MAKALAH SYARIAH
“SYARIAH DAN SUMBER-SUMBER SYARIAH”
OLEH:
NAMA : FITRIANI DAMAYANTI
STAMBUK : 150 2019 0131
KELAS : C7
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas individu dari mata kuliah Syariah dengan judul “Syariah dan
Sumber-Sumber Syariah”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
22 Maret 2019
Fitriani Damayanti
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Syariah
B. Pengertian Hukum
C. Pengertian Fiqh
D. Pengetian Sumber dan Dalil
E. Sumber Syariah Pertama Primer Al-Qur’an
F. Sumber Syariah Kedua Primer Haidits
G. Sumber Syariah Sekunder yang Lahir dari Itjihad
H. Yang Dilahirkan Itjihad Sebagai Sumber Syariah Sekunder
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum Islam merupakan salah satu ruang ekspresi pengalaman agama yang amat penting
dalam kehidupan orang muslim, sampai-sampai seorang pengkaji mengatakan “Hukum Islam
adalah ikhtishar pemikiran Islam, manifestasi paling tipikal dari cara hidup muslim, dan
merupakan inti dan saripati Islam itu sendiri”.
Sebagaimana telah disepakati oleh ulama, meskipun mereka berlainan mazhab, bahwa
segala ucapan dan perbuatan yang timbul dari manusia, baik berupa ibadah, muamalah, pidana,
perdata, atau berbagai macam perjanjian, atau pembelajaran, maka semua itu mempunyai hukum
di dalam syari’at Islam. Hukum-hukum ini sebagian telah dijelaskan oleh berbagai nash yang ada
didalam Al-Qur’an dan As Sunnah, akan tetapi syari’at telah menegakkan dalil dan mendirikan
tanda-tanda bagi hukum itu, di mana dengan perantaran dalil dan tanda itu seorang mujtahid
mampu mencapai hukum itu dan menjelaskannya.
Dari kumpulan hukum-hukum syara’ yang berhubungan dengan ucapan dan per buatan
yang timbul dari manusia, baik yang diambil dari nash dalam berbagai kasus yang ada nashnya,
maupun yang dinisbathkan dari berbagai dalil syar’I lainnya dalam kasus-kasus yang tidak ada
nashnya, terbentuklah fiqh. Adapun sumber-sumber yang telah disepakati adalah Al-Qur’an,
Sunnah/hadits, ijtihad dan qiyas karena hal ini tidak bertentangan dengan Surah an-Nisa ayat 59.
Karena syariah itu adalah hokum-hukum yang telah dinyatakan dan ditetapkan oleh
Allah sebagai peraturan hidup manusia untuk diimani, diikuti dan dilaksanakan dalam
kehidupannya, maka perlu untuk mengetahui apa pengertian dan sumber-sumber syariah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Apa Pengertian Syariah?
2. Apa Pengertian Hukum?
3. Apa Pengertian Fiqh?
4. Apa Pengertian Sumber dan Dalil?
5. Apa Sumber Syariah Pertama Primer Al-Qur’an?
6. Apa Sumber Syariah Kedua Primer Hadits?
7. Apa Sumber Syariah Sekunder yang Lahir dari Itjihad?
8. Yang Dilahirkan Itjihad Sebagai Sumber Syariah Sekunder?
C. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan makalah ini yaitu:
1. Untuk Mengetahui Pengertian Syariah.
2. Untuk Mengetahui Pengertian Hukum.
3. Untuk Mengetahui Pengertian Fiqh.
4. Untuk Mengetahui Sumber dan Dalil.
5. Untuk Mengetahui Sumber Syariah Pertama Primer Al-Qur’an.
6. Untuk Mengetahui Sumber Syariah Kedua Primer Hadits.
7. Untuk Mengetahui Sumber Syariah Sekunder yang Lahir dari Itjihad.
8. Untuk Mengetahui Yang Dilahirkan Itjihad Sebagai Sumber Syariah Sekunder.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Syariah
Secara etimologis (lughawi) syariah berarti “jalan ke tempat pengairan” atau
“jalan yang harus diikuti”, atau “tempat lalu air di sungai”. Arti terakhir ini digunakan
orang Arab sampai sekarang.
