Oleh :
LABORATORIUM ORGANIK
STUDI KIMIA
FAKULTAS SAIN DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2024
ABSTRAK
Senyawa basa Schiff merupakan senyawa organik dengan struktur –C=N- (gugus
azometin/imina), yang diperoleh dari hasil kondensasi amina primer (R-NH2) dengansenyawa
karbonil (C=O). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu penggerusanterbaik dengan
pelarut air pada sintesis senyawa basa Schiff (2-metoksi-4-((fenilimino)metil)fenol) dan untuk
mengetahui hasil karakterisasi produk sintesissenyawa basa Schiff (2-metoksi-4-
((fenilimino)metil)fenol) tersebut.Pada penelitian ini, metode penggerusan senyawa basa Schiff
(2-metoksi-4-((fenilimino)metil)fenol) disintesis dari vanilin dan anilina dengan pelarut air
menggunakan metode penggerusan. Perbandingan mol antara vanilin dan anilina yang digunakan
adalah 1:1 dengan metode penggerusan. Hasil proses penggerusan dikeringkan dalam desikator
sampai beratnya konstan. Produk sintesis ditentukan warna, wujud, titik leleh, serta uji kimia
dengan larutan basa NaOH 2M. Selanjutnya dikarakterisasi menggunakan Uv-Vis, Fourier
Transform Infra Red (FTIR),Gas Cromatography and Mass Spectroscopy (GCMS) dan
HNMR.Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode penggerusan menghasilkan % hasil tertinggi
yaitu 97,6382%. Produk sintesis yang dihasilkan berupa padatan, berwarna coklat pudar dan
mempunyai titik leleh berkisar antara 140-150°C. Produk sintesis jika dilarutkan dalam air akan
mengendap. Setelah penambahan basa NaOH 2M menyebabkan endapan larut sempurna dan
warna menjadi kuning.Hasil spektra Uv-Vis menunjukkan adanya puncak paling tinggi dari
senyawa target yaitu 205,0 nm. Hasil spektra FTIR menunjukkan adanya serapan khas dari
senyawa target yaitu gugus azometin pada bilangan gelombang 1583 cm^-1. . Hasil GCMS
menunjukkan munculnya Puncak 1 memiliki waktu retensi 14,873 menit dengan luas area
1889mempunyai ion molekuler dengan m/z 152 . Puncak 2 memiliki waktu retensi 24,033 dan
luas area 172355 memiliki ion molekular dengan m/z 227. Hasil karakterisasi senyawa basa Schiff
yang disintesis dari anilin dan vanilin menggunakan HNMR menunjukkan sinyal gugus
Kata Kunci: Basa Schiff, vanilin, anilina, penggerusan
ABSTRACT
Schiff base compounds are organic compounds with the structure –C=N- (azometine/imine
groups), which are obtained from the condensation of primary amines (R-NH2) with carbonyl
compounds (C=O). This research aims to determine the best grinding time with water solvent in
the synthesis of the Schiff base compound (2-methoxy-4-((phenylimino)methyl)phenol) and to
determine the results of the characterization of the product of the synthesis of the Schiff base
compound (2-methoxy-4-((phenylimino) methyl)phenol).In this research, the method of grinding
the Schiff base compound (2-methoxy-4-((phenylimino)methyl)phenol) was synthesized from
vanillin and aniline with water as a solvent using the grinding method. The mole ratio between
vanillin and aniline used is 1:1 using the grinding method. The results of the grinding process are
dried in a desiccator until the weight is constant. The synthesis product was determined by color,
shape, melting point, and chemical tests with a 2M NaOH base solution. Next it was characterized
using Uv-Vis, Fourier Transform Infra Red (FTIR), Gas Chromatography and Mass Spectroscopy
(GCMS) and HNMR. The research results showed that the grinding method produced the
highest % yield, namely 97.6382%. The resulting synthetic product is a solid, faded brown in color
and has a melting point ranging from 140-150°C. If the synthesis product is dissolved in water, it
will precipitate. After adding 2M NaOH base, the precipitate dissolved completely and the color
turned yellow. The Uv-Vis spectra results showed that there was the highest peak of the target
compound, namely 205.0 nm. The FTIR spectra results show a typical absorption of the target
compound, namely the azomethine group at a wave number of 1583 cm^-1. . The GCMS results
showed that Peak 1 appeared with a retention time of 14.873 minutes with an area of 1889
containing molecular ions with m/z 152. Peak 2 has a retention time of 24.033 and an area of
172355 and has a molecular ion with m/z 227. The results of the characterization of Schiff base
compounds synthesized from aniline and vanillin using HNMR show a cluster signal
Keywords: Schiff bases, vanillin, aniline, grinding
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Untuk mengetahui hasil rendemen produk sintesis senyawa basa Schiff dari vanilin dan
anilina menggunakan metode penggerusan.
