Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum KI-2251

Senyawa Organik Polifungsi


Percobaan 10
Sintesis Senyawa Turunan Kumarin (Coumarin)
Dengan Reaksi Pechmann

Nama

: Annisa Purnomo

NIM

: 10513031

Kelompok

: Kelompok 2

Tanggal Percobaan

: 31 Maret 2015

Tanggal Pengumpulan

: 7 April 2015

Asisten

: Kak Rani Kurnia

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK


PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIK DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015

Sintesis Senyawa Turunan Kumarin (Coumarin)


Dengan Reaksi Pechmann

I.

Tujuan
1. Mensintesis turunan kumarin (4-phenylchromen-2-one) dengan katalis SSA,
serta menentukan % rendemen, titik leleh dan Rf nya.
2. Mensintesis turunan kumarin (7-hydroxy-4-methyl-2H-chromen-2-one)
dengan katalis silika NaHSO4 , serta menentukan % rendemen, titik leleh dan
Rf nya.

II.

Data Pengamatan
A. Sintesis (4-phenylchromen-2-one) Turunan Kumarin dengan Katalis SSA
a. Massa dan Titik Leleh
Massa SSA

: 1,0038 gr

Massa Fenol

: 0,5 gr

Massa Asam Sinamat

: 0,7894 gr

Massa cawan

: 46,994 gr

Massa cawan + produk

: 47,039 gr

Titik leleh

:-

b. Waktu dan suhu selama proses iradiasi,


Waktu (s)

Suhu (C)

20

83,4

40

82

60

97,9

80

100,3

100

113,7

120

125,5

Senyawa
Asam Sinamat
Fenol
Produk
Eluen

Jarak (cm)
1,75
1,95
0,7
4

c. KLT

B. Sintesis Turunan Kumarin (7-hydroxy-4-methyl-2H-chromen-2-one)


dengan Katalis Silika NaHSO4
a. Massa dan Titik Leleh
Massa Resorsinol

: 0,196 gr

Massa Etil Asetoasetat

: 0,309 gr

Massa Katalis silika + NaH2SO4

: 0,31 gr

Massa produk

: 0,1339 gr

Titik leleh

: > 326

b. Waktu dan Suhu proses iradiasi


Waktu(s)
20
40
60
80
100
120
140

Suhu (C)
57,3
68,1
70,8
74,6
80,3
87,7
88,2

160
180

97,5
99

c. KLT
Seyawa
Resorsinol
Etilasetoasetat
Produk
Eluen

Jarak (cm)
0,95
1,1
1,95
0,8
4

III.

Perhitugan
A. Sintesis Kumarin (4-phenylchromen-2-one) dengan Katalis SSA
a. Rendemen
=

0,5

94,11

= 0,005312932 mol (pereaksi pembatas)


=

Mol produk
Massa teoritis

0,7894 gr
148
/

= 0,005333784 mol

= mol Fenol

= 0,005312932 mol
=

= 0,005312932 mol x 222,07 gram/mol

=
=

= 1,179842737 gram

(
(

100%
)

1,179842737

= 3,814067636 %

100%

100%

b. Faktor Retensi (Rf)

Rf Asam Sinamat =

Rf Fenol

= 0,4375
= 0,4875

Rf Produk

= 0,175

B. Sintesis Kumarin (7-hydroxy-4-methyl-2H-chromen-2-one) dengan Katalis


a. Rendemen

0,196
98

= 0,002 mol (pereaksi pembatas)


=

Mol produk
Massa teoritis

0,309 gram
130,16
/

= 0,002374001 mol

= mol Resorsinol

= 0,002 mol
=

= 0,002 mol x 176,172 gram/mol

=
=

= 0,352344 gram

)
,
,

100%

= 38,00263379 %

100%

100%

b. Faktor Retensi (Rf)

Rf Resorsinol

Rf Etil Asetat 1

Rf Etil Asetat 2
Rf Produk

IV.