Kata syariah muncul dalam beberapa ayat Al-Qur’an seperti pada surah al-Maidah
(5): 48; asy-Syura (42):13; al-Jatsiyah (45):18, yang mengandung arti “jalan yang jelas
yang membawa kepada kemenangan”. Dalam hal ini, agama yang ditetapkan Allah untuk
manusia disebut syariah, dalam artian lughawi, karena umat Islam selalu melaluinya
dalam kehidupannya di dunia. Kesamaan syariah Islam dengan jalan air adalah dari segi
bahwa siapa yang mengikuti syariah ia akan mengalir dan bersih jiwanya. Allah
menjadikan air sebagai penyebab kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan sebagaimana
Dia menjadikan syariah sebagai penyebab kehidupan jiwa insani.
Menurut para ahli, definisi syariah adalah “Segala titah Allah yang berhubungan
dengan tingkah laku manusia di luar yang mengenai akhlak”. Dengan demikian, syariah
itu adalah nama bagi hokum-hukum yang bersifat amaliah.
Di antara ulama ada yang lebih mengkhususkan lagi pemakaian kata syariah itu
dengan “Apa-apa yang bersangkutan dengan peradilan serta pengajuan perkara kepada
mahkamah dan tidak mencakup kepada halal dan haram”.
Adapun pengertian syariah secara harfiyah adalah “sumber air” atau “sumber
kehidupan” sedangkan pengertian syariah di kalangan ahli hokum islam mempunyai
pengertian umum dan khusus. Syariah dalam pengertian umum ialah tata kehidupan
dalam islam, termasuk pengetahuan tentang ketuhanan. Syariah dalam pengertian ini
sering kali disebut fiqh akbar, sedangkan syariah dalam arti khusus berkonotasi fiqh atau
sering kali disebut fiqh asgar, yakni ketetapan hokum yang dihasilkan dari pemahaman
seorang Muslim yang memenuhi syarat tertentu tentang Al-Qu’an dan as sunah dengan
menggunakan metode tertentu (ushul fiqh). Berdasarkan pengertian syariah itulah
terbentuk istilah tasy’ri atau tasyri’ islamy yang berarti peraturan perundang-undangan
yang disusun sesuai dengan landasan dan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Al-
Qur’an dan as sunah.
Menurut Istilah, perkataan “syariah” pada mulanya mempunyai arti yang luas,
tidak hanya berarti fiqh dan hokum, tetapi mencakup pula aqidah dan segala yang di
perintahkan oleh Allah SWT. Dengan demikian syariah berarti “meng Esakan Allah,
Mentaati Allah, Beriman Kepada Rasul-Rasul Nya, Kitab-Kitab Nya, dan Hari
Pembalasan. Pendek kata, bahwa syariah mencakup “segala sesuatu yang membawa
seseorang menjadi muslim”.
B. Pengertian Hukum
Perkataan hokum dari sisi Bahasa berasal dari akar kata “hakama” yang berarti
mencegah, atau menolak. Mencegah ketidakadilan, kedzaliman dan penganiayaan disebut
hokum. Sehubungan dengan itu maka para ulama ushul memandang bahwa segenap
firman Allah yang berkenan dengan perbuatan manusia (orang-orang mukallaf), baik
dalam bentuk tuntutan atau berupa pilihan, maupun dalam bentuk wadh’iy (hubungan
antara satu perbuatan dengan perbuatan lain) semuanya disebut hokum.
Hokum sebagai bahagian dari syariat jika syariat dipahami dalam artian yang luas,
oleh Muhammad Husain al-Dzahabiy dibagi ke dalam dua bahagian pokok yaitu :
1. Hokum-hukum i’tiqadiyah yakni segala hal yang berkenan dengan aqidah dan
rukun iman yang ke enam.
