Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/335137684

STUDI LAJU PENEMBUSAN PADA BATUAN MENGGUNAKAN METODE


PENGEBORAN ROTARI DI LABORATORIUM

Conference Paper · October 2015

CITATIONS READS

0 652

4 authors, including:

N.P. Widodo Ganda M. Simangunsong


Bandung Institute of Technology Bandung Institute of Technology
79 PUBLICATIONS   147 CITATIONS    34 PUBLICATIONS   165 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Soeseno Kramadibrata
Bumi Resources Minerals
46 PUBLICATIONS   166 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Enhanced Oil Recovery View project

Laboratory Experiment View project

All content following this page was uploaded by N.P. Widodo on 13 August 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PROSIDING TPT XXIV DAN KONGRES PERHAPI IX 2015

STUDI LAJU PENEMBUSAN PADA BATUAN


MENGGUNAKAN METODE PENGEBORAN ROTARI
DI LABORATORIUM
Marihot Panindangi SIBURIAN*, Nuhindro Priagung WIDODO, Ganda Marihot
SIMANGUNSONG, Suseno KRAMADIBRATA

Program Studi Teknik Pertambangan, Institut Teknologi Bandung, Bandung 40132, Indonesia

Sari
Pada umumnya di kegiatan penambangan batuan keras diberai dengan pengeboran dan
peledakan. Pengeboran rotari termasuk salah satu metode pengeboran yang sering digunakan
untuk pengupasan overburden pada kegiatan pertambangan terbuka. Di dalam proses
pengeboran rotari, prediksi terhadap laju penembusan merupakan hal yang sangat penting untuk
penjadwalan produksi dan estimasi biaya pengeboran. Untuk mengetahui laju penembusan pada
tiga jenis batuan uji digunakan alat bor rakitan, dimana uji laju penembusan dilakukan pada
skala laboratorium.

Dari pengujian laju penembusan terhadap batugamping, piroklastik, dan batupasir didapatkan
bahwa semakin tinggi natural density, cepat rambat gelombang ultrasonik, kuat tekan uniaksial,
modulus young, dan kuat tarik tak langsung, semakin rendah laju penembusan. Namun,
semakin tinggi porositas batuan, semakin semakin tinggi laju penembusan. Uji abrasivitas
schimazek menunjukkan bahwa batugamping dan batupasir termasuk batuan agak abrasif,
sementara piroklastik termasuk batuan tidak abrasif. Pendekatan energi spesifik (ES)
menunjukkan bahwa energi spesifik akan bertambah untuk batuan dengan tingkat penetrasi
yang rendah. Hasil pengujian kemudian digunakan untuk analisis dimensi dan didapatkan
persamaan empiris untuk menentukan laju penembusan pada batuan sebagai berikut :

PR = 0,208 σc −1,19 F1,19 A− 0,69 R

Dimana PR adalah laju penembusan (m/s), σc adalah kuat tekan uniaksial (Pa), F adalah gaya
tekan pada mata bor (N), A adalah luas lubang bor (m2), dan R adalah jumlah putaran (Rev/s).

Kata Kunci : Laju penembusan, abrasivitas, energi spesifik, analisis dimensi

*Penulis untuk berkorespondensi :


E-mail: msiburian.12109023@gmail.com
Tel: +62 813 44297399

271
I. Latar Belakang

Pada umumnya di kegiatan penambangan batuan keras diberai dengan pengeboran dan
peledakan. Selain di kuari, pengeboran dan peledakan juga dibutuhkan di sebagian besar
tambang terbuka dan tambang bawah tanah. Batuan dibor untuk berbagai kegunaan, yaitu
eksplorasi geologi untuk deposit mineral, pengeboran minyak, pembuatan lubang untuk
penempatan bahan peledak, pembuatan lubang untuk baut batuan, pengeboran untuk penelitian,
dan tujuan-tujuan lainnya yang sejenis (Kramadibrata, 2000). Terdapat tiga metode pengeboran
mekanis yang umumnya digunakan untuk pertambangan atau pekerjaan sipil, yaitu metode
pengeboran rotari-perkusi, metode pengeboran rotari, atau metode pengeboran perkusi. Dua
metode pengeboran mekanis yang paling sering digunakan adalah metode pengeboran rotari-
perkusi dan metode pengeboran rotari (Jimeno, 1995).

