Anda di halaman 1dari 18

1. http://bersamafebri.blogspot.com/2009/04/ekstraksi-pelarut.

html
EKSTRAKSI PELARUT


EKSTRAKSI PELARUT


Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling
baik dan populer. Alasan utamanya adalah pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat
makro ataupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat pelarut dengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur , seperti benzen,
karbon tetraklorida atau kloroform. Batasan nya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada
jumlah yang berbada dalam kedua fase pelarut.

Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran berdasarkan
proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak saling bercampur. Ekstraksi pelarut
umumnya digunakan untuk memisahkan sejmlah gugus yang diinginkan dan mungkin
merupakan gugs pengganggu dalam analisis secara keseluruhan. Kadang-kadang gugus-gugs
pengganggu ini diekstraksi secara selektif.

Teknik pengerjaan meliputi penambahan pelarut organik pada larutan air yang mengandung
gugus yang bersangkutan. Dalam pemilihan pelarut organik agar kedua jenis pelarut (dalam
hal ini pelarut organik dan air) tidak saling tercamupr satu sama lain. Selanjutnya proses
pemisahan dilakukan dalam corong pisah dengan jalan pengocokan beberapa kali.

Untuk memilih jenis pelarut yang sesai harus diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

1. Harga konstanta distribusi tinggi untuk gugus yang bersangkutan dan konstanta distribusi
rendah untuk gugus pengotor lainnya.

2. Kelarutan pelarut organik rendah dalam air

3. Viskositas kecil dan tidak membentuk emulsi dengan air

4. Tidak mudah terbakar dan tidak bersifat racun

5. Mudah melepas kembali gugs yang terlarut didalamnya ntk keperluan analisa lebih lanjut

Ekstraksi dapat dilakukan secara kontinue atau bertahap, ekstraksi bertahap cukup dilakukan
dengan corong pisah. Campuran dua pelarut dimasukkan dengan corong pemisah, lapisan
dengan berat jenis yang lebih ringan berada pada lapisan atas.

Dengan jalan pengocokan proses ekstraksi berlangsung, mengingat bahwa proses ekstraksi
merupakan proses kesetimbangan maka pemisahan salah satu lapisan pelarut dapat
dilakukan setelah kedua jenis pelarut dalam keadaan diam. Lapisan yang ada dibagian
bawah dikeluarkan dari corong dengan jalan membuka kran corong dan dijaga agar jangan
sampai lapisan atas ikut mengalir keluar. Untuk tujuan kuantitatif, sebaiknya ekstraksi
dilakukan lebih dari satu kali.

Analisis lebih lanjut setelah proses ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai metode
seperti volumetri, spektrofotometri dan sebagainya. Jika sebagai metode analisis digunakan
metode spekttrofotometri, tidak perlu dilakukan pelepasan karena konsentrasi gugus yang
bersangkutan dapat ditentukan langsung dalam lapisan organik. Metode spektrofotometri
dapat digunakan untuk pelarut air maupun organik.

Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan
inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen
terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan
kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut
dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya
sedikit larut dalam pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena
efektivitasnya. [Lucas, Howard J, David Pressman. Principles and Practice In Organic
Chemistry]

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah:
Tipe persiapan sampel
Waktu ekstraksi
Kuantitas pelarut
Suhu pelarut
Tipe pelarut

Ekstraksi lebih efisien bila dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut yang lebih kecil
daripada jumlah pelarutnya banyak tetapi ekstraksinya hanya sekali (Arsyad, 2001).

A. Prinsip dasar dari Ekstraksi pelarut


Hukum fase Gibbs menyatakan bahwa :

P + V = C + 2

Keterangan : P = fase

C = Komponen

V = Derjat kebebasan


Pada ekstraksi pelarut , kita mempunyai P = 2 , yaitu fase air dan organik, C= 1, yaitu zat
terlarut di dalam pelarut dan fase air pada temperatur dan tekanantetap, sehingga V = 1,
jadi kita akan dapat :

2 + 1 = 1+2, yaitu P + V = C + 2


Menurut Hukum distribusi Nernst :

Jika [X1] adalah kosentrasi zat terlarut dalam fase 1 dan [X2] adalah kosentrasi zat terlarut
dalam fase 2, maka pada kesetimbangan,


X1, X2 didapat ; KD =

Dimana ; KD = Koefisien partisi. Partisi atau koefisien distribusi ini tidak tergantung pada
kosentrasi total zat terlarut pada kedua fase tersebut. Pada persamaan diatas , kita dapat
menuliskan koefesian aktivitas zat pada fase organik maupun pada fase air.