2. Hokum-hukum ‘amaliyah yang mencakup ibadah seperti : salat, puasa, zakat,
haji dan muamalah seperti: jual beli, perkawinan, kewarisan dan sebagainya.
C. Pengertian Fiqh
Dari segi Bahasa, perkataan fiqh (al-Fiqh) berasal dari akar kata Fa, qa dan ha
(faqaha) yang berarti faham atau pengetahuan tentang sesuatu. Dari sini dapat di
tegaskan bahwa perkataan fiqh itu menunjuk kepada pengetahuan tentang hokum-hukum
agama, hokum-hukum syariah. Salah satu doa menyebutkan “Wahai Tuhan Ajarkanlah
padanya pengetahuan agama dan jadikanlah dia memahami ta’wil). Perkataan fiqh juga
di jumpai dalam Al-Qur’an dengan kata jadian nafqah, tafqahun, yafqahun, yatafaqqahu,
yang disebut dalam Al-Qur’an tidak kurang dari dua puluh kali.
Pengertian fiqh dari segi istilah tidak jauh dari pengertian di atas, hanya saja
mempunyai cakupan yang lebih sempit,sebab fiqh tidak mencakup semua ilmu-ilmu
agama. Oleh ulama fiqh sendiri, perkataan fiqh dipakai dengan pengertian; “Ilmu
tentang hokum-hukum syariah yang bersifat amaliah, yang diambil dari dalil-
dalinya yang terperinci”. Dengan demikian objek kajian fiqh pada dasarnya ada 2 yaitu:
1. Hokum-hukum amaliah (perbuatan Jasmaniah).\
2. Dalil-dalil tentang hokum memperteguh pandangan yang membedakan antara
hokum amaliyah (jasmaniyah) dengan hokum I’tiqadiyah (hati dan rohani).
Kata “fiqh” secara etimologis berarti “paham yang mendalam”. Bila “paham”
dapat digunakan untuk hal-hal yang bersifat lahiriah, maka fiqh berarti paham yang
menyampaikan ilmu lahir kepada ilmu batin. Karena itulah at-Tirmidzi menyebutkan
“fiqh tentang sesuatu” berarti mengetahui batinnya sampai kepada kedalamnya.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa “fiqhuí” atau paham tidak sama dengan
“ilmu” walaupun wazan (timbangan) lafaz-nya dari segi kesiapannya menangkap apa
yang dituntut. Ilmu bukanlah dalam bentuk zhanni seperti paham atau fiqh yang
merupakan ilmu tentang hokum yang zhanni dalam dirinya. Secara definitive, fiqh
diibaratkan dengan ilmu karena fiqh itu semacam ilmu pengetahuan. Memang fiqh itu
tidak sama dengan ilmu seperti disebutkan di atas, fiqh itu bersifat zhanni. Fiqh adalah
apa yang dapat dicapai oleh mujtahid dengan zhan-nya, sedangkan ilmu tidak bersifat
zhanni seperti fiqh. Namun karena zhan dalam fiqh ini kuat, maka ia mendekati kepada
ilmu; karenanya dalam definisi ini ilmu digunakan juga untuk fiqh.
2. Kedudukan Al-Qur’an
Tidak ada perselisihan pendapat diantara kaum muslimin tentang al-Qur’an itu
sebagai hujjah yang pertama dan utama serta hukum-hukumnya yang wajib ditaati itu
datang dari sisi Allah swt. Sebagai bukti bahwa al-Qur’an itu datang dari sisi Allah ialah
ketidak sanggupan (kelemahan) orang-orang membuat tandingannya, biar mereka itu
adalah sastrawan sekalipun. Bukti diambil sebagai sumber utama dan pertama,
sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nisa (4) ayat 59 yang berbunyi “Hai orang-
orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia
kepada Allah (al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya”.
