Anda di halaman 1dari 21

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap Kimia Dasar dengan judul percobaan “Pembuatan

Sikloheksena” disusun oleh :

nama : Susanti Mangngallo

NIM : 200105501028

kelas / Kelompok : Pendidikan Kimia B / V ( Lima)

telah diperiksa dan dikonsultasikan kepada Asisten dan Koordinator Asisten,


maka dinyatakan diterima.

Makassar, April 2021

Koordinator Asisten Asisten

Aan Eko Putra, S.Pd. Yustika Ayu Lestari Rasyid


NIM: 1513140007

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Nita Magfirah Ilyas, S.Si., M.Si..


NIP. 19941004 201903 2 023
A. JUDUL PERCOBAAN
Pembuatan Sikloheksena

B. TUJUAN PERCOBAAN

Mahasiswa diharapkan mengerti mengenai hal-hal berikut:


1. Teknik-teknik dasar mengenai pemurnian zat cair organik meliputi
pemisahan, pengeringan, penyaringan, dan destilasi.
2. Proses-proses dasar dalam pemurnian zat cair organik yang dihasilkan
oleh suatu sistsesis.
3. Asas-asas dehidrasi alkohol.
4. Asas-asas ketidakjenuhan elefin.
5. Reaksi-reaksi untuk menunjukkan ketidakjenuhan elefin.
C. LANDASAN TEORI
Dalam konteks kimia, pemisahan merupakan sebutan yang menyeluruh
bagi keadaan hipotesis apabila terjadi pemencilan yang lengkap, juzuk atau
komponen yang terkadang di dalam suatu campuran. Tujuan dari proses
pemisahan adalah untuk mengasingkan bahan atau Sebastian kimia kepada
bentuknya yang tulen. Misalnya, campuran Sebastian A dan sebastian B boleh
diasingkan dengan menggunakan kaedah pemisahan kepada sebabstian A dan
Sebastian B (Sanagi, 1998 : 2 ).
Hidrokarbon adalah senyawa organik paling sederhana, terdiri dari unsur
karbon dan hidrogen saja. Berdasarkan bentuk rantai karbonnya, hidrokarbon
dapat dibagi ke dalam senyawa alifatik, alisiklik, dan aromatik. Hidrokarbon yang
semua ikatan karbon-karbonnya merupakan ikatan kovalen tunggal disebut
hidrokarbon jenuh. Jika terdapat satu saja ikatan karbon-karbon rangkap dua atau
tiga, digolongkan sebagai hidrokarbon tak jenuh (Dadari dan Dian, 2012: 71).
Berdasarkan jenis ikatan antara atom karbon, senyawa hidrokarbon dapaat
dibedakan menjadi hidrokarbon jenuh dan tak jenuh. Seluruh ikatan antar atom
karbon pada hidrokarbon jenuh merupakan ikatan kovalen tunggal. Pada
hidrokarbon tak jenuh, terdapat satu atau lebih ikatan rangkap ataupun ikatan
rangkap tiga (James 2020: 48). Hidrokarbon dapat berbentuk gas (contohnya
metana dan propana), cairann (contohnya heksana dan benzena), lilin atau padatan
dengan titik didih rendah (contohnya paraffin was dan naftalena) atau polimer
(contohnya polietilena, polipropana) (James 2020: 49).
Alkena digolongkan dalam hidrokarbon tak jenuh (unsaturated
hydrocarbon),senyawa dengan ikatan rangkap dua atau ikatan rangkap tiga
karbon-karbon. Hidrokarbontak jenuh umumnya mengalami reaksi adisi (addition
reaction ) dimana satu molekul ditambahkan pada molekul yang lain untuk
membentuk produk tunggal. Salah satu contoh reaksi adisi adalah hidrogenesasi
(hydrogenation), yaitu penambahan molekul hidrogen ke senyawa yang
mengandung ikatan C¿ C atau C ≡C (Chang,2004 :347).
Alkena merupakan senyawa hidrokarbon yang mengandung ikatan
rangkap karbon-karbon. Alkena terdapat dalam jumlah berlebih di dalam . Etilena,
sebagai contohnya adalah hormone tanaman yang memacu pematangan buah, dan
α-pinen adalah senyawa terbanyak dala, turpentine (Prasojo,2017 : 85). Alkena
dapat dibuat dengan reaksi eliminasi alkohol (dalam suasana asam kuat) atau alkil
halida (dalam suasana basa). Alkohol primer bereaksi eliminasi dengan lambat.
Dalam H2SO4 pekat dan panas, alkena yang terbentuk, dapat mengalami
isomerisasi dan reaksi-reaksi lain; oleh karena itu biasanya alkohol primer tak
berguna dalam pembuatan alkena. Alkil halida primer juga dapat mengalami
reaksi eliminasi dengan lam at lewat jalan E2. Namun, bila digunakan suatu basa
meruah seoerti ion t-butosida, dapat diperole alkena dengan rendemen yang baik
(bersama produk SN2 sekedarnya) (Fessenden dan Fessenden, 1989 : 385).