Pengeboran rotari termasuk salah satu metode pengeboran yang sering digunakan untuk
pengupasan overburden pada kegiatan pertambangan terbuka. Di dalam proses pengeboran
rotari, prediksi terhadap laju penembusan merupakan hal yang sangat penting. Prediksi laju
penembusan sangat penting untuk penjadwalan produksi dan estimasi biaya pengeboran (Saedi
dkk, 2014).

Laju penembusan ditentukan dengan membagi kedalaman lubang yang dibor dengan interval
waktu selama aktivitas penghancuran formasi batuan melalui pemberian gaya tekan (pulldown
force) dan rotasi mata bor secara kontinu (protodyakonov, 1962), dimana laju penembusan
dapat dinyatakan dalam satuan meter/min. Dengan kata lain, laju penembusan dapat disebut
sebagai kemajuan pengeboran per satuan waktu. Laju penembusan dipengaruhi parameter
pengeboran yang dibagi menjadi dua jenis parameter, yaitu parameter tak terkontrol dan
parameter terkontrol. Parameter tak terkontrol mencakup karakteristik batuan dan kondisi
geologi. Parameter terkontrol mencakup kecepatan rotasi matabor, thrust, torsi, dan flushing
(Bilgin dan Kahraman, 2003).

II. Data dan Pengolahan Data

Penelitian dilakukan pada skala laboratorium ini menunjukkan karakteristik material


sebagaimana tertera pada tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Karakteristik material uji

σt Klasifikasi Abrasivitas
jenis batuan ρn n vp σc E υ (brazillian) Nilai FAS Schimazek
(kg/m3) (%) (m/s) (MPa) (MPa) (MPa) N/mm
batugamping 2579,43 8,14 6458,39 35,56 9879,47 0,34 8,56 0,0149 Sedikit abrasif
piroklastik 1749,34 33,97 1620,63 5,19 1266,28 0,38 1,62 0,0002 Tidak abrasif

batupasir 1531,35 56,90 872,84 2,19 434,06 0,33 0,39 0,0150 Sedikit abrasif

272
Gambar 2.1
Alat bor yang digunakan pada percobaan

Dari data yang tertera pada tabel 2.1, dapat dilihat bahwa batugamping dan batupasir adalah
batuan uji yang bersifat sedikit abrasif, sedangkan piroklastik adalah batuan bersifat tidak
abrasif. Sekalipun pada tiap contoh batuan mengandung mineral keras yang ekivalen dengan
kuarsa, sifat abrasivitas batuan yang diuji tidak sepenuhnya bergantung pada keberadaan
mineral keras, tetapi oleh kuat tarik dan porositas. Batugamping memiliki kemamampuan
mengabrasi mata bor karena kuat tarik tak langsung yang tinggi sementara batupasir yang
mengandung mineral keras tidak memberi efek abrasif pada mata bor karena porositasnya yang
tinggi sehingga mudah dihancurkan oleh operasi pengeboran. Batuan piroklastik yang
digunakan bersifat tidak abrasif karena kuat tariknya yang rendah dan porositasnya yang cukup
tinggi.

Tabel 2.2 menunjukkan hasil percobaan pengeboran mencakup rotasi bor (rpm), gaya tekan,
luas area (A), laju penembusan (PR), dan pendekatan energi spesifik berdasarkan kriteria R.
Teale (1965). Dari tabel 2.2, didapatkan bahwa batugamping memiliki nilai laju penembusan
paling rendah, sedangkan batupasir memiliki nilai laju penembusan batuan paling tinggi.

