ASISTEN KELOMPOK:
ASROFI MURSALIN
ASISTEN ACARA :
ARYA PRADANA
M. FAHMI FIRMANSYAH
YOGYAKARTA
MARET
2020
DAFTAR ISI
2. Dasar Teori
2.1 Klasifikasi Ukuran Butir/Partikel Sedimen
Skala Udden-Wentworth adalah skala ukuran butir yang umum digunakan
dalam analisis granulometri butir sedimen. Skala yang diusulkan pertama kali oleh
Udden pada tahun 1898 dan dimodifikasi oleh Wentworth pada tahun 1922 ini
memiliki batas ukuran butir bernilai 1 mm sebagai standar dan menggunakan faktor
pembagi maupun pengkali 2 (Friedman & Sanders, 1978; Blatt et al., 1980).
Krumbein (1934) dalam Blat et al., (1980) membuat suatu transformasi logaritmik
dari skala tersebut yang kemudian dikenal dengan skala phi (ø), dengan rumus :
dengan d adalah diameter partikel dalam mm. Oleh McManus (1963, lihat Blatt et al.,
1980) rumus ini diperbaiki menjadi:
dengan d adalah diameter partikel dan do adalah ukuran butir standar (1 mm).
• Sortasi
Merupakan nilai standar deviasi distribusi ukuran butir.
ø84−ø16 ø95−ø5
Inclusive graphic standard deviation (σ1) = +
4 6,6
Klasifikasi σ1:
< 0,35ø = very well sorted
0,35 – 0,50ø = well sorted
1,50 – 0,71ø = moderately well sorted
0,71 – 1,0ø = moderately sorted
1,00 – 2,00ø = poorly sorted
2,00 – 4,00ø = very poorly sorted
>4,00ø = extremely poorly sorted
• Skewness
Merupakan nilai kesimetrian kurva frekuensi. Nilai skewness positif
berati kurva frekuensi memuncak di sebelah kiri mean (didominasi oleh
sedimen berukuran butir kasar), begitu pula sebaliknya.
ø84+ø16−2ø50 ø95+ø5−2ø50
Inclusive graphic skewness (SK1) = +
2(ø84−ø16) 2(ø95−ø5)
Klasifikasi SK1:
• Kurtosis
Merupakan nilai yang menunjukkan kepuncakan kurva. Sebuah kurva
dianggap normal (mesokurtic) apabila distribusi di antara 5% dan 95%
adalah 2,44 kali sebaran distribusi di antara 25% dan 95%.
ø95−ø5
Graphic kurtosis (KG) = 2,44(ø75−ø25)
Klasifikasi KG:
<0,67 = very platykurtic
0,67 – 0,90 = platykurtic
0,90 – 1,11 = mesokurtic
1,11 – 1,50 = leptokurtic
1,50 – 3,00 = very leptokurtic
>3,00 = extremely leptokurtic
• Sortasi (σø)
• Kurtosis (Kø)
• LP 2
Nilai Tengah Berat Fraksi Frekuensi Frekuensi
Mesh Phi
Interval kelas (m) (gram) (%berat) Kumulatif (%)
(10-18) (-1-0) -0.5 37.7 37.96576032 37.96576032
(18-35) (0-1) 0.5 51.3 51.66163142 89.62739174
(35-60) (1-2) 1.5 7.6 7.653575025 97.28096677
(60-120) (2-3) 2.5 2.2 2.21550856 99.49647533
(120-230) (3-4) 3.5 0.5 0.503524673 100
>230 >4
Total 99.3 100 100
• LP 3
Nilai Tengah Berat Fraksi Frekuensi Frekuensi
Mesh Phi
Interval kelas (m) (gram) (%berat) Kumulatif (%)
(10-18) (-1-0) -0.5 2.1 2.123356926 2.123356926
(18-35) (0-1) 5 3.3 3.336703741 5.460060667
(35-60) (1-2) 1.5 14.6 14.76238625 20.22244692
(60-120) (2-3) 2.5 67.1 67.8463094 88.06875632
(120-230) (3-4) 3.5 11.8 11.93124368 100
>230 >4
Total 98.9 100 100
9 |Laporan Resmi Praktikum Acara 2: Analisis Granulometri
Dari ketiga data grafis tersebut, didapatkan grafik frekuensi (individual weight
percent) sebagai berikut:
FREKUENSI
80
70
60
50
40
30
20
10
0
-0.5 0.5 1.5 2.5 3.5
LP 1 20.67901235 33.02469136 16.35802469 21.50205761 8.436213992
