Disusun oleh:
Nama : Fadia Bayu Putri
NIM : 19630046
Kelas :B
Kelompok : 5A
Nama Asisten : Lutfiyatul Hasanah
Nama Dosen Pengampu : Tri Kustono Adi, M.Sc
Putri, F. B. 2022. Sintesis dan Karakterisasi Senyawa Basa Schiff dari Vanilin
dan Anilin Menggunakan Metode Sonikasi dalam Air. Laporan Praktikum.
Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang. Asisten: Lutfiyatul Hasanah. Dosen Pengampu: Tri Kusno
Adi, M.Sc
Pada tahun 1864, ahli kimia dari Jerman bernama Hugo Schiff
mengembangkan golongan baru senyawa organic. Golongan senyawa ini adalah
imina atau sering disebut sebagai basa Schiff. Basa Schiff merupakan produk
kondensasi dari amina primer dengan senyawa karbonil. Senyawa ini memiliki
karakteristik struktur dengan adanya ikatan C=N. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui hasil rendemen dan karakterisasi pada sintesis senyawa basa
Schiff dari vanillin dan anilina menggunakan metode sonikasi dengan waktu 7
menit.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode sonikasi. Basa
Schiff disintesis menggunakan metode sonikasi selama 7 menit. Produk hasil
sintesis dikarakterisasi warna, bentuk, titik leleh, kelarutan, dan identifikasi
menggunakan spektrofotometer FTIR, GC-MS, dan H-NMR.
Hasil penelitian dari sintesis basa Schiff menghasilkan produk Senyawa
hasil sintesis berupa padatan berwarna putih kekuningan, sedikit larut dalam air,
dan memiliki titik lebur 160 oC. Hasil sintesis basa Schiff didapatkan rendemen
sebesar 107,7%. Senyawa ini memiliki ikatan imina (-C=N) yang terbaca pada
bilangan gelombang 1585 cm-1. Karakterisasi dengan KG-SM menunjukan puncak
pada waktu retensi 24,033 menit dengan nilai m/z 226 yang sesuai dengan berat
molekul senyawa basa Schiff 2-metoksi-4- ((fenilamino)metil)fenol.
ii
ABSTRACT
In 1864, the German chemist Hugo Schiff developed a new class of organic
compounds. This group of compounds are imines or often referred to as Schiff
bases. Schiff bases are condensation products of primary amines with carbonyl
compounds. This compound has a characteristic structure in the presence of C=N
bonds. The purpose of this study was to determine the yield and characterization of
the synthesis of Schiff base compounds from vanillin and aniline using the
sonication method with a time of 7 minutes.
The method used in this study is the sonication method. Schiff base was
synthesized using sonication method for 7 minutes. The synthesized products were
characterized by color, shape, melting point, solubility, and identification using
FTIR, GC-MS, and H-NMR spectrophotometers.
The results of the research from the Schiff base synthesis resulted in the
product of the compound being synthesized in the form of a yellowish white solid,
slightly soluble in water, and having a melting point of 160 oC. Schiff base
synthesis results obtained yield of 107.7%. This compound has an imine bond (-
C=N) which is read at a wave number of 1585 cm-1 . Characterization by GC-SM
showed a peak at retention time of 24.033 minutes with an m/z value of 226 which
corresponded to the molecular weight of the Schiff base compound 2-methoxy-4-
((phenylamino)methyl)phenol.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Untuk mengetahui hasil rendemen pada sintesis senyawa basa Schiff dari
vanillin dan anilina menggunakan sonikasi dengan waktu 14 menit.
2. Untuk mengetahui hasil uji titik leleh dan uji sifat kimia produk senyawa basa
Schiff dari vanillin dan anilina menggunakan metode sonikasi dengan waktu 14
menit.
3. Untuk mengetahui hasil karakterisasi produk senyawa basa Schiff dari vanillin
dan anilina menggunakna metode sonikasi dalam waktu 14 menit.