Kita menggunakan istilah perbandingan distribusi (D) dengan memperhitungkan kosentrasi
total zat didalam kedua fase , Perbandingan Distribusi . Dinyatakan sebagai berikut :




Hukum distribusi atau partisi dapat dirumuskan: bila suatu zat terlarut terdistribusi antara
dua pelarut yang tidak dapat campur, maka pada suatu temperatur yang konstan untuk
setiap spesi molekul terdapat angka banding distribusi yang konstan antara kedua pelarut
itu, dan angka banding distribusi ini tidak tergantung pada spesi molekul lain apapun yang
mungkin ada. Harga angka banding berubah dengan sifat dasar pelarut, sifat dasar zat
terlarut, dan temperatur (Svehla, 1990).

Hukum ini dalam bentuk yang sederhana, tidak berlaku bila spesi yang didistribusikan itu
mengalami disosiasi atau asosiasi dalam salah satu fasa tersebut. Pada penerapan praktis
ekstraksi pelarut ini, terutama kalau kita perhatikan fraksi zat terlarut total dalam fasa yang
satu atau yang lainnya, tidak peduli bagaimanapun cara-cara disosiasi, asosiasi atau
interaksinya dengan spesi-spesi lain yang terlarut. Untuk memudahkan, diperkenalkan istilah
angka banding distribusi D (atau koefisien ekstraksi E).

Jika tidak tejadi asosiasi , disosiasi atau polimerisasi pada fase fase tersebut dan keadaan
yang kita punyai adlah ideal, maka harga KD sama dengan D . Untuk utjuan praktis sebagai
ganti harga KD atau D , lebih sering digunakan istilah persen eksrtaksi (E) . Ini berhubungan
dengan perbandingan distribusi dalam persamaan sebagai berikut.

D = Dimana VW : Volume fase air

Vo : Volume fase Organik

Bila volume fase organic dan air sama , yaitu Vo = VW , D diubah menjadi :

D =

Ekstraksi dianggap kuantitatif bila : E = 100 berarti

D = tidak tehingga ( jika Vo = VW )




B. Klasifikasi Ekstraksi

Beberapa cara dapat mengklasifikasikan sistem ekstraksi. Cara kalsik adalah
mengklasifikasikan berdasarkan sifat zat yang diekstraksi., sebagai khelat atau sistem ion
berasosiasi. Sekarang klasifikasi didasarkan atas proses ekstraksi. Bila ekstraksi ion logam
berlangsung , maka proses ekstraksi berlangsung dengan mekanisme tertentu .

Golongan ekstraksi berikutnya dikenali sebagai ekstraksi melalui solvasi sebab spesies
ekstraksi disolvasi ke fase organik. Golongan ekstraksi ketiga adalah proses yang melibatkan
pembentukan pasangan ion. Ekstraksi berlangsung melalui pembentukan spesies netral yang
tidak bermuatan diekstrksi ke fase organik. Sedangakan kategori terakhir merupakan
ekstraksi sinergis . Nama yang digunakan menyatakan adanya efek saling memperkuat yang
berakibat pada penambahan ekstraksi dengan memanfaatkan pelarut pengekstraksi.

Tiga metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap, ekstraksi kontinyu, dan
ekstraksi counter current. Ekstraksi bertahap merupakan cara yang paling sederhana.
Caranya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan
pelarut semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi
yang akan diekstraksi pada kedua lapisan, setelah ini tercapai lapisan didiamkan dan
dipisahkan (Khopkar, 1990).

Kesempurnaan ekstraksi tergantung pada pada banyaknya ekstraksi yang dilakukan. Hasil
yang baik diperoleh jika jumlah ekstraksi yang dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut
sedikit-sedikit. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut:


C. Mekanisme Ekstraksi

Proses ekstraksi pelarut berlangsung tiga tahap , yaitu :

1. Pembentukan Kompleks tidak bermuatan yang merupakan golongan ekstraksi.

2. Distribusi dari kompleks yang terektraksi

3. Interaksinya yang mngkin dalam fase organik.
Pembentukan Kompleks tidak bermuatan

Pembentukan komleks tidak bermuatan merupakan tahap penting dalam ekstraksi . Jelaslah
bahwa kompleks bermuatan tidak akan terakstraksi sehingga mutlak kompleks diekstraksi
harus tampa muatan. Kompleks tidak bermuatan dapat di bentuk melalui proses
pembentukan khelat ( yaitu; khelat netral) , solvasi atau pembentukan pasangan ion.

