Anda di halaman 1dari 3

STEREOKIMIA : Sintesis Asam 2-hidroksi-3-fenilpropanoat dari L-

Fenilalanin

Diwan Muhamad
NIM : 10517046
Kelas : 01
Kelompok : 03

muhammaddiwan37@gmail.com

Abstrak

Asam 2-hidroksi-3-fenilpropanoat dapat disintesis dari L-fenilalanin melalui reaksi substitusi


nukleofilik. Berbagai perlakuan dan reagen tertentu digunakan untuk dapat menghasilkan asam 2-
hirdoksi-3-fenilpropanoat. Produk hasil sintesis yang dihasilkan dilakukan uji titik leleh untuk
menentukan tingkat kemurniannya dengan membandingkannya berdasarkan data literatur.
Pengukuran rotasi spesifik menggunakan polarimeter untuk menentukan tingkat kemiripan sifat daya
putar optis produk hasil sintesis dengan data literatur dari asam 2-hidroksi-3-fenilpropanoat.

Kata kunci: asam 2-hidroksi-3-fenilpropanoat, sintesis, L-fenilalanin, substitusi nukleofilik,


polarimeter
Abstract

2-hydroxy-3-phenylpropanoic acid can be synthesized from L-phenylalanine through nucleophilic


substitution reaction. Certain treatments and reagents are used to produce 2-hirdoxy-3-
phenylpropanoic acid. The resulting synthesized product is carried out by a melting point test to
determine its purity level by comparing it based on the literature data. Specific rotation measurement
uses a polarimeter to determine the degree of similarity of the optical rotating power of the product
synthesized with litelature data of 2-hydroxy-3-phenylpropanoic acid.

Keywords: 2-hydroxy-3-phenylpropanoic acid, synthesis , L-Phenylalanine, nucleophilic substitution,