3
1.5 Manfaat
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan wawasan ilmu mengenai
senyawa imina atau basa Schiff dari vanillin dan anilin menggunakan metode
sonikasi dan memberikan informasi mengenai karakteristik senyawa basa Schiff
hasil sintesis melalui spektrofotometer FTIR, GC-MS, dan H-NMR.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Vanilin
Vanilin merupakan komponen utama senyawa aromatis volatile yang
terdapat dalam polong buah vanilla (Baskara, 2010). Kandungan senyawa vanillin
sekitar 1,5-3 gram/100gram buah vanilla (Handayani, 2011). Menurut O’Neil
(2013), vanillin memiliki sifat fisik berupa padatan berbentuk kristal bubuk,
berwarna putih, bersifat non higroskopis dengan berat molekul sebesar 152,14
gr/mol. Titik didihnya sebesar 285 oC dan titik leleh sebesar 81-83 oC. Senyawa
vanillin memiliki kelarutan di dalam air sebesar 10 g/L dalam suhu ruang. SElain
itu, senyawa ini sangat larut dalam kloroform, eter, dan air panas. Densitas dari
vanillin adalah 1,056 gr/cm3 dan bentuk larutan memiliki pH asam.
Nama IUPAC (the International Union of Pure and Applied Chemistry) dari
vanillin adalah 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida. SEnyawa ini memiliki rumus
molekul C8H8O3 dengan gugus fungsi metoksi (-OCH3) pada posisi orto dan
gugus aldehida (-COH) pada posisi para (Azizah, 2015). Adapun struktur dari
vanillin terdapat dalam gambar berikut.
4
5
2.2 Anilina
Anilina merupakan senyawa aromatic yang memiliki rumus kimia
C6H5NH2. Sifat fisik dari anilina antara lain adalah berwujud cair, berwarna coklat
bening, berat molekul 93,128 g/mol, temperature kritis 699 K, titik lebur 267,13 K,
titik didih 457,6 K, dan memiliki massa jenis 1,024 g/cm3 (Setiawan,2011).
Adapun sifat kimia anilin adalah larut pada pelarut organic dengan baik,
larut pada air pada 25 ◦C. anilin merupakan basa lemah (Kb = 3,8 x 10-10).
Halogenasi senyawa anilin dengan brom dalam larutan sangat encer akan
menghasilkan endapan 2,4,6 tribromanilin, sedangkan halogenasi dengan klorin
akan menghasilkan trikloroanilin.(Setiawan,2011). Reaksi adisi-eliminasi senyawa
anilina dengan senyawa karbonil (aldehida dan keton ) akan menghasilkan senyawa
imina (Hanapi,2016).
6
3.2 Alat
Alat-alat yang diperlukan pada penelitian ini, diantaranya adalah
seperangkat alat refluks, seperangkat alat gelas, rak tabung reaksi, bola hisap,
mortar dan alu, neraca analitik, cawan porselen, botol semprot, termometer, Melting
Point Apparatus (MPA), oven, pipa kapiler, seperangkat alat sonikator probe,
spektrofotometer FTIR VARIAN tipe FT 1000, mortar agate, desikator, dan
seperangkat instrument KG-SM VARIAN CP-1000 saturn 2200.
3.3 Bahan
Bahan-bahan yang dibutuhkan pada penelitian ini, diantaranya adalah o-
vanilin, anilina, kloroform, akuades, dan NaOH 2M.
9
10
12
13
Gambar 4.3 menunjukkan hasil uji kelarutan dari produk sintesis basa Schiff
yang mana produk sintesis tidak larut dalam aquades tetapi larut pada NaOH.
Produk sintesis dikatakan tidak larut dalam air karena tidak terdapat perubahan
warna pada larutan sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa produk sintesis tidak
larut di dalam air. Sedangkan pada NaOH dapat dilihat bahwa produk sintesis larut
sempurna dengan terbentuknya larutan yang berwarna kuning bening. Produk
sintesis bereaksi terlebih dahulu dengan NaOH lalu membentuk garam natrium
fenolat yang menyebaban perubahan warna pada larutan menjadi kuning. Hal
tersebut membuktikan bahwa dalam produk sintesis terdapat gugus fenolat yang
diduga merupakan gugs senyawa target yaitu 2-metoksi-6-((fenilimino)metil)fenol.