Tabel 2.2 Hasil Laju Penembusan (PR)

Contoh Gaya Tekan A PR ES


rpm
Batuan
kN mm2 mm/s MJ/m3
batugamping 229,3 0,23 429,22 0,11 405,34
piroklastik 248,6 0,23 428,00 1,15 43,87
batupasir 234,4 0,23 445,28 3,11 14,28

Gambar 2.2 menunjukkan hubungan antara laju penembusan dengan natural density, dimana
nilai laju penembusan berbanding terbalik dengan nilai natural density. Hal ini menunjukkan

273
bahwa semakin padat agregat mineral penyusun batuan maka semakin sulit batuan tersebut
untuk dibor.

3,50

Laju penembusan (mm/s)


3,00
2,50
2,00
batugamping
1,50
tuff
1,00
batupasir
0,50
0,00
0 1000 2000 3000 y = 3E+20x-6,303
Natural density (kg/m3) R² = 0,9977

Gambar 2.2
Kurva hubungan antara laju penembusan dengan natural density

Persamaan hubungan antara laju penembusan dan natural density adalah :

PR = (3E + 20) ρn −6,30 , R2 = 0.997 (1)

Gambar 2.3 menunjukkan hubungan antara laju penembusan dengan porositas, dimana laju
penembusan berbanding lurus dengan porositas, dimana tingginya porositas menunjukkan
bahwa banyaknya rongga didalam contoh batuan sehingga formasi batuan dapat dengan mudah
dihancurkan oleh aktivitas pengeboran.

3,50
Laju penembusan (mm/s)

3,00
2,50
2,00 batugamping
1,50
tuff
1,00
batupasir
0,50
0,00 y = 0,0031x1,6958
0,000 20,000 40,000 60,000 R² = 0,9986
Porositas (%)

Gambar 2.3
Kurva hubungan antara Laju Penembusan dengan porositas

Persamaan hubungan antara laju penembusan dan porositas adalah :

PR = 0,003 n1,695 , R2 = 0,998 (2)

274
Gambar 2.4 menunjukkan hubungan antara laju penembusan dengan cepat rambat gelombang
ultrasonik, dimana nilai laju penembusan berbanding terbalik dengan cepat rambat gelombang
ultrasonik. Hal ini terjadi karena cepat rambat gelombang ultrasonik menunjukkan kekontinuan
contoh batuan yang diuji. batuan yang kontinu (dengan porositas rendah) akan menyebabkan
semakin besar nilai cepat rambat gelombang ultrasonik. Porositas yang rendah akan berbanding
terbalik dengan kepadatan batuan yang diuji sehingga makin rendah pula laju penembusan.

3,50
Laju penembusan (mm/s)
3,00
batugamping
2,50
tuff
2,00
1,50 batupasir
1,00
0,50
0,00 y = 254248x-1,668
R² = 0,9999
0 5000 10000
Cepat Rambat Gelombang Ultrasonik (m/s)

Gambar 2.4
Kurva hubungan antara laju penembusan dengan cepat rambat gelombang ultrasonik

Persamaan hubungan antara laju penembusan dan cepat rambat gelombang ultrasonik adalah :

PR = 25424.vp −1,66 , R2 = 0.999 (3)

Gambar 2.5 menunjukkan hubungan antara laju penembusan dengan kuat tekan uniaksial,
dimana laju penembusan akan semakin rendah pada batuan dengan kuat tekan uniaksial yang
tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar kekuatan suatu batuan ketika
dideformasi, semakin sulit batuan tersebut untuk di bor.

