GRAIN COUNTING
II-1
Hilliard Single-Lingkaran Prosedur
Abrams Tiga Lingkaran Prosedur
2.1.2 Prosedur
Umumnya, untuk non-struktur sama-sumbu, informasi lebih lanjut dapat
diperoleh dengan membuat penentuan ukuran array terpisah di sepanjang garis
paralel yang bertepatan dengan semua tiga arah utama dari spesimen. Oleh
karena itu, longitudinal (l), melintang (t) dan pesawat (p) bagian spesimen yang
digunakan. Jumlah persimpangan dihitung. (Intersepsi adalah sebuah titik di
mana garis uji dipotong oleh batas butir.)
1. Lineal Intercept Prosedur
a) Ukuran butir rata-rata diperkirakan dengan menghitung jumlah butir jika
dicegat oleh satu atau lebih garis-garis lurus yang cukup panjang cukup
untuk menghasilkan setidaknya 50 penyadapan.
b) Sangat diharapkan untuk memilih kombinasi panjang garis uji dan
pembesaran sehingga satu bidang akan menghasilkan jumlah yang
diperlukan penyadapan.
c) Biasanya garis lurus tes akan terletak di dalam biji-bijian, presisi akan
berkurang jika jumlah rata-rata per baris tes rendah. Jika memungkinkan,
gunakan garis tes lebih lama atau perbesaran yang lebih rendah.
d) Gunakan jalur tes panjang dikenal dan menghitung jumlah persimpangan
tiga sampai lima bidang membabi buta dipilih dan yang terpisah dan
kemudian sebuah rata-rata jumlah persimpangan dihitung untuk semua
bidang utama arah l, t dan p.
e) Berarti jumlah interceptions per satuan panjang, NL, di bidang
longitudinal (NL (l)), melintang (NL (t)) dan planar (NL (p)) pesawat
dengan demikian dihitung. (Rumus ditampilkan di bawah)
II-2
b) Jangan menggunakan lingkaran tes kecil karena agak tidak efisien
sebagai bidang besar harus dievaluasi untuk mendapatkan tingkat presisi
yang tinggi.
c) Tanda referensi kecil ditempatkan di bagian atas lingkaran untuk
menunjukkan tempat untuk memulai dan berhenti menghitung.
d) Gunakan jalur tes Lingkar dikenal (panjang) dan menghitung jumlah
persimpangan tiga sampai lima bidang membabi buta dipilih dan terpisah
jauh sampai jumlah yang cukup diperoleh untuk menghasilkan presisi
yang diperlukan.
e) Ulangi langkah sebelumnya untuk semua bidang utama arah l, t dan p.
f) Jumlah rata-rata interceptions per satuan panjang, NL, di bidang
longitudinal (NL (l)), melintang (NL (t)) dan planar (NL (p)) pesawat
dengan demikian dihitung. (Rumus ditampilkan di bawah)
g) Direkomendasikan 35 hitungan per lingkaran dengan lingkaran tes
diterapkan secara membabi buta alih sebagai besar daerah spesimen
sebagai layak sampai jumlah yang diinginkan dari jumlah diperoleh.
II-3
𝑛𝑆𝑛𝑂2 × 𝜌𝑆𝑛𝑂2
𝐾𝑆𝑛𝑂2 =
(𝑛𝑆𝑛𝑂2 × 𝜌𝑆𝑛𝑂2 ) + (𝑛𝑆𝑖𝑂2 × 𝜌𝑠𝑖𝑂2 )
Keterangan :
𝐾𝑆𝑛𝑂2 : Kadar kasiterit pada tiap kotak (%)
𝑛𝑆𝑛𝑂2 : Jumlah butir kasiterit per kotak
𝜌𝑆𝑛𝑂2 : Density kasiterit (7 ton/m³)
𝑛𝑆𝑖𝑂2 : Jumlah butir kuarsa per kotak
𝜌𝑆𝑖𝑂2 : Density kuarsa (2,65 ton/m³)
Sumber: Anonymous.2009.
