Anda di halaman 1dari 21

 

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

ANALISA PRODUK NITRASI PHENOL DENGAN KLT

Disusun Oleh :

Nama : Damara Tamisha Zarika

NIM/Kelompok : 22010322130024 / 4

Hari, Tanggal : Selasa, 21 Maret 2023


PROGRAM STUDI FARMASI DEPARTEMEN KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2023

ABSTRAK

Kromatografi merupakan suatu proses dipisahkannya komponen-komponen di dalam


suatu campuran. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) suatu metode yang cepat dan mudah untuk
mengetahui derajat kemurnian suatu sampel maupun identifikasi sampel dengan
menggunakan standar baku. Fenol adalah sekelompok senyawa organik yang gugus
hidroksilnya (-OH) langsung melekat pada karbon cincin benzena. Nitrasi fenol adalah salah
satu reaksi substitusi elektrofilik dimana prinsip reaksinya terjadi reaksi substitusi atom
hidrogen pada benzena dengan gugus nitro. Tujuan praktikum yaitu mahasiswa dapat
mengaplikasikan pengaruh substituen terhadap substitusi elektrofilik pada senyawa aromatik
serta mengimplementasikan teknik dan prinsip dasar KLT. Nilai Rf merupakan jarak noda
yang ditempuh noda sampel / jarak yang ditempuh pelarut. Dalam percobaan dilakukan 2
tahap, yaitu tahap nitrasi fenol dan analisis produk reaksi dengan KLT. Pada percobaan ini
diperoleh hasil berupa dua noda, yaitu noda A dengan nilai Rf 0,0875 dan 0,125; sedangkan
noda B memiliki nilai Rf sebesar 0,1375 dan 0,2. Hasil percobaan tersebut membuktikan
bahwa senyawa tidak murni, dikarenakan diperoleh 2 noda (>1 noda). Literatur menyebutkan
jika hasil KLT memperlihatkan pola noda tunggal, maka senyawa tersebut relatif murni secara
KLT.

Kata kunci : Kromatografi, nitrasi fenol

I. TUJUAN
1.1 Mahasiswa dapat mengaplikasikan pengaruh substituen terhadap substitusi
elektrofilik pada senyawa aromatik.
1.2 Mahasiswa dapat mengimplementasikan teknik dan prinsip dasar KLT.
II. DASAR TEORI
2.1 Kromatografi
Kromatografi merupakan suatu proses dipisahkannya komponen-
komponen di dalam suatu campuran. Prinsip dasarnya didasarkan pada
kesetimbangan konsentrasi komponen-komponen yang dituju, antara 2 fase
yang tidak saling campur. Fase pertama disebut dengan fase diam karena tidak
bergerak di dalam suatu kolom atau diikatkan dalam suatu pendukung,
sedangkan fase yang kedua disebut dengan fase gerak karena fase gerak
didorong melalui fase diam. Fase-fase ini dipilih secara teliti sehingga
komponen-komponen sampel mempunyai kelarutan / afinitas yang berbeda
pada tiap fase.1
Perbedaan migrasi senyawa-senyawa berperan pada pemisahannya.
Prosedur kromatografi menjadi salah satu metode yang penggunaannya paling
luas di antara teknik-teknik analisis instrumental. Semua laboratorium yang
terlibat dalam analisis sediaan farmasetik dapat melakukan kromatografi.
Kromatografi merupakan metode analisis yang sangat andal (powerful) karena
kromatografi dapat memainkan 3 peran sekaligus dalam waktu yang sama,
yakni untuk (1) pemisahan dan dalam banyak kasus untuk pemurnian, (2)
analisis kualitatif (ada atau tidaknya suatu analit dalam sampel), serta (3) untuk
analisis kuantitatif (berapa konsentrasi analit dalam sampel).1

2.2 Kromatografi Lapis Tipis


Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah yang metode kromatografi
paling sederhana yang banyak digunakan. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
suatu metode yang cepat dan mudah untuk mengetahui derajat kemurnian
suatu sampel maupun identifikasi sampel dengan menggunakan standar baku.
Prosedur kerja KLT berupa ditotolkan suatu senyawa pada plat KLT yang
berisi fase diam, dikeringkan, dicelupkan ke dalam eluen di chamber, akan
membentuk spot noda, kemudian dideteksi secara langsung (visual) atau di
bawah sinar ultraviolet (UV) baik dengan atau tanpa penambahan pereaksi
penampak noda yang cocok dan dibandingkan dengan baku standar atau
jumlah puncak pada kromatogram KLT.2,3
Prinsip dari KLT adalah bergeraknya analit melintasi lapisan fase diam
di bawah pengaruh fase gerak melalui fase diam. Semakin polar suatu senyawa
fase gerak, semakin besar partisi ke dalam fase diam gel silika, sehingga
semakin sedikit waktu yang dibutuhkan fase gerak untuk bergerak menyusuri
plat. Lempengan terdiri dari bahan dasar padat, seperti gelas, plastik atau
alumunium yang dilapisi dengan suatu lapisan adsorbent atau biasa disebut
fase diam (stationary phase), yang khusus dipilih untuk memberikan efek pada
pemisahannya. Fase gerak adalah pelarut cair yang cocok atau campuran
pelarut. Kekuatan eluen dapat diartikan sebagai kemampuan suatu pelarut
dalam memindahkan solute (sampel) dari suatu adsorben secara efektif.4