2. Untuk mengetahui titik leleh dan kelarutan produk sintesis senyawa basa Schiff dari
aanilin dan anilina menggunakan metode penggerusan.
3. Untuk mengetahui hasil karakterisasi produk sintesis basa Schiff dari vanilin dan anilina
menggunakan metode penggerusan.
1.4 Batasan Masalah
Batasan Masalah pada praktikum kali ini adalah:
1. Perbandingan mol vanilin dan anillina (1:1).
2. Metode Penggerusan.
3. Identifikasi sifat fisik dan sifat kimia senyawa hasil sintesis.
4. Karakterisasi senyawa produk hasil sintesis menggunakan UV-Vis, FTIR, H-NMR dan GC-MS
1.5 Manfaat
Manfaat yang diharapkan pada praktikum kali ini adalah hasil produk dari sintesis basa
Schiff dapat memberikan informasi mengenai sifat fisik dan karakterisasi dari senyawa basa Schiff
yang diujikan. Selain memberikan informasi mengenai sifat-sifat senyawa, hasil penelitian ini
diharapkan dapat menghasilkan data ilmiah mengenai sintesis senyawa basa Schiff dari vanilin
dan anilina melalui metode penggilingan tanpa pelarut dan terkatalisis dengan variasi waktu
penggilingan 20 menit senyawa basa Schiff yang dihasilkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Vanilin
Vanilin merupakan senyawa hasil isolasi dari buah vanilla (Vanilla planifolia Andrews)
yang memiliki nama kimia 4-hidroksi-3-metoksi benzaldehida dan rumus molekul C8H8O3 yang
termasuk dalam golongan senyawa fenol. Vanillin adalah zat kristal putih dengan berat molekul
152,15 g/mol, titik leleh 80 °C, titik didih 285 ° C, dan nilai pKa 7,781 (Kumar, dkk., 2012). Vanillin
sangat mudah larut dalam asam asetat dan kloroform, dengan kelarutan dalam air sebesar 11
gram per liter pada suhu 25 oC (Mulyono, 2005). Vanilin adalah salah satu senyawa alam yang
memiliki aktivitas antioksidan. Berdasarkan Hasil penelitian terdahulu ditunjukkan bahwa aktivitas
antioksidan dari vanilin masih cukup rendah. Vanilin dengan konsentrasi yang tinggi bisa berfungsi
untuk menetralkan radikal bebas (Prabawati, 2012).
Sintesis senyawa vanilin bisa dilakukan dengan menggunakan reaksi Mannich yang mana
reaksi ini adalah reaksi organik yang melibatkan alkilasi amino proton asam yang terletak di
sebelah gugus fungsi karbonil, formaldehida dan amonia. Sehingga dihasilkan produk berupa
senyawa 𝛽-amino-karbonil. Untuk sintesis vanilin dengan bahan baku eugenol terdapat dua tahap
reaksi yaitu isomerisasi eugenol dalam kondisi basa dan oksidasi menggunakan variasi oksidator.
Persamaan reaksinya sebagai berikut (Tulengen, 2020):
Struktur vanillin mengandung gugus hidrofilik dan hidrofobik. Tiga substituen vanillin adalah
gugus hidrofilik vanillin, sedangkan cincin aromatik adalah gugus hidrofobik. Ikatan hidrogen
intramolekul dapat dibentuk oleh ketiga kelompok ini. Bereaksi dengan gugus aldehida adalah
yang paling sederhana (Kumar, et al., 2012). Hal ini karena atom karbon dalam karbonil lebih
elektronegatif daripada atom oksigen, yang menyebabkan kerapatan elektron atom karbon tertarik
ke atom oksigen dan menghasilkan atom karbon yang bermuatan sebagian positif. Akibatnya,
nukleofil dapat dengan mudah menyerang karbonil dalam aldehida (Kumar,et al., 2013).
2.2 Anilina
Anilinina cairan berminyak transparan hingga kecoklatan dengan bau amis adalah anilin.