Gambar 4.3 Hasil uji kelarutan produk sintesis dalam aquades dan NaOH
15
250
200
150
100
50
14.873 min
10 20 30 40
minutes
Seg 2, Analysis, Time: 3.20-50.00, EI-Auto-Full, 33-250 m/z
Spektra massa puncak 1 mempunyai ion molekuler dengan m/z 151 dengan
puncak dasar pada m/z 150,9 dengan kelimpahan 100%. Ion molekuler (M+)
senyawa tersebut sesuai dengan berat molekul vanilin. Vanilin terkandung dalam
senyawa produk sintesis dengan jumlah kecil, yaitu 1,08%. Keberadaan vanilin
dalam senyawa produk diduga merupakan sisa reaksi dengan anilina. Selanjutnya
hasil analisis spektra massa pada puncak 2 ditunjukkan pada gambar 4.9.
Pada massa puncak 2 memiliki ion molecular dengan m/z 226. Ion
molecular tersebut telah sesuai dengan berat molekul dari senyawa basa Schiff 2-
metoksi-6-((fenilimino)metil)fenol yaitu 227 f/mol (al-Hakimi, 2017). Waktu
retensi puncak 2 adalah 24,033 menit yang mengindikasikan bahwa senyawa
tersebut memiliki titik didih lebih tinggi dari vanillin.
Berdasarkan Gambar 4.10, dapat diketahui bahwa produk basa Schiff yang
diukur pada 500 MHz dengan pelarut berupa CDCl3 memperoleh total 11 puncak
yang ditunjukkan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil H-NMR produk sintesis basa Schiff
No Interferensi Pergeseran kimia (ppm) Integrasi Splitting
1 C-H3 3, 83 3H singlet
2 C-H 6, 88 1H douplet
3 C-H 7, 07 1H douplet
4 C-H 7, 34 1H douplet
5 C-H 7, 37 1H douplet
6 C-H 7, 47 2H douplet
7 C-H 7,47 2H douplet
8 CH=N 8,63 1H singlet
9 O-H 9,55 1H singlet
Keterangan:
19
5.1 Kesimpulan
1. Dari percobaan yang telah dilakukan pada judul sintesis senyawa basa
Schiif diperoleh produk berupa 2-metoksi-6-((fenilimino)metil)fenol
dengan persentase rendemen sebesar 107,96%.
2. Sintesis senyawa basa Schiff 2-metoksi-6-
((fenilimino)metil)fenolmenghasilkan produk dengan ciri-ciri fisik berupa
padatan putih kekuningan dan tidak larut pada air tetapi larut dalam NaOH.
Sedangkan pada reaktan yritu vanillin memiliki sifat fisik berupa padatan
putih dan pada anilina berupa cairan berwarna coklat bening, Pengujian titik
leleh produk sintesis menghasilkan titik leleh produk sebesar 160 °C.
3. Karakterisasi senyawa hasil sintesis dengan spektrofotometer FTIR
mengahsilkan gugus khas imina (C=N) pada bilangan gelombang 1585 cm-
1
. Karakterisasi menggunakan KG-SM mengahsilkan dua puncak senyawa
yaitu vanillin dengan retensi 14,873 menit dan kelimpahan 1,08% lalu
puncak kedua dengan retensi 24,033 menit dengan kelimpahan 98,92%.
Spektra massa puncak kedua mempunyai ion molecular dengan nilai m/z
226 yang sesuai dengan berat molekul senyawa basa Schiff 2-metoksi-6-
((fenilimino)metil)fenol. Untuk karakterisasi H-NMR diperoleh 9 puncak
pada produk sintesis dengan puncak tertinggi ada pada pada nilai pergeseran
kimia sebesar 3,83 ppm.
5.2 Saran
Penyimpanan senyawa basa Schiff dalam desikator membutuhkan waktu
sedikit lebih lama dan penimbangan perlu dilakukan dengan hati-hati supaya
mendapatkan nilai %rendemen yang baik dan lebih akurat.
20
21
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah, R. 2017. Sintesis Senyawa Basa Schiff Dari Vanilin Dan P-Anisidin
Menggunakan Metode Penggerusan. Skripsi. Jurusan Kimia, Fakultas Sains
Dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik IbrahimMalang.
Al-Hakimi, N. S. 2016. Sintesis Senyawa Imina Dari Vanilin Dan Anilina Dengan
Variasi Jumlah Katalis Air Jeruk Nipis. Skripsi. Jurusan Kimia Fakultas
Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang
Ali Mm., Jesmin M., Azad Mak., Islam Mk., Dan Zahan R. 2012. Anti-
Inflammatory And Analgesic Activity Of Acetophenone And
Benzophenone Semicarbazones. Asian Pacific Journal Of
TropicalBiomedicine S2,S1036-S1039.
