (Ø) dengan program Gradistat

LP Mean Sorting Skewness Kurtosis

1 1,202 1,364 0,114 1,147

2 0,478 1,160 0,248 1,065


VI. PEMBAHASAN & INTERPRETASI

Berdasarkan data hasil pengayakan, sampel pasir dari LP1 menunjukkan adanya
kehilangan persentasi berat (sieving error) sebanyak 1% dan LP2 sebanyak 0,3%.
Ini berarti data yang diolah masih valid dan memeuhi standar. Perhitungan data LP1
dan LP2 secara grafis dan matematis tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
serta masih dalam satu kategori klasifikasi, kecuali pada nilai kurtosis. Oleh karena
itu, interpretasi data akan menggunakan data yang dihitung secara grafis.
Sedangkan, untuk kurtosis akan diinterpretasi dalam kedua jenis metode.

A. Mean, Mode, Median


Pada LP1, rata-rata yang didapat dari data bernilai 1,253Ø berarti
lokasi pengamatan ini tersusun oleh medium sand dengan ukuran butir
kurang lebih 0,42mm. Sedangkan, berdasarkan nilai modus sebesar 1,5Ø
butiran yang paling banyak menyusun endapan adalah medium sand dengan
ukuran butir kurang lebih 0,35mm. Nilai tengah dari persebaran ukuran
butir ini ada pada 1,13Ø yakni medium sand 0,42 – 0,5mm.
Pada LP2, rata-rata 0,686Ø berarti butir yang menyusun sedimen
adalah coarse sand dengan ukuran 0,59 – 0,71mm. Berdasarkan nilai modus
0,5Ø berarti ukuran butir yang paling banyak menyusun endapan berupa
coarse sand 0,71mm. Nilai tengah dari persebaran ukuran butir ini ada pada
0,46Ø berupa coarse sand antara 0,71 – 0,84mm.

B. Sorting
LP1 menunjukkan nilai 1,065Ø yang berarti tersortasi buruk (poorly
sorted). Sampel ini memiliki tipe bimodal yang berarti didominasi oleh 2
fraksi, yakni coarse sand dan medium sand dengan persebaran sebagai
berikut.
Sumber: Gradistat

LP2 menunjukkan nilai 1,187Ø yang berarti tersortasi buruk (poorly


sorted). Hampir sama seperti sampel pada LP1, sampel ini memiliki tipe
bimodal yang berarti didominasi oleh 2 fraksi, yakni coarse sand dan
medium sand dengan persebaran sebagai berikut.

Sumber: Gradistat

C. Skewness
LP1 menunjukkan nilai 0,467Ø yang berarti sampel ini memiliki
skewness yang baik (fine skewness). Diagram distribusi ukuran butir LP1
memiliki tipe simetris dibuktikan dengan nilai mean, mode, dan median
yang relatif sama, serta puncak diagram yang berada di tengah.
LP2 menunjukkan nilai 1,189Ø yang berarti sampel ini memiliki
skewness yang baik (fine skewness). Diagram distribusi ukuran butir LP1
memiliki tipe negative skew ditunjukkan dengan puncak diagram yang
condong ke kanan dan sedikit lebih landai ke kiri, Hal ini berarti sedimen
didominasi oleh partikel berukuran halus. Bukti dapat dilihat pada table
distribusi data, yakni ukuran pasir yang lebih halus atau medium melebihi
50%.

D. Kurtosis
LP1 secara grafis menunjukkan nilai 2,414Ø yang berarti
platykurtic. Sedangkan secara matematis menunjukkan nilai 1,147Ø yang
berarti kelandaian kurva bertipe very platykurtic. Namun, klasifikasi pada
Gradistat menunjukkan bahwa kurva bertipe leptokurtic. Apabila melihat
bentuk histogram yang bertipe bimodal, akan lebih masuk akal apabila
kurva bertipe leptokurtic.
LP2 secara grafis menunjukkan nilai 4,123Ø yang berarti
leptokurtic. Sedangkan secara matematis menunjukkan nilai 1,065Ø yang
berarti kelandaian kurva bertipe very platykurtic. Namun, klasifikasi pada
Gradistat menunjukkan bahwa kurva bertipe mesokurtic. Apabila melihat
bentuk histogram, akan lebih masuk akal apabila kurva bertipe mesokurtic.