2.3 Fenol
Fenol adalah sekelompok senyawa organik yang gugus hidroksilnya
(-OH) langsung melekat pada karbon cincin benzena. Aktivator kuat dalam
reaksi substitusi aromatik elektrofilik terletak pada gugus -OH -nya karena
ikatan karbon sp lebih kuat dari pada ikatan oleh karbon sp', maka ikatan C-O
dalam fenol tidak mudah diputuskan. Fenol sendiri tahan terhadap oksidasi
karena pembentukan suatu gugus karbonil mengakibatkan dikorbankannya
penstabilan aromatik. Fenol umumnya diberi nama menurut senyawa
induknya.5
Berlawanan dengan alkohol, fenol memiliki sifat lebih asam
dibandingkan alkohol dan air, karena ion fenoksida dimantapkan oleh
resonansi. Muatan negatif pada hidroksida atau alkoksida tetap tinggal pada
atom hidrogen sedangkan pada ion fenoksida muatan ini dapat didelokasikan
pada posisi-posisi orto dan pada pada cincin benzena melalui resonansi.6 Fenol
memiliki sifat yang cenderung asam, artinya dapat melepaskan ion H dari
gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida
C.H.O yang dapat dilarutkan dalam air. Fenol atau asam karbolat atau
benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang memiliki bau khas. Fenol
memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram 100 ml.7

2.4 Reaksi Substitusi Elektrofilik Aromatik


Suatu elektrofilik biasa dilambangkan dengan E+, yang akan bereaksi
dengan cincin aromatik kemudian akan menggantikan satu atom hidrogen.
Benzena merupakan senyawa yang mudah mendapat serangan elektrofil karena
benzena kaya elektron π. Struktur benzena sangat menyerupai alkena yang juga
memiliki elektron π, akan tetapi sebenarnya keduanya berbeda. Perbedaan itu
terletak pada keenam elektron π pada benzena yang terkonjugasi dan
mempunyai jarak lebih dekat dibandingkan alkena. Oleh karena itulah,
benzena lebih stabil dibandingkan alkena. Benzena lebih mudah mengalami
reaksi substitusi dari pada adisi8.

Substitusi elektrofilik terjadi dalam beberapa tahapan9 :


2.4.1 Subtitusi pertama
Pada reaksi substitusi pertama digunakan asam lewis sebagai
katalis, asam lewis bereaksi dengan reagensia (HNO3) untuk
menghasilkan suatu elektrofil, yang merupakan zat pensubstitusi yang
sebenarnya. Elektrofil akan menyerang elektron π benzena sehingga
dihasilkan ion benzoinum (merupakan karbokation). Selanjutnya ion
H+ dibuang untuk menghasilkan produk substitusi. Berikut contoh
mekanisme reaksinya :

Gambar 2.4.1 Mekanisme Reaksi Subtitusi Pertama9

2.4.2 Subtitusi kedua


Gugus hidroksil merupakan gugus yang dapat mengaktivasi inti
benzena dan penunjuk orto para. Contohnya fenol dapat menyebabkan
kereaktifannya menjadi 1000 kali lebih reaktif daripada benzena.
Gugus OH (substituen) yang memiliki elektron bebas cenderung
memberikan elektron yang akan didelokalisasi pada cincin aromatis
menyebabkan kerapatan elektron fenol tinggi sehingga disukai oleh
elektrofil. Gugus OH merupakan pengarah orto para sehingga
dikelompokkan sebagai gugus aktivasi, semua pengarah orto para
kecuali gugus aril dan alkil memiliki elektron bebas pada atomnya,
sedangkan gugus pengarah meta dikelompokkan sebagai gugus
deaktivasi. Contoh NO2,Cl,dll tak satupun pengarah meta memiliki
pasangan elektron bebas pada atom yang terikat pada cincin.

2.4.3 Subtitusi Ketiga


Fenol juga mengalami substitusi ketiga, substitusi ini terjadi
jika sebuah cincin benzena mempunyai dua subtituen ada 3 kaidah
yang dipakai:
a. Jika pengaruh pengaruh kedua gugus saling memperkuat satu
dengan yang lainnya, tidak menjadi masalah.
b. Jika dua gugus bertentangan dalam efek-efek pengarah mereka,
maka activator mempunyai pengaruh lebih dominan
c. Jika dua gugus deaktivasi berada pada cincin, dapat menyukarkan
subtitusi ketiga.