polarimeter

1. PENDAHULUAN isomer meso. Stereoisomer ini dapat saling ditumpang


tindihkan.
Sifat-sifat suatu molekul seringkali sangat Pada percobaan sintesis asam 2-hidroksi-3-
fenilpropanoat dari L-fenilalanin ini dilakukan reaksi
dipengaruhi oleh struktur ruang atom-atomnya. Ilmu
substitusi nukleofilik. Terdapat 2 jenis reaksi substitusi
kimia yang mempelajari mengenai tata ruang atom dalam
nukleofilik, yaitu SN1 dan SN2. SN1 adalah reaksi yang
molekul disebut stereokimia. Tata ruang atom erat
kaitannya dengan kiralitas suatu molekul. Molekul kiral diawali dengan terbentuknya karbokation terlebih dahulu
sehingga nukleofil dapat menyerang dari dua arah dan
yaitu molekul yang memiliki atom kiral yang mana
bayangan cerminnya tidak dapat ditumpang tindihkan. dihasilkan pasangan enantiomer dengan rotasi yang
Atom kiral adalah atom yang mengikat empat gugus yang berbeda. Lalu SN2 adalah reaksi tanpa didahului
berbeda. Molekul kiral dan bayangan cerminnya yang terbentuknya karbokation, sehingga nukleofil hanya dapat
menyerang dari arah berlawanan dari gugus terbesar pada
saling tidak dapat ditumpang tindihkan disebut sebagai
molekul, sehingga produk yang dihasilkan merupakan
pasangan enantiomer. Enantiomer merupakan salah satu
inversi dari reaktan.
contoh stereoisomer. Stereoisomer yaitu molekul yang
berbeda hanya pada penataan ikatan-ikatannya dalam
ruang tiga dimensi. Enantiomer ini memiliki sifat kimia 2. METODE PERCOBAAN
dan fisik yang mirip satu sama lain, hanya yang berbeda Alat :
dalam interaksi terhadap cahaya pada bidang Labu Erlenmeyer 25/50 ml, batang pengaduk magnet,
terpolarisasi. Campuran 1:1 pasangan enantiomer disebut penangas air es, termometer, pipet tetes, corong büchner,
campuran rasemat. Campuran ini tidak dapat memutar kaca arloji, timbangan, polarimeter.
bidang terpolarisasi karena rotasinya saling meniadakan.
Selanjutnya ada diastereoisomer yang merupakan Bahan :
stereoisomer yang bukan enantiomer. Selain itu molekul L-Fenilalanin, larutan H2SO4 1 M, es, larutan NaNO2 3
akiral yang memiliki 2 atau lebih pusat kiral disebut M, NaCl, aseton, air es, aseton-D6.
Periode I (08.00-12.00). dapat lebih mudah menyerap kalor lingkungan, sehingga
0,825 g (5mmol) L-fenilalanin dan batang pengaduk suhu larutan dapat berkurang dengan lebih cepat karena
magnet ditempatkan dalam labu erlenmeyer 25/50 ml. kalornya diserap oleh es. Selanjutnya padatan yang
Lalu ditambahkan 5 ml larutan H2SO4 1 M, larutan diperoleh disaring dengan penyaringan vakum untuk
diaduk hingga homogen. Larutan didinginkan dalam memisahkannya dari pelarutnya. Kemudian kristal dicuci
rentang 3-5OC pada penangas es. Tetes demi tetes 2,5 ml dengan bubur es untuk melarutkan pengotor, bentuk
larutan NaNO2 3 M ditambahkan dengan pipet setelah bubur mencegah kristal untuk ikut larut kembali sehingga
larutan dingin. Suhu reaksi dipertahankan dibawah 5OC produk yang dihasilkan tidak berkurang.
untuk meminimalkan pembentukan asap coklat nitogen Reaksi yang terjadi ditunjukkan pada gambar di
oksida yang berbahaya. Jika terlihat pembentukan asap bawah ini:
coklat yang signifikan, penambahan larutan NaNO2 3 M
diperlambat. Waktu penambahan larutan NaNO2 3 M
berlangsung sekitar 45 menit. Setelah proses penambahan
selesai, penangas air es diambil dan pengadukan
campuran reaksi dilanjutkan. Labu erlenmeyer ditutup
longgar dengan gabus untuk memungkinkan gas keluar
dari dalam labu.