= 0,4375
= 0,275
= 0,487
= 0,175

Pembahasan
Pada percobaan ini telah dilakukan sintesis turunan kumarin menggunakan 2
metoda yang berbeda. Pada percobaan bagian A dilakukan sintesis turunan
kumarin (4-phenylchromen-2-one) dengan katalis SSA dan pada percobaan
bagian B dilakukan sintesis turunan kumarin (7-hydroxy-4-methyl-2H-chromen2-one) dengan katalis silika NaHSO4.
Mekanisme reaksi sintesis percobaan bagian A, digunakan metoda reaksi
Knovagel;

Pada tahap ini atom O yang berikatan rangkap pada gugus asam karboksilat (COOH) menyerang ion H+ dari katalis asam sulfat pada silika, sehingga atom O
terprotonasi. Akan terjadi delokalisasi elektron, sehingga ikatan rangkap antara C
karbonil dan O menjadi ikatan tunggal karena elektronnya diberikan pada (-OH+).
Akibat dari delokalisasi elektron tersebut, C karbonil menjadi bermuatan positif
membentuk karbokation, elektron kembali terjadi delokalisasi sehingga posisi
karbokation berubah dan terletak pada atom C yang dekat dengan gugus fenil.

Senyawa fenol yang digunakan dapat mengalami resonansi seperti pada


gambar di atas.

Senyawa fenol yang beresonansi salah satu atom C nya bermutan negatif,
sehingga atom C yang bermuatan negatif menyerang atom C yang bermuatan
positif pada ion 2,2-dihidroxy-1-phenyspep-2-en-1-yilum. Terjadi reaksi
kondensasi dintara keduanya sehingga di bentuk suatu molekul gabungan dan
juga produk sampingan air. Terbntuknya produk sampingan air merupakan hal
yang memang biasa terjadi pada proses kondensasi. Dengan diketahui bahwa
produk sampingan dari proses ini adalah air dan salah satu reagen yang digunakan
juga memiliki sifat higroscopis yang akan bereaksi dan membentuk cairan yang
mengandung air jika terlalu lama kontak dengan udara. Pada proses penimbangan
dan pemasukan fenol tepat sebelum reagen dimasukan kedalam oven. Dengan
tujuan meminimalisir terbentuknya air akibat reaksi fenol dengan udara. Karena

jika dalam proses ini terlalu banyak air yang terlibat (air dari fenol yang
mengalami kontak dengan udara ditambah dari hasil reaksi kondensasi) dapat
memperbesar potensi tidak terbentuknya hasil dari yang akan disintesis.
Pada percobaan bagian A ini digunakan reagen, fenol dan asam sinamat yang
akan digabungkan melalui proses kondensari. Silika asam sulfat digunakan
sebagai katalis. Diklorometan digunakan untuk menarik hasil reaksi (produk)
kedalam fasa organik. NaHCO3 jenuh dan larutan NaCl jenuh digunkan untuk
menarik sisa-sisa reagen yang tidak bereaksi ke fasa cair. Sehingga antara produk
hasil reaksi dan reagen sisa dapat dipisahkan. Sementra itu penambahan Na2SO4
atau CaCl2 anhidrat digunakan untuk mencuci fasa organik (kloroform), untuk
memastikan dan mengambil fasa air yang mungkin masih terbawa saat pemisahan
fasa organik dan fasa air.
Pada percobaan bagian B dilakukan sintesis turunan kumarin 7-hydroxy-4methyl-2H-chromen-2-one menggunkan metode reaksi kondensasi Pechmann
dengan bantun katalis NaHSO4. Mekanisme reaksi dari percobaan bagian B dapat
dilihat di bawah ini,

Seperti halnya pada mekanisme reaksi percobaan bagian A, gugus O yang


berikatan dengan C karbonil pada gugus keton menyerang H+ dari katalis
NaHSO4. Sehingga terjadi delokalisasi elektron dan membentuk karbokation.
Seperti fenon, resorsinol pun dapat mengalami resonansi karena terdapat gugus
benzen.