Pada dasarnya reaksi-reaksi yang terjadi pada golongan alkena dibedahkan
menjadi dua jenis, yaitu reaksi yang terjadi pada ikatan rangkap dan reaksi-reaksi
yang terjadi pada posisi di luar ikatan rangkap. Jadi kesimpulannya, alkena
mempunyai gugus fungsi dan memiliki ciri khas reaksi-reaksi yang terjadi yaitu
ikatan rangkap dan alkena termasuk golongan hidrokarbon alifatik tidak jenuh
menunjukkan kandungan atom hidrogennya (Bockisch, 2010 :823).
Dalam kimia organik, istilah alkohol merupakan nama suatu golongan
senyawa organik yang tersusun dari unsur-unsur C,H, dan O dengan struktur yang
khas. Bila ditinjau dari kemanfaatannya dalam sintesis senyawa organik, alkohol
mempunyai peranan penting. Hal ini karena dari alkohol dapat dibuat menjadi
berbagai senyawa organik yang termasuk golongan lain, misalnya alkil halide
aldehida, keton, dan asam karboksilat. Di samping sebagai bahan dasar dalam
sintesis,alkohol seringkali digunakan sebagai pelarut untuk melangsungkan
sejumlah reaksi organik. Dalam kehidupan sehari-hari, ada beberapa anggota
golongan alkohol yang memiliki kegunaan khusus, misalnya : methanol
digunakan sebagai bahan anti pembekuan, etanol digunakan sebagai sumber panas
karena mempunyai nyala yang jernih dan panas, dan lauril alkohol digunakan
dalam pembuatan deterjen (Parlan, 2003 : 97).
Berdasarkan cara pembuatan maupun reaksi-reaksinya alkohol merupakan
senyawa hidroksida turunan dari alkana atau air.
R−¿H (alkana) R−¿OH ( alkohol) H−¿OH (air)
Karena merupakan turunan dari alkane maka kemungkinan atom hidrogen yang
digantikan oleh gugus hidroksil dapat satu atau lebih, sehingga dikenal :
a) Monohidroksi alkohol, yaitu alkohol mengandung satu gugus hidroksida.
b) Polihidroksi alkohol, yaitu alkohol yang mengandung lebih dari satu gugus
hidroksida (Amirco, 2003 : 58)
Nama IUPAC alkohol diambil dari nama alkana induknya, tetapi dengan
akhiran –ol. Suatu angka awalan yang dipilih seredah mungkin, digunakan jika
diperlukan.
CH3OH CH3CH2CH2OH CH3CH3CH3
(metanol) (1-propanol) OH (2-propanol )
Bila lebih dari satu gugus hidroksil digunakan penandaan di,tri, dan sebagainya,
tepat sebelum akhiran-ol. Catatan akhiran a pada alkane induknya tetap, kemudian
baru diberi konsonan “d” dari akhiran diol (Rasyid, 2009 : 125).
Senyawa alkohol mempunyai gugus hidroksi (-OH) dan gugus alkil (-R) .
Kebanyakan pembawa sifat dan karasteristik senyawa alkohol adalah gugus –OH .
Walaupun gugus –R juga mempunyai kontribusi terhadap senyawa alkohol
(Prasojo , 2009 : 128). Jika didas arkan atas jenis atom karbon yang mengikat
gugus –OH , golongan alkohol dapat dikelompokkan menjadi : alkohol primer,
yaitu dengan gugus –OH yang terikat pada atom C primer, alkohol sekunder, yaitu
dengan gugus –OH yang terikat pada atom C sekunder dan alkohol tersier dengan
gugus –OH terikat pada atom C tersier (Parlan, 2003 :34).
Alkohol bersifat memiliki kebobotan kelarutan dalam air yang lemah
.Kelarutan dalam air ini berlangsung disebabkan oleh ikatan hidrogen antara
alkohol dan air. Bagian hidrokarbon suatu alkohol bersifat hidrofob
(hydrophobic) yakni menolak molekul-molekul air. Makin panjang bagian
hidrokarbon ini akan makin rendah kelarutan alkohol dalam air. Bagian
hidrokarbon suatu alkohol bersifat hidrofob (hydropobic) yakni menolak molekul-
molekul air. Makin panjang bagian hidrokarbon ini akan semakin rendah
kelarutan alkohol dalam air . Bila rantai hidrokarbon cukup panjang, sifat
hidrofob ini dapat mengalahkan sifat hidrofil ( menyukai air ) gugus hidroksil.
Alkohol berkarbon tiga, 1 dan 2-propanol , bercampur (niscible) dengan air ,
sedangkan hanya 8,3 gram 1-butanol larut dalam 100 gram air ( Fessenden dan
Fessenden,1982 : 261 ).
Pengujian kadar alkohol yaitu 1) kadar alkohol ditentukan dengan
menggunakan gas kromatografi. Kadar alkohol secara kualitatif ditentukan oleh
waktu retensi punck sapel, sedangkan kadar alkohol secara kuantitatif ditentukan
