Anda di halaman 1dari 16

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS FARMASI

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

NAMA : NURUL MUJAHIDA MUNIR

STAMBUK : 15020190209

KELAS : C11/C12

KELOMPOK : 1

ASISTEN : KHAIRUNNISA RAMADHANTI

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2020
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kromatografi adalah tehnik pemisahan campuran didasarkan atas


perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut
diantara dua fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair
atau gas). Bila fase diam berupa zat padat yang aktif, maka dikenal istilah
kromatografi penyerapan (adsorbstion chromatography).

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan metode pemisahan


fisikokimia yang didasarkan atas penyerapan dan partisi (pembagian).
Tehnik KLT sangat bermanfaat untuk analisis senyawa obat dan bahan
lain di laboratorium karena hanya memerlukan peralatan yang sederhana,
waktu yang singkat, dan jumlah zat yang cukup keci. Disamping itu tidak
memerlukan ruang besar dan tehnik pengerjaan sederhana.

Kromatografi digunakan sebagai untuk memisahkan substansi


campuran menjadi komponen-komponennya, misalnya senyawa
flavonoida yang terdapat pada tahu, tempe, bubuk isoflavon memiliki
banyak manfaat. Beberapa kelabihan senyawa isoflavon yang potensial
bagi kesehatan manusia, diantaranya adalah sebagai antioksidan,
antitumor / antikanker, antikolestrol, antivirus, antialergi, dan dapat
mencegah osteoporosis. Dan semua kromatografi bekerja berdasarkan
metode kromatografi. Kromatografi telah didefinisikan terutama sebagai
suatu proses pemisahan yang digunakan untuk pemisahan campuran
yang pada hakekatnya molekuler. Kromatografi bergantung pada
pembagian-ulang molekul-molekul campuran antara dua fase atau lebih.
Tipe-tipe kromatografi mencakup kromatografi adsorbs, kromatografi
partisi cairan, dan pertukaran ion. Sistem utama yang digunakan dalam
kromatografi partisi adalah : partisi gas, partisi cairan yang menggunakan

NURUL MUJAHIDA MUNIR KHAIRUNNISA RAMADHANTI


15020190209
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

alas tak bergerak (misalnya kromatografi kolom), kromatografi kertas dan


lapis tipis.  Analisis dengan menggunakan KLT dapat digunakan untuk
mengidentifikasi simplisia yang kelompok kandungan kimianya sudah
diketahui. Kelompok kandungan kimia seperti : alkaloid, antraglikosida,
arbutin, glikosida jantung, zat pahit, flavonoid, saponin, minyak atsiri,
kumarin, dan asam fenol karboksilat.

1.2 Maksud Praktikum

Adapun maksud praktikum adalah untuk mengetahui dan


memahami cara pemisahan komponen kimia secara Kromatografi Lapis
Tipis (KLT)

1.3 Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tehnik pemisahan


dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT)

2. Mahasiswa mampu melakukan tehnik pemisahan menggunakan


metode kromatografi lapis tipis (KLT)

3. Mahasiswa mampu menentukan dan mengidentifikasi kation yang


dipisahkan dengan tehnik kromatografi lapis tipis (KLT) berdasarkan
penampak bercak dan nilai Rf masing-masing.

