Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI

PENGAYAKAN DENGAN TYLER SIEVE


Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Praktikum Satuan Operasi

Dosen pengampu :
Ratna Sari Listyaningrum, S.TP.,M.Si.

Disusun Oleh:
Nama : Tsania Nashiroh Salsabila
NIM : 180104013

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN HALAL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pengayakan dimaksudkan untuk menghasilkan campuran butir dengan ukuran tertentu,
agar dapat diolah lebih lanjut atau agar diperoleh penampilan atau bentuk komersial yang
diinginkan. Pada proses pengayakan bahan dibagi menjadi bahan kasar yang tertinggal (aliran
atas) dan bahan lebih halus yang lolos melalui ayakan (aliran bawah). Bahan yang tertinggal
adalah partikel-partikel yang berukuran lebih besar daripada lubang ayakan , sedangkan bahan
yang lolos berukuran lebih kecil daripada lubang-lubang itu (Bernasconi; 1995).
Dalam industry pengolahan hasil pertanian proses penggilingan merupakan proses yang
paling banyak dilakukan. Mekanisme terjadinya pemecahan bahan disebabkan karena adanya
tekanan pada bahan. Pada titik kritis, tekanan yangdiberikan akan diserap oleh bahan sebagai
energipenekan,sehingga mengakibatkan bahan pecah, pecahnya bahan akan mengikuti bidang
belahan sesuai dengan sifat bahan. Faktor yang berpengaruh dalam proses penggilingan adalah :
(1) Jenis bahan yang dihancurkan,
(2) Kadar air bahan,
(3) Kecepatan masuknya bahan,
(4) Daya yang tersedia, dan
(5) Tingkat kehalusan bahan yang dikehendaki. (Salman, 2014)
Menurut Hall dan Davis (1978), penggilingan hasil pertanian bertujuan untuk
menghaluskan sampai derajat kehalusan tertentu, hal ini berguna untuk meningkatkan kelezatan
hasil pertanian tersebut, meningkatkan daya cerna hasil pertanian bagi manusia dan hewan
ternak, mempermudah pencampuran bahan lain, mempermudah penanganan dan penyimpanan.
Menghilangkan benda-benda asing dan benih rerumputan yang ikut terpanen, dan memperkecil
resiko bahan-bahan yang terbuang.
Derajat kehalusan (Fineness Modulus) dan indeks keseragaman menunjukkan
keseragaman hasil giling atau penyebaran fraksi halus dan kasar dalam hasil giling. Derajat
kehalusan adalah jumlah berat fraksi yang tertahan pada setiap saringan dibagi 100. (Dhimas
Kholis 2011)
Ayakan berfungsi untuk menyaring bahan dari hasil penggilingan. Standar mutu lolos
ayakan adalah 1000 mesh. Mesh adalah jumlah lubang dalam 1 inchi linear. Standar kehalusan
tepung adalah 0,09 mm dengan bahan yang digunakan pada ayakan adalah stainless stell. Hasil
penggilingan diayak untuk mendapatkan berbagai tingkat kehalusan, yaitu butir halus (>10
mesh), tepung kasar atau bubuk (< 40 mesh), tepung agak halus (65-80 mesh), dan tepung halus
(>100 mesh)(Fellows,1990).

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu menghitung fineness modulus
dan diameter partikel

2 berdasarkan ukuran
mesh kawat ayakan,
bahan yang
mempunyai ukuran
lebih
3 kecil dari diameter
mesh kawat akan
lolos dan bahan yang
mempunyai ukuran
4 mesh lebih besar
akan tertahan pada
permukaan kawat.
5 berdasarkan ukuran
mesh kawat ayakan,
bahan yang
mempunyai ukuran
lebih
6 kecil dari diameter
mesh kawat akan
lolos dan bahan yang
mempunyai ukuran
7 mesh lebih besar
akan tertahan pada
permukaan kawat.
8 berdasarkan ukuran
mesh kawat ayakan,
bahan yang
mempunyai ukuran
lebih
9 kecil dari diameter
mesh kawat akan
lolos dan bahan yang
mempunyai ukuran
10 mesh lebih besar
akan tertahan pada
permukaan kawat.

BAB II
METODELOGI
2.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan, yaitu grinder , satu set ayakan ukuran no.120, 60, 35, 18, 10, dan 5
mesh, wadah, dan timbangan analitik.
Bahan yang digunakan adalah beras dan tepung beras merk Rose Brand.
2.2 Cara Kerja
Sampel
- Siapkan sampel beras, timbang 250g, giling dengan grinder
- Timbang masing-masing sampel sebanyak 200g (tepung beras dan beras yang sudah
digiling).
- Susun ayakan dari ukuran mesh terbesar hingga terkecil pada alat Tyler sieve
- Tuangkan sampel pada ayakan paling atas
- Nyalakan alat tyler sieve selama 10 menit
- Timbang total sampel yang tertahan dari masing-masing tingkatan mesh pada alat
- Cari nilai Fineness Modulus dan diameter partikel
Hasil

