SLUICE BOX
V-1
dicuci dalam drum tertutup, agar butiran material berharga telepas dan terkumpul
didalamnya. Kosentrat yang berisi campuran mineral berat selanjutnya didulang
untuk mendapatkan butiran emasnya. Pada saat proses ini biasanya masih
banyak material berharga yang ikut terbawa bersama tailing. Untuk menghindari
proses tersebut, pada saat pendulangan campuran konsentratnya dicampurkan
dengan air raksa (Hg), Hal ini memanfaatkan sifat emas yang hanya mau
bersenyawa dengan Unsur air raksa tersebut.
V-2
diberi alas berupa karpet atau keset yang tebal, dengan tujuan material yang
memiliki massa jenis lebih berat seperti puya akan tertinggal pada keset atau
karpet tersebut. Kemudian air dan material pasir akan dialirkan pada suatu kotak
ata wadah yang cukup besar dengan ukuran sekitar 3 x 8 meter. Pada tempat
inilah material pasir akan mengendap dan tertinggal, sedangkan air dan tanah
atau lumpur akan dialirkan atau dibuang keluar dari kotak.
Pada proses ini material endapan pada kotan akan disemprot dengan
menggunakan air dengan tekanan yang cukup tinggi yang gunanya untuk benar-
benar membersihkan material pasir dari tanah lempung. Selama proses
berlangsung pengecekan alat serta pembersihan saringan atau riffle pada sluice
box selalu dilakukan agar saringn atau riffle tidak tersumbat dan proses
pengolahan tidak terhambat. Biasanya didekat kotak penampungan pasir ini
sudah berjeret truk-truk yang siap mengangkut pasir untuk dibawa ke lokasi
selanjutnya atau langsung dikirimkan kepada pembeli material pasir.
Material lain yang dapat dihasilkan dari proses pengolahan dengan
menggunakan sluice box adalah intan dan emas. Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya, pada kotak atau box tersebut bagian bawahnya dilapisi dengan
karpet atau keset yang tebal, sehingga material yang memiliki berat jenis yang
lebih besar akan tertinggal pada karpet atau keset tebal tersebut.
Namun demikian intan atau emas tidak dapat diambil begitu saja dari
karpet tersebut, akan tetapi masih harus melalui proses lebih lanjut, yaitu karpet
atau keset tersebut diletakkan atau direndam pada suatu lokasi yang kemudian
dilanjutkan dengan proses pendulangan.
Proses penambangan lanjutan yang dapat dilakukan setelah pelaksanaan
proses sluice box adalah pendulangan. seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
yaitu karpet atau keset tebal yang berada pada dasar sluice box diangkat
kemudian direndam atau dibersihkan pada suatu kolam khusus yang mana pada
kolam tersebut kemudian digunakan sebagai tempat pendulangan intan atau
emas. Hasil dari proses dulang bias saja berentuk pasir halus puya yang
bercampur dengan emas atau intan.
Selama proses pengolahan berlangsung, selau disertai dengan
pengecekan alat seperti riffle, mesin pompa penyedot material, mesin pompa
penyemprot air, pipa penyalur material dan air dan lain-lain agar tidak
mengakibatkan hambatan teknis pada saat proses penammbangan berlangsung.
V-3
Kendala utama pada proses pengolahan bahan galian dengan metode sluice box
ini adalah jika terjadi kerusakan pada pompa atau terjadinya kebocoran pada
pipa penyalur air dari mesin pompa menuju sluice box maka proses pengolahan
akan langsung terhenti.
Masalah lain yang dapat menghentikan proses penambangan pasir pada
daerah cempaka ini adalah apabila terjadi hujan yang membuat lokasi
penambangan banjir serta tidak aman untuk melakukan kegiatan penambangan
karena hujan dapat membuat area disekitar lokasi penambangan rawan longsor.
V-4
3. Sendok
V-5
Sumber: Data Praktikum Grain Counting Kelompok 3, 2017
5.3.6
Papan Grain Counting
7. Pan pemanas
V-6
5.3.2 Bahan
1. Mineral Kasiterit (SnO2), dengan ukuran -40+70#
2. Mineral Kuarsa (SiO2), dengan ukuran -40+70#
3. Total berat kuarsa dan kasiterit sebanyak 500gr
F=C+T
2. Metallurgical Balance
F.f=C.c+T.t
V-7
5.5 Hasil Pengujian
Dari hasil praktikum kali ini didapatkan data berupa :
Tabel 5.1
Data Sampel (Kelompok 3)
No nSnO2 nSiO2 No nSnO2 nSiO2
1 5 1 26 5 0
2 3 1 27 4 0
3 5 1 28 5 2
4 4 1 29 5 1
5 3 1 30 3 0
6 4 1 31 4 0
7 8 0 32 1 0
8 8 1 33 4 1
9 2 2 34 1 2
10 5 2 35 5 0
11 3 2 36 1 0
12 4 1 37 3 0
13 6 1 38 7 1
14 7 0 39 3 2
15 1 0 40 1 0
16 1 1 41 1 0
17 8 0 42 2 0
18 5 1 43 0 1
19 5 2 44 4 1
20 5 1 45 2 0
21 3 1 46 2 0
22 12 0 47 0 0
23 7 2 48 0 0
24 1 1 49 2 0
25 4 1 50 0 0
Total 184 37
Sumber: data praktikum Sluice Box 2017
V-8
5.6 Diagram Alir
V-9
5.7 Pengolahan Dan Pembahasan
Perhitungan kadar SnO2 dan SiO2 :
184 X 7
KSnO2 = x 100% = 92,92%
(184 X 7)+(37 X 2,65)
V-10
500
= = 2,25
222
Dari hasil perhitungan diatas maka hasil perhitungan tersebut dimasukan
kedalam sebuah tabel pengamatan seperti yang tercantum dibawah ini :
Tabel 5.2
Data hasil perhitungan (Kelompok 3)
SnO2 500 259,15 51,8 222 206,3 92,92 278 52,84 19,01
5.8 Analisa
Analisa yang didapat dari praktikum sluice box ini adalah penggunaan
alat sluice box dalam pemisahan mineral berharga dari pengotornya lebih efisien
dibandingkan dengan alat jig, dimana persentase mineral berharga yang
didapatkan jauh lebih banyak, juga modal yang lebih murah dikeluarkan
dibandingkan dengan alat jig, namun kekurangan dari alat ini adalah kurangnya
kemiringan, dimana mineral berharga yang terendapkan harus dikerjakan secara
manual dalam pengendapannya yaitu dengan menggunakan tangan, hal ini
dilakukan agar gaya turbulensi dapat keluar dengan sempurna.
5.9 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum tentang sluice box adalah alat
sluice box lebih efisien dibandingkan dengan alat jig, dalam pemisahan mineral
berharga, sluice box mendapatkan recovery sebesar 79,59%, dan itu berbeda
jauh dibandingkan dengan alat jig yaitu 47,36%, dari sini dapat dlihat bahwa alat
sluice box jauh lebih efisen dibandingkan dari alat jig. Ratio of concentration dari
praktikum ini sebesar 2,25.
V-11
DAFTAR PUSTAKA
V-12