Anda di halaman 1dari 8

BAB

UKURAN PARTIKEL

A. Tujuan Praktikum
Menentukan ukuran partikel ZnO (Zink Oksida) dan Talkum menggunakan metode
ayakan

B. Teori
Mikromeritik biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi tentang partikel
yang kecil. Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara. Ukuran diameter
rata-rata, ukuran luas permukaan rata-rata, volume rata-rata dan sebagainya.
Pengertian ukuran partikel adalah ukuran diameter rata-rata.
Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam farmasi,
sebab ukuran partikel mempunyai peranan besar dalam pembuatan sediaan obat dan
juga terhadap efek fisiologisnya. Pentingnya mempelajari mikromeritik, yaitu :
1. Menghitung luas permukaan
2. Sifat kimia dan fisika dalam formulasi obat
3. Secara teknis mempelajari pelepasan obat yang diberikan secara per oral,
suntikan dan topikal
4. Pembuatan obat bentuk emulsi, suspensi dan duspensi
5. Stabilitas obat (tergantung dari ukuran partikel).
Metode paling sederhana dalam penentuan nilai ukuran partikel adalah
menggunakan pengayak standar. Pengayak terbuat dari kawat dengan ukuran lubang
tertentu. Istilah ini (mesh) digunakan untuk menyatakan jumlah lubang tiap inchi
linear.

C. Monografi Bahan
ZnO (Zink Oksida) (FI Edisi VI Hal 1804)
Pemeriaan = Serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih kekuningan; tidak
berbau; lambat laun menyerap karbondioksida dari udara
Kelarutan = Tidak larut dalam air dan dalam etanol; larut dalam asam encer
Talkum (FI Edisi VI Hal 1674)
Pemeriaan = Serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu. Berkilat,
mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran

D. Alat dan Bahan


Alat
 Ayakan no mesh 45, 60, 80, 100, 120, 170, dan 325
 Mesin pengayak
 Sikat tabung
 Timbangan miligram analitik
 Timbangan kasar
Bahan
 ZnO
 Talkum
 Kertas timbangan
 Tissue roll
E. Prosedur
a) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b) Ditimbang ZnO dan Talk masing-masing sebanyak 25 g
c) Setiap ayakan lebih dahulu dibersihkan dengan sikat tabung kemudian dilap
dengan tissue untuk memastikan keringnya pengayak maupun tidak
terdapatnya partikel tertingggal lagi yang dapat menghalangi proses
pengayakan.
d) Ayakan kemudian diset pemasangnya pada fibrator pengayak dengan nomor
mesh 325 berada paling bawah disusul secara berurutan ke atas : 170, 120,
100, 80, 60 dan teratas nomor mesh 45.
e) Talk yang telah ditimbang 25 g ditempatkan pada pengayak nomor mesh 45,
ditutup rapat mesin fibrator, kemudian mesin dijalankan dengan kecepatan 5
rpm (rotasi per minutes) dan diset waktu pengayakan selama 10 menit.
f) Setelah 10 menit, mesin fibrator akan berhenti secara otomatis. Ayakan
kemudian masing-masing dibuka/diambil dari mesin fibrator.
g) Fraksi serbuk yang tertinggal pada masing-masing pengayak dengan nomor
mesh berbeda ditimbang menggunakan timbangan miligram.
h) Dicatat data yang diperoleh dan dihitung nilai % tertahan serta ukuran
diameter partikel rata-rata serbuk.
i) Dilakukan urutan kerja seperti di atas dengan sampel ZnO sebanyak 25 g.

F. Hasil Percobaan
Tabel 1. Distribusi partikel serbuk ZnO
No. mesh d (mm) m (gram) n (%) nxd
45 0,355 mm 0,23 g 0,95 % 0,3372
60 0,250 mm 3,41 g 14,15 % 3,5375
80 0,180 mm 4,82g 20,00 % 3,6
100 0,150 mm 3,79 g 15,73 % 2,3595
120 0,125 mm 2,40 g 9,96 % 1,245
170 0,090 mm 4,29 g 17,80 % 1,602
325 0,045 mm 5,05 g 20,96 % 0,9432
 24,09 g 99,55 % 14,6244
Berat sampel = 25 g

Diameter partikel ZnO = = = 0,1468 g

Tabel 2. Distribusi partikel serbuk Talkum


No. mesh d (mm) m (gram) n (%) nxd
45 0,355 mm 0,10 g 0,45 % 0,1597
60 0,250 mm 0,58 g 2,63 % 0,6575
80 0,180 mm 2,79 g 12,67 % 2,2806
100 0,150 mm 1,96 g 8,90 % 1,335
120 0,125 mm 3,56 g 16,17 % 2,0242
170 0,090 mm 4,10 g 18,62 % 1,6758
325 0,045 mm 8,02 g 36,43 % 1,6393
 22,01 g 95,87 % 9,7721
Berat sampel = 25 g