dengan cara menghitung luas area sampai dibandingkan denganluas area puncak
standar dikalikan kondisi standar. 2) Kenaikan kadar alkohol, pengukuran
dilakukan dengan menggunakan piknometer. Piknometer yang digunakan dengan
menggunakan botol piknometer 5 mL.Botol piknometer 5 mL yang kosong
ditimbang. Setelah itu kedalam piknometer dimasukkan sampel alkohol sampai
penuh dan dilakukan penimbangan sampel alkohol dengan memasukkan aquades
kedalam piknometer sampai penuh (Susilo,2018 :12).
Dehidrasi atau pelepasan air biasanya terjadi apabila asam sulfat pekat
berlebih dicampur dalam alkohol dengan dipanaskan pada suhu 180℃. Gugus
hidroksil akan terlepas dan atom hidrogen dari karbon terdekatnya juga terlepas
dan membentuk senyawa alkana( Suryani,2020: 122). Reaksi dehidrasi alkohol
menggunakan katalis bentonit terpilar alumina dapat terjadi melalui reaksi
intermolekuler maupun intramolekuler. Reaksi intermolekuler terjadi pada suhu
relatif lebih rendah dan molekul air dihasilkan dari dua reaksi molekul alkohol.
Hasil reaksi dehidrasi alkohol intermolekuler adalah suatu eter sedangkan reaksi
intramolekuler menghasilkan alkena. Reaksi dehidrasi alkohol berlangsung
karena adanya interaksi antara katalis dengan alkohol. Mekanisme reaksi yang
terjadi kemungkinan adalah adsorpsi alkohol pada sisi asam bronsted pada katalis
menghasilkan ion oksonium. Interaksi ion oksonium dengan molekul alkohol
lainnya diikuti dengan dehidrasi dan perpindahan H + sehingga terbentuk dietil
eter, dipropil eter dan diisopropil eter (Lubis,2010: 80).
Salah satu contoh pembuatan olefin dari alkohol adalah dehidrasi
sikloheksanol menjadi sikloheksena. Reaksi ini termasuk reaksi eliminasi β.
Dehidrasi ini dapat dilak ukan dengan cara memanaskan alkohol dengan suatu
asam pada suhu yang tidak terlalu tinggi. Dalam percobaan ini, sebagai katalis
dipilih asam sulfat (Tim Dosen Kimia Organik,2021 : 36).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Kolom Fraksinasi 1 buah
b. Kondensor Refluks 1 buah
c. Erlenmeyer 25 mL 1 buah
d. Erlenmeyer 50 ml 1 buah
e. Gelas Kimia 250 mL 1 buah
f. Labu Destilasi 1 buah
g. Corong Pisah 1 buah
h. Gelas Ukur 25 mL 1 buah
i. Gelas Ukur 10mL 1 buah
j. Penangas Air 1 buah
k. Neraca Analitik 1 buah
l. Batang Pengaduk 1 buah
m. Labu Semprot 1 buah
n. Tabung Reaksi 2 buah
o. Pipet Tetes 3 buah
p. Rak Tabung Reaksi 1 buah
q. Lap Kasar 1 buah
2. Bahan
a. Sikloheksanol (C6H12OH)
b. Asam sulfat pekat (H2SO4)
c. Larutan Natrium bikarbonat 10% (NaCO3)
e. Kalium Karbonat Anhidrat (CaCl2)
f. Larutan Kalium Permanganat 1% (KMnO4)
g. Batu didih 3 butir
h. Kertas Saring 1 buah
i. Tissue
j. Alat
E. PROSEDUR KERJA
Pembuatan Sikloheksena
a. Dimasukkan 5 mL sikloheksanol ke dalam labu destilasi 500 mL.
b. Ditambahkan dengan hati-hati 1 mL asam sulfat pekat (H2S04) dan
mengkocoknya dengan baik.
c. Ditambahkan dua butir batu didih dan dipasang labu pada kondensor yang
telah disiapkan.
d. Dilakukan destilasi dengan memanaskan labu dengan penangas listrik
sehingga suhu penyulingan tidak melampaui 900 C.
e. Ditampung hasil destilasi dan melanjutkan destilasi hingga residunya tinggal
sedikit.
f. Dipindahkan hasil destilasi ke corong pisah dan membiarkan kedua lapisan
memisah.
g. Dibuang lapisan bawah (air) dan dicuci lapisan organik yang tertinggal dalam
corong berturut-turut dengan l0 mL air, 10 mL larutan NaHCO3 10% dan 10
mL air.
h. Lapisan hidrokarbon dituang ke dalam Erlenmeyer atau gelas kimia yang
kering.
i. Ditambahkan 2,5 gram CaCl2 anhidrat.Dikocok selama dua menit.
menyaringnya dengan kertas saring yang diletakkan pada corong biasa
sehingga diperoleh sokloheksena murni.
2. Uji Ketidakjenuhan
a. Dimasukkan 1 tetes sikloheksena kedalam tabung reaksi, dan ditambahkan 1
tetes KMnO4.
b. Dimasukkan 1 tetes sikloheksena kedalam tabung reaksi, dan ditambahkan 1
tetes H2SO4.
c. Dimasukkan 1 tetes sikloheksena kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 1
tetes MgO.