LP 2 37.96576032 51.66163142 7.653575025 2.21550856 0.503524673
LP 3 2.123356926 3.336703741 14.76238625 67.8463094 11.93124368
FREKUENSI KUMULATIF
120
100
80
60
40
20
0
-0.5 0.5 1.5 2.5 3.5
LP 1 20.67901235 53.7037037 70.0617284 91.56378601 100
LP 2 37.96576032 89.62739174 97.28096677 99.49647533 100
LP 3 2.123356926 5.460060667 20.22244692 88.06875632 100
Berdasarkan grafik di atas, diperoleh perhitungan nilai phi pada persentase tertentu
sebagai berikut:
Sampel ø5 ø16 ø25 ø50 ø75 ø84 ø95
LP 1 - - -0,35 0,4 1,7 2,15 2,9
LP 2 - - - -0,25 0,225 0,4 1,25
LP 3 0,5 1,25 1,575 1,95 2,3 2,45 2,9
• LP 1
ø16+ø50+ø84 0 +0,4+2,15
1. Mean (Mz) = = = 0,85
3 3
ø84−ø16 ø95−ø5 2,15−0 2,9−0
2. Sortasi (σ1) = + = + = 0,9764
4 6,6 4 6,6
(moderately sorted)
ø84+ø16−2ø50 ø95+ø5−2ø50
3. Skewness (SK1) = +
2(ø84−ø16) 2(ø95−ø5)
2,15+0−2(0,4) 2,9+0−2(0,4)
= + = 𝟎, 𝟔𝟕𝟔
2(2,15−0) 2(2,9−0)
(symmetrical)
ø95−ø5 2,9−0
4. Kurtosis (KG) = 2,44(ø75−ø25) = 2,44(1,7+0,35)
= 𝟎, 𝟓𝟕𝟗
(very platykurtic)
• LP 2
ø16+ø50+ø84 0−0,25+0,4
1. Mean (Mz) = = = 0,05
3 3
ø84−ø16 ø95−ø5 0,4−0 1,25−0
2. Sortasi (σ1) = + = + = 0,289
4 6,6 4 6,6
(well sorted)
ø84+ø16−2ø50 ø95+ø5−2ø50
3. Skewness (SK1) = +
2(ø84−ø16) 2(ø95−ø5)
0,4+0−2(−0,25) 1,25+0−2(−0,25)
= + = 𝟏, 𝟖𝟐𝟓
2(0,4−0) 2(1,25−0)
(error)
ø95−ø5 1,25−0
4. Kurtosis (KG) = = = 𝟐, 𝟐𝟕𝟔
2,44(ø75−ø25) 2,44(0,225−0)
(very leptokurtic)
• LP 3
ø16+ø50+ø84 1,25+1,95+2,45
1. Mean (Mz) = = = 1,3
3 3
ø84−ø16 ø95−ø5 2,45−1,25 2,9−0,5
2. Sortasi (σ1) = + = + = 𝟎, 𝟔
4 6,6 4 6,6
2,45+1,25−2(1,95) 2,9+0,5−2(1,95)
= + = −𝟎, 𝟏𝟖𝟖
2(2,45−1,25) 2(2,9−0,5)
(coarse skewed)
ø95−ø5 2,9−0,5
4. Kurtosis (KG) = 2,44(ø75−ø25) = = 𝟏, 𝟔𝟓
2,44(2,3−1,575)
(very leptokurtic)
• LP 2
Nilai Tengah Berat
Deviasi,
Mesh Phi Interval kelas (f), fm (m-x)2 f(m-x)2 (m-x)3 f(m-x)3 (m-x)4 f(m-x)4
(m) (m-x)
%
-
(10-18) (-1-0) -0.5 37.97 18.98 -0.76 0.57 21.72 -0.43 -16.42 0.33 12.42
(18-35) (0-1) 0.5 51.66 25.83 0.24 0.06 3.07 0.01 0.75 0.003 0.18
(35-60) (1-2) 1.5 7.65 11.48 1.24 1.55 11.84 1.92 14.72 2.39 18.31
(60-
120) (2-3) 2.5 2.22 5.54 2.24 5.03 11.15 11.30 25.02 25.34 56.15
(120-
230) (3-4) 3.5 0.50 1.76 3.24 10.52 5.30 34.13 17.18 110.70 55.74
>230 >4
Total 100 25.63 6.22 17.73 53.08 46.93 41.26 138.77 142.80
• LP 3
Nilai Tengah
Berat Deviasi, f(m-
Mesh Phi Interval kelas fm (m-x)2 f(m-x)2 (m-x)3 f(m-x)3 (m-x)4
(m) (f), % (m-x) x)4
(10-18) (-1-0) -0.5 2.12 -1.06 -2.84 8.07 17.14 -22.94 -48.70 65.17 138.38
(18-35) (0-1) 0.5 3.34 1.67 -1.84 3.39 11.31 -6.24 -20.83 11.49 38.35
(35-60) (1-2) 1.5 14.76 22.14 -0.84 0.71 10.45 -0.59 -8.79 0.51 7.39
(60-
120) (2-3) 2.5 67.85 169.62 0.16 0.02 1.71 0.004 0.27 0.0006 0.04
(120-
230) (3-4) 3.5 11.93 41.76 1.16 1.34 16.02 1.56 18.56 1.80 21.51
>230 >4
Total 100 234.13 -4.21 13.53 56.61 -28.21 -59.48 78.97 205.67
• LP 1
1. Mean
(𝑓𝑚) 114
𝑥∅ = = 100 = 1,14
𝑁
2. Sortasi
𝑓(𝑚−𝑋∅)2 158,02
𝜎∅ =√ =√ =1,257
100 100
(poorly sorted )
3. Skewness
(𝑓𝑚−𝑋∅)3 65,9
𝑆𝑘∅ = = 100.(1,257)3 = 𝟎, 𝟑𝟑𝟏
100𝜎∅3
(symmetrical)
4. Kurtosis
(𝑓𝑚−𝑋∅)4 490,68
𝐾∅ = = 100.(1,257)4 = 𝟏, 𝟗𝟔𝟓
100𝜎∅4
(platykurtic)
• LP 2
1. Mean
(𝑓𝑚) 114
𝑥∅ = = 100 = 0,256