Anilin memiliki rumus kimia C6H5NH2 dan berat molekul 93,13 g/mol. 1,0217 g/mL, titik didih
pada suhu 184°C, titik beku pada suhu -6°C, dan berat jenis anilin yang menunjukkan bahwa
anilin adalah bahan kimia dasar. Menurut Merck (2015), anilin yang terpapar sinar matahari akan
mengalami reaksi oksidasi. Anilin memiliki kadar 3,9 g/L yang larut dalam air. Air dingin, air panas,
metanol, dan dietileter dapat melarutkan anilin (Sciencelab, 2005). Gugus amina ditambahkan ke
molekul benzena untuk membuat anilin. Anilin dapat digunakan dalam reaksi basa Schiff karena
gugus amina, yang membuatnya menjadi nukleofil yang baik (Fessenden dan Fessenden, 1982).
Gugus amina digunakan untuk menggantikan molekul benzena dalam anilin. Anilin adalah
nukleofil yang berguna dalam reaksi basa Schiff karena gugus aminnya (Hanapi, 2016).
Gambar 2.4 Dugaan mekanisme pembetukan senyawa basa Schiff dari vanilin
dan anilina (Nafiah, 2020)
2.4 Sintesis Basa Schiff Menggunakan Metode Pengerusan
Sintesis senyawa basa schiff dapat dilakukan dengan dua metode, yakni metode
konvensional dan metode green chemistry. Metode konvensional umumnya menggunakan
pelarut dengan penambahan katalis asam kimia, sedangkan metode green chemistry dapat
dilakukan tanpa pelarut atau menggunakan pelarut air yang ramah lingkungan. Sebagian besar
pelarut dan katalis kimia yang digunakan dalam sintesis merupakan bahan-bahan berbahaya dan
dapat menyebabkan pencemaran lingkungan (Patil, 2012).
Menurut Kouznetsov, et al, (2016) menyatakan bahwa energy aktivasi yang diperlukan
untuk memulai suatu reaksi kimia secara langsung berkaitan dengan jumlah energi dalam sistem,
dan energi tersebut dapat diberikan dengan metode penggerusan yang mana terjadi transfer
energi berupa panas dengan jumlah yang sedikit melalui gesekan yang diberikan. Beberapa
penelitian tentang sintesis senyawa basa Schiff yang telah dilakukan diantaranya adalah Adawiyah
(2017), berhasil mensintesis senyawa basa Schiff dari vanilin dan p-anisidin menggunakan metode
penggerusan dengan variasi waktu 10, 15, dan 20 menit. Hasil yang diperoleh secara berturut-
turut sebesar 93,93%; 93,71%; dan 94,86%. Hasanah (2017) berhasil mensintesis senyawa basa
Schiff dari vanilin dan p-toluidin dengan metode penggerusan tanpa katalis. Hasil yang diperoleh
pada variasi waktu penggerusan 10, 15, dan 20 menit sebesar 95,1315%; 95,5570%; dan
96,0820%.
Al-Hakimi (2017) melakukan karakterisasi terhadap senyawa hasil sintesis basa Schiff
dari vanilin dan anilina menggunakan KG-SM menghasilkan 4 puncak pada kromatogram.
Anilina muncul terlebih dahulu dengan rt 10,347 menit dengan luas area 9,57%, kemudian
diikuti oleh produk samping dengan rt 14,828 menit dengan luas area 1,85%. Kemudian vanilin
dengan rt 24,405 menit dengan luas area 13,84%, dan terakhir adalah senyawa hasil sintesis
antara vanilin dengan anilina dengan rt 41,564 menit dengan luas area 74,74 %. senyawa hasil
sintesis tersebut mempunyai ion molekuler sekaligus base peak dengan nilai m/z 227 dengan
kelimpahan sebesar 100%. Nilai ion molekuler m/z 227 tersebut sesuai dengan berat molekul
senyawa target dari hasil sintesis senyawa vanilin dan anilina.
Gambar 2.7 Spektra massa pada puncak 4 senyawa basa Schiff 2-metoksi-
4-((fenilimino)metil)fenol (Al-Hakimi, 2017)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2 Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu gelas beaker, bola hisap, ulekan dan
pestel, timbangan analitik, desikator, mangkuk porselen, Melting Point Apparatus (MPA),
termometer, piring kromatografi lapis tipis GF254, pipet kapiler, lampu ultraviolet 254 nm,
spektrofotometer inframerah dengan transformasi Fourier merek VARIAN model FT 1000, dan
spektrometer gas kromatografi-massa merek Shimadzu model QP-2010S.