Pada fenomena solvasi ataupun pada ekstraksi yang melibatkan pembentukan pasangan ion,
komleks yang terbentuk dapat berupa anion atau kation yang selanjutnya berasosiasi
dengan masing masing kation atau anion lain untuk menghasilkan kompleks tidak
bermuatan yang dapat diekstraksi ke fase organik.

Pada tahap ini penting unruk memperhatikan sifat kompleks logam dan faktor faktor yang
mempengaruhi pembentukannya . Pertama, akan dilihat kompleks koordinasinya .
Pembentukan kompleks oleh ion logam tergantung pada kecendrungan untuk mengisi
orbital atom kosong dalam usaha mencapai konfigurasi elektron yang stabil. Sealama proses
polarisasi , deformasi ion akan lebih disukai dengan logam kation yang mempunyai muatan
besar , ukuran ligan yang besar , dan dengan ion logam yang mempunyai tipe konfigurasi
atom gas yang bukan gas mulia. Biasa nya kompleks bermuatan diusahakan untuk
dinetralkan oleh muatan ion lain , untuk memudahkan ekstraksi.

Kestabilan kompleks koordinasi tergantung pada keasaman ion logam , kebasaan ligan yang
akan berkoordinasi, pertimbangan stereokimia serta konfigurasi kompleks yang terbentuk .
Jika logam mempunyai muatan atau valensi kation yang besar , keasamannya akan lebih
besar pula. Perssamaan bohr menyatakan :

F =

Keterangan
: Konstanta dielektrik
R : jari jari ion Z = muatan ionik
F : Konstanta bolzman

Dari persamaan tampak bahwa kestabilan kompleks logam bertambah dengan makin
bertambahnya potensial ionik (Z2/2r) . Pada Umumnya , orbital orbital atom kosong pada
unsur unsur transisi mendukunga adanya koordinasi . Kompleks yang berasal dari unsur
unsur yang lebih elektronegatif cendrung lebih stabil. Kita dapat memberikan skala
selektivitas dari bermacam ligan pembentuk kompleks sebagai berikut :

CN- > SCN- > F- > OH- > Cl- > Br- > I- ( Unuk aniaon)

NH3 > RNH2 > R2NH > R3N ( Untuk ligan netral)

Golongan kompleks yang paling penting adalah Khelat. Ligan pengkhelat memunyai peranan
penting dalam ekstraksi logam sebab banyak logam logam yang dapat tereksitasi dan
sekaligus dipisahkan . Khelat logam merupakan tipe senyawa koordinasi dimana ion logam
bergabung dengan basa polifungsional yang mampu menempati dua atau lebih pposisi pada
lingkaran koordinasi dari ion logam untuk membentuk senyawa siklik.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan khelat
Kekuatan basa dari gugus fungsi
Elektronegativitas dari atom berkaitan
Ukuran dan jumlah dari cicin khelat yang terbentuk


Tahap berikutnya yang penting pada mekanisme ekstraksi adalah proses distribusi dari zat
yang terekstraksi ke fase organik. Distribusi tergantung pada bermacam faktor, yaitu :
Kebasaan ligan
Faktor stereokimia
Adanya garam pada sistem ekstraksi

Ada beberapa elektrolit yang mempunyai kemampuan mempertinggi ekstraksi dari
kompleks. Peran utama dari elektrolit ini adalah :

Mempertinggi kosentrasi kompleks anion melalui mekanisme aksi massa sehingga akan
menambahkan kosentrasi kompleks dan mempertinggi ekstraksi

Akibat ikatan molekul air dengan ion elektrolit menjadikan pelarut tidak bebas lagi.

Konstanta dielektrik dari fase akua berkurang dengan bertambahnya kosentrasi garam,
selanjutnya akan mempertinggi pembentukan asosiasi ion.

Terakhir dalam pembahasan mekanisme ekstraksi adalah interahsi pada fase organik.
Interaksi ini mempengaruhi kosentrasi kompleks dan tingkat ekstraksi yang dihasilkan. Pada
ekstraksi dengan mekanisme solvasi , polimerisasi dapat terjadi. Pada kosentrasi yang besar ,
polimerisasi dapat terjadi . Pada kosentrasi besar , polimerisasi berlangsung cepat.
Polimerisasi ini mengurangi aktivitas zat asosiasi ion dapat terjadi pada larutan polar yang
encer sehingga menghasilkan pertambahan ekstraksi .

D. Kesimpulan

1. Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang
paling baik

2. Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran
berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak saling bercampur.