2.5 Reaksi Nitrasi Fenol


Nitrasi fenol adalah salah satu reaksi substitusi elektrofilik dimana
prinsip reaksinya terjadi reaksi substitusi atom hidrogen pada benzena dengan
gugus nitro. Pada fenol mengandung gugus -OH yang menjadi pengarah orto
para. Nitrasi fenol dapat terjadi ketika bereaksi dengan asam pekat panas
menggunakan katalis pekat kemudian dihasilkan o-nitrofenol dan p-nitrofenol.
Sebagai contoh, nitrasi fenol dengan asam nitrat pekat, dihasilkan campuran
yang terdiri dari o-nitrofenol sebagai hasil utama, p-nitrofenol terdiri dari o-
nitrofenol sebagai hasil utama,p-nitrofenol dalam jumlah yang lebih sedikit
dan sedikit 2.4-dinitrofenol setra 2,4,6-trinitrofenol. Campuran hasil nitrasi
yang masih kotor dapat dimasukkan ke dalam kolom yang berisi alumina
(ALO) dan dielusi dengan metilen klorida jika masih kotor. Melalui cara ini,
fraksi-fraksi eluen dapat dikumpulkan, dimana masing-masing fraksi
mengandung satu komponen yang identitasnya ditentukan dengan
kromatografi lapis tipis.8

Gambar 2.5 Reaksi Nitrasi Fenol8

2.6 Nilai Rf
Nilai Rf merupakan jarak noda yang ditempuh noda sampel / jarak
yang ditempuh pelarut.7 Retention / Retardation Factor (Rf) adalah sebuah
nilai atau ukuran yang mana didapat berdasarkan posisi noda setiap zat terlarut
pada plat kromatografi lapis tipis. Nilai Rf didapatkan dengan cara membagi
nilai antara jarak dari awal penotolan suatu senyawa hingga noda senyawa
tersebut berhenti ketika proses eluasi selesai (a) dibagi dengan jarak eluasi (b).8
Untuk senyawa yang tidak berwarna maka diuapkan dengan iod atau dengan
lampu UV agar noda lebih jelas terlihat. Nilai Rf memiliki rentang nilai dari
0.0 hingga 1.0, nilai ini dapat bervariasi karena disebabkan oleh berbagai
faktor, seperti kualitas sorben, kelembaban, ketebalan plat, jarak eluasi, dan
suhu lingkungan.7,8

Gambar 2.6 Cara pengukuran nilai Rf9

2.7 Analisa bahan

2.7.1 Asam nitrat pekat11


Sifat Fisika Sifat Kimia
Bentuk: cair Korosif pada logam
Warna: tidak berwarna Toksisitas akut terutama jika
dihirup
Bau : pedih Korosi kulit
Titik lebur: kira-kira -28 °C Kerusakan mata serius
Titik didih: kira-kira 120 °C @1.013 Reaktifitas: zat pengoksidasi
hPa kuat
Densitas: 1,38 g/cm3 pada 20 °C
pH < 1 pada 20 °C

2.7.2 Kloroform12
Sifat Fisika Sifat Kimia
Titik didih : 61 °C (1013 hPa) Berbahaya jika tertelan.
Densitas : 1.49 g/cm3 (25 °C) Menyebabkan iritasi kulit dan mata
Titih leleh : -64 ° C Toksik jika terhirup.
Tekanan uap : 210 hPa (20 Dapat menyebabkan mengantuk dan
°C) pusing.
Solubilitas : 8.7 g/l Menyebabkan kerusakan pada organ
melalui paparan yang lama atau
berulang jika tertelan.
Bentuk : Cair Diduga karsinogenik, merusak janin.
Warna : Jernih

2.7.3 Na2SO4 anhidrat12,13


Sifat Fisika Sifat Kimia
Bentuk: solid, kristalin Tidak mudah terbakar
Warna: putih Toksisitas terhadap kehidupan
bawah laut
Bau : tidak berbau Beresiko meledak dengan: melebur,
dengan, Aluminium
Massa molekuler : 142.04 g/mol Toksisitas oral akut
Solubility : Soluble in water. LD50 Tikus: > 2.000 mg/kg
Water: 20 g/100ml Pedoman Tes OECD 423 (ECHA)
Tanda-tanda: Kerusakan yang
mungkin : Mual, Muntah
Titik didih: 884°C pH : 5.2 - 9.2 5% solution
Kelarutan dalam : 445,5 g/l pada Stabil pada suhu kamar
20 °C - Pedoman Tes OECD Reaktifitas: zat pengoksidasi kuat
105- larut sepenuhnya
Densitas : 2,70 g/cm3 pada 20 °C Sensitisasi saluran pernafasan atau
pada kulit