3.3 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah vanilin p.a kapal layar, anillina, kloroform,
etanol, NaOH 2M dan akuades.
3.5.2 Uji Sifat Fisik Senyawa (2-Metoksi-4-((fenilimino)metil)fenol) Dari Vanilin dan Anilina
dengan Melting Point Apparatuss (MPA). (Nadhifah, 2020)
Diambil produk hasil sintesis yang sudah selesai dikeringkan. Setelah itu, diamati dan
dianalisis bentuk dan warnanya. Untuk mengetahui titik leleh senyawa diukur dengan digunakan
melting point apparatus (MPA). Adapun cara yang dilakukan yaitu volume yang sama dari masing-
masing senyawa yang dihasilkan ditambahkan ke dalam pipa kapiler. Termometer dan pipa
kapiler kemudian dipasang ke dalam instrumen MPA. Selanjutnya, suhu diatur untuk naik
20°C/menit saat alat MPA dinyalakan. Setelah itu, suhu turun 10°C setiap menit. Kenaikan suhu
diatur ke 1°C/menit jika suhu yang tercatat mendekati titik leleh senyawa yang diharapkan. Proses
peleburan produk sintetis dilacak hingga menjadi cair.
4.1 Sintesis Senyawa Basa Schiff dari Reaktan Vanillin dan Anilina (1:1) Menggunakan
Metode Penggerusan.
Reaktan vanilin dan anilin akan bereaksi menghasilkan 2-Metoksi-4- ((fenilimino) metil)
fenol) sebagai hasil dari konversi energi mekanik dari proses penggerusan menjadi energi panas
(Sana dkk., 2012). Gugus fungsi -C=O pada vanilin akan bereaksi dengan gugus fungsi -NH2
pada anilin menghasilkan ikatan -C=N ketika molekul vanilin dan anilin bertemu karena adanya
energi kinetik. Kehadiran atom O dengan elektronegativitas tinggi akibat gugus karbonil yang
bermuatan sebagian positif membuat atom C lebih rentan terhadap serangan nukleofil -NH2
(Furqoni,2020).
Sintesis senyawa basa Schiff sering dilakukan dengan bantuan katalis namun, proses ini
juga dapat dilakukan tanpa katalis (Purwono et al., 2013). Oleh karena itu, senyawa kimia yang
dibutuhkan lebih sedikit pada akhirnya karena sintesis senyawa basa Schiff pada penelitian ini
dilakukan tanpa menggunakan katalis (Anastas dan Warner, 1998). Karakteristik fisik dari produk
yang disintesis ditunjukkan pada Gambar 4.1.
Produk sintesis setelah penggerusan dideskripsikan secara fisik, termasuk bentuk, warna,
persentase rendemen berdasarkan Gambar 4.1. Produk sintesis yang dihasilkan semuanya
berupa padatan berwarna coklat muda dengan sifat fisik yang sama. Hasil produk sintesis tersebut
berbeda dengan reaktan anilin dan vanilin dalam hal sifat fisiknya. Produk sintesis tersebut berupa
padatan berwarna coklat muda, sedangkan anilin berupa cairan berwarna coklat dan vanilin
berupa padatan berwarna putih.Dipercaya bahwa senyawa baru telah terbentuk dalam produk
sintesis berdasarkan perbedaan fitur fisiknya. Berdasarkan penggerusan juga didapatkan %
rendemen hasil produk sintesis tinggi dengan diperoleh % rendemen 97,6382 %. Sebelum
dilakukan pengujian lebih lanjut senyawa basa Schiff akan dimasukkan kedalam desikator hingga
beratnya kostan hal ini dilakukan untuk mengurangu kadar air pada senyawa basa Schiff,
didaptkan berat akhir yang telah kostan sebesar 76,5131.
4.2 Uji Sifat Fisik Senyawa (2-Metoksi-4-((fenilimino)metil)fenol) Dari Vanilin dan Anilina
dengan Melting Point Apparatuss (MPA).