3,50
Laju Penembusan (mm/s)

3,00 batugamping
2,50 tuff
2,00
batupasir
1,50
1,00
0,50
0,00 y = 8,0798x-1,198
0,000 10,00020,00030,00040,000 R² = 0,9999
UCS (MPa)

Gambar 2.5
Kurva hubungan antara laju penembusan dengan kuat tekan uniaksial

Persamaan hubungan antara laju penembusan dan kuat tekan uniaksial adalah :

PR = 8,079 σc −1,19 , R2 = 0.999 (4)

275
Gambar 2.6 menunjukkan hubungan antara laju penembusan dengan modulus Young, dimana
nilai laju penembusan akan semakin rendah pada batuan dengan modulus young yang tinggi.
semakin tinggi modulus Young, semakin sulit batuan di deformasi dengan operasi pengeboran.

3,50

Laju penembusan (mm/s)


3,00 batugamping
2,50
tuff
2,00
1,50 batupasir
1,00
0,50
0,00
y = 2266,7x-1,075
0 10000 20000
R² = 0,9977
Modulus Young (MPa)

Gambar 2.6
Kurva hubungan laju penembusan dengan modulus Young

Persamaan hubungan antara laju penembusan dan modulus Young adalah :

PR = 2266 E −1.07 , R2 = 0.997 (5)

Gambar 2.7 menunjukkan hubungan antara laju penembusan dengan kuat tarik tak langsung,
dimana semakin tinggi kuat tarik tak langsung, semakin rendah kemampuan rotari bor untuk
membongkar batuan .

4,50
Laju Penembusan (mm/s)

4,00 batugamping
3,50
3,00 tuff
2,50
batupasir
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00 y = 1,4372x-1,121
0,000 5,000 10,000 R² = 0,9498
UTS - Brazilian (MPa)

Gambar 2.7
Kurva Hubungan antara laju penembusan dengan kuat tarik tak langsung

Persamaan hubungan antara laju penembusan dan kuat tarik tak langsung adalah :

PR = 1.437σt −1.12 , R2 = 0.949 (6)

Gambar 2.8 menunjukkan hubungan antara laju penembusan dengan energi spesifik
pengeboran, dimana semakin tinggi energi spesifik, semakin rendah efisiensi penggunaan

276
energi pengeboran karena energi pengeboran yang diberikan sama untuk semua batuan
menghasilkan kedalaman yang berbeda yang diakibatkan oleh karakteristik batuan yang di bor.

3,50
3,00
Penetration rate (mm/s) batugamping
2,50
2,00 tuff

1,50 batupasir
1,00
0,50
y = 47,178x-1,003
0,00
R² = 0,9984
0,00 200,00 400,00 600,00
Energi spesifik (MJ/m3)

Gambar 2.8 Kurva hubungan antara laju penembusan dengan energi spesifik

Persamaan hubungan antara laju penembusan dan energi spesifik pengeboran adalah :

PR = 47.17 ES−1,00 , R2 = 0.998 (7)

Dari pengujian kuat tekan uniaksial didapatkan kurva hubungan antara tegangan dan deformasi
aksial, dimana tegangan dan deformasi aksial merupakan fungsi dari Kerja spesifik batuan.
Kerja spesifik batuan (Wz) ini dapat ditentukan dengan menghitung luas area dibawah kurva
tegangan – regangan aksial (Thuro dan Spaun, 1996) melalui pendekatan Riemann-trapesium
(Purcel dkk, 2007) dan didapatkan hasil sebagaimana tertera pada tabel 2.3 berikut.

Tabel 2.3 Perbandingan antara energi spesifik pengeboran dan kerja spesifik batuan
Contoh batuan
ES Wz rasio
(MJ/m3) (MJ/m3) ES : Wz
Batugamping 405,34 8,28 49
piroklastik 43,87 1,43 30
batupasir 14,28 0,66 21

Sekalipun pembebanan pada pengeboran dan pada pengujian kuat tekan untuk mendapatkan
deformasi aksial berbeda, dari data yang tertera pada tabel 2.3 dapat dilihat bahwa energi
spesifik pengeboran lebih tinggi dari kerja spesifik yang diberikan untuk mendeformasi batuan.
Hal ini disebabkan karena adanya operasi rotari sebagai salah satu pemberi energi dalam operasi
pengeboran yang memberi kerja saat pengeboran berlangsung.