2.7.4 Fenol14
Sifat Fisika Sifat Kimia
Keadaan fisik : Padatan, kristalin Toksisitas akut, dengan tanda-
tanda: Iritasi, Edema paru
Warna tidak berwarna sampai Korosi/iritasi kulit kulit - Hasil:
merah jambu muda mengakibatkan luka bakar.
Bau pedih Menyebabkan kerusakan mata
yang serius. Resiko kebutaan.
Titik lebur/titik beku : 38-43°C Diduga menyebabkan kerusakan
genetik.
Titik didih awal/rentang didih Sensitisasi saluran pernafasan
181,8 °C pada 1.013 hPa atau pada kulit
Suhu dapat membakar sendiri : 715 Stabil secara kimiawi di bawah
°C pada 1.013 hPa kondisi ruangan standar (suhu
kamar)
2.7.5 Benzena15
Sifat Fisika Sifat Kimia
Keadaan fisik : Liquid Toksisitas akut
Warna: tidak berwarna Korosi/iritasi kulit kulit - Hasil:
mengakibatkan kulita kasar, pecah-
pecah
Bau pedih Sensitisasi saluran pernafasan atau
pada kulit
Titik lebur/titik beku : > 5.5 °C Diduga menyebabkan kerusakan
genetik.
Titik didih awal/rentang didih > Kerusakan pada organ akibat
80°C paparan lama
Densitas Relatif: 0,874 g/cm3 at Stabil secara kimiawi di bawah
25 °C kondisi ruangan standar (suhu
kamar)
Kelarutan dalam air: ca.1,88 g/l at
23,5 °C - larut

III. METODE

3.1.1 Alat

1. Termometer 6. penangas air


2. Erlenmeyer 50 mL, 100 mL 7. pipet tetes

3. Plat KLT 8. Corong pisah 100 ml

4. Gelas ukur 10 ml 9. Chamber KLT

5. Gelas beker 250 ml 10. Spektrofotometri UV

3.1.2 Skema Alat


3.2 Bahan
1. Asam nitrat pekat
2. Kloroform
3. Na2SO4 anhidrat
4. Fenol
5. Benzena

3.3 Cara Kerja

IV. PERLAKUAN
4.1 Perlakuan (Lampiran)
4.2 Nilai Rf
No Pertanyaan Pengamatan
1 Berapa noda yang tampak setelah Dua noda (A dan B)
diuapi iod?
2 Berapa harga Rf masing-masing? A= 0,0875 dan 0,125; B=0,1375 dan
0,2

Keterangan Jarak spot noda


Noda I II
A 0,7 cm 1 cm
B 1,1 cm 1,6 cm

Perhitungan nilai Rf :
1. Noda A
• 0,7/8 cm = 0,0875
• 1/8 cm = 0,125
2. Noda B
• 1,1/8 cm = 0,1375
• 1,6/8 cm = 0,2