Diameter partikel Talkum = = = 0,101 g

G. Pembahasan
Pada praktikum ini, melakukan penentuan pengukuran ukuran partikel
menggunakan metode pengayakan. Metode pengayakan digunakan untuk partikel
yang mempunyai partikel atau ukuran serbuk lebih besar atau kasar. Dalam
pengukuran partikel dengan menggunakan metode ini, hal yang pertama dilakukan
adalah menyiapkan alat dan bahan. Alat tersebut yaitu, menggunakan ayakan dengan
masing-masing nomor mesh 45, 60, 80, 100, 120, 170, dan 325. Dan untuk bahannya
menggunakan sampel ZnO (Zink Oksida) dan Talkum masing-masing sebanyak 25 g.
Dari percobaan yang kelompok kami lakukan pada sampel ZnO dengan
metode pengayakan memperoleh hasil dari no. Mesh 45 tertinggal berat zat sebanyak
0,23 g, no. Mesh 60 tertinggal berat zat sebanyak 3,41 g, no. Mesh 80 tertinggal berat
zat sebanyak 4,82 g, no. Mesh 100 tertinggal berat zat sebanyak 3,79 g, no. Mesh 120
tertinggal berat zat sebanyak 2,40 g, no. Mesh 170 tertinggal berat zat sebanyak 4,29
g, dan pada no. Mesh 325 tertinggal berat zat sebanyak 5,05 g. Hasil nilai % pada no.
Mesh 45 terdapat sebanyak 0,95 %, pada no. Mesh 60 terdapat sebanyak 14,15 %,
pada no. Mesh 80 terdapat sebanyak 20 %, pada no. Mesh 100 terdapat sebanyak
15,73 %, pada no. Mesh 120 terdapat sebanyak 9,96 %, pada no. Mesh 170 terdapat
sebanyak 17,80 %, dan pada no. Mesh 325 terdapat sebanyak 20,96 %. Untuk hasil
rata-rata diameter partikel sampel ZnO terdapat 0,1468 g.
Dari percobaan yang kelompok kami lakukan pada sampel Talkum dengan
metode pengayakan memperoleh hasil dari no. Mesh 45 tertinggal berat zat sebanyak
0,10 g, no. Mesh 60 tertinggal berat zat sebanyak 0,58 g, no. Mesh 80 tertinggal berat
zat sebanyak 2,79 g, no. Mesh 100 tertinggal berat zat sebanyak 1,96 g, no. Mesh 120
tertinggal berat zat sebanyak 3,56 g, no. Mesh 170 tertinggal berat zat sebanyak 4,10
g, dan pada no. Mesh 325 tertinggal berat zat sebanyak 8,02 g. Hasil nilai % pada no.
Mesh 45 terdapat sebanyak 0,45 %, pada no. Mesh 60 terdapat sebanyak 2,63 %, pada
no. Mesh 80 terdapat sebanyak 12,67 %, pada no. Mesh 100 terdapat sebanyak 8,90
%, pada no. Mesh 120 terdapat sebanyak 16,17 %, pada no. Mesh 170 terdapat
sebanyak 18,62 %, dan pada no. Mesh 325 terdapat sebanyak 36,43 %. Untuk hasil
rata-rata diameter partikel sampel Talkum terdapat 0,101 g.
Semakin besar nomor ayakan, semakin halus hasil yang didapatkan karna
lubangnya semakin kecil. Maka dari percobaan yang dilakukan, sampel Talkum
memiliki ukuran partikel lebih halus daripada sampel ZnO karena terdapat lebih
banyak serbuk yang lolos melewati no ayakan yang paling besar.
BAB
KELARUTAN ZAT