3. Tiga metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap, ekstraksi kontinyu,
dan ekstraksi counter current.

4. Proses ekstraksi pelarut berlangsung tiga tahap , yaitu :

Pembentukan Kompleks tidak bermuatan yang merupakan golongan ekstraksi.

Distribusi dari kompleks yang terektraksi

Interaksinya yang mngkin dalam fase organik.







DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, M. N. 1997. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Gramedia. Jakarta.

Basset, J. dkk. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Mikro dan Semimikro. PT. Kalman
Media Pustaka. Jakarta.

Underwood, A. L dan Day A. R. 1990. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Penerbit
Erlangga. Jakarta.

Diposkan oleh Febri AnD Yanto
di 11.08










2. http://r-jotambang.blogspot.com/2011/12/kimia-analisis-tambang-ekstraksi.html

MINE FOR YOUR LIFE

R-jotambang berbagi tentang semua hal tentang pertambangan eksplorasi, eksploitasi dan
lain sebagainya. serta survey pemetaan, dan infra struktur tambang
Beranda
Kamis, 15 Desember 2011
Kimia Analisis Tambang : Ekstraksi Pelarut
EKSTRAKSI PELARUT


Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau gas, yang
menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari
adalah air. Pelarut lain yang juga umum digunakan adalah bahan kimia organik
(mengandung karbon) yang juga disebut pelarut organik. Pelarut biasanya memiliki titik
didih rendah dan lebih mudah menguap, meninggalkan substansi terlarut yang didapatkan.
Untuk membedakan antara pelarut dengan zat yang dilarutkan, pelarut biasanya terdapat
dalam jumlah yang lebih besar.
Ekstraksi pelarut adalah proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran
berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak saling bercampur.
Ekstraksi pelarut umumnya digunakan untuk memisahkan sejumlah gugus yang diinginkan
dan mungkin merupakan gugus pengganggu dalam analisis secara keseluruhan. Kadang-
kadang gugus-gugus pengganggu ini diekstraksi secara selektif.
Teknik pengerjaan meliputi penambahan pelarut organik pada larutan air yang mengandung
gugus yang bersangkutan. Dalam pemilihan pelarut organik agar kedua jenis pelarut tidak
saling tercampur satu sama lain. Selanjutnya proses pemisahan dilakukan dalam corong
pisah dengan jalan pengocokan beberapa kali.
Untuk memilih jenis pelarut yang sesai harus diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
1. Harga konstanta distribusi tinggi untuk gugus yang bersangkutan dan konstanta
distribusi rendah untuk gugus pengotor lainnya.
2. Kelarutan pelarut organik rendah dalam air.
3. Viskositas kecil dan tidak membentuk emulsi dengan air.
4. Tidak mudah terbakar dan tidak bersifat racun.
5. Mudah melepas kembali gugs yang terlarut didalamnya ntk keperluan analisa lebih
lanjut.
Menurut Nerst jika suatu solute (zat terlarut) terdistribusi antara dua cairan yang tidak saling
tercampur, maka dalam keadaan yang beresetimbangan terdapat hubungan devinit antara
konsentrasi zat terlarut dengan kedua cairan bersangkutan. Nerst menyatakannya dalam
suatu persamaan sebagai berikut :

Keterangan :
Kd : Koefisien distribusi.
A1 : Konsentrasi spesi A pada fasa 1.
A2 : Konsentrasi spesi A pada fasa 2.
Pemisahan berbagai ion logam dapat dilakukan melakukan ekstraksi ini, yaitu dengan
terlebih dahulu membentuk spesi netral dari logam yang bersangkutan. Salah satu cara yang
umum dilakukan yaitu dengan pembentukan senyawa kompleks atau senyawa kelat logam
dengan pereaksiorganik yang bertindak sebagai ligan. Contohnya saja pada percobaan ion
logam (Mn+) dengan pereaksi difeniltiokarbazida atao ditizon (HDz) akan membentuk
senyawa kompleks yang netral sehingga dapat tereaksi dari frasa air ke frasa organik.

Mn++ n HDz M(Dz) + n H+
Berdasarkan persamaan ini, Kd dalam hal ini tidak dapat digunakan karena terdapat
perbedaan molekul antara spesi awal dengan spesi yang terekstraksi. Karena lebih tepat
digunakan besaran angka distribusi.

CM = konsentrasi total M
Dengan perhitungan semua kesetimbangan yang dapat terjadi pada sistem ekstraksi seperti
ini, dapat ditunjukkan pada hubungan kuantitatif antara angka berbanding dengan berbagai
parameter yang terlibat di dalamnya.