NURUL MUJAHIDA MUNIR KHAIRUNNISA RAMADHANTI


15020190209
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum

Kromatografi adalah suatu metoda untuk separasi yang


menyangkut komponen suatu contoh di mana komponen dibagi-bagikan
antara dua tahap, salah satu yang mana adalah keperluan selagi gerak
yang lain. Di dalam gas chromatography adalah gas mengangsur suatu
cairan atau tahap keperluan padat. Di dalam cairan chromatography
adalah campuran cairan pindah gerakkan melalui cairan yang lain , suatu
padat, atau suatu 'gel' agar. Mekanisme separasi komponen mungkin
adalah adsorpsi, daya larut diferensial, ion-exchange,
penyebaran/perembesan, atau mekanisme lain (David. 2001)
Adsorpsi Chromatography telah membantu untuk menandai
komposisi kelompok minyak mentah dan produk hidrokarbon sejak
permulaan abad ini. Jenis dan sanak keluarga jumlah kelas hidrokarbon
tertentu di (dalam) acuan/matriks dapat telah a efek dalam pada atas
pencapaian dan mutu dari produk hidrokarbon dan dua orang metoda test
standard telah digunakan sebagian besar dari tahun ke tahun (ASTM
D2007, ASTM D4124). Adsorpsi indikator yang berpijar (FIA) metoda
(ASTM D1319) telah melayani untuk di atas 30 tahun sebagai metoda
pejabat dari minyak tanah industri untuk mengukur yang mengandung
paraffin olefinic dan isi bahan bakar pancaran dan bensin berbau harum.
Teknik terdiri dari dalam pemindahana mencicip di bawah isopropanol
memaksa melalui suatu kolom tanah kerikil 'gel' agar-agar ramai; sesak di
(dalam) kehadiran tentang indikator berpijar dikhususkan untuk masing-
masing keluarga hidrokarbon. Di samping penggunaan tersebar luas nya,
adsorpsi indikator berpijar mempunyai banyak (Speight, 2006)
Penentuan jumlah komponen senyawa dapat dideteksi dengan
kromatografi lapis tipis (KLT) dengan plat KLT yang sudah siap pakai.

NURUL MUJAHIDA MUNIR KHAIRUNNISA RAMADHANTI


15020190209
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Terjadinya pemisahan komponen-komponen pada KLT dengan Rf tertentu


dapat dijadikan sebagai panduan untuk memisahkan komponen kimia
tersebut dengan menggunakan kolom kromatografi dan sebagai fase diam
dapat digunakan silica gel dan eluen yang digunakan berdasrkan basil
yang diperoleh dari KLT dan akan lebih baik kalau kepolaran eluen pada
kolom kromatografi sedikit sibawah eluen pada KLT (Lenny, 2006)
Pada hakekatnya KLT merupakan metode kromatografi cair yang
melibatkan dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase geraknya
berupa campuran pelarut pengembang dan fasa diamnya dapat berupa
serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap (kromatografi
cair-padat) atau berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair
(kromatografi cair-cair). Fase diam pada KLT sering disebut penyerap
walaupun berfungsi sebagai penyangga untuk zat cair di dalam sistem
kromatografi cair-cair. Hampir segala macam serbuk dapat dipakai
sebagai penyerap pada KLT, contohnya silika gel (asam silikat), alumina
(aluminium oksida), kiselgur (tanah diatomae) dan selulosa. Silika gel
merupakan penyerap paling banyak dipakai dalam KLT (Iskandar, 2007)
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode
pemisahan komponen menggunakan fasa diam berupa plat dengan
lapisan bahan adsorben inert. KLT merupakan salah satu jenis
kromatografi analitik. KLT sering digunakan untuk identifikasi awal, karena
banyak keuntungan menggunakan KLT, di antaranya adalah sederhana
dan murah. KLT termasuk dalam kategori kromatografi planar, selain
kromatografi kertas. Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang
memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya.
KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa yang
sifatnya hidrofobik seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar
dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk
mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh
dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan
isolasi senyawa murni skala kecil (Fessenden,2003).

NURUL MUJAHIDA MUNIR KHAIRUNNISA RAMADHANTI


15020190209
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah suatu teknik yang


sederhana yang banyak digunakan, metode ini menggunakan empeng
kaca atau lembaran plastik yang ditutupi penyerap atau lapisan tipis dan
kering. Untuk menotolkan karutan cuplikan pada kempeng kaca, pada
dasarnya menggunakan mikro pipet atau pipa kapiler. Setelah itu, bagian
bawah dari lempeng dicelup dalam larutan pengelusi di dalam wadah
yang tertutup (Soebagio,2002).
Kromatografi lapis tipis merupakan cara pemisahan campuran
senyawa menjadi senyawamurni dan mengetahui kuantitasnya yang
menggunakan kromatografi juga merupakan analisis cepat yang
memerlukan bahan sangat sedikit, baik menyerap maupun merupakan
cuplikan KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa
yang sifatnya hidrofilik seperti lipid-lipid dan hidrokarbon yang sukar
dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat digunakan untuk
mencari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi
dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan lapis tipis seperti
silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksi-pereaksi
yang lebih reaktif seperti asam sulfat.( Fessenden, 2003 )
2.2 Uraian Bahan