V. PEMBAHASAN
Pada praktikum Kimia Organik berjudul Analisa Produk Nitrasi Phenol
Dengan KLT telah dilaksanakan pada Selasa, 21 Maret 2023 pukul 13.00 - 17.00 WIB
di Gedung H. Praktikum ini bertujuan setelah melakukan percobaan ini diharapkan
mahasiswa dapat mengaplikasikan pengaruh substituen terhadap substitusi elektrofilik
pada senyawa aromatik dan diharapkan dapat mengimplementasikan teknik serta
prinsip dasar KLT. Peralatan yang dibutuhkan yaitu termometer, erlenmeyer 50 mL,
100 mL, plat KLT, gelas ukur 10 ml, gelas beker 250 ml penangas air pipet tetes
corong pisah 100 ml, chamber, spektrofotometri UV, dan plat KLT. Bahan yang
diperlukan yaitu asam nitrat pekat, kloroform, Na2SO4 anhidrat, fenol, dan benzena.
Langkah kerja praktikum ini dilakukan dengan 2 tahap yaitu tahap nitrasi fenol
dan tahap analisa produk menggunakan KLT. Untuk tahap nitrasi fenol dimulai
dengan diukur 7 ml air menggunakan gelas ukur. Kemudian diambil 3 ml asam nitrat
pekat secara hati-hati dan cepat di dalam ruangan asam, karena uap pekat berbahaya
yang dihasilkan asam nitrat pekat dapat dihisap oleh lemari asam sehingga bahaya dari
menghirup uap tersebut dapat diminimalisir. Dalam suatu laboratorium sering
melakukan pengujian dengan bahan yang tergolong berbahaya yang tak jarang
menghasilkan uap atau gas berbahaya yang mengganggu kesehatan, sehingga
keberadaan lemari asam yang dapat menghisapnya sangat diperlukan.16 Setelah kedua
bahan diambil, dituangkan 7 ml air terlebih dahulu ke dalam gelar beker.
Berikutnya, ditambahkan 3 ml asam nitrat pekat ke dalam 7 ml air tersebut
dengan perlahan. Penuangan ini dilakukan secara perlahan karena sifat eksotermik dari
kedua reaksi yang jika dilakukan secara cepat dapat terjadi peningkatan suhu secara
mendadak yang bisa saja berisiko memecahkan peralatan atau muncul uap mendidih.
Urutan penuangan juga perlu diperhatikan karena jika menuangkan terbalik, yaitu air
ke dalam asam, akan membuat air mendidih karena asam bereaksi keras dengan air.
Sebab massa  jenis  air  lebih  rendah  dibandingkan asam nitrat dan air cenderung
mengapung di atasnya, akibatnya jika air ditambahkan ke dalam asam nitrat pekat, air
akan dapat mendidih dan bereaksi keras dengan air. 18
Kemudian didinginkan suhu campuran sampai 50C selama 1-2 menit
menggunakan hotplate. Tujuan penurunan suhu dilakukan pada langkah ini adalah
menjaga tingkat keasaman dalam larutan dan menjaga agar asam sulfat tetap hanya
bertindak sebagai katalis. Diturunkannya suhu dalam proses nitrasi fenol bertujuan
menjaga keasaman tetap optimal.11 Ditimbang 3 gram fenol menggunakan cawan
arloji dengan hati-hati, dikarenakan sifatnya yang dapat menyebabkan luka bakar,
korosif, dan mudah meleleh. Fenol merupakan zat yang mudah meleleh dan terlarut
sempurna dalam air, dengan sifat kimia fenol bersifat korosi/iritasi kulit kulit dengan
hasil: mengakibatkan luka bakar.14
Dimasukkan 3 gram fenol ke dalam erlenmeyer 50 ml dilanjutkan dengan
dimasukkan campuran sebelumnya secara perlahan, karena reaksi keduanya berupa
eksotermik yang dapat menyebabkan peningkatan suhu. Fenol memiliki sifat
cenderung asam, artinya dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksinya yang
selanjutkan akan menghasilkan CO2 yang menjadikannya dapat larut dalam air dan
bersifat eksotermik.20 Campuran dalam erlenmeyer kemudian diaduk dengan batang
pengaduk sambil dipertahankan suhunya pada 20-250C selama 15 menit pertama dan
dinaikkan suhunya konstan pada 30-35oC selama 15 menit kedua. Suhu di dalam
erlenmeyer dijaga pada suhu uangan yaitu berkisar 20-250C, hal ini agar fenol larut
sempurna dalam larutan A. Fenol merupakan suatu senyawa kimia yang memiliki sifat
kimia salah satunya stabil secara kimiawi di bawah kondisi ruangan standar (suhu
kamar).14
Setelah ditambahkan fenol, terjadi perubahan warna dari bening menjadi
coklat. Literatur menyatakan penambahan fenol mengubah warna larutan dari bening
menjadi coklat gelap.28 Setelah itu, suhu dinaikkan hingga 30-350C, hal ini bertujuan
untuk mempercepat reaksi dan diamkan 15 menit agar reaksi berlangsung sempurna.
Pemanasan bertujuan untuk mempercepat reaksi dimana molekul-molekul dalam suatu
larutan akan bergerak semakin cepat.21