Produk sintesis tersebut berupa padatan berwarna coklat muda, sedangkan anilin berupa
cairan berwarna coklat dan vanilin berupa padatan berwarna putih. Dipercaya bahwa senyawa
baru telah terbentuk dalam produk sintesis berdasarkan perbedaan fitur fisiknya. Didapatkan titik
lebur dari ketiga produk sintesis yaitu vanilin, anilina, dan senyawa produk hasil sintesis tersebut
berbeda antara satu dengan yang lain. Vanilin memiliki titik lebur 80 °C dan p-anisidina 149 °C,
sedangkan titik lebur dari produk hasil sintesis berkisar antara 140-150°C. Hasil uji titik leleh ketiga
produk hasil sintesis menunjukkan variasi yang kecil. Tingkat kemurnian yang berbeda pada
masing-masing produk sintesis adalah penyebabnya. Variasi dalam kisaran nilai titik leleh dapat
diakibatkan oleh pengotor yang terdapat dalam senyawa kimia, bahkan dalam jumlah yang sangat
kecil (Reddy, dkk., 2016).
4.3 Uji Sifat Kimia Senyawa Senyawa Basa Schiff (2-Metoksi-4-((fenilimino)metil)fenol) dari
Vanilin dan Anilina Berupa Kelarutan Dengan NaOH 2M dan Akuades
Didapatkan senyawa basa Schiff pada uji kelarutan dengan basa didapatkan padatan larut
dan air menjadi berwarna kuning. Hal ini karena produk sampingan dari sintesis adalah molekul
fenolik, pengujian kelarutan senyawa basa Schiff yang dilakukan dengan larutan basa yaitu NaOH
2M dimanabasa kuat seperti NaOH akan menghasilkan ion fenolenat yang meningkatkan
kelarutan (nadifah, 2020). Meskipun senyawa fenolik bersifat asam, senyawa ini dapat bereaksi
dengan basa untuk menghasilkan garam yang larut dalam air. Namun senyawa basa Schiff
didapati tidak larut dalam akuades hal ini dikarenakan keterbatasan kelarutan dalam pelarut polar
seperti akuades yang menunjukkan sifat hidrofobik. Sifat kelarutan dapat dilihat pada gambar 4.2
Hasil karakterisasi senyawa basa Schiff yang dihasilkan dari anilin dan vanilin
menggunakan FTIR telah dianalisis dengan seksama. Penelitian ini menggambarkan
interpretasi spektra FTIR reaktan dan produk dibandingkan dengan literatur. Tabel 4.3
menunjukkan hasil karakterisasi FTIR untuk berbagai gugus fungsi pada senyawa-senyawa
tersebut. Gugus fungsi yang diamati meliputi O-H (Gugus Hidroksil), N-H (Gugus Amina),
Csp2-H (Gugus Hidrogen pada Cincin Aromatik), Csp3-H (Gugus Hidrogen pada Karbon
Jenuh), C=O (Gugus Karbonil), C=N (Gugus Imin), C-C (Gugus Ikatan Karbon-Karbon), C-N
(Gugus Ikatan Karbon-Nitrogen), dan C-O-C (Gugus Eter). Hasil karakterisasi menunjukkan
adanya gugus azometin pada bilangan gelombang 1583 cm^-1. Selain itu, pada spektrum
UV-Vis, terdapat serapan maksimum pada panjang gelombang 330 nm, yang merupakan
transisi elektronik dari π ke π*
Dari data diatas menunjukkan bahwa senyawa produk sintesis membentuk 2 pucak yang
memiliki 2 senyawa. Puncak 1 memiliki waktu retensi 14,873 menit dengan luas area 1889.
Puncak 2 memiliki waktu retensi 24,033 dan luas area 172355. Hal tersebut menunjukkan
bahwa senyawa pada puncak 2 memiliki kadar yang paling tinggi. Hasil analisa puncak 1
ditunjukkan dengan spektometer massa pada gambar berikut.
Gambar 4.8 Spektra Massa Puncak 1
Spektra massa puncak 1 mempunyai ion molekuler dengan m/z 152 dengan puncak dasar
pada m/z 150,9 dengan kelimpahan 100%. Ion molekuler (M+) senyawa tersebut sesuai dengan
berat molekul vanilin. Keberadaan vanilin dalam senyawa produk diduga merupakan sisa reaksi
dengan anilina. Fragmentasi spektra massa puncak 1 ditunjukkan pada gambar berikut:
Puncak dasar senyawa 2, atau fragmen, memiliki nilai m/z 225,8. Dibandingkan dengan
fragmen lainnya, fragmen ini memiliki kelimpahan terbesar. Hal ini karena, dibandingkan dengan
fragmen lainnya, strukturnya adalah yang paling stabil dan beresonansi. Struktur dan berat
molekul bahan kimia yang dihasilkan pada puncak 2, yang merupakan kompleks basa Schiff 2
metoksi-4-((fenilimino) metil) fenol.