1. Aquadest (Ditjen POM 2979 : 96)


Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Aquadest, Air Suling
Rumus molekul : H₂O
Berat Molekul : 18
Rumus Struktur :H–O–H
Pemerian : cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau,
dan tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : dalam wadah tertutup
Kegunaan : sebagai pelarut
2. Asam Klorida 6 M ( FI Ed. III : Hal 56)

NURUL MUJAHIDA MUNIR KHAIRUNNISA RAMADHANTI


15020190209
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Nama Resmi : ACIDIUM HYDROCHLORIDUM


Nama Lain : Asam Klorida
Rumus molekul : HCl
Berat Molekul : 36,47
Pemerian : cairan tidak berwarna, bau merangsang, jika
di encerkan dengan air
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : zat tambahan
3. Etil Asetat (FI Ed. III : Hal. 43)
Nama Resmi : ACEDIUM ACETIUM
Nama Lain : Cuka
Rumus molekul : C₂H₄O₂
Berat Molekul : 60,05
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarnah, bau menusuk,
rasa asam dan tajam
Kelarutan : larut dalam air dengan etanol 95% dam
dengan gliserol
Kegunaan : zat tambahan
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.
4. Asam Rubeanat (0,1%)
Nama Resmi : ASAM RUBEANAT
Nama Lain : Ethanedithroaride
Rumus molekul : C₂H₄N₂S₂
Berat Molekul : 120,2
Pemerian : serbuk merah atau habalur kristal
Penyimpanan : dalam wadah tertutup
Kegunaan : sebagai reagen tembaga dan sebagai
stabilizserascorbic Asam
2.3 Prosedur Kerja (Anonim, 2020)
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan

NURUL MUJAHIDA MUNIR KHAIRUNNISA RAMADHANTI


15020190209
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

2. Tuang eluen ke dalam chamber dan dijenuhkan dengan


kertas saring
3. Aplikasikan larutan sampel ke titik tengah garis bawah
lempeng KLT dengan menggunakan pipa kapiler dan
biarkan mongering dengan jarak antar sampel 1 cm.
4. Masukkan potongan lempeng menggunakan pinset dan
taruh potongan itu posisi tegak di dalam chamber
sehingga ujung yang dekat dengan sampel tercelup
kedalam pelarut eluen.
5. Lakukan proses elusi yaitu biarkan eluen bergerak
melewati sampel sehingga sampai pada garis bagian
atas lempeng
6. Ambil potongan KLT dan biarkan sekitar 10 menit agar
pelarutnya menguap.
7. Netralkan kelebihan asam dengan menyingkap potongan
lempeng itu ke uap ammonia sekitar 10 menit
8. Semprot dengan reagen penampak bercak asam
rubeanat 0,1% dan amati warna pita atau nodanya
9. Hitung nilai Rfnya

NURUL MUJAHIDA MUNIR KHAIRUNNISA RAMADHANTI


15020190209
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

BAB III

METODE KERJA

3.1 Alat Praktikum

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah,


Bejana atau chamber, kertas saring, lempeng KLT, Pipa kapiler,
pinset.

3.2 Bahan Praktikum

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah


HCl 6M, Aquadest, Etil asetat, Eluen (aseton : etil asetat : HCl =
9;9;2), Penampak bercak Asam Rubeanat (0,1%) dalam etanol,
Logam CoCl2, Logam CuSO4, Uap Amonia.