Selanjutnya, ditambahkan air es yang betujuan untuk menurunkan suhu dalam
larutan dan menghentikan reaksi. Ketika suhu dalam larutan menurun, kecepatan
gerak molekul-molekul di dalamnya akan ikut menurun sehingga pada suatu titik,
reaksi berhenti.20 Berikutnya, dilakukan ekstraksi sebanyak dua kali dengan kloroform
35 ml pada masing-masing tahap ekstraksi di corong pisah. Dilakukannya ekstraksi 2
kali dikarenakan hasil yang diperoleh (ekstrak) lebih banyak, dibandingkan hanya
diekstrak 1 kali dengan pelarut banyak. Dalam ekstraksi, pelarut yang lebih banyak
dapat menghasilkan rendemen yang lebih rendah, dikarenakan lebih banyak terserap
oleh pelarut sebelum sampai ke matriks bahan.22 Hal ini dikarenakan ekstraksi dua kali
dan penambahan kloroform pada ekstraksi kedua meningkatkan koefisien distribusi.
Menurut literatur, penambahan kloroform untuk memisahkan senyawa dalam ekstrak
dapat meningkatkan koefisien distribusi.29
Penggunaan corong pisah bertujuan untuk memisahkan 2 jenis larutan yang
tidak bercampur. Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen
kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu kedua fase
yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan
sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan komponen kimia akan terpisah ke
dalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap.23 Tujuan penambahan kloroform saat ekstraksi adalah
memisahkan larutan nitrofenol dengan air. Dalam ekstraksi akan terbentuk 2 lapisan
berbeda warna, yang berwarna coklat berada di atas sedangkan lapisan coklat
kehitaman berada di bawah. Hal ini terjadi karena perbedaan massa jenis antara kedua
senyawa.25 Pada lapisan bawah adalah kloroform dan fenol, dikarenakan bobot
jenisnya lebih berat daripada roduk hasil ekstraksi yang diambil adalah lapisan bawah
karena lapisan bawah mengandung fenol yang terlarut dalam kloroform dan akan
dianalisis hasil dari nitrasi fenol. Menurut literatur, berat jenis klorofom yang
mengandung fenol lebih besar dari berat jenis air dan asam nitra, sehingga zat yang
diambil adalah zat yang berada pada lapisan bawah.
Dalam nitrasi fenol, kloroform akan berperan sebagai pemisah larutan
nitrofenol dengan air, zat pengotor hingga terbentuk lapisan endapan.25 Setelah itu,
diuapkan pelarut di atas waterbath guna memperoleh nitrasi fenol yang pekat. Hasil
nitrasi fenol dapat diperoleh dengan menguapkan hasil ekstrak sampai kadar tertentu.7
Tahap kedua, tahap analisa produk menggunakan KLT diawali dengan
dijenuhkan eluen terlebih dahulu supaya mencegah penguapan udara dari dalam
chamber. Apabila chamber tidak jenuh, pelarut naik ke atas plat KLT, dan dari
permukaan plat pelarut akan menguap untuk menjenuhkan udara dalam chamber.3
Semakin tinggi plat, akan semakin banyak terjadi penguapan.3 Hal ini akan
mengakibatkan keganjilan hasil kromatogram yang diperoleh, hasilnya spot yang
dihasilkan akan memiliki jarak tempuh tidak sama, spot yang terletak dipinggit plat
akan memiliki jarak tempuh paling panjang.3
Kemudian, ditotolkan produk nitrasi ke lempeng KLT tipis silika gel dengan
tepat, tidak terlalu tebal supaya tidak overlap / saling menumpuk. Jika kita menaruh
sampel terlalu banyak dalam suatu spot, maka akan terjadi overload (luber) dan batas
antar komponen akan saling tumpang tindih (overlap) dengan hasil yang terpisahkan
dari spot dan akan saling terkontaminasi dengan komponen lainnya.3 Setelah itu,
dielusi campuran dengan eluen benzena pada chamber di dalam lemari asam.
Pergerakan spot dimulai dengan campuran senyawa yang awalnya dibuatkan spot
sebagai titik awal, dengan bantuan fase bergerak spot mengalami pemisahan dan
masing-masing komponen bergerak sendiri-sendiri.3
Terakhir, hasil jarak spot noda yang diperoleh dibandingkan dengan nilai baku
standar Rf dan diidentifikasi. Hal ini dilakukan dengan tujuan mengecek kemurnian
dari suatu senyawa. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah yang metode
kromatografi paling sederhana yang banyak digunakan. Kromatografi Lapis Tipis
(KLT) suatu metode yang cepat dan mudah untuk mengetahui derajat kemurnian suatu
sampel maupun identifikasi sampel dengan menggunakan standar baku.2 Dari
