REAKSI ELIMINASI
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hasil reaksi eliminasi sikloheksanol dan menghitung
rendemennya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan analisis
kuantitatif. Objek penelitian ini adalah sampel cair tidak berwarna dari sikloheksanol. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa hasil reaksi eliminasi sikloheksanol adalah sikloheksena dengan indeks bias 1,415.
Persentase rendemen sikloheksena adalah 32,51%.
Abstract
This experiment aim to identifying the results of elimination reaction of cyclohexanol and calculate the
yield . The method used in this study is experimental method by a quantitative analysis. The object of this study
was a colorless liquid samples from cyclohexanol. Results from the study showed that the results of elimination
reaction of cyclohexanol is cyclohexene with a refractive index of 1.415 . Cyclohexene yield percentage was
32.51 % .
OH O H
gelas ukur, batu didih, labu dasar bulat,
:
+ H3PO4
mantel/flot stirer, magnetik stirer, kolom
a sa m fo sfa t
fraksinasi, adapter destilasi, termometer,
s ik lo h e k s a n o l
kondensor, labu dasar bulat/erlenmeyer, statif
dan klem, gelas kimia, corong pisah, dan
+ +
refraktometer.
-H+ -H + H 2O Bahan-bahan yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah, sikloheksanol, asam
H fosfat 85%, air es, ksilena, aquades, dan zat
s ik lo h e k s e n a
anhidrous.
Pasangan elektron yang terdapat pada
atom O gugus hidroksi menyerang H+ yang
Prosedur Kerja
berasal dari ionisasi asam fosfat. Penyerangan
Metode dari penelitian ini adalah metode
ini akan menyebabkan terbentuknya atom O
eksperimen dengan analisis data secara
bermuatan positif yang mengikat 2 atom H.
kuantitatif. Pertama, sebanyak 10 gram
Selanjutnya adalah pelepasan molekul H 2O
sikloheksanol, 5 mL asam fosfat 85% dan batu
sehingga menyebabkan terbentuk ion
didih dimasukkan ke dalam labu didih,
karbonium sekunder. Muatan positif ini
kemudian dikocok agar bercampur. Kemudian
nantinya akan dinetralkan dengan pelepasan
kolom fraksinasi dipasangkan di atas labu
tersebut kemudian dihubungkan dengan Massa sikloheksena = V. Sikloheksena x
adapter destilasi, pendingin, dan termometer.
Destilasi dilakukan sampai residu tinggal 2,5 = 3,2 mL x 0,81 gram/mL
mL – 5 mL. Hasil reaksi didinginkan dengan = 2,592 gram
penangas es untuk mengurangi penguapan.
Kemudian biarkan labu dingin, kemudian % rendemen = x 100%
campurkan 10 mL ksilena ke dalam labu didih
amati tinggi lapisan atas campuran tersebut.
Destilasi dilanjutkan sampai lapisan atas telah
= x 100%
berkurang setengahnya. Destilat dikumpulkan
sampai habis dalam corong pisah kemudian
dicuci dengan 10 mL air, setelah terpisah dari = 32,51 %
air dimasukkan ke dalam erlenmeyer
keringkan dengan zat anhidrous. Sambil Pembahasan
menunggu destilat kering, labu didih, kolom Eliminasi alkohol sekunder akan
fraksinasi, dan adapter didih dicuci dan menghasilkan senyawa alkena dengan
dikeringkan. Setelah destilat kering, destilat melepaskan molekul air. Reaksi eliminasi
dimasukkan ke dalam labu didih, alat destilasi alkohol ini sering juga dikatakan dengan reaksi
dirangkai kembali dan destilasi dilakukan. dehidrasi yaitu reaksi pelepasan air. Pada
Titik didih destilat diamati, hasilnya ditimbang reaksi ini molekul senyawa yang berikatan
dan indeks bias diperiksa. tunggal (ikatan jenuh) berubah menjadi
senyawa berikatan rangkap (ikatan tak jenuh)
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan melepaskan molekul yang kecil.