𝑁
2. Sortasi
𝑓(𝑚−𝑋∅)2 53,08
𝜎∅ =√ = √ 100 =0,728
100
(moderately sorted )
3. Skewness
(𝑓𝑚−𝑋∅)3 41,26
𝑆𝑘∅ = = 100.(0,728)3 = 𝟏, 𝟎𝟔𝟕
100𝜎∅3
(fine skewed)
4. Kurtosis
(𝑓𝑚−𝑋∅)4 142,80
𝐾∅ = = 100.(0,728)4 = 𝟓, 𝟎𝟕
100𝜎∅4
(leptokurtic)
2. Sortasi
𝑓(𝑚−𝑋∅)2 56,61
𝜎∅ =√ = √ 100 =0,752
100
(moderately sorted )
3. Skewness
(𝑓𝑚−𝑋∅)3 −59,48
𝑆𝑘∅ = = 100.(0,752)3 = −𝟏, 𝟑𝟗𝟓
100𝜎∅3
(leptokurtic)
5.3.1 Grafis
• Sortasi vs mean size (phi)
• Sortasi vs Skewness
• Kurtosis vs Skewness
• Sortasi vs Skewness
• Kurtosis vs Skewness
6.3 Interpretasi
Lokasi pengambilan data sampel sedimen yang terletak di STA 8 termasuk ke
dalam bentangalam fluvial dengan arah aliran yang membentang dari utara ke selatan.
Kali Progo termasuk ke dalam hilir sungai yang meneruskan material sedimen dari
bagian hulunya yakni Kali Krasak yang memiliki sumber yang berasal dari lereng
Gunung Merapi sehingga material utama sedimen yang terbawa dan terendapkan
pada Kali Progo itu sendiri bisa diasumsikan berasal dari material vulkanik Gunung
Merapi.
Pengukuran kecepatan arus sungai pada masing-masing lokasi pengamatan
menghasilkan data sebagai berikut: LP 1 dengan kecepatan aliran arus sebesar 0,36
m/s ; LP 2 dengan kecepatan aliran arus sebesar 0,92 m/s ; dan LP 3 dengan kecepatan
aliran arus sebesar 0,5 m/s. Untuk lebar badan sungainya kira-kira Kali Progo
memiliki lebar dengan kisaran 50-100 meter dan kedalaman pada masing-masing LP
sebesar: LP 1 memiliki kedalaman sebesar 1,4 meter, LP 2 memiliki kedalaman
sebesar 1,6 meter, dan LP 3 memiliki kedalaman sebesar 1,2 meter. Berdasarkan
perhitungan Froude dan Reynold numbernya, masing-masing lokasi pengamatan
pada STA 8 menunjukkan hasil yang sama, yakni aliran low rezim dan turbulen. Hal
ini pun sudah sesuai dengan karakteristik sungai yang ada pada umumnya, yakni
aliran yang turbulen dan low rezim. Plottingan data pada grafik Hjulstӧrm
menghasilkan data sebagai berikut:
LP 1
120
100
80
60
40
20
0
-0.5 0.5 1.5 2.5 3.5
LP 3
120
100
80
60
40
20
0
-0.5 5 1.5 2.5 3.5
Keterangan
Rolling and Sliding :
Saltation :
Suspension :
Dari interpretasi pada diagram visher, maka dapat diketahui proses transportasi
yang paling berpengaruh di masing-masing lokasi pengamatan. Pada LP 1, dominasi
proses transportasinya adalah melalui proses rolling and sliding. Hal itu terjadi karena
ukuran material sedimen didominasi oleh butiran berukuran kasar. Pada LP 2,
dominasi proses transportasi partikel melalui rolling and sliding justru bertambah
besar dibanding LP 1. Hal ini menandakan bahwa material penyusun sedimen pada
LP 2 hampir seluruhnya memiliki ukuran butir kasar. Pada LP 3, proses transportasi
yang paling banyak memengaruhi material sedimen adalah proses saltasi, diikuti
dengan suspensi. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran butir di LP 3 rata-rata berukuran
halus.
6.4 Penjelasan
Perbedaan hasil data perhitungan dengan teori yang ada dapat disebabkan oleh
beberapa hal. Dalam hal ini praktikan menduga terdapat tiga hal yang bisa jadi
menjadi penyebab besar mengapa data yang didapat tidak selaras dengan teori yang