Hasil karakterisasi dari senyawa basa schiff menghasilkan spektra dapat diketahui dari tabel
berikut table 4.2
Table 4.2 hasil spektra basa schiff
Hasil karakterisasi senyawa basa Schiff yang disintesis dari anilin dan vanilin
menggunakan HNMR menunjukkan sinyal gugus imina muncul pada daerah δ 8,60 ppm (1H,
singlet). Berdasarkan Tabel 4.3 sinyal H8 muncul pada daerah δ 7,52 ppm dengan splitting singlet
1H merupakan hidrogen dari gugus imina (C=N) yangmenunjukkan senyawa produk berupa
senyawa basa Schiff. Zamrotin (2022) jugamelakukan karakterisasi 1H-NMR basa Schiff dan
sinyal gugus imina munculpada daerah δ 8,60 ppm dengan splitting singlet 1H. Zamrotin (2022)
jugamenyebutkan bahwa pada H2 merupakan atom yang paling tidak terperisaidikarenakan
adanya ikatan hidrogen antara gugus imina dengan -OH fenolat,sehingga H9 yang merupakan
sinyal -OH fenolat berada pada δ 5,35.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Setelah didapatkan produk sintesis senyawa basa schif diketahuni nilai % . Hasil dari
penggerusan pada sintesis senyawa basa Schiff (2-Metoksi-4-((fenilimino)metil)fenol)
dimana didapatkan % rendemen yang tinggi dengan % hasil sebesar 97,6382%.
2. Dari hasil pengujian dengan MPA didapatkan Vanilin memiliki titik lebur 80 °C dan p-
anisidina 149 °C, sedangkan titik lebur dari produk hasil sintesis berkisar antara 140-
150°C. Hasil uji titik leleh ketiga produk hasil sintesis menunjukkan variasi yang kecil.
Diketahui dari uji kelarutan didapatkan Senyawa basa Schiff larut pada pelarut basa yaitu
NaOH dan kurang larut pada akuades atau H2O.
3. Hasil spektra Uv-Vis menunjukkan adanya puncak paling tinggi dari senyawa target yaitu
205,0 nm. Hasil spektra FTIR menunjukkan adanya serapan khas dari senyawa target
yaitu gugus azometin pada bilangan gelombang 1583 cm^-1. . Hasil GCMS menunjukkan
munculnya Puncak 1 memiliki waktu retensi 14,873 menit dengan luas area
1889mempunyai ion molekuler dengan m/z 152 . Puncak 2 memiliki waktu retensi 24,033
dan luas area 172355 memiliki ion molekular dengan m/z 227. Hasil karakterisasi senyawa
basa Schiff yang disintesis dari anilin dan vanilin menggunakan HNMR menunjukkan
sinyal gugus imina muncul pada daerah δ 8,60 ppm (1H, singlet) yang sesuai dengan berat
molekul senyawa target (2-Metoksi-4-((fenilimino)metil)fenol)
5.2. Saran
Saran pada praktikum kali ini adalah praktikan harus lebih bisa teliti dalam mensintesis
senyawanya dan juga harus teliti dalam menganalisis data karkterisasinya. Praktikan juga harus
memahami bagaimana caranya membaca suatu spectra pada suatu instrumen.
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyyah. 2017. Sintesis Senyawa Basa Schiff dari Vanilin dan p-Anisidina
Menggunakan Metode Penggerusan. Skripsi. Malang: Jurusan KIMIA Fakultas
Saintek UIN Malang.
Al-Hakimi, N. S., Hanapi, A., dan Fasya, A. G.. 2017. Green Synthesis Senyawa Imina
dari Vanillin and Anilina dengan Katalis Alami Air Jeruk Nipis (Citrus aurantifola).
Alchemy: Journal of Chemistry, 5(4): 120-124.
Ashraf, M.A., Mahmood, K., dan Wajid, A. 2011. Synthesis, Characterization and
Biological Activity of Schiff Bases. International Conference on Chemistry and
Chemical Process. 10(1): 1-7.
Aziz, Ahmad., Abid, Obaid-Ur-Rahman., Rehman, Wajid & Kashif, Muhammad. (2020).
Ultrasonic Assisted Synthesis, Characterization and Bioactivity Assessment of
Novel Piperonal Based Schiff Base and Its Metal Complexes. Iran. J. Chem.
Chem. Eng. Vol. 39, No. 2, 105-111.