Hasil Substrat yang digunakan pada praktikum
Produk hasil reaksi eliminasi adalah sikloheksanol sebanyak 10,6 mL. Zat
sikloheksanol adalah sikloheksena. Volume yang digunakan sebagai pengeliminir adalah
sikloheksena yang diperoleh adalah 3,2 mL. asam fosfat. ion fosfat merupakan basa lewis
Berikut perhitungan teoritis untuk kuat, dalam proses ini asam fosfat berperan
memperoleh massa sikloheksena. sebagai katalis. Campuran sikloheksanol
Vol sikloheksanol = 10,6 mL dengan asam fosfat dipanaskan dengan tujuan
Massa sikloheksanol = V sikloheksanol x ρ mempercepat dan menyempurnakan reaksi.
= 10,6 mL x 0,94 Reaksi elmininasi sikloheksena merupakan
g/mL reaksi eliminasi bimolekuler (E2). Reaksi ini
= 9,964 g berlangsung dalam satu langkah. Pada proses
ini terjadi pengurangan proton dari karbon β
dan pengusiran gugus pergi yaitu ion OH - dari
Mol sikloheksanol =
karbon α serta pembentukan ikatan rangkap
secara stimultan. Laju reaksi ini dipengaruhi
oleh jenis substrat dan kekuatan basa yang
= digunakan.
Campuran dalam labu yang dipanaskan
= 0,09964 mol langsung dihubungkan dengan kolom
Persamaan reaksinya yang terjadi fraksinasi dan pendingin leibeg. Tujuannya
yaitu sebagai berikut. yaitu agar sikloheksena yang terbentuk dapat
C6H11OH → C6H10 + H2O langsung terpisah dengan campuran. Prinsip
Jadi, secara teoritis mol sikloheksanol = mol pemisahan ini adalah destilasi bertingkat.
sikloheksena, maka secara teoritis mol Sikloheksena memiliki titik didih yang paling
sikloheksena adalah 0,09964 mol. kecil sehingga sikloheksena yang pertama kali
Massa sikloheksena teoritis = mol x Mr menetes sebagai destilat. Sedangkan selain
= 0,09964 mol x 80 g/mol sikloheksena seperti air, sikloheksanol, dan
= 7,9712 g asam fosfat yang titik didihnya lebih besar
Berdasarkan percobaan volume akan menguap tetapi setelah uapnya mencapai
sikloheksena yang diperoleh yaitu 3,2 mL kolom fraksinasi uap tersebut mengalami
sehingga massanya menjadi: kondensasi dan turun kembali kecampuran.
Suhu yang terukur saat destilat menetes adalah
700C. Suhu ini konstan sampai campuran yang akibat tekanan udara pada saat praktikum dan
terdapat dalam labu ± 3,5 mL. Pemanasan suhu ruangan yang tidak sesuai. Sikloheksena
kemudian dihentikan, destilat didinginkan memiliki titik didih lebih rendah dari
untuk menghindari penguapan destilat yang sikloheksanol. Titik didih sikloheksanol adalah
diperoleh. Residu kemudian ditambahkan 1300C. Hal ini disebabkan dalam sikloheksanol
dengan 10 mL ksilena. Ksilena merupakan zat terjadi ikatan hidrogen antarmolekul
yang bersifat non polar. Penambahan ksilena sedangkan dalam sikloheksena tidak. Ikatan
ini bertujuan untuk mengekstraksi hidrogen dalam sikloheksanol terjadi antara
sikloheksena yang mungkin tersisa di dalam atom O pada gugus OH dengan atom H pada
residu. Sikloheksena akan larut dalam ksilena gugus OH molekul sikloheksanol yang
karena bersifat non polar. Penambahan ksilena lainnya. Ikatan hidrogen ini yang
menghasilkan campuran yang saling tidak menyebabkan molekul sikloheksanol lebih
melarut. Campuran tersebut terdiri dari dua sulit terlepas dibandingkan dengan
lapisan. Lapisan atas adalah larutan sikloheksena. Ikatan hidrogen tersebut dapat
sikloheksena dalam ksilena, sedangkan lapisan digambarkan sebagai berikut.
bawah adalah air dan asam fosfat. Campuran
ini kemudian didestilasi kembali. Destilasi ini
bertujuan untuk pemurnian sikloheksena yang H
diperoleh. Destilasi dilangsungkan sampai O
O
volume larutan sikloheksena dalam ksilena H
tersisa setengahnya. Destilat sikloheksena H
diperoleh pada suhu konstan pada 820C.