identifikasi ini diperoleh bahwa terdapat 2 noda yang biasa disebut duplo. Senyawa
pada noda A merupakan 2,4-dinitrophenol (nilai Rf 0,125) dan 2,4,6-trinitrophenol
(nilai Rf 0,0875), sedangkan pada noda B hanya terdapat senyawa 2,4-dinitrophenol
dilihat dari nilai Rf 0,1375 dan 0,2.
Perbedaan nilai Rf yang pada senyawa campuran produk yang didapatkan
disebabkan karena tingkat kejenuhan chamber berbeda. Apabila nlai Rf hendak
direpro, maka harus dapat menjamin kejenuhan atmosfir di dalam tank dengan
memperhatikan uap pelarut.² Dengan demikian, perbedaan nilai Rf ini dapat diatasi
dengan memastikan kejenuhan dari chamber. Ataupun dapat meminimalisasi dengan
menggunakan tank berlapis, dimana bagian dalamnya hanya terdiri dari ½ mm gap
udara, untuk memfasilitasi kecepatan penjenuhan dengan uap.²
Selain itu, kualitas dan kuantitas fase gerak juga berpengaruh. Kemurnian
pelarut merupakan salah satu hal yang sangat terkait dengan kemampuan
kromatogram (misalnya nilai Rf) untuk dapat direproduksi kembali.² Dalam kuantitas
fase gerak terdapat pelarut tunggal dan campuran, terutama pelarut campuran perlu
dipastikan kestabilannya dan harus segera dipakai supaya ketika ada bagian yang
menguap tidak terlalu mempengaruhi hasil. Ketika banyak komponen pelarut yang
menguap akan mempengaruhi komposisi pelarut untuk fase gerak, sehingga
menyebabkan bervariasinya nilai Rf yang diperoleh, apabila suatu campuran pelarut
(fase gerak) digunakan pada hari berikutnya.²
Kemudian, nilai Rf dipengaruhi oleh keaktifan atau kapasitas adsorben.
Keaktifan atau kapasitas adsorben tergantung kepada jumlah air dalam lapisan
adsorben. Keaktifan silika gel tergantung pada gugus silano (SiOH) akan
menyebabkan kehilangan gugus ini, dan gugus ini dikonversi menjadi gugus siloksan
(Si-O-Si), sehingga resultan nilai Rf akan sangat berbeda.2,3 Diperlukan pemanasan
plat untuk mengaktifkannya, tetapi jika tidak dapat menghandlenya dalam keadaan
panas, sedangkan perlu membuat spot sampel di atasnya, maka plat harus didinginkan
dan diekspos ke udara yang dapat menyebabkan deaktivasi dan mempengaruhi nilai
Rf.²
Nilai Rf yang diperoleh pada praktikum ini kurang baik karena 3 dari 4 jarak
spot noda, nilai Rf bernilai di bawah 0,2. Nilai Rf telah memenuhi ketentuan nilai Rf
yang baik yaitu antara 0,2-0,8.²⁶ Dikarenakan hasil nilai Rf terlalu rendah, maka perlu
diganti ke fase gerak yang lebih polar/lebih besar kekuatannya. Jika nilai Rf terlalu
rendah, maka ambil fase gerak yang memiliki nilai kekuatan kepolaran lebih tinggi.²
Penggunaan eluen Benzena yang bersifat non polar akan memberi dampak
pada praktikum ini dikarenakan memakai senyawa yang berikatan dengan Nitro yang
bersifat polar. Analit yang bersifat polar akan memiliki afinitas tinggi terhadap pelarut
polar dan afinitasnya rendah terhadap pelarut non polar, begitu sebaliknya.² Dengan
demikian dalam praktikum senyawa yang memiliki nilai Rf paling kecil merupakan
senyawa paling polar, karena paling banyak berikatan dengan Nitro.
Sedangkan pada praktikum ini terdapat beberapa kemungkinan senyawa yang
dihasilkan, yaitu o-nitrophenol, p-nitrophenol, 2,4-dinitrophenol, dan 2,4,6-
trinitrophenol. Setiap senyawa memiliki nilai Rf sendiri yang sesuai baku standar
murni. Dikarenakan Nitro bersifat polar, maka dapat disimpulkan bahwa 2,4,6-
trinitrophenol merupakan senyawa paling polar, dikarenakan berikatan dengan 3 Nitro
yang adalah gugus penarik. Adanya subtituen NO2 yang merupakan gugus penarik
elektron akan mendispersikan(memancarkan) muatan negative, sehingga
menyebabkan cincin lebih stabil sehingga kekuatan asamnya juga meningkat.2
KLT diaplikasikan dalam menguji kemurnian suatu senyawa hasil sintesis
dapat dilakukan dengan membandingkan dengan pembanding murni baku standar.
Harga-harga Rf untuk senyawa-senyawa yang murni dapat dibandingkan dengan
harga-harga standar.²⁷ Selain itu, suatu zat dikatakan murni secara KLT jika
didapatkan noda tunggal setelah dieluen pada minimal 3 fase gerak yang berbeda.
Namun, pada pengujian ini diperoleh data bahwa senyawa tidak murni, dikarenakan
diperoleh 2 noda (>1 noda). Jika hasil KLT memperlihatkan pola noda tunggal, maka
senyawa tersebut relatif murni secara KLT.²⁸