Anand, P., Patil, V. M., Sharma1, V. K., Khosa1, R. L., Dan Masand N. 2012. Schiff
Bases: A Review On Biological Insights. International Journal Of Drug
Design And Discovery, 3(3): 851-868
Budavari, S., 2001. The Merk Index An Excyclopedia Of Chemical, Drug, And
Biologicals. 13th Ed., New Jersey : Merck &Co, Inc., P. 93, 94, 190, 191,
1082, 1359
22
Fessenden, R. J., Dan Fessenden, J. S. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2.
Diterjemahkan Oleh Pudjaatmaka, A.H. Jakarta: Erlangga.
Ulfatul, Dkk. 2017. Synthesis Of Schiff Base Compound From Vanillin And
P Toluidine By Solvent Freemechanochemical Method. Proceeding Of
International Conference On Green Technology. Vol.8, No.1.
Himaja, M., Poppy, D. Dan Asif, K. 2011. Green Technique Solvent Free Synthesis
And It’s Advantages. Review. Ijrap, 2(4): 1079-1086.
Ibrahim, K.J. Hamad Dan S.H. Al-Joroshi. 2006. Synthesis And Characterization
Of Some Schiff Bases. Asian Journal Of Chemistry, 2006, 18(3): 2404-
2406.
Khasanudin, Arif. 2018. Sintesis Basa Schiff Dari Vanilin Dan P-Anisidin Dengan
Variasi Jumlah Katalis Asam Dari Jus Jeruk Nipis. Skripsi. Uin Maulana
Malik Ibrahim Malang
Kumar, K.G., Dan Jhon, K.S. 2006. Complexation And Ion Removal Studies Of A
Polystyrene Anchored Schiff Base. Reactive And Functional Polymers, 66:
1427-1433.
23
Kumar, R., Sharma, P.K., Dan Mishra, P. S. 2012. A Review On The Vanillin
Derivatives Showing Various Biological Activities. International Journal Of
Pharmtech Research, 4(1): 266 - 279.
Maila, W. 2016. Sintesis Senyawa Basa Schiff Dari Vanilin Dan P-Toluidin
Menggunakan Katalis Asam Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia S.). Skripsi.
Jurusan Kimia Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang.
Ma'rufah, Laylatul. 2020. Sintesis Senyawa Basa Schiff Dari Vanilin Dan P-
Aminoasetofenon Dengan Menggunakan Katalis Asam Alami Jus Jeruk
Nipis Serta Pemanfaatannya Sebagai Inhibitor Korosi. Skripsi. Malang:
Fakultas Sains Dan Teknologi Uin Maulana Malik Ibrahim Malang.
Patil, S., Jadhav, S. D., Dan Shinde, S. K. 2012. Ces As An Efficient Natural Acid
Catalyst For Synthesis Of Schiff Bases Under Solvent-Free Condition: An
Innovative Green Approach. Organic Chemistry International, 1-5
Popat, Vivet And Padhiyar, Nitin. 2013. Kinetic Study Of Bechamp Process For P-
Nitrotoluene Reduction To P-Toluidine. International Journal Of Chemical
Engineering And Applications, Vol. 4, No. 6, December 2013
Rao, V. K., Reddy, S. S., Krishna, B. S., Naidu, K. R. M., Raju, C. N., Dan Ghosh,
S. K. 2010. Synthesis Of Schiff’s Base In Aqueous Medium: A Green
Altrenative Approach With Effective Mass Yield And High Reaction Rates.
Green Chemistry Letters And Reviews, 3(3): 217-223.
Sam, N., Affan, M. A., Salam, M. A., Ahmad, F. B. Dan Asaruddin, M. R. 2012.
Synthesis, Spectral Characterization And Biological Activities Of
24
Sankari, G., Kriahnamoorthy, E., Jayakumaran, S., Gunaeakaran, S., Priya, V.V.,
Subramanlam, S. Dan Mohan, S.K. 2010. Analysis Of
SerumImmunoglobulins Using Fourier Transform Infrared Spectral
Measurements. Biol. Med. 2 (3): 42-48
Shahid, M., Salim, M., Khalid, M., Tahir, M. N., Khan, M. U. Dan Braga, A. A. C.