QS. Al-Hijr (15) ayat 9 yang berbunyi “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan
al-Qur’an, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”[793].
[793] Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian al-Qur’an
selama-lamanya.
QS. Al-Isra’ (17) ayat 88 yang berbunyi katakanlah "Sesungguhnya jika manusia dan
jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan
dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu
bagi sebagian yang lain".
QS. Yunus (10) ayat 38 yang berbunyi katakanlah "Sesungguhnya jika manusia dan
jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan
dapat membuat yang serupa dengan Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu
bagi sebagian yang lain".
QS. Hud (11) ayat 13 yang berbunyi bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah
membuat-buat al-Qur’an itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), Maka datangkanlah
sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang
yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang
benar".
QS. Al-Baqarah (2) ayat 23 yang berbunyi “dan jika kamu (tetap) dalam keraguan
tentang al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah[31]
satu surat (saja) yang semisal al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain
Allah, jika kamu orang-orang yang benar”.
[31] Ayat ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan tentang kebenaran
al-Qur’an itu tidak dapat ditiru walaupun dengan mengerahkan semua ahli sastera dan
Bahasa karena ia merupakan mukjizat Nabi Muhammad s.a.w.
3. Al-Qur’an dinamai Al-Furqan berfungsi sebagai pembeda mana yang haq dan
mana yang bathil sebagaimana dalam QS. Al-Furqon (25) ayat 1 yang berbunyi
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al-Qur’an) kepada
hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam[1052]”.
[1052] Maksudnya jin dan manusia.
2. Qiyas
A. Pengertian Qiyas
Qiyas menurut Bahasa berarti ukuran, mengetahui ukuran sesuatu,
membandingkan atau menyamakan sesuatu dengan yang lain. Sedangkan,
menurut istilah artinya menyamakan sesuatu kejadian yang tidak ada nashnya
kepada kejadian yang lain, yang ada nashnya mengenai hokum yang nash telah
menetapkan; antaranya adanya kesamaan dua kejadian itu dalam illat hukumnya.
A. Kesimpulan
1. Syariah merupakan isi yang sebenarnya dari wahyu (Al-Qur’an dan Al-Sunnah).
Sedangkan fiqh ialah ilmu yang menerangkan hokum-hukum syariat islam yang diambil
dari dalil-dalilnya yang terperinci. Hokum islam adalah aturan-aturan yang datang dari
Allah SWT melalui perantara para rasul-Nya yang berupa hokum-hukum yang syariah
dan juha bersifat dzanni yaitu fiqh.
2. Hokum islam lebih umum dari kedua kata lainnya, karena apabila nerupa hokum-hukum
qath’I dinamakan dengan syariah. Sedangkan bila berupa hokum yang dzanni maka
dinamakan dengan fiqh
3. Ulama’ sepakat bahwa sumber-sumber hokum islam yang bisa dijadikan hujjah adalah
Al-Qur’an, Hadits, Ijma dan Qiyas. Alasannya karena Al-Qur’an dan Hadits yang
menjadi sumber hokum islam yang utama tidak ada lagi setelah Rasullullah saw. wafat
padahal sejalan dengan periodesasi manusia yang semakin berkembang maka,
permasalahan barupun ikut berkembang sehingga ulama’ melakukan ijtihad yang
disepakati oleh sahabat sebagai sumber hokum sehingga menjadi ijma’ dan mengiklaskan
hokum yang tidak ada dalam Al-Qur’an, hadits dan ijma’ untuk menyelesaikan hokum
permasalahan baru.
B. Saran
Diharapkan para pembaca juga melihat dari beberapa referensi lain yang menyangkut
dengan makalah ini, agar dapat memberikan pengetahuan yang lebih baik. Adapun
kekurangan dari makalah ini dapat di kritik ataupun saran demi perkembangan ke
depannya.
DAFTAR PUSTAKA