3.3 Cara Kerja

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Tuang eluen ke


dalam chamber dan dijenuhkan dengan kertas saring. Totolkan larutan
sampel ke titik tengah garis bawah lempeng KLT dengan
menggunakan pipa kapiler dan biarkan mongering dengan jarak
sampel 1 cm. Masukkan potongan lempeng menggunakan pinset dan
letakkan potongan tersebut dalam posisi tegak di dalam chamber
sehingga ujung yang dekat dengan sampel tercelum dalam pelarut
eluen. Biarkan eluen bergerak melewati sampel hingga sampai pada
garis bagian atas lempeng Ambil potongan lempeng KLT dan biarkan
sekitar 10 menit agar pelarutnya menguap. Netralkan kelbihan asam
dengan menyingkap potongan lempeng itu ke uap ammonia sekitar 10
menit. Semprot dengan reagen penampak bercak asam rubeanat
0,1% dan amati perubahan warna pita atau nodanya. Hitung nilai Rf
nya..

NURUL MUJAHIDA MUNIR KHAIRUNNISA RAMADHANTI


15020190209
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

No Sampel Jarak Tempuh Pelarut Warna Hasil Rf


. Noda Noda
1 CoCl2 4,4 cm 8 cm Kuning 0,55
2 CuSO4 5,2 cm 8 cm Hijau 0,65

4.2 Pembahasan

Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari


suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-
komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran.
Prinsip kerjanya adalah berdasarkan adsorpsi dan partisi, dimana
sampel akan berpisah berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel
dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase
diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis
sampel yang ingin dipisahkan. Semakin dekat kepolaran antara sampel
dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak
tersebut.
Pada percobaan ini dilakukan analisis kuantitatif dengan metode
kromatografi lapis tipis. Sampel yang digunakan adalah CuSO4 dan CoCl.
Warna noda yang dihasilkan oleh sampel CuSO4 adalah hijau.dan jarak
tempuh sampel adalah 4,4 cm. Sedangkan warna noda yang dihasilkan
oleh sampel CoCl adalah Kuning-Jingga dan jarak tempuhnya adalah 5,2
cm. Untuk jarak tempuh pelarut adalah 8cm.
Nilai Rf sangat karakteristik untuk senyawa tertentu pada eluen
tertentu. Hal tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya
perbedaan senyawa dalam sampel. Senyawa yang mempunyai Rf lebih
besar berarti mempunyai kepolaran yang lebih rendah , begitu juga

NURUL MUJAHIDA MUNIR KHAIRUNNISA RAMADHANTI


15020190209
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

sebalaiknya. Yang membuktikan CuSO 4 kepolarannya lebih rendah


dibanding CoCl2. Hal tersebut dikarenakan fase diam bersifat polar.
Senyawa yang lebih polar alan tertahan kuat pada fase diam, sehingga
menghasilkan nilai Rf yang rendah.
Hasil kromatogram KLT yang diperoleh dihitung nilai rf yaitu jarak
yang ditempuh oleh senyawa terlarut atau noda garis awal (tempat
senyawa ditotol pada plat) (a) dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh
pelarut (S). Hasil yang diperoleh untuk mencari nilai Rf pada sampel
CoCl2 adalah 0,55, sedangkan Nilai Rf untuk sampel CuSO 4 adalah 0,65.
Penggunaan asam rubeanat sebagai penampak bercak,
dikarenakan asam rubeanat dapat mengikat zat sampel dan
membawanya menuju garis akhir plat dengan bantuan aseton yang
merupakan zat organic yang mudah menguap.

NURUL MUJAHIDA MUNIR KHAIRUNNISA RAMADHANTI


15020190209
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan


bahwa teknik pemisahan dengan metode KLT tergantung pada kelarutan
tiap-tiap komponen dalam cairan pengelusi dan daya serap adsorban
terhadap komponen-komponen kimia yang bergerak dengan kecepatan
yang berbeda-beda yang menyebabkan hal tersebut terjadi pemisahan.