Bendale, A.R., Dhonde, N., Narkhede, S.P., Narkhede, S.B., Jadhav, A.G., dan
Vidiyasagar, G. 2011. Antimicrobial Screening and Characterization of Some
Newly Synthesized Mannich Bases of Ciprofloxacin: A Green Chemistry
Approach. Asian Journal of Pharmaceutical Sciences and Clinical Research,
1(1): 6-12.
Cahyana, H., dan Puti Pratiwi. 2015. Sintesis Ramah Lingkungan Senyawa Imina
Turunan Vanilin dan 2-Hidroksi Asetofenon Serta Uji Aktivitas Biologi dan
Antioksi. Pharmaceutical Sciences and Research 2, no. 1.
Chigurupati, Sridevi. 2015. Designing New Vanillin Schiff Bases and Their Anti bacterial
Studies. Journal of Medical and Bioengineering, Vol. 4, No. 5.
Fessenden, R.J and Fessenden, R.S., (1982). Kimia Organik, diterjemahkan oleh
Pudjaatmakan, A. H., Edisi Ketiga, Jilid 2, Jakarta : Erlangga.
Hanapi, A. 2016. Variasi Waktu Penggerusan pada Sintesis Senyawa Basa Schiff
Turunan Vanilin Tanpa Pelarut. Laporan Penelitan. Jurusan Kimia Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Hasanah, U., Hanapi, A., dan Ningsih, R.. 2017. Synthesis of Schiff Base Compound
from Vanilin and p-Toludine by Solvent Free-Mechanochemical Method.
Proceeding of International Conference on Green Technology, 8(1): 278-281.
Kouznetsov, V. K., Arenas, D. R. M., Bonilla, C. A. M., Macias, M. A., Rousset, P., and
Gauthier, G. H. 2016. Grinding and Milling: Two Efficient Methodologies in the
Solvent-Free Phospomolybidic Acid-Catalyzed and Mechanochemical Synthesis
of cis-4-Amido-N-yl-2-methyltetrahydroquinolines. J. Braz. Chem. Soc, 00(00): 1-
10.
Kumar, R., Sherma, P.K., dan Meshra, P.S. 2012. A Review on the Vanillin Derivates
Showing Various Biological Activities. International Journal of Pharm Tech
Research, Vol. 4, No. 1, page 266-279.
Kumar, S., Jyotirmayee, K., and Sarangi, M. 2013. Thin Layer Chromatography: A Tool
of Biotechnology for Isolation of Bioactive Compounds from Medicinal Plants. Int.
J. Pharm. Sci. Rev. Res., 18(1): 126-132.
Moech. Nasir. 2012. Model Pengolahan Limbah Menuju Environmental Friendly Product,
Jurnal Managemen dan Bisnis, Vol. 16 No. 1, hal. 58-68.
Nafiah, Ani, Sri. (2020). Uji Aktivitas Antioksidan dan Uji Toksisitas Senyawa Basa Schiff
Dari o-Vanilin dan Anilina. Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang.
Patil, S., Jadhav, S.D., & Patil, U.P. (2012). Natural acid catalyzed synthesis of Schiff
base under solvent-free condition: as a green approach. Archives of Applied
Science Research, 4(2), 1074-1078.
Radha, V. P., Jone Kirubavathy, S., & Chitra, S. (2018). Synthesis, characterization and
biological investigations of novel Schiff base ligands containing imidazoline
moiety and their Co(II) and Cu(II) complexes. Journal of Molecular Structure,
1165(II), 246–258.
Purwono, B., Anwar, C., & Hanapi, A. (2013). Syntheses of azo-imine derivatives from
vanillin as an acid base indicator.
Prabawati, S., Y., Andika, F., S., dan Arini, F., A. 2012. Sintesis Senyawa 1,4-Bis [(2-
Hidroksi-3-Metoksi-5 Formaldehid-Fenil)-Metil] Piperazin Dari Bahan Dasar
Vanilin Dan Uji Aktivitasnya Sebagai Zat Antioksidan. Kaunia.8 (1) : 30-43.
Sembiring, Z., Hastiawan, I., Zainuddin,A., dan Bahti, H.H. 2013. Sintesis Basa Schiff
Karbazona Variasi Gugus Fungsi: Uji Kelarutan dan Analisis Struktur
Spektroskopi UV-Vis. Prosiding Semirata, 483-487.
Singh., S., S., Dasa., Preeti, G., Ashutosh, G., dan Roland, F. 2008. Vanillin–pAnisidine
System: Solid-State Reaction and Density Functional TheoryStudies. Molecule
Crystal Liquid. 490, no.106–123.