2018. Synthetic, Xrd, Non-Covalent Interactions And Solvent Dependent
Nonlinear Opticalstudies Of Sulfadiazine-Ortho-Vanillin Schiff Base: (E)-
4-((2-Hydroxy-3-Methoxy Benzylidene) Amino)-N-(Pyrimidin-2-Yl)
BenzeneSulfonamide. Moleculer Structure, Vol. 2 No.43
Sharma, U. K., Sood, S., Sharma, N., Rahi, P., Kumar, R., Sinha, A. K., Dan Gulati,
A. (2013). Synthesis And Sar Investigation Of Natural Phenylpropene
Derived Methoxylated Cinnamaldehydes And Their Novel Schiff Bases As
Potent Antimicrobial.
Ahmad Mashobihus. 2019. Tesis Senyawa Basa Schiff Dari Vanilin Dan P-Anisisn
Dengan Pelarut Air Menggunakan Penggerusan. Skripsi. Fakultas Sains
Dan Teknologi Uin Malang
Willard, Robert H., Merrit Jr, Lynne L., Et Al. 1988. Instrumental Methods Of
Analysis. California : Wadsworth Publishing Company.
Zarei, M., Dan Jarrahpour, A. 2011. Green And Efficient Synthesis Of Azo Schiff
Bases. Iranian Journal Of Science & Technology A3, 235-242
26
LAMPIRAN
Hasil
Hasil
PERITUNGAN
Lampiran 2 : Perhitungan
= 107,96%
30
kCounts TIC Praktikum K.Org.Lanjut Basa Schiff (anilin+vanilin) (24-05-2022).SMS 2000 Centroid
24.033 min
250
Ioni... 33:250
200 200
150
24.033 min
senyawa 2
14.873 min
150
senyawa 1
100
100
50
50
10 20 30 40
minutes
Seg 1 Seg 2, Analysis, Time: 3.20-50.00, EI-Auto-Full, 33-250 m/z
14.873 min
0
791 1666 2550 3421 Scans
10 20 30 40
minutes
Seg 2, Analysis, Time: 3.20-50.00, EI-Auto-Full, 33-250 m/z
Target Compounds
Cmpd. RT
_____ (min)
Number ________ _________________________________________
Peak Name Area
________ Amount/RF
___________
1 14.873 senyawa 1 1889 1889
2 24.033 senyawa 2 172355 172355
kCounts TIC Praktikum K.Org.Lanjut Basa Schiff (anilin+vanilin) (24-05-2022).SMS 2000 Centroid
Ioni... 33:250
200
150
32
50%
80.9 122.9
50.8 228 108.8
25% 67.0 190
155 139
104
0%
50 75 100 125 150 175
m/z
50%
77.0 166.0 210.0 228.0
25% 39.0 51.0 156 183.0 194.0
88 108 138 122
65 53 69
0%
50 100 150 200
m/z
50%
228.0 269.0
25% 43.0 65.0 154.0 149 146
62 74 78
0%
50 100 150 200 250
m/z
75%
50%
76.8 210.9
812 781
50.9
25% 579
227.9
103.9 166.0 183.0
64.9 197.0 337
52.9 77.8 275 231 239
153 160 137 162
0%
Anilina ke dalam gelas beaker menyebabkan iritasi mata dengan air mengalir sekitar
- Tertelan: dapat 15 menit
menyebabkan inhalasi - Tertelan: jangan dipaksa
saluran pencernaan, mual, muntah, jangan beri apapun
muntah, diare pada korban yang tidak
- Terhirup: dapat sadar, jika korban sadar
membahayakan sistem maka beri minum 2-3 gelas
syaraf pusat jika air putih
menghirup dengan - Terhirup: segera hirup
konsentrasi tinggi udara segar, beri oksigen
kepada korban
3. Ditambahkan air 10 mL dalam - Kontak mata: dapat - Kontak mata: segera bilas 2 1 2
gelas beaker menyebabkan iritasi mata dengan air mengalir sekitar
- Tertelan: dapat 15 menit
menyebabkan inhalasi - Tertelan: jangan dipaksa
saluran pencernaan, mual, muntah, jangan beri apapun
muntah, diare pada korban yang tidak
- Terhirup: dapat sadar, jika korban sadar
membahayakan sistem maka beri minum 2-3 gelas
syaraf pusat jika air putih
menghirup dengan - Terhirup: segera hirup
konsentrasi tinggi udara segar, beri oksigen
kepada korban