A. Tujuan Praktikum
Mengetahui pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat

B. Teori
Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan
jenuh pada suatu suhu tertentu. Kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh polaritas pelarut
dan struktur zat terlarut. Pelarut polar melarutkan zat bersifat polar/ionik (mempunyai
kutub muatan)dan pelarut non-polar melarutkan zat bersifat non-polar.
Kelarutan bergantung pada struktur zat, dimana struktur zat tersusun dari
perbandingan gugus polar dan non polar yang membentuk molekul. Sehingga
semakin panjang rantai gugus non polar suatu zat, maka zat tersebut semakin sukar
larut dalam air. Glukosa, NaCl, alkohol, dan semua asam merupakan senyawa polar
sehingga mudah larut dalam air atau senyawa polar. Sedangkan senyawa nonpolar
akan mudah larut dalam senyawa nonpolar, misalnya lemak mudah larut dalam
minyak. Senyawa nonpolar umumnya tidak larut dalam senyawa polar, misalnya
NaCl tidak larut dalam minyak tanah. Pelarut polar bertindak sebagai pelarut dengan
mekanisme sebagai berikut :
 Mengurangi daya tarik-menarik antara ion yang berlawanan dalam zat. Sebab
pelarut polar memiliki konstanta dielektrik yang tinggi.
 Memecah ikatan kovalen elektrolit-elektrolit kuat, karena pelarut ini bersifat
amfiprotik.
 Membentuk ikatan hidrogen dengan zat terlarut.
Pelarut non polar tidak dapat mengurangi daya tarik-menarik antara ionion
karena konstanta dielektiknya yang rendah. Pelarut non polar juga tidak dapat
memecahkan ikatan kovalen dan tidak dapat membentuk jembatan hidrogen. Pelarut
ini dapat melarutkan zat-zat non polar dengan tekanan internal yang sama melalui
induksi antara aksi dipol. Pelarut semi polar dapat menginduksi tingkat kepolaran
molekul-molekul pelarut non polar. Ia bertindak sebagai perantara (intermediete
solvent) untuk mencampurkan pelarut non polar dengan non polar.
Surfaktan merupakan kumpulan molekul yang mempunyai dua ujung yang
berbeda interaksinya dengan air, yakni gugus hidrofilik dan gugus hidrofobik,
surfaktan ini digunakan untuk meningkatkan kelarutan zat atau sifat keterbasahan zat
dengan menurunkan tegangan antar permukaan zat tersebut. Surfaktan dibagi atas
surfaktan anionik, kationik, non ionik, dan amfoterik. Konsentrasi surfaktan yang
ditambahkan tidak boleh terlalu besar, karena selain sifatnya yang toksik dan
harganya yang mahal juga akan terjadi busa pada saat pembuatan sediaan yang sukar
dihilangkan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada konsentrasi surfaktan
tertentu dapat mengurangi ketersediaan hayati obat karena terjadinya adsorpsi yang
kuat di dalam misel. Harga HLB surfaktan dapat dipakai untuk memperkirakan
kelarutan dan kemampuan tercampurnya dalam pelarut yang digunakan

C. Monografi Bahan
Asetosal (FI Edisi VI Hal 170)
Pemerian = Hablur putih, umumnya seperti jarum atau lempengan
tersusun, atau serbuk hablur putih; tidak berbau atau berbau
lemah. Stabil di udara kering; di dalam udara lembap secara
bertahap terhidrolisa menjadi asam salisilat dan asam asetat.
Kelarutan = Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol; larut dalam
kloroform dan dalam eter; agak sukar larut dalam eter mutlak.

D. Alat dan Bahan


Alat
 Beaker glass 100 ml
 Gelas ukur 50 ml dan 100 ml
 Batang pengaduk
 Oven
 Botol semprot
 Pipet tetes
 Cawan porselen
 Corong kaca
 Termometer
 Erlenmeyer
 Kertas saring
Bahan
 Tween 80
 Asetosal
 Aquadest

E. Prosedur
1. Keringkan kertas saring yang telah digunting & cawan sebanyak 7 buah
dalam oven suhu 105C selama 15 menit.
2. Siapkan masing-masing larutan berikut dan campurkan.
a. Larutkan 0,005 g Tween 80 dalam aquadest 50 mL, kemudian
tambahkan 1 g asetosal, kocok selama 30 menit.
b. Larutkan 0,025 g Tween 80 dalam aquadest 50 mL, kemudian
tambahkan 1 g asetosal, kocok selama 30 menit.
c. Larutkan 0,050 g Tween 80 dalam aquadest 50 mL, kemudian
tambahkan 1 g asetosal, kocok selama 30 menit.
d. Larutkan 0,250 g Tween 80 dalam aquadest 50 mL, kemudian
tambahkan 1 g asetosal, kocok selama 30 menit.
e. Larutkan 1,000 g Tween 80 dalam aquadest 50 mL, kemudian
tambahkan 1 g asetosal, kocok selama 30 menit.
f. Larutkan 2,500 g Tween 80 dalam aquadest 50 mL, kemudian
tambahkan 1 g asetosal, kocok selama 30 menit.
g. Larutkan 5,000 g Tween 80 dalam aquadest 50 mL, kemudian
tambahkan 1 g asetosal, kocok selama 30 menit.
3. Semua larutan disaring untuk diambil residunya menggunakan kertas saring
4. Semua kertas saring disimpan pada masing-masing cawan, kemudian dioven
selama 30 menit pada suhu 105C
5. Timbang berat residu masing-masing sampel, catat!
F. Hasil Percobaan
Tabel data penimbangan sampel
No Jumlah Jumlah Volume Bobot Bobot kertas Bobot
Surfaktan Asetosal pelarut kertas saring + residu residu
(g) yang (ml) saring sampel setelah (g)
ditimbang kosong (g) pengeringan (g)
awal (g)
1 0,005 g 1g 50 ml 1,1885 g 2,3050 g 1,0940 g
2 0,025 g 1g 50 ml 1,1885 g 1,9910 g 0,7843 g
3 0,050 g 1g 50 ml 1,1885 g 2,0193 g 0,7614 g
4 0,250 g 1g 50 ml 1,1885 g 2,2010 g 0,9583 g
5 1,000 g 1g 50 ml 1,1885 g 1,8845 g 0,5912 g
6 2,500 g 1g 50 ml 1,1885 g 1,7729 g 0,4147 g
7 5,000 g 1g 50 ml 1,1885 g 1,6633 g 0,0030 g