VI.KESIMPULAN
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah yang metode kromatografi paling
sederhana yang banyak digunakan. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) suatu metode yang
cepat dan mudah untuk mengetahui derajat kemurnian suatu sampel maupun identifikasi
sampel dengan menggunakan standar baku. Prinsip dari KLT adalah bergeraknya analit
melintasi lapisan fase diam di bawah pengaruh fase gerak melalui fase diam. Semakin
polar suatu senyawa fase gerak, semakin besar partisi ke dalam fase diam gel silika,
sehingga semakin sedikit waktu yang dibutuhkan fase gerak untuk bergerak menyusuri
plat. Substituen pada substitusi elektrofilik juga berpengaruh yaitu dengan berbeda
posisinya akan membuat nilai Rf berbeda sehingga tingkat kepolaranmu berbeda. Pada
umunya gugus yang dapat menyumbangkan elektron untuk beresonansi dan menambah
kestabilan resonansi akan mengarahkan elektrofil masuk pada posisi orto dan para.
DAFTAR PUSTAKA

1. Rohman A. Analisis Farmasi dengan Kromatografi Cair. Yogyakarta: Gadjah Mada


Press; 2020.
2. Handayani, S., et al. Kromatografi Lapis Tipis untuk Penentuan Kadar Hesperidin
dalam Kulit Buah Jeruk. [Internet]. 2005. [cited 2023 March 20]. Available from:
Jurnal Penelitian Saintek, 10 (1): 37 – 52.
3. Wulandari, Lstyo. Kromatografi Lapis Tipis. Jember: PT Taman Kampus Presindo;
2011.
4. Rosamah E. Kromatografi Lapis Tipis. Malang: Maulawarman University Press;
2019.
5. Schmidt, Lanny D. The Engineering of Chemical Reaction. Oxford University Press
Inc., New York; 1998.
6. Achmadi, Suminar. Kimia Organik dan Hayati. Bandung: ITB; 1992.
7. Wage JR. LG. Organic Chemistry Third Edition. Prentice-hall Inc., New Jersey; 1995.
8. Sanusi I & Marham S. Teknik Laboratorium Kimia Organik. Jakarta : Graha Ilmu;
2013.
9. Srivastava, M. High-Performance Thin-Layer Chromatography (HPTLC).
Heidelberg: Springer; 2011.
10. Prabawati dan Wijayanto. Penerapan Green Chemistry dalam Praktikum Kimia
Organik (Reaksi Nitrasi pada Benzena). [Internet]. 2015. [cited 2023 March 13].
Integrated Laboratory, 3(2): 1-8.
11. MSDS. [Internet]. 2006. Rev. 2023. [Cited 2023 March 21]. Diambil dari
https://www.merckmilipore.com/ID/id/product/msds/MDA_CHEM-100630
12. MSDS. [Internet]. 2006. Rev. 2023. [Cited 2023 March 21]. Diambil dari
https://www.merckmilipore.com/ID/id/product/msds/MDA_CHEM-107024
13. MSDS. [Internet]. 2019. [Cited 2023 March 21]. Diambil dari
https://www.smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_SODIUM_SULPHATE_ANHYDROU
S(INDO).pdf
14. MSDS. [Internet]. 2006. Rev. 2023. [Cited 2023 March 21]. Diambil dari
https://www.merckmilipore.com/ID/id/product/msds/MDA_CHEM-100201
15. MSDS. [Internet]. 2021. [Cited 2023 March 21]. Diambil dari
https://www.smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_BENZENE.pdf
16. Robert B. Fume Hood Air Flow Control System. Wilmington : Hannover Center.
1995.
17. Mohrle R. Effervescent in Pharamecestical Dosage From Table Marcel Dekker Inc.
New York; 1989.
18. Girolami GS, Rauchfuss TB, & Angelici RJ. Synthesis and technique in inorganic
chemistry: a laboratory manual. USA : University Science Books; 1999.
19. Bose K, Subhendu N, Maghar S, Sheetal R, Jeffrey S, Uri P, et al. Microwave
Promoted Rapid Nitration of Phenolic Compounds With Calcium Nitrate. USA :
Tetrahedron Letters Elsivier; 2006.
20. Wage JR. Organic Chemistry Third Edition. New Jersey : Prentice-hall Inc; 1995.
21. Mulyono. Kamus Kimia. Jakarta : PT Bumi Aksara; 2005.
22. Chang CR, Yusoff G, Ngoh, and Kung FW. Microwave-Assisted Extractions Of
Active Ingredients From Plants. [Internet]. 2011. [cited 2023 March 28]. Journal of
Chromatography A, 1218 : 6213– 6225.
23. Sudjadi. Metode Pemisahan. Yogyakarta: UGM Press; 1988. .
24. Rudi L. Penuntun Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Kendari: Universitas Haluoleo;
2010.
25. Rohman A. Kromatografi untuk Analisis Obat. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2009.
26. Amaliah N, Salempa P, dan Muharram. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Metabolit
Sekunder Fraksi Metanol Batang Belajang Susu (Scindapsus pictus Hassk.). [Internet].
2020. [Cited 2023 March 28]. Jurnal Chemica, 21(1): 78 – 85.
27. Sastrohamidjojo H. Kromatografi. Penerbit Liberty : Yogyakarta; 1985.
28. Nurjanah. Senyawa Bioaktif Rumput Laut dan Ampas Teh Sebagai Antibakteri Dalam
Formula Masker Wajah. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, 2018. 21(2):
304-316. 
29. Koirewoa, Yohanes, Fatimawali, dan Wiyono, Weny. Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid Dalam Daun Beluntas (Pluchea indica L.). Pharmacon. 2012. 1(1): 47 – 52.
30.
31.
32.

LAMPIRAN (DOKUMENTASI)

Gambar. 1 Campuran Asam Gambar. 2 Hasil spot noda Gambar 3. Hasil spot noda
Nitrat pekat dan air pada plat KLT dilihat di bawah sinar UV no 254
didinginkan sampai 50C (Dok. Pribadi, 2023) (Dok. Pribadi, 2023)
(Dok. Pribadi, 2023)
Gambar 4. Hasil spot noda
dilihat di bawah sinar UV
No 366 (Dok. Pribadi, 2023)

LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 28 Maret 2023


Mengetahui
Asisten Praktikum, Praktikkan,

Shilvia Anggun Tiara Kaldella Damara Tamisha Zarika


22010320130026 22010322130024

Anda mungkin juga menyukai