Atau dalam bentuk logaritmanya, dapat ditulis sebagai


Keterangan :
KDM(Dz)n : koefisien distribusi M(Dz)n
KDHDz : Koefisian distribusi HDz
Kf : Tetapan pembentukan kompleks M(Dz)n
Ka : Tetapan Ionisasi HDz
Karena nilai Kf dan Kd untuk masing-masing logam berbeda, maka nilai D juga berbeda,
sehingga ion-ion logam tersebut dapat dipisah satu dengan yang lainnya.
Sepektofotometri UV-Vis memiliki kaitan dengan absorbtivitas molar, Trasmigrasi (T)
merupakan fraksi radiasi yang diteruskan.

Untuk setiap panjang gelombang sinar yang meewati spektometer, intensitas inar yang
melewati selpembanding akan dihitung yang biasanya disebut dengan Io dimana I adalah
intensitas. Intensitas sinar yang melewati sel juga dihitung untuk panjang gelombang yang
sama.
Jika I lebih kecil dari Io, berarti sampel menyerap sebagian sinar. Selanjutnya perhitungan
sederhana dilakukan mengubah pada absorbsi yang disimbolkan dengan A. Hubungan antara
absorbsi dengan kedua intensitas adalah :

Umumnya berdasarkan diagram diatas akan didapati absorbsi berkisar antara 0-1. Absorbsi 0
pada suatu panjang gelombang berarti sinar diteruskan . sedangkan absorbsi 1 didapat jika
sinar diserap sebesar 90%.

Dalam hukum beer :

Keterangan :
A : Absorbsi.
a : Konstantan Absorbsi
b : Tebal Larutan.
c : Konsentrasi larutan.
Untuk masing-masing larutan menentukan absorbsinya pada panjang gelombang yang
memberikan serapan paling kuat. Gunakan wadah yang sama kemudian grafik yang tercipta
antara absorbsi (Y) dan konsentrasi di (X) disebut kurva kalibrasi.
Diposkan oleh Marchellevandra Gomis di 23.42





































3. http://kimia-analisi.blogspot.com/2013/05/percobaan-ekstraksi-kafein-dari-daun-teh.html


PERCOBAAN EKSTRAKSI KAFEIN DARI DAUN TEH

5.1.1. Tujuan Percobaan
1. Mendapatkan kafein dari daun teh dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut air dan
kloroform.
2. Menentukkan kadar kafein dari daun teh.

5.1.2. Latar Belakang
Teh merupakan yang paling sering kita konsumsi sehari-hari. Senyawa-senyawa yang
terkandung dalam teh adalah kafein. Kafein merupakan zat penikmat yang terdapat di dalam
tumbuha-tumbuhan baik itu terdapat dalam biji-bijian maupun daun. Kafein juga berbahaya
bagi tubuh manusia apabila di konsumsi berlebih karena dapat mengakibatkan keracunan,
gelisah, sensitif, dan tremor. Kafein merupakan zat racun.
Maka dari itu, melalui pemisahan yang disebut ekstraksi kita dapat memperoleh crude
kafein dari daun teh. Selain itu metode ekstraksi yang di gunakan dalam percobaan ini
sangat penting untuk dipelajari karena merupakan salah satu operasi inti dalam industri
teknik kimian yang tentunya kelak akan sangat bermanfaat dalam mendukung karir kita
sebagai ahli kimia.