Tabel data sampel terlarut dan nilai kelarutan


No Jumlah sampel Nilai Kelarutan
terlarut (gram) (g/mL)
1 -0,094 g 1,88 mg/mL
2 0,2157 g 43,14 mg/mL
3 0,2384 g 47,72 mg/mL
4 0,0417 g 8,34 mg/mL
5 0,4088 g 81,76 mg/mL
6 0,5833 g 117,06 mg/mL
7 0,997 g 19,96 mg/mL
Jumlah sampel terlarut = berat sampel awal (g) – residu sampel (g)

Kelarutan sampel =

Buatlah grafik Nilai Kelarutan Sampel (y) vs Berat Sampel


G. Pembahasan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah pH, temperatur, jenis
pelarut, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielektrik pelarut, surfaktan dan efek
garam.
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh surfaktan terhadap
kelarutan suatu zat. Surfaktan yang dipakai adalah tween 80 dengan zat aktif yang
akan dilarutkan adalah Asetosal. Pada percobaan ini, Asetosal akan dilarutkan dalam
volume air dan tween 80 dengan volume yang berbeda. Adapun campuran yang
digunakan adalah 1 g Asetosal, aquadest 50 ml dan tween 80 sebanyak 0,005 g; 1 g
Asetosal, aquadest 50 ml dan tween 80 sebanyak 0,025 g; 1 g Asetosal, aquadest 50
ml dan tween 80 sebanyak 0,050 g; 1 g Asetosal, aquadest 50 ml dan tween 80
sebanyak 0,250 g; 1 g Asetosal, aquadest 50 ml dan tween 80 sebanyak 1,000 g; 1 g
Asetosal, aquadest 50 ml dan tween 80 sebanyak 2,500 g dan 1 g Asetosal, aquadest
50 ml dan tween 80 sebanyak 5,000 g.
Setelah tujuh campuran diatas dikocok selama 30 menit, kemudian disaring
lalu dioven selama 30 menit pada suhu 105⁰ C. Setelah kering dilakukan
penimbangan dan hitung berat residunya.
Berdasarkan kelarutannya, Asetosal merupakan senyawa yang sukar larut
dalam air dan larut dalam etanol (95%). Hal inilah yang mendasari bahwa pada
percobaan ini Asetosal tidak larut dalam campuran Tween 80 dan Aquadest.
Pada percobaan ini kita mengetahui pengaruh surfaktan terhadap kelarutan
Asetosal. Semakin besar konsentrasi surfaktan yang ditambahkan ke dalam larutan
asetosal maka semakin kecil residu yang dihasilkan. Kecepatan pengocokan suatu
larutan, mempengaruhi tingkat kelarutan suatu zat. Semakin lama pengocokan maka
kelarutan zat semakin besar.
Pustaka

Bibliography
Salsabilla, A. dkk. (2023). Laporan Praktikum Farmasi Fisika.
https://www.studocu.com/id/document/universitas-muhammadiyah-bandung/teknologi-
farmasi-semi-solida-dan-likuida/laporan-praktikum-farmasi-fisika-kelarutan/39123099
diakses 20 Mei 2023

Nurrachmah,A. dkk. (2015). Laporan Praktikum Farmasi Fisika ‘Pengaruh Penambahan Surfaktan
terhadap Kelarutan suatu Zat’.
https://www.academia.edu/23021367/LAPORAN_PRAKTIKUM_FARMASI_FISIKA_Kelarutan_3_
diakses 20 Mei 2023

Milla, A (2020). Laporan Praktikum Farmasi Fisika ‘Penentuan Ukuran Partikel (Mikromeritik)’.
https://www.academia.edu/44725445/LAPORAN_PRAKTIKUM_FARMASI_FISIKA diakses 16 Juni
2023

Anda mungkin juga menyukai