Fineness Modulus (FM) dan diameter partikel didapatkan dengan rumus sebagai berikut:

Jumlah total % tertinggal kumulatif


FM=
100

D = 0,0041(2)FM (inch)
D = 0,104 (2)FM (mm)

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Tepung Beras Rosebrand
Tertahan
N Ukuran Massa Persentase Persentase
Mesh kumulati Hasil FM D
o Bukaan tertahan massa tertahan massa lolos
f
6 5 4 0 0 0 100 0
5 10 2 0 0 0 100 0
4 18 1 0 0 0 100 0
3 35 0.5 0 0 0 100 0
2 60 0.25 1.11 0.59 0.59 99.41 0.59
1 120 0.125 2.18 1.16 1.75 98.25 1.75
0 Pan 185.15 98.25 100.00 0.00
0.023 0.10
Total 188.44 100 2.34 4 6

3.1.2 Tepung Beras Giling


N Ukuran Massa Persentase Tertahan Persentase
Mesh Hasil FM D
o Bukan tertahan massa tertahan kumulatif massa lolos
6 5 4 0 0 0 100 0
5 10 2 0 0 0 100 0
4 18 1 36.44 18.57 18.57 81.43 18.57
3 35 0.5 83.91 42.77 61.34 38.66 61.34
2 60 0.25 40.26 20.52 81.86 18.14 81.86
1 120 0.125 20.76 10.58 92.44 7.56 92.44
0 Pan 14.82 7.55 100.00 0.00
254.2
Total 196.19 100 1 2.54 0.61

3.2 Pembahasan
Proses pengecilan ukuran merupakan proses pendahuluan yang sangat penting pada
pengolahan hasil pertanian. Karena akan salah satunya berfungsi untuk mempermudah
proses pengolahan hasil pertanian selanjutnya menjadi produk yang memiliki mutu lebih
baik. Proses pengecilan ukuran salah satunya dengan cara ditumbuk atau dihancurkan dan
selanjutnya untuk memperoleh partikel atau butiran dengan kriteria tertentu dapat kita
lakukan dengan pengayakan.
Dalam praktikum ini dilakukan percobaan pengayakan tepung dari bahan hasil pertanian
(beras) yaitu tepung beras merk rosebrand dan tepung beras giling dengan menggunakan
ayakan Tyler. Mengayak berarti memisahkan suatu bahan dengan menuangkan melalui
ayakan sehingga didapatkan butir-butiran dengan berbagai daerah ukuran (kelas-kelas butir).
Sebelum dilakukan pengayakan, beras terlebih dahulu di kecilkan dengan cara digiling
dengan grinder. Pengecilan ukuran ditujukan untuk mereduksi ukuran suatu padatan agar
diperoleh luas permukaan yang lebih besar. Pada pengecilan, padatan pecah menjadi butir
dengan ukuran yang berbeda-beda.
Prinsip dari ayakan Tyler ini adalah semakin besar ukuran mesh ayakan maka bahan yang
tertampung akan semakin kecil dengan ukuran diameter atau bentuk yang semakin kecil
(lembut) serta jumlah yang juga semakin sedikit. Semakin kebawah maka ukuran yang
digunakan semakin besar, mulai dari +18 sampai ukuran mesh –100. Ayakan tyler terdiri
dari sejumlah ayakan yang mempunyai lubang dengan ukuran terkecilnya yaitu 200 mesh.
Ayakan berikutnya lubang dengan ukuran 1,414 kali ukuran lubang sebelumnya. Ayakan ini
disusun berdasarkan ukuran lubang pada tiap-tiap ayakan. Pada praktikum ini digunakan 6
(enam) buah ayakan dengan ukuran lubang yang berbeda-beda. Penyusunannya berturut-
turut dari yang paling bawah adalah 120 mesh, 60 mesh, 35 mesh, 18 mesh, 10 mesh dan
yang paling atas adalah ayakan berukuran 5 mesh. Semakain kecil angka mesh ayakan,
semakin besar ukuran lubang ayakan tersebut.
Ayakan disusun secara berderet dalam suatu tumpukan, dimana ayakan dengan anyaman
paling rapat ditempatkan paling bawah dan anyaman paling besar ditempatkan paling atas.
Sampel dimasukkan ke dalam ayakan paling atas dan pengayak diguncang secara mekanis
selama 10 menit. Partikel yang tertahan pada setiap ayakan dikumpulkan dan ditimbang.
Tujuan pengayakan secara bertingkat tersebut adalah untuk mendapatkan
tepung pada berbagai tingkat kehalusan, juga nilai modulus kehalusan dari tiap mesh.
Perlakuan tiap ayakan juga menghasilkan massa yang berbeda. Semakin banyak
jumlah mesh, berarti semakin kecil ukuran lubang pasmesh-mesh pengayak. Menurut
literature (Rizal, 2013) Modulus kehalusan menyatakan tingkat kehalusan, atau
menunjukkan besar dan kecilnya ukuran pertikel tepung yang dihasilkan. Nilai modulus
kehalusan dipengaruhi oleh banyaknya bahan yang tertinggal pada ayakan. Semakin besar
ukuran partikel bahan maka jumlah partikel yang tertinggal semakin banyak, sehingga
modulus kehalusan maka semakin besar.
Berdasarkan hasil perhitungan yang didapatkan untuk pengecilan ukuran pada tepung
beras yang digiling diperoleh hasil persentase (%) massa tertahan dan Persentase massa
lolos untuk mesh 5 adalah 0% dan 100%, mesh 10 adalah 0% dan 100%, mesh 18
adalah 18.57% dan 81.43%, mesh 35 adalah 42.77% dan 38.66%, mesh 60 adalah 20.52%
dan 18.14%, mesh 120 adalah 10.58% dan 7.56% dengan tingkat keseragaman bentuk
tepung beras giling atau Fineness Modulus adalah 2.54 dengan ukuran diameter rata-rata
(D) tepung beras giling adalah 0.61.
Sedangkan pada tepung beras Rosebrand diperoleh hasil persentase (%) massa
tertahan dan Persentase massa lolos untuk mesh 5 adalah 0% dan 100%, mesh 10 adalah 0%
dan 100%, mesh 18 adalah 0% dan 100%, mesh 35 adalah 0% dan 100%, mesh 60 adalah
0.59% dan 99.41%, mesh 120 adalah 1.16% dan 98.25% dengan tingkat keseragaman
bentuk tepung beras Rosebrand atau Fineness Modulus adalah 0.0234 dengan ukuran
diameter rata-rata (D) tepung beras Rosebrand adalah 0.106.
Dan dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa berat bahan setelah diayak dengan
berat bahan sebelum diayak atau pertama kali dimasukkan dalam ayakan tidak sama, yaitu
setelah diayak tepung beras giling dan tepung beras Rosebrand memiliki berat bahan sebesar
196.19 gram dan 188.44 gram, padahal tepung tersebut sebelum di ayak memiliki berat 200
gram . Hal ini biasanya disebabkan kelalaian praktikan pada waktu pengayakan, bahan ada
yang terjatuh tanpa sepengatuhan praktikan. Juga pada saat penimbangan berat bahan yang
tertahan pada masing-masing ayakan, kemungkinan terdapat bahan yang tertinggal dalam
ayakan tersebut terutama pada ayakan dengan ukuran yang sangat halus sekali.
.