5.2. Dasar Teori
Rumus struktur kafein adalah sebagai berikut :
Gambar 5.1 Rumus Struktur Kafein
Banyak senyawa nitrogen dalam tumbuhan mengandung atom nitrogen basa dan karena itu
diekstrak dari dalam tumbuhan itu dengan asam encer. Senyawa itu disebut dengan alkoloid
yang artinya mirip alkali. Contoh dari senyawa alkaloid adalah nikotina dan kafein
(Fessenden, 1999 : 269).
Untuk memahami prinsip-prinsip dasar ekstraksi, harus terlebih dahulu dibahas berbagai
istilah yang digunakan untuk menyatakan keefektifan pemisahan. Untuk suatu zat terlarut A
yang didistribusikan antara fase tak-tercampurkan a dan b hukum distribusi (partisi) Nerust
menyatakan, bahwa asal keadaan melekulnya sama dalam kedua cairan dan temperatur
adalah konstan:
= .................. (5.1)
Dimana KD adalah sebuah tetapan yang dikenal sebagai koefesien distribusi (koefisien
partisi). Hukum ini seperti dinyatakan di atas secara termodinamis tidaklah benar-benar
tepat (misalnya, tak diperhitungkan aktivitas dari berbagai spesi itu, dan karenanya
diharapkan hanya akan berlaku dalam larutan encer dimana angka banding aktivitas itu
mendekati satu), tetapi merupakan suatu pendekatan yang berguna. Pada penerapan praktis
ekstraksi pelarut ini, kita tentukan dalam memperhatikan fraksi zat terlarut total dalam fase
satu atau yang lainnya, tidak peduli bagaimanapun cara-cara disosiasi, atau interaksinya
dengan spasi-spasi lain yang terlarut (Basset, 1994 : 165).
Di antara berbagai jenis metode pemisahan, ektraksi pelarut atau disebut ekstraksi air
merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah
bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun mikro. Prinsip
metode ini didasarkan pada distribusi zat pelarut dengan perbandingan tertentu setara
antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, seperti benzena, karbon hertoksida atau
kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam
kedua fase pelarut. Terkini dapat digunakan untuk hal preperative, pemurnian, memperkaya
pemisahan serta analisis pada semua skala kerja. Mula-mula metode ini dikenal dalam kimia
analisis, kemudian berkembang menjadi metode yang baik, sederhana, cepat, dan digunakan
untuk ion-ion logam yang bertindak sebagai tracer (pengotor) dan ion logam dalam jumlah
makro logam (Khopkar, 1990 : 85).
Ekstraksi cairan-cairan merupakan suatu teknik dalam suatu larutan (biasanya dalam air)
dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (biasanya organik), yang pada hakekatnya
tak tercampurkan dengan yang disebut pertama dan menimbulkan perpindahan satu atau
lebih zat terlarut (solute) kedalam pelarut yang kedua itu (Basset, 1994 : 165).
Kafein sendiri adalah zat yang secara ilmiah di produksi oleh dedaunan dan biji-bijian
tumbuhan. Kafein juga di produksi secara artifisial dan di tambahkan ke dalam beberapa
produk makanan. Kafein terdapat di dalam daun teh, biji, kopi, coklat, dan obat penghilang
rasa sakit. Pada minuman ringan juga sering di tambahkan dengan kafein (Anonym1, 2006).
Kafein merupakan alkoloid dengan nama 1,1,7-trimetil xanthina. Kafein berfungsi sebagai
stimulan. Merupakan hablur yang pahit dengan warna putih mengkilat, kristal menjarum
dengan titik mencair atau titik leleh 236C, dan tidak berbau. Kafein terdapat pada teh, kopi,
cola, mente, dan cokelat, selain itu kafein juga diperoleh dari sintesa kimia. Kadar kafein
dalam teh lebih besar dari pada dalam kopi. Kadar kafein dalam teh berkisar antara 2-4%,
sedangkan dalam kopi hanya 0,5%. Kafein dapat bereaksi dengan iodium secara adisi,
sehingga kadar kafein dapat dihitung dengan menggunakan larutan iodium. Untuk reaksi
adisi dengan kafein digunakan iodium berlebih. Iodium dianalisa dengan titrasi reduksi (
Anonym2, 2003).
Kafein merupakan zat stimulan ringan yang dapat menyebabkan jantung jadi berdebar dan
menghilangkan rasa kantuk, banyak orang yang telah mengkonsumsi kafein menjadi lebih
enerjik dan bersemangat. Terlalu banyak mengkonsumsi kafein menyebabkan gelisah,
sensitif, insomnia, dan tremor. Kafein dapat bersifat racun. Kafein didapatkan dari isolasi
daun teh. Dalam daun teh tidak hanya mengandung kafein tapi juga substansi lain seperti
celulose. Warna coklat dari larutan coklat berasal dari pigmen flavonoid dan klorofil.
Walaupun klorofil larut dalam metilen clorida, tetapi kebanyakan substansi lain dalam teh
(Anonym3, 2006).
Partisi zat-zat terlarut antara 2 cairan yang tidak campur menawarkan banyak kemungkinan
yang menarik untuk pemisahan analitis. Bahkan dimana tujuan primer bukan analitis tapi
preparatif, eksrtraksi pelarut merupakan suatu langkah penting dalam urutan yang menuju
ke suatu produk murni itu dalam laboratorium organik, anorganik, atau biokimia. Seringkali
suatu pemisahan ekstraksi pelarut dapat diselesaikan dalam beberapa menit (Day dan
Underwood, 1986 : 468).
Proses ekstraksi pelarut berlangsung dalam 3 tahap, yaitu :
1. Pembentukkan kompleks yidak bermuatan yang merupakan golongan ekstraksi.
2. Distribusi dari kompleks yang terekstraksi
3. Interaksinya yang mungkin dalam fase organik.
(Khopkar, 2003 : 79).
Tiga metode dasar dalam ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap (batch) ekstraksi
kontinyu dan conter current. Ekstraksi bertahap merupakan cara yang paling sederhana.
Caranya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan
pelarut semula. Kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan
konsentrasi zat yang akan di ekstraksi pada kedua lapisan. Setelah ini tercapai, lapisan
didiamkan dan dipisahkan. Metode ini sering digunakan untuk pemisahan analitik.
Kesempurnaan ekstraksi tergantung pada banyaknya ekstraksi yang dilakukan. Hasil yang
baik diperoleh jika jumlah ekstraksi yang dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut
sedikit-sedikit (Khopkar, 2003 : 75).




