4. Dimasukkan campuran kedalam - Alat rusak - Hati-hati saat menggunakan 1 1 1
sonikator selama 7 menit sonikator
5. Disaring hasil yang telah di - Kontak mata: dapat - Kontak mata: segera bilas 2 1 2
sonikator menyebabkan iritasi mata dengan air mengalir sekitar
43
16. Ditempatkan plat pada cell Tumpahnya larutan dan Hati-hati ketika menuangkan 1 2 2
holder dalam instrument FTIR rusaknya alat larutan dan menggunakan alat
dan dibuat spektrum FTIR pada
rentang bilangan gelombang
4000-400 cm-1
17. Dilarutkan sampel dengan - Kontak mata: dapat - Kontak mata: segera bilas 2 1 2
CDCL3 pada tube kecil menyebabkan iritasi mata dengan air mengalir sekitar
- Tertelan: dapat 15 menit
menyebabkan inhalasi - Tertelan: jangan dipaksa
saluran pencernaan, mual, muntah, jangan beri apapun
muntah, diare pada korban yang tidak
- Terhirup: dapat sadar, jika korban sadar
membahayakan sistem maka beri minum 2-3 gelas
syaraf pusat jika air putih
menghirup dengan - Terhirup: segera hirup
konsentrasi tinggi udara segar, beri oksigen
kepada korban
18. Diletakkan sampel diantara dua Tidak tepat ketika Hati-hati ketika menempatkan 1 2 2
buah kutub elektromagnetik menempatkan sampel sampel diantara kedua buah
46
kutub
19. Dioperasikan alat hingga Rusaknya instrumen Hati-hati ketika menggunakan 2 2 4
muncul spektra 1HNMR instrumen
20. Dilarutkan 1 µl senyawa basa - Kontak mata: dapat - Kontak mata: segera bilas 2 1 2
schiff dengan pelarut kloroform menyebabkan iritasi mata dengan air mengalir sekitar
(CCL4) pada konsentrasi 70.000 - Tertelan: dapat 15 menit
ppm menyebabkan inhalasi - Tertelan: jangan dipaksa
saluran pencernaan, mual, muntah, jangan beri apapun
muntah, diare pada korban yang tidak
- Terhirup: dapat sadar, jika korban sadar
membahayakan sistem maka beri minum 2-3 gelas
syaraf pusat jika air putih
menghirup dengan - Terhirup: segera hirup
konsentrasi tinggi udara segar, beri oksigen
kepada korban
21. Diinjeksikan dengan syringe Rusaknya Instrumen Hati-hati ketika menggunakan 2 2 4
pada tempat GC-MS dan instrumen
Diamati pola kromatogram
yang dihasilkan
47
Keterangan:
RESIKO - merupakan suatu nilai yang ditetapkan untuk PELUANG - merupakan suatu nilai yang ditetapkan untuk
menentukan suatu tingkatan dampak/akibat berdasarkan keparahan menentukan tingkat frekuensi terhadap kejadian kecelakaan kerja
yang disebabkan oleh kecelakaan kerja
Level 1: Hampir tidak pernah terjadi
Level 1: Tidak ada cedera, kerugian biaya rendah, kerusakan
peralatan ringan Level 2: Frekuensi kejadian jarang terjadi waktu tahunan
Level 2: Cedera ringan (hanya membutuhkan P3K), peralatan Level 3: Frekuensi kejadian sedang dalam waktu bulanan
rusak ringan
Level 4: Hampir 100 % terjadi kejadian tersebut
Level 3: Menyebabkan cidera yang memerlukan perawatan medis
ke rumah sakit, peralatan rusak sedang Level 5:100 % kejadian pasti terjad
TINGKAT BAHAYA - merupakan hasil perkalian dari Resiko (R) dan Peluang (P) sebagai tetapan tingkat bahaya dari suatu pekerjaan
yang dilakukan
SKOR:
1-4 Rendah Masih dapat ditoleransi
5-10 Sedang Dikendalikan sampai batas toleransi
11-25 Tinggi Pemantauan intensif dan pengendalian