Salah satu bentuk resonansi resorsinol seperti yang terhihat pada mekanisme
reaksi diatas. Salah satu atom C pada bentuk resonansi resorsinol ini bermuatan
negatif, atom C yang bermuatan negatif ini lah yang akan menyerang karbokation
pada senyawa 4-etoxy-2-hydroxy-4-oxobutan-2-ylium. Sehingga terjadi
penggabungan kedua senyawa tersebut. Selanjutnya gugus OH bawaan dari
resorsinol menyerang C karbonil pada gugus ester dari rantainya sendiri.
Sehingga terbentuk siklik dan O rangkap menjadi O bermuatan. Karbanion ini
kembali membentuk ilakatan rangkap sehinga gugus eter terlepas. Satu atom H
pada O yang kelebihan proton lepas sehingga atom O menjadi bermuatan netral.
Gugus OH yang berikatan dengan atom C yang juga berikatan dengan metil,
menyerang H+ sehingga membentuk gugus (-OH2)+ yang merupakan living grup
yang baik. Ketika H di ambil keluar, elektron nya akan membuat ikatan rangkap
antara C dan C sehinga gugus (-OH2)+ akan lepas. Dan terbentuklah senyawa
7-hydroxy-4-methyl-2H-chromen-2-one.
Pada percobaan bagian A, diperoleh produk dengan massa rendemen 4,81%
dengan titik leleh yang tidak diketahui karena produk yang didapatkan tidak
dalam bentuk kristal yang dapat di uji titik lelehnya. Namun jika dari literatur
diperoleh nilai titik leleh seharusnya adalah 186-191. Saat di lakukan KLT
dengan menggunakan eluen n-heksana : etil asetat 7:3, diperoleh Rf fenol =
1,95/4 Rf asam sinamat = 1,75/4, dan Rf produk 0,7/4. Karena eluen yang
digunkan cendrung non-polar sehingga noda yang memiliki nilai Rf paling besar
adalah yang paling non-polar di bandingkan dengan 2 noda lainnya. Sehingga jika
di urutkan nilai berdasarkan tingkat ke polaran yang diperoleh dari yang paling

non molar fenol, asam sinamat dan produk. Jika dibandingkan dengan nilai
polaristabiliti fenol = 10,94; asam sinamat = 16,19 dan 4-phenylchromen-2-one =
25,3. Sehingga bedasarkan tingkat kepolarannya, Rf yang di hasilkan kurang
lebih sesuai. Namun jika di lihat di bawah lampu sinar UV, warna nyala turunan
kumarin ini seharusnya menunjukan warna biru neon. Sedangkan noda yang
nampak pada KLT tidak menujukan warna nyala tersebut. Sehingga untuk
mengidentifikasi apakah sudah terbentuk atau belum produk yang ingin
dihasilkan harus di uji menggunakan NMR, IR, atau MS.
Pada percobaan bagian B di peroleh produk dengan % rendemen 38%, dengan
titik leleh lebih dari suhu 326. Hasil ini tidak sesuai dengan nilai titik leleh
seharusnya sekitar 160,3. Hal ini dikarenakan produk yang diperoleh tidak
direkris terlebih dahulu mengingat jumlahnya yang tidak terlalu banyak. Hal ini
berakibat saat di uji titik leleh hingga mencapai suhu 326 pun belum meleleh,
yang nampak adalah volume produk berkurang dan nampak gosong. Mungkin
produk 7-hydroxy-4-methyl-2H-chromen-2-one yang ingin di sintesis sudah
meleleh, namun tidak disabari karena ada pengotor yang tidak ikut meleleh justru
malah gosong. Namun jika dilihat dari nilai Rf nya secara bertutur-turut yang
memiliki Rf paling besar adalah Etil Asetoasetat, Resorsinol dan produk. Jika
dilihat dari warna nyala pada produk B saat di lihat di bawah lampu sinar UV
menampakan warna nyala biru. Sehingga senyawa turunan kumuari sudah
terbentuk pada percobaan ini.

V.

Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan diperoleh hasil percobaan sintesis turunan
kumarin (4-phenylchromen-2-one) dengan rendemen 3,814% dan nilai Rf produk
= 0,7/4 dibandingkan dengan Rf fenol = 1,95/4 dan Rf asam sinamat = 1,75/4.
Semetra untuk titik leleh tidak berhasil di uji pada percobaan ini. Untuk dapat
menentukan hasil sintesis yang lebih akurat harus di uji menggunakan uji NMR
dan IR. Selain itu diperoleh juga hasil percobaan sintesis turunan kumarin (7hydroxy-4-methyl-2H-chromen-2-one) dengan % rendemen 38,00%. Dan titik
leleh lebih dari 326. Dengan nilai Rf produk = 0,175 dibandingkan denga Rf
resorsinol = 0,4375 dan Rf etil asetoasetat = 0,275 dan 0,4875.

VI.

Daftar Pustaka
Singh, J.; Kaur, J.; Nayyar, S.; dan Kad, G.L. (1998), Highly Efficient and single
Step Synthesis of 4-Phenilcoumarin and 3,4-dihidro-4-phenylcoumarins
Over Montmorillonite K-10 Clay, Under Microwave Irradiation, Journal
of Chemical Research (S), p.280-281.
Aslam, K.; Khosa, M.K.; Jahan, N.; dan Nosheen, S. (2010). Syntesis and
Aplication of Coumarin. Pakistanian Journal of Pharmaceutical Science.
23(4), p.449-454

Anda mungkin juga menyukai