Sirumapea, L., Asmiyanti, & Khoirunisa, A. (2015). Sintesis dan Karakterisasi Senyawa
Antibakteri Kompleks Fe (III) dengan Derivat Schiff Base. Indonesian Journal of
Pharmaceutical Science and Technology, 2(2), 49– 54.
Surur, A., M. 2019. Sintesis Senyawa Basa Schiff dari Vanilin dan p-Anisidina dengan
Pelarut Air Menggunakan Metode Penggerusan. Skripsi. Malang: Jurusan KIMIA
Fakultas Saintek UIN Malang.
LAMPIRAN
L.1.1 Sintesis Basa Schiff dari Vanilin dan Anilin (1:1) dengan metode Penggerusan
- Diambil Sejumlah 3 mml anilina (0,2794 ml) dan 3 mml vanilin (0,4564 gram)..
- Digerus dengan mortar dan pastle pada suhu ruang selama 20 menit.
- Diamkan pada suhu ruang selama 20 menit
- Dikeringkan dalam desikator
- Ditimbang
Hasil
L.1.2 Uji Sifat Fisik Senyawa (2-metoksi-4-((fenilimino)metil)fenol) dari reaktan vanilin dan
anilina dengan Melting Point Apparatus (MPA)
(2-metoksi-4-((fenilimino)metil)fenol)
Hasil
Basa Schiif
Hasil
L.1.4 Karakterisasi Senyawa Senyawa (2-metoksi-4-((fenilimino)metil)fenol) dari reaktan
vanilin dan anilina Menggunakan Spektrofotometer UV- Vis.
Basa Schiff
- Dilarutkan dengan etanol yang konsentrasinya 0,5 mM.
- Dimasukkan ke dalam kuvet dan dilanjutkan analisis pada rentang panjang
gelombang antara 200-800 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis
Varian Carry.
Hasil
Basa Schiff
Hasil
L.1.6 Karakterisasi Senyawa (2-metoksi-4-((fenilimino)metil)fenol) dari reaktan vanilin dan
anilina Menggunakan GC-MS
Basa Schiff
- Diambil Sebanyak 1 µL
- Dilarutkan dalam kloroform dengan konsentrasi 70.000 ppm
- Diinjeksikan dengan menggunakan syringe ke dalam tempat KG-SM QP-
2010S/Shimadzu dengan kondisi operasional sebagai berikut
Jenis kolom : AGILENTJ%W DB-1
Panjang : 30 meter
kolom : QP2010
Detektor : terprogram 100˚C (5 menit) → 310˚C (50
Oven menit)
Temperatur : 310˚C
injektor : 216,5 kPa
Tekanan gas
Kecepatan : 0,5 mL/menit (konstan) Gas pembawa : Helium
aliran gas
Start m/z : 28
End m/z : 600
Hasil
Basa Schiff
- Diukur spektra menggunakan 1H- NMR tipe NMR Agilent DD2
- Ditambahkan pelarut DMSO-d6
- Diletakkan pada tube kecil.
- Diletakkan diantara kutub- kutub magnet.
- Dimasukkan ke dalam alat instrumen magnetik NMR
- Ditunggu hingga spektra NMR muncul pada layar monitor
- Dicatat spektra 1HNMR dalam spektrometer JNM-ECZ500R pada frekuensi 500 MHz
- Dicatat pergeseran kimianya dalam bentuk ppm
Hasil
Risk Assesment
LEMBAR IDENTIFIKAS BAHAYA DAN PENILAIAN RESIKO
JUDUL PRAKTIKUM : SINTESIS SENYAWA BASA SCHIFF DARI VANILIN DAN ANILINA
Level Tingkat
Resik Bahaya
No Tahap Kerja Potensi Bahaya Upaya Pengendalian Peluang
o (RxP)
(P)
(R)
Terhirup : dapat Perlu menggunakan
membahayakan sistem syaraf masker dan sarung
pusat jika menghirup denga tangan
konsentrasi tinggi
1. Ditimbang Vanilin 2 1 2
dan Anilin
Kontak mata : dapat Kontak mata : segera
menyebabkan iritasi mata bilas dengan air mengalir
Terhirup : dapat sekitar 15 menit
membahayakan sistem syaraf Terhirup : segera hirup
Dimasukkan vanillin pusat jika menghirup dengan udara segar
2. dan anilin ke dalam 1 1 1
konsentrasi tinggi Perlu menggunakan
mortar
masker dan sarung
tangan