E. Keterkaitan dengan Lokasi Pengambilan Sampel


Sampel pasir diambil pada satu STA yang sama, yakni di
Kalikuning, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman DIY. LP1
memiliki koordinat 49S 436863E 9157537N. Sedangkan, LP2 berjarak 50m
ke sisi utara LP1 dengan koordinat 49S 436877E 9157623N. Pada LP1, laju
air Sungai Kalikuning sebesar 0,85 m/s. Sedangkan pada LP2 0,77 m/s.
Diagram Visher

Berdasarkan konsep diagram Visher, mekanisme pengendapan


dapat dianalisis dengan membandingkan nilai Ø ukuran butir dan
persentase kumulatif.

Di LP1, endapan pasir sangat kasar ditransportkan dengan


mekanisme traksi, endapan pasir kasar hingga sedang ditransportkan
dengan mekanisme saltasi, endapan pasir halus hingga sangat halus
ditransportkan dengan mekanisme suspensi. Hal ini juga dibuktikan
dengan plotting pada diagram Hjulstrom. Diagram ini menyatakan
hubungan laju air sungai, sedimen berukuran butir tertentu, dan proses
sedimentasi yang terjadi pada konsisi tersebut. Pada diagram tersebut
ditunjukkan, laju air pada LP1 sebesar 0,85 m/s akan menyebabkan semua
ukuran butir yang dianalisis termasuk ke dalam proses erosi dan
transportasi.
Di LP2 dengan laju air 0,77m/s, mekanisme transportasi yang terjadi
untuk setiap jenis sedimen relative sama. Yang berbeda dari kedua LP
tersebut adalah pada persentase kumulatifnya. Hal ini, mungkin
disebabkan oleh jarak LP1 dan LP2 yang relative dekat.

Pada LP1, endapan dengan transportasi traksi sekitar 17%,


transportasi saltasi sebesar 61%, dan suspensi sebesar 22%. Pada LP2,
endapan dengan transportasi traksi sekitar 32%, transportasi saltasi sebesar
58%, dan suspensi sebesar 10%.
VII. KESIMPULAN

Berdasarkan data yang telah dianalisis, dapat disimpulkan bahwa, karakteristik


sedimen dan proses sedimentasi pada LP1 dan LP2 hampir sama, yakni didominasi
oleh ukuran butiran pasir sedang hingga kasar, tersortasi buruk, serta berada dalam
proses sedimentasi erosi dan transportasi secara saltasi (bed load) tidak terlalu jauh
dari sumber,berada di lingkungan dengan aliran sungai sedang, dan energi
pengendapan rendah hingga sedang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa daerah
pengambilan sampel masih merupakan bagian hulu sungai.
DAFTAR PUSTAKA

Geger, A., Surjono, S. S. (2014). Lingkungan Pengendapan dan Dinamika


Sedimentasi Formasi Muaraenim berdasarkan Litofasies di Daerah
Sekayu, Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Nasional Kebumian ke-7.
Jurusan Teknik Geologi, FT, UGM. Diakses 9 September 2022, dari
https://repository.ugm.ac.id/135161/1/640-656%20P4O-03.pdf.
Surjono, S. S. (2022). Materi Presentasi Pertemuan 4: Tekstur Sedimen.
Yogyakarta: Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas
Gadjah Mada.
Tim Asisten Praktikum Sedimentologi Stratigrafi. (2022). Acara 2: Ukuran Butir
Sedimen. Yogyakarta: Laboratorium Sedimentografi, Departemen Teknik
Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.

Anda mungkin juga menyukai