F. HASIL PENGAMATAN
1. Pembuatan sikloheksena
No Aktivitas Hasil pengamatan
1. 21 mL sikloheksanon Larutan berwarna hitam kecoklatan
(bening) + 2 mL H2SO4 dan terasa panas
(kuning), dikocok + 2 butir
batu didih
2. Destilasi Destilat pertama keluar pada suhu
76oC
3. Hasil destilasi dimasukkan ke Terbentuk dua lapisan :
corong pemisah, buang - lapisan warna putih (sikloheksena)
lapisan bawah (air), lalu cuci - lapisan bawah tidak berwarna
pakai 10 mL air, NaHCO3 dan
sekali lagi 10 mL air
4. Sikloheksena + 2,5 gram Larutan warna putih dan ada
CaCl2 dan dikocok selama 2 gumpalan putih
menit kemudian didiamkan 15
menit dan disaring
5. Setelah disaring Bening (4 mL)
2. Uji Ketidakjenuhan
No Aktivitas Hasil pengamatan
1. Sikloheksena + KMnO4 Larutan berwarna coklat
( 1 tetes) (1 tetes)
2. Sikloheksena + H2SO4 Larutan berwarna kuning
( 1 tetes) (1 tetes)
3. Sikloheksena + MgO Larutan berwarna putih keruh ada
( 1 tetes) (1 tetes) endapan putih