5.3. Metodologi
5.3.1. Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
- Gelas beker 100 ml
- Gelas arloji
- Bunsen
- Hot plate
- Pipet volume 25 ml
- Neraca analitik
- Kertas saring
- Asbes (kasa)
- Statif dan klem
- Separator Funnel3
2
1
Keterangan:
Seperator Funel
Gelas beker
Statif dan klem




Gambar 5.1 Rangkaian Alat Ekstraksi

5.3.2. Bahan
Bahan yang di gunakan dalam percobaan ini adalah :
- Daun the kering
- CaCO3
- Kloroform
- Akuades
5.3.3. Prosedur Percobaan
1. Menimbang daun the kering 7,5 gram yang sudah di tumbuk kering
2. Memasukkan daun the kering ke dalam gelas beker.
3. Menambahkan 75 ml air serta menambahkan 5 gr CaCO3 kemudian mendidihkannya.
4. Menyaring larutan dengan kertas saring
5. Memisahkan filtrat dari padatannya lalu di panaskan sampai sisa filtrat 1/3 volume.
6. Mendinginkan filtrat sampai suhu kamar dengan desikator.
7. Memasukkan larutan dalam separator funnel dan menambahkan 30 ml kloroform dan
mengocoknya.
8. Memisahkan larutan bawah dan atas pada separator funnel dalam gelas beker.
9. Menambahkan 5 ml kloroform pada larutan atas yang ada di separator funnel lalu
mengocoknya.
10. Memasukkan lapisan bawah pada gelas beker yang sama.
11. Menguapkan sampai kering.
12. Menutup gelas beker dengan kertas saring
13. Menimbang crude kafein.













5.4.Hasil dan Pembahasan
5.4.1. Hasil
Tabel 5.1 Data Hasil Pengamatan Ekstraksi Kafein dari Daun TehNo. Langkah percobaan
Hasil pengamatan
1.
2.
3.
4.

5.

6.



7.



8.



9.

10.

11.

12.

13.

14.
15. Menimbang daun teh
Memasukkan ke dalam beakker glass
Menambahkan aquades
Menimbang CaCO3 dan mendidihkan larutan.
Menyaring dengan kertas saring
Memisahkan filtran dari padatannya
Memanaskan sampai 1/3 volume
Mendinginkan sampai suhu kamar


Memasukkan ke dalam seperator funel+
menambahkan kloroform dan mengocok

Memisahkan kedua lapisan tersebut



Menambahkan kloroform pada lapisan atas lalu mengocok.
Menampung lapisan bawah pada beakker sama
Mengevaporasikan sampai kering
Menimbang Crude kafein
Memasukkan beker gelas dalam desikator selama 15 menit.
Menimbang beakker glass 250 ml kosong
Menimbang Crude + beker gelas
Crude kafein M = 7,5 gram

V = 75 ml

M = 5 gram
Berwarna coklat muda.

V awal = 25 ml
V akhir = 8,33 ml
Warna cokelat kehitaman

V = 15 ml
Filtrat berwarna cokelat kehitaman, terbentuk 2 lapisan.
Terbentuk lapisan atas
( coklat tua ) dan lapisan bawah ( hijau muda ).

V = 5 ml, larutan berwarna coklat tua.