Periode II (13.00-17.00).
Larutan yang diperoleh pada periode I didinginkan
hingga 0-5 OC dalam penangas es dengan menambahkan
garam NaCl dan aseton untuk memaksimalkan hasil.
Kemudian endapan disaring dengan penyaringan vakum
menggunakan corong büchner. Kristal dicuci dengan cara
membentuk bubur padatan menggunakan 2,5 ml air es
pada corong büchner tetapi pengisapan vakumnya
dihentikan terlebih dahulu. Setelah itu pengisapan vakum
dilanjutkan kembali untuk menarik pelarutnya hingga
Gambar 1. Mekanisme reaksi pembentukan asam 2-
padatan kering. Padatan disebarkan di atas kaca arloji
hidroksi-3-fenilpropanoat
untuk penyempurnaan penyaringan. Produk dianalisis
dengan uji titik leleh. Pengukuran 1H-NMR dan rotasi
Berdasarkan mekanisme di atas dapat dilihat fungsi
spesifik dilakukan oleh asisten. Sampel dikumpulkan
asam untuk memprotonasi ion NO2-. Hasilnya (NO)+
pada asisten di akhir percobaan.
digunakan dalam proses substitusi nukleofilik 2 (SN2).
Reaksi SN2 yang terjadi karena Nukleofil penyerang
3. HASIL DAN PEMBAHASAN hanya dapat menyerang dari arah yang berlawanan dari
letak gugus terbesar pada karbon kiral, sehingga produk
Tabel 1. Data massa, titik leleh, dan putaran optik yang dihasilkan memiliki konfigurasi absolut (R) yang
Massa 1,02 g merupakan inversi dari konfigurasi absolut reaktan (S).
Titik leleh 118OC Berdasarkan hasil percobaan, massa produk yang
Putaran optik 0,8O didapat sebesar 1,02 g sehingga didapat %rendemen
sebesar 121,43%. Persentase rendemen yang lebih dari
Pada percobaan kali ini dilakukan berbagai perlakuan 100% itu kemungkinan disebabkan padatan masih
untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Pertama L- mengandung air atau zat pengotor lain. Lalu produk yang
fenilalanin ditambahkan larutan H2SO4 untuk dihasilkan memiliki titik leleh sebesar 118 OC, sehingga
memberikan suasana asam dan kemudian diaduk agar ketika diukur %galat dengan titik leleh litelatur rata-rata
larutan homogen. Kemudian larutan didinginkan pada 123OC didapat hasil 4,06% yang artinya masih terdapat
rentang suhu 3-5OC dalam penangas es dengan tujuan sedikit pengotor yang mengurangi kemurnian produk
untuk memperoleh kondisi efektif sebelum penambahan yang dihasilkan. Selanjutnya, setelah diukur produk
larutan NaNO2. Suhu yang rendah juga bertujuan untuk memiliki putaran optik α sebesar 0,8O , sehingga dapat
agar mencegah gas NO2 yang beracun untuk terbentuk. dicari %galat putaran optiknya dengan data literatur
Kemungkinan suhu yang rendah tersebut merupakan suhu sebesar 19O didapat hasil 95,79%. Hal ini bisa disebabkan
spesifik agar reaksi dapat berlangsung, karena apabila karena gangguan pengotor atau kesalahan saat
reaksi dijalankan pada suhu lain maka kemungkinan akan pengukuran.
berjalan reaksi lain yang menghasilkan produk
sampingan dan menghambat pembentukan produk utama. 4. KESIMPULAN
Kemudian setelah larutan dingin ditambahkan NaNO2
tetes demi tetes untuk meminimalkan gas beracun NO2 Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan
yang terbentuk. Setelah proses penambahan selesai, massa produk sintesis(asam 2-hidroksi-3-fenilpropanoat)
campuran diaduk dalam penangas es dengan tujuan untuk yang dihasilkan sebesar 1,02 g, titik lelehnya 118OC, dan
memaksimalkan tumbukan sehingga reaksi dapat berjalan putaran optik α sebesar 0,8O
lebih optimal. Kemudian labu erlenmeyer ditutup dengan
longgar dengan tujuan untuk memungkinkan gas keluar
dari dalam labu. Lalu dinginkan larutan agar terbentuk UCAPAN TERIMAKASIH
padatan, lalu penangas es juga ditambahkan NaCl dan
aseton agar suhu penangas es dapat lebih rendah. Ini Ucapan terimakasih kepada Allah SWT karena telah
karena sifat koligatif dari es yaitu ketika ditambahkan zat memberikan saya kemudahan dan kelancaran dalam
terlarut maka titik beku es akan menurun sehingga es menjalani praktikum organik. Selanjutnya terimakasih
juga kepada orang tua yang selalu memberikan saya
semangat untuk terus belajar dan meraih cita-cita.
Terimakasih juga saya ucapkan kepada pimpinan
praktikum dan kakak-kakak asisten praktikum yang
sudah selalu membimbing saya dengan baik selama
praktikum. Terakhir terimakasih kepada teman-teman
saya satu jurusan kimia angkatan 2017 Aerogel Trianna
yang selalu membantu saya disaat-saat susah.

DAFTAR PUSTAKA

Solomon, T, W. Fryhle. 2011. Organic Chemistry.


New York. John Wiley & Sons, Inc.
Halaman 192-198, 202-232.

“(R)-2-hydroxy-3-phenylpropanoic acid”.
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/
7326-19-4#section=Top. Diakses 20
November 2018.

Anda mungkin juga menyukai