Variabel-variabel yang digunakan dalam analisis dimensi berjumlah delapan buah seperti yang
tertera pada tabel 2.4 berikut.

277
Tabel 2.4 Variabel-variabel analisis dimensi
unit
no. parameter simbol (SI) dimensi
1 laju penembusan PR m/s LT-1
2 kuat tekan uniaksial σc N/m2 ML-1T-2
3 gaya tekan bor F N MLT-2
4 Jumlah rotasi R Rev/s T-1
5 kuat tarik tidak langsung σt N/m2 ML-1T-2
6 Natural density ρ kg/m3 ML-3
2
7 modulus young E N/m ML-1T-2
8 luas lubang bor A m2 L2

Dengan menggunakan teorema Buckingham-pi (Singer dkk, 1998) untuk analisis dimensi
dengan memanfaatkan kuat tekan uniaksial, gaya tekan bor, dan jumlah rotasi sebagai variabel
berulang didapatkan tiga model rumus empiris untuk mencari laju penembusan sebagai berikut.

PR (m/s) = 12.15 σc −1,244 F 0.872 R1.744 ρ0.372 (8)

PR (m/s) = 3. 1011 σc 4,92 F 0.5 R E−5.42 (9)

PR (m/s) = 0,208 σc −1,19 F1,19 A− 0,69 R (10)

Dengan memasukkan hasil pengujian kedalam persamaan 8, 9, dan 10, dihasilkan grafik seperti
pada gambar 2.9 berikut.
0,005

0,0045
Laju Penembusan - PR (m/s)

0,004

0,0035
PR Aktual
0,003

0,0025 PR dengan persamaan


(8)
0,002
PR dengan persamaan
0,0015 (9)
0,001 PR dengan persamaan
(10)
0,0005

0
0 10 20 30 40
Kuat Tekan Uniaksial (MPa)

Gambar 2.8 Perbandingan laju penembusan aktual dengan laju penembusan menggunakan
persamaan 8, 9, dan 10

Berdasarkan gambar 2.8, dapat dilihat bahwa hasil laju penembusan dengan menggunakan
persaman 10 adalah hasil yang paling dekat dengan laju penembusan aktual sehingga dapat
digunakan untuk percobaan ini.

278
III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Karakteristik batuan yang mempengaruhi laju penembusan dalam pengujian adalah


natural density, porositas, kuat tekan uniaksial, modulus young, serta kuat tarik tak
langsung, dimana laju penembusan, kuat tekan uniaksial, serta kuat tarik tak langsung
berbanding terbalik dengan laju penembusan batuan, tetapi laju penembusan berbanding
lurus dengan porositas batuan. Pada percobaan ini, kuat tekan uniaksial merupakan
karakteristik batuan yang paling mempengaruhi laju penembusan.
2. Laju penembusan pada batuan uji dalam skala laboratorium dapat ditentukan dengan
persamaan :
PR (m/s) = 0,208 𝛔𝐜 −𝟏,𝟏𝟗 𝐅 𝟏,𝟏𝟗 𝐀− 𝟎,𝟔𝟗 R
Dimana :
F : Gaya Tekan bor (N)
R : Jumlah putaran bor (Rev/s)
σc : Kuat Tekan Uniaksial (Pa)
A : luas lubang bor (m2)
3. Persamaan laju penembusan yang didapat menggambarkan kondisi pada penelitian ini
saja, dimana nilai kondisi batuan memiliki nilai kuat tekan uniaksial antara 2,190 MPa
sampai dengan 35,563 MPa untuk jenis mata bor yang sama.