Pada saat proses


penimbangan akhir
campuran antara
tepung beras dan
tepung jagung
mengalami
penyusutan berat. Hal
ini disebabkan
karena faktor-faktor
lingkungan. Faktor-
faktor tersebut
diantaranya yaitu
masih
menempelnya bahan
didalam alat v cone
mixer ataupun pada
kuas. Selain itu
faktor lain yaitu
seperti angin, dan
lain sebagainya.
Pada saat proses
penimbangan akhir
campuran antara
tepung beras dan
tepung jagung
mengalami
penyusutan berat. Hal
ini disebabkan
karena faktor-faktor
lingkungan. Faktor-
faktor tersebut
diantaranya yaitu
masih
menempelnya bahan
didalam alat v cone
mixer ataupun pada
kuas. Selain itu
faktor lain yaitu
seperti angin, dan
lain sebagainya.
LAPORAN MINGGUAN
PRAKTIKUM MESIN
PERALATAN INDUSTRI
PANGAN
PENGAYAKAN
” TEPUNG JAGUNG DAN
TEPUNG BERAS ”
(zea mays dan oryza
sativa)
Oleh :
 Nama : Mega
Rustiani
 NRP : 073020060
Meja : 3 ( Tiga )
Kelompok : II ( Dua )
Tanggal Percobaan :
15 Oktober 2009
Assisten : R. Yuris
Herawan
LABORATORIUM MESIN
PERALATAN INDUSTRI
PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI
PANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2009
I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan
mengenai : (1) Latar

BAB IV
KESIMPULAN
Pada Tepung Beras Giling yang memiliki Massa tertahan paling banyak yaitu pada mesh
35 sebanyak 83.91 gram sedangkan pada Tepung Beras Rosebrand yaitu pada pan sebanyak
185.15 gram. Yang berarti Tepung Beras Rosebrand lebih halus dari pada Tepung Beras Giling.
DAFTAR PUSTAKA

Bernasconi, G. 1995. Teknologi Kimia. Jakarta : Pradnya Pramita


Rizal, Saifur, Et Al . Pengaruh Konsentrasi Natrium Bisulfit Dan Suhu PengeringanTerhadap
Sifat Fisik-Kimia Tepung Biji Nangka ( Artocarpus Heterophyllus). Jurnal Bioproses
Komoditas Tropis. Vol. 1 No. 2, Agustus2013. Fakultas Teknologi Pertanian -
Universitas Brawijaya.
Salman, Lily Mariana. Dasar Proses Pengolahan Hasil Pertanian & Perikanan 1.Kementerian
PendidikanDanKebudayaanDirektoratJenderalPendidikanDasarDan Menengah Direktorat
Pembinaan Smk.

Anda mungkin juga menyukai