Hasil kromatogram KLT yang diperoleh dihitung nilai rf yaitu jarak


yang ditempuh oleh senyawa terlarut atau noda garis awal (tempat
senyawa ditotol pada plat) (a) dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh
pelarut (S). Hasil yang diperoleh untuk mencari nilai Rf pada sampel
CoCl2 adalah 0,55, sedangkan Nilai Rf untuk sampel CuSO 4 adalah 0,65.

5.2 Saran
Sebaiknya pada saat ujian nanti soalnya tidak terlalu sulit karna
praktikan tidak dapat melaksanakan praktikum secara intensif.

NURUL MUJAHIDA MUNIR KHAIRUNNISA RAMADHANTI


15020190209
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2020, Penuntun Praktikum Kimia Analisis, Makassar : Universitas


Muslim Indonesia
David, C. 2001. Gas Cromatography. Kogan Page. London.

Ditjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta

Fessenden R.J dan J.S Fessenden., 2003, Dasar-dasar kimia organic.

Jakarta. Erlangga.

Iskandar, M.J. 2007. Pengantar Kromatografi Edisi Kedua. Penerbit ITB.

Bandung

Lenny, S. 2006. Analisi Kromatografi dan Mikroskop. ITB. Bandung.

Speight, H. M,. Absorption Kromatography. Academic Press. New York.

Soebagio., 2002, Kimia Analitik, Universitas Negeri Makassar Fakultas

MIPA, Makassar.

NURUL MUJAHIDA MUNIR KHAIRUNNISA RAMADHANTI


15020190209
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

LAMPIRAN
A. Pengumpulan data dan Informasi
1. Warna pita ion Co2+¿ ¿ = Kuning
2. Warna pita ion Cu2+¿ ¿ = Hijau
3. Nilai Rf ion Co2+¿ ¿ =0,55
4. Nilai Rf ion Cu2+¿ ¿ =0,65
B. Pencatatan dan pelaporan

1. Hasil analisis dengan penampak bercak asam rubeanat 0,1%


a. warna noda untuk sampel CoCl2 adalah Kuning-Jingga
b. warna noda unutk sampel CuSO4 adalah Hijau-Zaitun
c. jarak tempuh noda CoCl2 adalah 4,4 cm
d. jarak tempuh noda CuSO4 adalah 5,2 cm
e. jaral tempuh pelarut adalah 8 cm
2.Perhitungan
a. Rumus :
a(tempat senyawa ditotolkan pada plat)
Rf =
S¿¿
b. Perhitungan nilai Rf
4,4
CoCl2 = =0,55
8
5,2
CuSO4 = =0,65
8
3.Interprestati data hasil analisis
Sampel Warna Pita Nilai Rf
Ion Co2+¿ ¿ Jingga 0,55
Ion Cu2+¿ ¿ Hijau 0,65
4.Kesimpulan
Jadi,, nilai Rf yang diperoleh pada ion Co2+¿ ¿ pitanya berwarna kuning,
sedangkan nilai Rf yang diperoleh pada ion Cu2+¿ ¿ pitanya berwarna
hijau.

NURUL MUJAHIDA MUNIR KHAIRUNNISA RAMADHANTI


15020190209
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

SKEMA KERJA

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

Masukkan sampel ke dalam gelas kimia + 10 mL etanol

Saring ke dalam gelas kimia

Ambil sampel dengan pipa kapiler dan totolkan pada lempeng KLT

Masukkan methanol ke dalam chamber + etil asetat (9:9:2)

Jenuhkan dengan kertas saring

Masukkan lempeng ke dalam chamber sampai noda naik ke atas

Angkat lempeng dan keringkan

Dilihat di bawah lampu sinar Uv 254 dan 366

Amati noda

NURUL MUJAHIDA MUNIR KHAIRUNNISA RAMADHANTI


15020190209
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Hiting nilai Rf

NURUL MUJAHIDA MUNIR KHAIRUNNISA RAMADHANTI


15020190209

Anda mungkin juga menyukai