D. ANALISIS DATA

Diketahui:
ρ C6H10 = 0,81g/mL
ρ C6H11OH = 0,94 g/mL
Mr C6H11OH = 100 g/mol
Mr C6H10 = 82 g/mol
V C6H11OH = 5 mL
V C6H10 praktek = 0,4 mL
Massa C6H11OH = 4,7 gr
Ditanyakan: % Rendemen …….........?
Penyelesaian :
Massa C6H11OH =ρxV
= 0,94 g/mL x 5 mL
= 4,7 g

massa
Mol C6H11OH =
Mr
4,7
=
100
= 0,2 mol
Mol C6H10 = mol C6H11OH
= 0,047 mol
C6H11OH C6H10 + H2O
Mula-mula : 0,047 mol - -
Bereaksi : 0,047 mol 0,047 mol 0,047 mol
Hasil : - 0,047mol 0,047 mol
Massa teori C6H10 = Mol X Mr
= 0,047 mol x 82 g/mol
= 3,854 g
Massa praktek C6H10 =ρxV
= 0,81 g/mL x 0,4 mL
= 0,324 g
massa praktek
% rendemen = x 100%
massa teori
0,324
= x 100%
3,845
= 8,406 %
E. PEMBAHASAN
Sikloheksena adalah senyawa hidrokarbon yang dapat dibuat dengan
menggunakan sikloheksanol dengan cara dehidrasi alkohol dengan bantuan asam
sulfat pekat (H2SO4) pekat sebagai agen dehydrator.Tujuan dari percobaan ini
yaitu mahasiswa diharapkan mengerti mengenai teknik-teknik dasar mengenai
pemurnian zat cair organik meliputi pemisahan, pengeringan, penyaringan, dan
destilasi, proses-proses dasar dalam pemurnian zat cair organik yang dihasilkan
oleh suatu sintesis, asas-asas dehidrasi alkohol, asas-asas ketidakjenuhan elefin,
dan reaksi-reaksi untuk menunjukkan ketidakjenuhan elefin. Prinsip dasar
percobaan kali ini yaitu pembuatan sikloheksena dengan dehidrasi alkohol dengan
cara memanaskan alkohol dengan suatu asam dan prinsip kerjanya adalah
pengocokan, destilasi, pengeringan, penyaringan dan pemisahan larutan
berdasarkan massa jenis dan kepolarannya
Pada percobaan ini langkah pertama yang dilakukan yaitu memasukkan
21 mL sikloheksanol ke dalam labu bundar dan ditambahkan dengan 2 mL
H2SO4 pekat. Sikloheksanol merupakan bahan dasar yang digunakan untuk
membuat sikloheksena.Sikloheksanol digunakan dalam percobaan ini karena
sikloheksanol mengandung gugus hidroksil-OH) yang termasuk golongan alkohol
sehingga dapat dilakukan dehidrasi alkohol yang akan menghasilkan alkana.
H2SO4 pekat berfungsi sebagai agen dehidrator dan sebagai katalis yang dapat
mempercepat reaksi tetapi tidak ikut bereaksi.

Kemudian kocok larutan yang telah ditambahkan dengan 2 mL H2SO4


pekat. Dimana setelah dikocok menghasilkan larutan berwarna hitam kecokelatan
dan terasa panas karena terjadi reaksi eksoterm. Fungsi pengocokan yang
dilakukan yaitu agar larutan tercampur sempurna . Sebelum didestilasi, campuran
tersebut ditambahkan beberapa 2 butir batu didih yang berfungsi untuk
mengurangi letupan-letupan saat proses destilasi. Destilasi disini bertujuan untuk
memisahkan sikloheksena yang telah diperoleh dari hasil reaksi dehidrasi
sikloheksanol dengan berdasarkan titik didihnya

,
Dalam proses destilasi suhu penyulingan dijaga agar tidak melampaui 95oC karena
pada suhu tersebut terbentuknya sikloheksena dan apabila melampaui suhu 95 oC
maka tidak terbentuk sikloheksena melainkan senyawa lain. Sedangkan jika lebih
dari suhu tersebut maka yang terbentuk adalah air karena suhu optimum air untuk
menguap adalah 100ᵒC Dari hasil pengamatan didapatkan suhu pertama yang
keluar adalah pada suhu 76oC.
Proses destilasi dihentikan ketika residu tinggal sedikit dengan hasil
destilasi yang diperoleh berupa larutan berwarna keruh. Hasil yang diperoleh
setelah didestilasi larutan tersebut masih kotor karena masih bercampurnya
siklohesena dan air

Hasil destilat tersebut kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah untuk


melakukan proses pemisahan dan diperoleh 2 lapisan yaitu sikloheksena pada
lapisan atas berwarna putih dan air pada lapisan bawah tidak berwarna.
Terbentuknya dua lapisan ini disebabkan adanya perbedaan sifat kepolaran
dimana sikloheksena bersifat nonpolar dan air bersifat polar. Selain itu massa
jenis sikloheksena adalah 0,84 gram/mL, lebih kecil jika dibandingkan dengan
massa jenis air yang 1 gram/mL. sehingga sikloheksena berada pada lapisan atas.

Lapisan bawah (air) dibuang dan kemudian lapisan sikloheksena dicuci


dengan 10 mL air dan 10 mL NaHCO 3. Aquades berfungsi sebagai pemisah
campuran dari komponen penyusun dan sebagai pelarut zat sisa reaksi. Pencucian
lapisan sikloheksena dengan natrium bikarbonat untuk meningkatkan penetralan
sisa-sisa asam dengan cara mengikat dan menyerap asam dari asam sulfat yang
masih ada dalam larutan yang bercampur dengan sikloheksena sehingga asam
sulfat benar-benar terpisah dari sikloheksena.
Kemudian lapisan sikloheksena dicuci lagi dengan 10 mL air. Adapun
pencucian air setelah pencucian natrium bikarbonat yaitu berfungsi untuk
mengikat sisa-sisa natrium bikarbonat yang digunakan untuk pencucian
sebelumnya. Setiap pencucian tersebut terbentuk 2 lapisan larutan yaitu
sikloheksena pada lapisan atas berwarna putih dan air pada lapisan bawah tidak
berwarna. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan kepolaran dan massa jenis
komponen cairan tersebut. Setiap lapisan bawah hasil pencucian tersebut
dikeluarkan dan disisakan lapisan sikloheksena yang ada pada lapisan atas.
Adapun persamaan reaksinya adalah:
H2SO4 + 2NaHCO3 Na2SO4 + 2H2O + 2CO2
Larutan sikloheksena yang dihasilkan tersebut kemudian dipindahkan ke dalam
erlenmeyer dan ditambahkan dengan CaCl2 sebanyak 2,5 gram, sementara
penambahan larutan sesekali dikocok. CaCl2 anhidrat ini berfungsi untuk mengikat
molekul H2O yang masih tersisa dengan reaksi sebagai berikut:
CaCl2(anhidrat) + H2OCaCl2.x H2O
Kemudian larutan didiamkan selama 15 menit sehingga menghasilkan
larutan berwarna putih dan terdapat gumpalan putih. Setelah itu larutan disaring
dengan menggunakan kertas saring untuk menghasilkan larutan yang bening dan
diperoleh sikloheksena yang bening sebanyak 4 mL. Setelah dilakukan analisis,
data-data yang diperoleh, persen rendemen yang diperoleh sebesar 8,406%.
Rendemen yang diperoleh masih rendah. Hal ini menunjukkan adanya kesalahan
pada saat dilakukan destilasi, sehingga destilat yang diperoleh juga sedikit. Selain
itu, kesalahan terjadi pada saat pemisahan campuran, dimana banyak sikloheksena
yang terbuang. Mekanisme reaksi secara keseluruhan:
Kemudian sikloheksanon yang diperoleh digunakan untuk menguji
ketakjenuhan antara kalium permanganat dan asam sulfat. Lalu pada percobaan
ketidakjenuhan digunakan tiga macam larutan yang pertama yaitu KMnO 4, yang
kedua yaitu H2SO4, dan MgO. Pada tabung reaksi pertama yang berisi 1 tetes
sikloheksana ditambahkan dengan 1 tetes KMnO4 sehingga larutan yang
sebelumnya berwarna ungu berubah menjadi warna coklat.
Hal ini tidak sesui dengan teori karena tidak terbentuknya 2
lapisan yang seharusnya ketika ditambahkan dengan
KMnO4 menghasilkan 2 lapisan yaitu lapisan atas berwarna
coklat muda dan lapisan bawah berwarna coklat kehitaman
yang menandakan bahwa larutan yang dihasilkan pada hasil percobaan adalah
sikloheksena. Mekanisme reaksinya yaitu:
H2O OH
+ KMnO 4 + MnO 2
+ KOH

Kemudian untuk tabung reaksi kedua yang berisi sikloheksana


ditambahkan dengan H2SO4 menghasilkan larutan berwarna kuning. Ketidak
sesuaian ini disebabkan kesalahan praktikan karena ketidaktelitian dalam melihat
warna. Adapun persamaan reaksinya

H HOSO3H
+ H2SO4

F. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan maka dapat disimpulakan bahwa :
a. Teknik-teknik dasar dalam pemurnian zat yang cair yaitu destilasi,
pemisahan, pengeringan, dan penyaringan.
b. Pemurnian zat cair dari sintesis dapat digunakan dengan penyaringan.
c. Reaksi pembentukan sikloheksena merupakan reaksi dehidrasi alkohol
dengan menggunakan katalis H2SO4 pekat.
d. Pengujian ketidakjenuhan olefin dapat digunakan KMnO4 1%.
e. Reaksi yang menunjukkan ketidakjenuhan olefin yaitu :
f. Sikloheksena yang dihasilkan yaitu 4r mL dan rendemen 19,75%.
2. Saran
a. Kepada praktikan agar lebih mempersiapkan segala sesuatu sebelum
memulai praktikum.
b. Kepada praktikan agar lebih tenang ketika melakukan praktikum dan teliti
dalam mengukur atau mencakar jumlah zat yang digunakan dan diperlukan
keterampilan dalam penggunaan alat untuk mencegah kegagalan dan
kecacatan dalam hasil pengamatan,
c. Dalam melakukan kegiatan percobaan kerja sama antara anggota
kelompok sangat diperlukan demi kelancran dan kesuksesan kegiatan
percobaan
JAWABAN PERTANYAAN

1. Carilah % rendemen hasil, warna dan indeks bias sikloheksena.


Jawab:
Diketahui :
- Massa Sikloheksanol = 20 gram
- Mr sikoheksanol = 100 gram/mol
- Volume sikloheksena = 4 mL
- ρ sikloheksena = 0,81 g/mL
- MrSikloheksena = 82 gram/mL

Ditanyakan: % Rendemen ….?


Penyelesaian :
Massa Sikloheksanol
a. Mol sikloheksanol =
Mr sikloheksanol
20 gram
=
100 gram/mol
= 0,2 mol
n sikloheksanol = n sikloheksena = 0,2 mol
massa sikloheksena (teori) = 0,2 mol x 82 gram/mol
= 16,4 gram
b. Massa Sikloheksena = ρ sikloheksena x volume
= 0,81 gram/mol x 4 mL
= 3,24 gram

massa praktek
c. %rendemen = x 100%
massa teori
3,24 g
= x 100%
16,4 g
= 19,75 %
2. Tuliskan persaman reaksi hasil-hasil pengujian ketidakjenuhan di atas!
Jawab: persamaan reaksi hasil-hasil pengujian ketidakjenuhan
a.
Br
+ B r2

Br

b.

O H

+ K M nO 2 + M nO + K O H
4

c.

S O 2H
+ H 2S O 4

3. Berdasarkan cara kerja diatas, pada tahap manakah pengotoran-pengotoran


berikut dipisahkan dari sikloheksena ? (a) sikloheksanol, (b) asam sulfat, (c)
air?
Jawab:
a. Sikloheksanol dipisahkan dengan cara destilasi.
b. Asam sulfat dipisahkan dengan cara pencucian dengan air dan NaHCO3
c. Air dipisahkan dengan cara menambahkan CaCl2 serta dipisahakan
dengan cara menyaring pada corong pisah.

4. Tuliskan mekanisme reaksi dari proses pembuatan sikloheksena di atas!


Reaksi-reaksi manakah yang merupakan bagian dari mekanisme tersebut di
atas adalah proses kesetimbangan. Mengapa proses penyediaan yang telah
digunakan diatas dapat berlangsung hingga sempurna?
Jawab:
a. mekanisme katalis H2SO4 menjadi ion
H2SO4 → H+ + HSO4-

O H O H
+
H
+ H 2S O 4

H H H

b.protonasi

O H O H
+
H
+ H 2S O 4

H H H

c. Lepasnya

+ H 2S O 4 + H 2O
H

Pada dehidrasi alkohol kesetimbangan terjadi pada tahap pembentukan


karbokation dengan pelepasan H2O (air) yang berlangsung secara
lambat.Dapat berlangsung dengan sempurna karena nukleofilik pada
mekanisme E1 yaitu terbentuk kembali pada mekanisme E1 tahap dua yaitu
lepasnya H+ dan terbentuknya asam sulfat kembali sehingga berjalan
sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Amirco. 2003. Kimia Organik. Bandung : Armicco.

Bockisch, Christiana.2018. Kinetics and Mechanisms of Dehydration Of


Secondary Alcohols Under Hydrothermal Condistions. ACS Earth
Service Chem,2,821-832.

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga. Jakarta :
Erlangga.

Fessenden dan Fessenden. 1986. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.

James, dkk. 2020. Buku Ajar Pencemaran Laut. Univesitas SAM Ratulangi.

Lubis, Surya.2010. Preparasi Bentonit Terpilar Alumina dari Bentonit Alam dan
Pemanfaatannaya sebagai Katalis pada Reaksi Dehidrasi Etanol, 1-
propanol serta 2-propanol. Jurnal Rekayasa Kimia. Vol 6, No.2.

Parlan dan Wahyudi. 2003. K imia Organik I. Malang : Universitas Negeri


Malang.

Prasojo, Stefanus Layli. 2006. Kimia Organik 1. Makassar : Badan Penerbit


Univesitas Negeri Makassar.

Sanagi, Mohrd Marsin.1998. Teknik Pemisahan Dalam Analisis Kimia. Malaysia:


Universitas Teknologi Malaysia.

Suryani, dkk. 2020. Kimia Dasar Pertanian.Riau : UIR PRESS.

Susilo, Bambang. 2018. Pemurnian Alkohol Menggunakan Proses Detilasi-


Adsorpsi dengan Penambahan Adsorben Zeolit Sintesis 3
Angstrom.Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biositem, Vol 6, No
1.

Anda mungkin juga menyukai