O
Destilat yang diperoleh dari destilasi di
atas kemudian dicuci dengan 10 mL air.
Pencucian ini untuk melarutkan ion fosfat yang Ikatan Hidrogen
masih terkandung dalam hasil reaksi. Gambar 1. Ikatan Hidrogen yang Terjadi pada
Sikloheksena tidak melarut dengan air Molekul Sikloheksanol
sehingga akan terbentuk dua lapisan. Lapisan Pengukuran indeks bias sikloheksena
bawah adalah air sedangkan lapisan atas juga dilakukan untuk meyakinkan bahwa zat
adalah sikloheksena. Kedua lapisan ini yang diperoleh. Indeks bias yang terukur
dipisahkan dengan menggunakan corong adalah 1,415 sedangkan menurut literatur
pisah. Sikloheksena kemudian ditampung indeks bias sikloheksena adalah 1,445.
dalam labu erlenmeyer dan ditambahkan zat Perbedaan indeks bias diakibatkan karena
anhidrous yaitu CuSO4 untuk mengikat air perbedaan suhu standar yang dipakai dengan
yang mungkin masih terdapat dalam suhu pada saat praktikum.
sikloheksena. CuSO4 anhidrous berwarna Perbedaan massa sikloheksena teoritis dan
putih. Ketika ditambahkan pada sikloheksena massa sikloheksena hasil percobaan dapat
terjadi perubahan warna CuSO4 menjadi biru. disebabkan oleh (1) sikloheksena yang
Perubahan warna ini mengindikasikan bahwa terbentuk menguap, yang dideteksi dengan
didalam sikloheksena masih ada molekul- aroma menyengat yang timbul saat destilasi
molekul air. Penambahan zat anhidrous ini fraksinasi, (2) belum semua sikloheksena
dihentikan saat CuSO4 yang ditambahkan tidak teruapkan saat destilasi fraksinasi, (3) kurang
mengalami perubahan warna yang artinya optimalnya reaksi antara sikloheksanol dengan
molekul air sudah habis terikat. Kemudian asam fosfat sehingga masih terdapat
destilat ini kembali didestilasi untuk sikloheksanol yang tidak bereaksi.
memurnikan sikloheksena yang terbentuk.
Destilat yang dihasilkan tidak berwarna KESIMPULAN
dengan volume 3,2 mL dan konstan pada suhu Berdasarkan hasil pengamatan dan
780 C. pembahasan yang diuraikan di atas maka dapat
Titik didih sikloheksena berdasarkan disimpulkan bahwa sintesis sikloheksena dari
literatur (pada suhu 250C dan tekanan 1 atm) sikloheksanol dapat dilakukan dengan cara
adalah 830C. Akan tetapi, pada praktikum menambahkan asam fosfat ke dalam
menunjukkan suhu konstan pada 780C dan sikloheksanol. Rendemen sikloheksena yang
merupakan suhu atau titik didih sikloheksena. diperoleh adalah 32,51%.
Terjadinya perbedaan titik didih ini merupakan
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Dr. I Nyoman Tika, M.Si., selaku
dosen pengampu, Drs. I Dewa Putu Subamia,
M.Pd., laboran Jurusan Pendidikan Kimia, atas
arahan dan bimbingan selama melakukan
penelitian dan Ni Putu Candra Mahayani serta
Ni Made Willy Larashati Anastasia selaku
rekan satu kelompok atas dukungan dan
bantuannya dalam penelitian maupun dalam
penyelesaian artikel ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C., Purwono, B., Pranowo, H. D.,
Wahyuningsih, T. D. 1994. Pengantar
Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta:
Depdikbud
Nurlita, F., & Suja I W. 2004. Buku Ajar
Praktikum Kimia Organik. Singaraja:
IKIP Negeri Singaraja
Suja, I W., & Muderawan, I W. 2003. Kimia
Organik III. Singaraja: IKIP Singaraja
Suja, I W., & Nurlita, F. 2000. Kimia Organik
I. Singaraja: STKIP Singaraja
Wiratma, I G. L., Selamat, I N. Sastrawidana, I
D. K. 2003. Dasar-Dasar Pemisahan
Analitik.Singaraja: IKIP Negeri Singaraja