3.2. Saran

1. Penggunaan jenis batuan uji yang lebih banyak diperlukan untuk menambah
keakuratan dalam analisis laju penembusan.
2. Penggunaan mata bor yang terbuat dari material yang lebih kuat untuk mencegah
patahnya mata bor ketika pengujian.
3. Variasi tekanan dan rotasi dapat menjadi pertimbangan untuk dilakukan pada
penelitian lebih lanjut.
4. Diperlukan beberapa penyesuaian pada analisis dimensi apabila persamaan laju
penembusan yang didapat akan digunakan untuk kondisi lain melalui pengujian pada
parameter yang diinginkan.
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ketua Program Studi Teknik Pertambangan ITB,
seluruh dosen dan staf akademik di Program Studi Teknik Pertambangan FTTM-ITB, serta
teknisi dan administrasi laboratorium geomekanika dan peralatan tambang ITB atas
terselesaikannya penulisan makalah ini.

279
DAFTAR PUSTAKA

Alejano, L. R., Perucho, A., Olalla, C., dan Jimenez, R., rock engineering and rock mechanics
: structures in and on rock masses, CRC press/balkema, leiden, 2014.
Bell, F. G. (Ed.), Engineering in Rock Masses, Butterworth – Heinemann Ltd., 1992.
Bilgin, N., Kahraman, S., Drillability prediction in rotary blast hole drilling, International
Mining Congress and Exhibition of Turkey, 2003.
Gokhale, B. V., rotary dilling and blasing in large surface mines, CRC press, 2011.
Jimeno, C. L., Jimeno, E. L., Carcedo, F. J. A., drilling and blasting of rocks, Rotterdam
Brookfield, 1995.
Kramadibrata, Suseno, Teknik Pengeboran dan Penggalian. Buku Ajar. Jurusan Teknik
Pertambangan Institut Teknologi Bandung. Bandung, 2000.
Krynine, D.P., Judd, W.R. Principles of Engineering Geology and Geotechnics, McGraw-Hill,
New York, 1957.
Person, P., Holberg, R., dan Lee, J., rock blasting and explosives engineering, CRC press, 1993.
Protodyakonov, M.M. Mechanical properties and drillability of rocks, Proc 5th Symp on Rock
Mech, Univ. Minnesota, pp. 103–18,1962.
Purcell, E.J., Varberg, Dale, Rigdon, S.E., Calculus 9th edition, Pearson Prentice hall, New
Jersey, 2007.
Rai, M. A., Kramadibrata, Suseno, Wattimena, R. K., Mekanika Batuan. Buku Ajar. Penerbit
ITB, 2010.
Saeidi, O., Torabi, S. R., Atei, M., Rostami, Jamal, A stochastic penetration rate model for
rotary drilling in surface mines, International Journal of Rock Mechanics and Mining Science,
68(1):55-65, 2014.
Sinaga, F. M., Analisis korelasi laju penembusan pemboran rotari terhadap karakteristik
batuan dan parameter operasi pada batupasir dan campuran semen, Tugas Akhir, Teknik
Pertambangan FTTM ITB, Bandung, 2011.
Singer, J., Arbocz, J., dan Weller, T., Buckling experiment : Experimental methods in Buckling
of Thin-walled structures, John Willey & Sons, Inc., New York, 1998.
Teale, R., The concept of specific energy in rock drilling, International Journal of Rock
Mechanics and Mining Science, vol. 2: 57-53, 1965.
Thuro, K., Spaun, G., Introducing ‘destruction work’ as a new properties of thoughness
referring to drillability in conventional drill- and blast tunneling, Prediction and Performance
in Rock Mechanics and Rock Engineering, vol. 2 : 707 – 713, 1996.
Ulusay, R. (Ed.), The ISRM Suggested Method for Rock Characterization, Testing, and
Monitoring : 2007 – 2014, Springer International Publishing Switzerland, 2015.
Yarali, Olgay, Soyer, Eren, The effect of mechanical rock properties and brittleness on
drillability, Academic Journals, 6(5):1077-1088, 2011.

280

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai