Anda di halaman 1dari 12

BAB II

GRAIN COUNTING

2.1 Tujuan Praktikum


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar mineral
kasiterit (𝑆𝑛𝑂2).

2.2 Landasan Teori


2.1.1 Grain Counting
Grain counting merupakan salah satu cara yang sangat sederhana untuk
menentukan kadar suatu mineral, dengan memnggunakan bantuan alat sejenis
kertas ukur (milimeter blok) berukuran 10 × 10 cm2 atau lebih yang terbagi dalam
beberapa bagian dengan ukuran 1×1 cm2 atau 0,5 × 0,5 cm2, yaitu dengan
mengadakan pemisahan terhadap mineral yang berbeda sifat fisiknya. Proses
identifikasi butiran biasanya dilakukan menggunakan bantuan mikroskop
binokuler.

Sumber: Hilmy, 2010.


Foto 2.1
Alat Grain Counting

Ada 2metode yang digunakan dalam grain counting yaitu :


Metode
1. Lineal Intercept Prosedur
2. Edaran Intercept Prosedur

II-1
 Hilliard Single-Lingkaran Prosedur
 Abrams Tiga Lingkaran Prosedur
2.1.2 Prosedur
Umumnya, untuk non-struktur sama-sumbu, informasi lebih lanjut dapat
diperoleh dengan membuat penentuan ukuran array terpisah di sepanjang garis
paralel yang bertepatan dengan semua tiga arah utama dari spesimen. Oleh
karena itu, longitudinal (l), melintang (t) dan pesawat (p) bagian spesimen yang
digunakan. Jumlah persimpangan dihitung. (Intersepsi adalah sebuah titik di
mana garis uji dipotong oleh batas butir.)
1. Lineal Intercept Prosedur
a) Ukuran butir rata-rata diperkirakan dengan menghitung jumlah butir jika
dicegat oleh satu atau lebih garis-garis lurus yang cukup panjang cukup
untuk menghasilkan setidaknya 50 penyadapan.
b) Sangat diharapkan untuk memilih kombinasi panjang garis uji dan
pembesaran sehingga satu bidang akan menghasilkan jumlah yang
diperlukan penyadapan.
c) Biasanya garis lurus tes akan terletak di dalam biji-bijian, presisi akan
berkurang jika jumlah rata-rata per baris tes rendah. Jika memungkinkan,
gunakan garis tes lebih lama atau perbesaran yang lebih rendah.
d) Gunakan jalur tes panjang dikenal dan menghitung jumlah persimpangan
tiga sampai lima bidang membabi buta dipilih dan yang terpisah dan
kemudian sebuah rata-rata jumlah persimpangan dihitung untuk semua
bidang utama arah l, t dan p.
e) Berarti jumlah interceptions per satuan panjang, NL, di bidang
longitudinal (NL (l)), melintang (NL (t)) dan planar (NL (p)) pesawat
dengan demikian dihitung. (Rumus ditampilkan di bawah)

2. Hilliard Single-lingkaran Prosedur


a. Sebuah lingkaran tunggal digunakan sebagai tes baris. Hal ini akan
menghilangkan masalah yang Bias ketika menghitung dari batas butir
seperti dalam metode Intercept lineal.
b. Diameter lingkaran tes tidak boleh lebih kecil dari butiran yang diamati
terbesar.

II-2
b) Jangan menggunakan lingkaran tes kecil karena agak tidak efisien
sebagai bidang besar harus dievaluasi untuk mendapatkan tingkat presisi
yang tinggi.
c) Tanda referensi kecil ditempatkan di bagian atas lingkaran untuk
menunjukkan tempat untuk memulai dan berhenti menghitung.
d) Gunakan jalur tes Lingkar dikenal (panjang) dan menghitung jumlah
persimpangan tiga sampai lima bidang membabi buta dipilih dan terpisah
jauh sampai jumlah yang cukup diperoleh untuk menghasilkan presisi
yang diperlukan.
e) Ulangi langkah sebelumnya untuk semua bidang utama arah l, t dan p.
f) Jumlah rata-rata interceptions per satuan panjang, NL, di bidang
longitudinal (NL (l)), melintang (NL (t)) dan planar (NL (p)) pesawat
dengan demikian dihitung. (Rumus ditampilkan di bawah)
g) Direkomendasikan 35 hitungan per lingkaran dengan lingkaran tes
diterapkan secara membabi buta alih sebagai besar daerah spesimen
sebagai layak sampai jumlah yang diinginkan dari jumlah diperoleh.

3. Abrams Tiga Lingkaran Prosedur


a. Dari penelitian menemukan bahwa total 500 hitungan per spesimen
biasanya menghasilkan presisi yang dapat diterima.
b. Terdiri dari tiga lingkaran konsentris dan spasi sama memiliki total
500mm
b) Gunakan garis uji melingkar lingkar dikenal (panjang) dan menghitung
jumlah persimpangan pada setidaknya lima bidang membabi buta dipilih
dan terpisah jauh.
c) Secara terpisah merekam hitungan persimpangan per pola untuk setiap
tes.
d) Ulangi langkah sebelumnya untuk semua bidang utama arah l, t dan p.
Rumus atau perhitungan untuk menentukan kadar mineral concentrate
hasil grain counting yang umum digunakan adalah :

II-3
𝑛𝑆𝑛𝑂2 × 𝜌𝑆𝑛𝑂2
𝐾𝑆𝑛𝑂2 =
(𝑛𝑆𝑛𝑂2 × 𝜌𝑆𝑛𝑂2 ) + (𝑛𝑆𝑖𝑂2 × 𝜌𝑠𝑖𝑂2 )
Keterangan :
𝐾𝑆𝑛𝑂2 : Kadar kasiterit pada tiap kotak (%)
𝑛𝑆𝑛𝑂2 : Jumlah butir kasiterit per kotak
𝜌𝑆𝑛𝑂2 : Density kasiterit (7 ton/m³)
𝑛𝑆𝑖𝑂2 : Jumlah butir kuarsa per kotak
𝜌𝑆𝑖𝑂2 : Density kuarsa (2,65 ton/m³)

Sumber: Anonymous.2009.
Foto 2.1
Grain Sizing Reticles

2.3 Alat dan Bahan


2.3.1 Alat
Pada praktikum ini ada beberapa peralatan yang dapat digunakan pada
saat berjalannya proses grain counting, berikut peralatan yang dipakai pada
praktikum ini:
1. Timbangan
2. Splitter
3. Kantong plastik
4. Sendok
5. Mikroskop/ loope
6. Nampan
7. Kantong plastik
8. Corong
9. Papan grain counting

II-4
2.3.2 Bahan
1. Mineral kasiterit (𝑆𝑛𝑂2), dengan ukuran -40 + 70 # dan - 70 #.
2. Mineral kuarsa (𝑆𝑖𝑂2 ), dengan ukuran – 40 + 70 # dan – 70 #.
3. Total berat kuarsa dan kasiterit sebanyak 500 gr.

2.4 Prosedur Praktikum


Pada praktikum grain counting ada beberapa tahapan proses yang harus
di perhatikan, berikut ini adalah prosedur pelaksaan praktikum:
1. Lakukan mixing/ blending ± 20 kali.

Sumber: Data hasil pengamatan

2. Lakukan coning dan quatering.

Sumber: Data hasil pengamatan

II-5
Sumber: Data hasil pengamatan

3. Reduksi jumlahnya dengan splitter sehingga didapat sampel sebanyak 3


gram.

Sumber: Data hasil pengamatan

4. Taburkan secara merata pada papan grain counting yang berukuran 10 X


10 cm².

Sumber: Data hasil pengamatan

5. Hitung jumlah butir kuarsa dan kasiterit pada setiap kotak yang berukuran
1 X 1 cm² dengan bantuan loope atau uuran 0,5 X 0,5 cm² dengan
mikroskop.

II-6
Sumber: Data hasil pengamatan

6. Hitung kadar kasiterit untuk masing-masing kotak dengan rumus :

Keterangan :
K SnO2 : Kadar kasiterit pada tiap kotak (%)
n SnO2 : Jumlah butir kasiterit per kotak
p SnO2 : Density kasiterit (7 ton/m³)
N SiO2 : Jumlah butir kuarsa per kotak
p SiO2 : Density kuarsa (2,5 ton/m³)
7. Hitung kadar rata-rata kasiterit total.
8. Buatlah tabel perhitungan sebagai berikut :

Feed (F) Konsentrat (C) Tailing (T)


Mineral Kadar
Berat (gr) Kadar (%) Berat (gr) Kadar (%) Berat (%)
(%)

Fe2O3

SiO2

∑ 𝑛𝑆𝑛𝑂2 × 𝜌𝑆𝑛𝑂2
̅𝑆𝑛𝑂 =
𝐾 × 100%
2
((∑ 𝑛𝑆𝑛𝑂2 ) × 𝜌𝑆𝑛𝑂2 ) + ((∑ 𝑛𝑆𝑖𝑂2 ) × 𝜌𝑠𝑖𝑂2 )

Keterangan ̅𝑆𝑛𝑂 = Kadar rata-rata mineral kasiterit


:𝐾 2

II-7
2.5 Hasil Pengujian
Dari praktikum Grain Counting yang dilakukan didapatkan data sebagai
berikut
:
Tabel 2.1
Data Kominusi Sampel (Kelompok 3)
No nSnO2 nSiO2 No nSnO2 nSiO2

1 2 5 26 1 4
2 1 3 27 1 3
3 2 4 28 2 5
4 1 3 29 1 2
5 1 - 30 - -
6 2 2 31 1 1
7 2 5 32 1 3
8 3 1 33 - 2
9 1 3 34 1 2
10 3 - 35 - -
11 - 6 36 - 2
12 1 3 37 - 3
13 - 2 38 1 4
14 3 2 39 1 1
15 2 6 40 1 2
16 3 8 41 1 1
17 1 4 42 1 3
18 1 3 43 - 2
19 3 2 44 - 3
20 - 3 45 - 2
21 1 - 46 - -
22 1 2 47 1 -
23 3 3 48 1 7
24 3 2 49 - 3
25 - - 50 - 5
Total 54 133
Sumber: data praktikum pbg 2017

Tabel 2.2
Feed (F)

Mineral Berat (gr) Kadar (%)

Sn02 258 gr 51,74 %


500 gr
SiO2
241,3 gr 48,26 %

Sumber: data praktikum pbg 2017

II-8
2.6 Diagram Alir

II-9
2.7 Pengolahan Dan Pembahasan
 Perhitungan KsnO2
nsnO2 × ρSnO2
× 100%
(nSnO2 × ρSnO2) + (nsiO2 × ρSiO2)
(54 × 7)
(54 × 7) + (133 × 2,65)
= 0,5174X100%
= 51,74%

 Berat total X %SnO2


= 500gr X 51,74%
= 500gr X 0,5174
= 258gr

 Berat total X %SiO2


= 500gr X (100-51,74)
= 500gr X 48,26%
= 500gr X 0,4826
= 241,3gr

2.8 Analisa
Analisa yang didapat adalah ketika praktikum grain counting berlangsung
terdapat beberapa tahap, dimulai dari mixing minimal 20 kali bertujuan agar butir
tercampur dengan merata, coning dan quatering bertujuan agar mewakili
pengambilan sampel yang diambil, sehingga ketika sampel diambil, secara acak
dan juga mewakili dari seluruh sampel, Tujuan dari butir menggunakan milimiter
blok adalah agar mempermudah perhitungan butir, tujuan dari perhitungan butir
adalah agar dapat menghitung berapa persen kandungan Sn02 dan SiO2 yang
terdapat dalam sampel.

2.9 Kesimpulan
Dalam metode grain counting terdapat beberapa tahap yang dilakukan
seperti mixing, coning, dan quatering, tahap-tahap ini sebenarnya bertujuan agar

II-10
sampel tercampur dengan merata dan mewakili dari seluruh sampel, sehingga
ketika sampel ditaburkan ke atas milimiter blok, sampel akan terbagi dengan
merata, seluruh metode dari grain counting ini bertujuan agar dapat menentukan
persen atau kadar mineral dari ksiterit.

II-11
DAFTAR PUSTAKA

1. Muhammad, Arif. 2014. “Proses Pembentukan Mineral”.


http://mining13.blogspot.co.id/. Diakses tanggal 02 Maret 2017

2. Pabwi, Syardila. 2014. “Grain Counting”. mekanikatanahitm10306011.


blogspot.com Diakses tanggal 02 Maret 2017

3. Zaenal, Ir., M.T., dan staff Assisten.1997 “Penuntun Praktikum


Pengolahan Bahan Galian”. Laboratorium Tambang Unisba.
Diakses tanggal 02 Maret 2017

II-12

Anda mungkin juga menyukai