Foto 2.1
Grain Sizing Reticles
II-4
2.3.2 Bahan
1. Mineral kasiterit (𝑆𝑛𝑂2), dengan ukuran -40 + 70 # dan - 70 #.
2. Mineral kuarsa (𝑆𝑖𝑂2 ), dengan ukuran – 40 + 70 # dan – 70 #.
3. Total berat kuarsa dan kasiterit sebanyak 500 gr.
II-5
Sumber: Data hasil pengamatan
5. Hitung jumlah butir kuarsa dan kasiterit pada setiap kotak yang berukuran
1 X 1 cm² dengan bantuan loope atau uuran 0,5 X 0,5 cm² dengan
mikroskop.
II-6
Sumber: Data hasil pengamatan
Keterangan :
K SnO2 : Kadar kasiterit pada tiap kotak (%)
n SnO2 : Jumlah butir kasiterit per kotak
p SnO2 : Density kasiterit (7 ton/m³)
N SiO2 : Jumlah butir kuarsa per kotak
p SiO2 : Density kuarsa (2,5 ton/m³)
7. Hitung kadar rata-rata kasiterit total.
8. Buatlah tabel perhitungan sebagai berikut :
Fe2O3
SiO2
∑ 𝑛𝑆𝑛𝑂2 × 𝜌𝑆𝑛𝑂2
̅𝑆𝑛𝑂 =
𝐾 × 100%
2
((∑ 𝑛𝑆𝑛𝑂2 ) × 𝜌𝑆𝑛𝑂2 ) + ((∑ 𝑛𝑆𝑖𝑂2 ) × 𝜌𝑠𝑖𝑂2 )
II-7
2.5 Hasil Pengujian
Dari praktikum Grain Counting yang dilakukan didapatkan data sebagai
berikut
:
Tabel 2.1
Data Kominusi Sampel (Kelompok 3)
No nSnO2 nSiO2 No nSnO2 nSiO2
1 2 5 26 1 4
2 1 3 27 1 3
3 2 4 28 2 5
4 1 3 29 1 2
5 1 - 30 - -
6 2 2 31 1 1
7 2 5 32 1 3
8 3 1 33 - 2
9 1 3 34 1 2
10 3 - 35 - -
11 - 6 36 - 2
12 1 3 37 - 3
13 - 2 38 1 4
14 3 2 39 1 1
15 2 6 40 1 2
16 3 8 41 1 1
17 1 4 42 1 3
18 1 3 43 - 2
19 3 2 44 - 3
20 - 3 45 - 2
21 1 - 46 - -
22 1 2 47 1 -
23 3 3 48 1 7
24 3 2 49 - 3
25 - - 50 - 5
Total 54 133
Sumber: data praktikum pbg 2017
Tabel 2.2
Feed (F)
II-8
2.6 Diagram Alir
II-9
2.7 Pengolahan Dan Pembahasan
Perhitungan KsnO2
nsnO2 × ρSnO2
× 100%
(nSnO2 × ρSnO2) + (nsiO2 × ρSiO2)
(54 × 7)
(54 × 7) + (133 × 2,65)
= 0,5174X100%
= 51,74%
2.8 Analisa
Analisa yang didapat adalah ketika praktikum grain counting berlangsung
terdapat beberapa tahap, dimulai dari mixing minimal 20 kali bertujuan agar butir
tercampur dengan merata, coning dan quatering bertujuan agar mewakili
pengambilan sampel yang diambil, sehingga ketika sampel diambil, secara acak
dan juga mewakili dari seluruh sampel, Tujuan dari butir menggunakan milimiter
blok adalah agar mempermudah perhitungan butir, tujuan dari perhitungan butir
adalah agar dapat menghitung berapa persen kandungan Sn02 dan SiO2 yang
terdapat dalam sampel.
2.9 Kesimpulan
Dalam metode grain counting terdapat beberapa tahap yang dilakukan
seperti mixing, coning, dan quatering, tahap-tahap ini sebenarnya bertujuan agar
II-10
sampel tercampur dengan merata dan mewakili dari seluruh sampel, sehingga
ketika sampel ditaburkan ke atas milimiter blok, sampel akan terbagi dengan
merata, seluruh metode dari grain counting ini bertujuan agar dapat menentukan
persen atau kadar mineral dari ksiterit.
II-11
DAFTAR PUSTAKA
II-12