M = 96,8 gram

M = 97,7 gram
M = 0,9 gram






5.4.2. Pembahasan
Daun teh kering ditambahkan dengan CaCO3 dengan tujuan untuk membantu pendesakkan
kafein dalam daun teh sehingga melarut dalam air atau dengan kata lain untuk mengikat
bahan-bahan yang tekandung dalam teh. Mendidihkan larutan dimaksudkan untuk
memisahkan kafein dan zat-zat lain dalam teh karena CaCO3 larut dalam keadaan panas.
CaCO3 memiliki BM yang tinggi yaitu 100,07 gram/mol akan mengendap apabila dingin
sehingga larutan perlu disaring dalam keadaan panas. Filtrat yang di dapat dari penyaringan
dipanaskan hingga 1/3 volume awalnya agar kandungan yang lain dari teh tersebut hilang
dan yang tersisa hanya kafein. Proses pemanasan ini sangat berperan dalam mendukung
difusivitas yaitu masuknya pelarut air menembus bahan padat daun teh dan melarutkan
kafein dari daun karena perbedaan konsentrasi yang besar antara pelarut dn bahan.
Difusivitas ini memerlukan perbedaan temperatur dan tekanan yang signifikan yang dapat di
peroleh melalui pendidihan larutan. Hasilnya adalah sari daun teh tersebut larut dengan
warna larutan coklat tua dan ampas daun teh diatasnya, sedangkan CaCO3, menjdi endapan
putih di dasar larutan sehingga tidak mengganggu larutan yang di inginkan.
Pendingin pada larutan bertujuan agar pelarutan ekstrak daun teh dalam air benar-benar
sempurna ( larut secara maksimal ). Jika menyaring saat larutan masih panas, mungkin saja
proses pelarutan masih terjadi. Penggunaan kloroform sebagai pelarut ke dua adalah karena
kloroform tidak bercampur dengan air dan mudah menguap sehingga pada akhir percobaan
dapat terpisah dengan ekstrak kafein. Selain itu, kafein dan kloroform sama-sama bersifat
non polar. Pada saat larutan berada di dalam corong pemisah ini terlihat bahwa air dan
kloroform tidak dapat bercampur. Air berada di bagian atas, sedangkan kloroform yang
kerapatannya lebih tinggi berada di bawah nya. Mulanya kafein hanya terkonsentrasi pada
air. Namun setelah corong pemisah di kocok, kafein akan terdistribusi menempati kedua
bagian pelarut dan mencapai kesetimbangan sebagian antara fasa bagian atas (dalam air)
dan fasa yang lebih rendah (kloroform). Kafein merupakan zat organik yang dapat larut
dalam pelarut organik kloroform dan memiliki gugus karbonil yang hidrofilik sehingga juga
larut dalam air. Terbentuknya 2 lapisan pada larutan dimana lapisan bawah merupakan
campuran kafein dan kloroform penambahan tersebut sebanyak 5 ml. Setelah menampung
lapisan bawah pada gelas beker yang sama, maka di evaporasikan hingga kering dan di
hasilkan crude berwarna hijau muda.
Seharusnya crude kafein berwarna putih. Mungkin terjadi kesalahan dalam
pencampuran sehingga warna crude menjadi hijau muda. Adapun guna pemanasan ini
adalah untuk menguapkan zat tersebut yaitu kloroform yang dapat dilihat saat
pengevaporasian keluar seperti uap dan bau yang menyengat. Dari perhitungan diketahui
kadar kafein 12%, sedangkan pada literatur disebutkn bahwa kadar kafein dari teh hanya
berkisar antara 2-4%. Kadar kafein yang diperoleh dari perhitungan mungkin belum benar-
benar tepat karena daun teh yang digunakan adalah daun teh yang sudah di olah (bukan
daun teh yang diambil dari pohon langsung). Mungkin juga hal ini dikarenakan daun teh
yang digunakan tidak terlalu halus sehingga saat isolasi dengan CaCO3, CaCO3 sulit untuk
mengikat kafein yang terperangkap dalam potongan daun teh sehingga larutan kurang
sempurna.




5.1. Penutup
5.5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang di dapat dari percobaan ini adalah :
1. Suatu cara mendapatkan kafein dari daun teh adalah dengan metode ekstraksi pelarut.
2. Ekstraksi pelarut adalah mengambil suatu zat terlarut dari dalam larutan air oleh suatu
pelarut yang tidak dapat bercampur dengan air, sehingga dapat dipisahkan. Dalam hal ini
pelarut yang digunakan adalah kloroform.
3. Berat kafein dari 7,5 daun teh adalah 0,9 gram.
4. Presentase kadar kafein dalam daun teh sampel sebesar 12%.

5.5.2. Saran
Ekstraksi sebaiknya digunakan dalam berbagai macam merek teh agar hasilnya bervariasi
sehingga kita dapat membandingkan kadar kafein dalam beberapa merk kafein.
Diposkan 7th May oleh muh.abdul aziz

Anda mungkin juga menyukai