Anda di halaman 1dari 7

Laporan Praktikum KI3131

Analisis Spektrometri
Percobaan 2
Penetapan Anion Fosfat dalam Air

Nama : Ahmad Kushay


NIM : 10515053
Tanggal Percobaan : 19 September 2019
Tanggal Pengumpulan: 26 September 2019
Asisten :

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
Penetapan Anion Fosfat Dalam Air

I. Tujuan Percobaan
1. Menentukan max larutan kompleks fosfomolibdat tereduksi
2. Menentukan konsentrasi PO43- dalam sampel air

II. Teori Dasar


Fosfat dalam jumlah renik dapat menyebabkan lumut tumbuh dengan baik di
dalam reservoir-reservoir air. Dalam suasana asam, asam fosfat akan bereaksi dengan
asam molibdat membentuk kompleks asam heteropoli, kadang-kadang ditulis sebagai
H3[P(M03O10)4].
Dalam air, asam heteropoli ini berwarna kuning yang dapat digunakan sebagai
dasar penetapan fosfat secara kolorimetri. Asam heteropoli ini dapat pula direduksi
menjadi larutan berwarna biru yang disebut biru heteropoli atau biru molibden.
Larutan biru molibden lebih pekat daripada kuning. Reaksi pembentukan larutan
berwarna kuning berlangsung cepat, sedangkan untuk larutan biru molibden
berlangsung lambat, sekitar 10-15 menit. Namun larutan biru hasil reduksi ini tidak
stabil dan mempunyai kecenderungan untuk berkurang intensitasnya disebabkan oleh
adanya reaksi tambahan.

Cara biru molibden hanya peka terhadap ion-ion ortofosfat (PO 43-) dan tidak
peka terhadap ion-ion fosfat ganda, seperti P2O72- (pirofosfat) dan P2O93-. Oleh karena
itu, jika tujuan analisis adalah kadar fosfat total maka larutan yang dianalisis harus
diasamkan terlebih dahulu dan dididihkan beberapa menit.

Pada percobaan ini terdapat gangguan-gangguan yang mungkin terjadi.


Gangguan paling penting terjadi karena ion silika pada dinding labu ukur yang bisa
menghasilkan hasil reaksi heteropoli yang berwarna biru juga. Contohnya adalah
sebagai berikut.

1. Warna molibden tidak stabil, intensitasnya berangsur-angsur akan


menurun. Tetapi hasil pengukuran absorbans yang bersifat bolehulang
dapat diperoleh jika setiap kali pengukuran dipertahankan jangka waktu
yang sama antara pembentukan warna biru dan pembacaan absorbans.

2. Di atas konsentrasi 1,6 ppm akan terjadi penyimpangan Lambert-Beer


yang ditunjukkan dengan melengkungnya kurva kalibrasi yang diperoleh.
III. Data Pengamatan

max = 715,3 nm
Tabel 3.1. Data Pengamatan

Konsentrasi ion fosfat standar (ppm) Absorbansi


2 0,514329
4 0,871995
6 1,25383
8 1,20215
10 1,491272
sampel 1,181052

IV. Pengolahan Data

1.6
1.4 f(x) = 0.11x + 0.38
R² = 0.9
1.2
1
0.8
A
0.6
0.4
0.2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Konsentrasi standar ion fosfat (ppm)

Grafik 4.1. Kurva absorbansi terhadap [PO43-] pada max

y = 0,1144x + 0,3812
A = 0,1144[PO43-]sampel + 0,3812

[PO43-]sampel = 6,99 ppm


V. Pembahasan

Ion fosfat merupakan suatu basa konjugat yang dapat membentuk berbagai jenis
garam. Berbagai macam senyawa mengandung fosfat memiliki peran penting dalam
berbagai aspek kehidupan, seperti sodium tripolyphosphate (STPP) yang berfungsi
sebagai bahan penting dalam detergen dan odol, tricalcium phosphate (TCP) yang
digunakan sebagai sumber kalsium dan fosfor dalam suplemen makanan, dan masih
banyak lagi.

Secara umum, penentuan konsentrasi ion fosfat secara kolorimetri melibatkan


senyawa molibdat yang bereaksi dengan senyawa fosfat dalam suasana asam,
membentuk senyawa kompleks yang dapat direduksi menjadi warna biru oleh suatu
reduktor. Pada percobaan ini, fosfat direaksikan dengan asam molibdat membentuk
asam heteropoli yang akan direduksi oleh SnCl2 yang dilarutkan dalam gliserin agar
tidak mereduksi spesi apapun sebelum dicampurkan dengan larutan molibdat. Metode
percobaan serupa dapat melibatkan ammonium molibdat and antimon potassium
tartrat yang bereaksi dalam suasana asam dengan larutan fosfor encer membentuk
kompleks antimon-phospho-molibdat yang akan direduksi oleh asam askorbat[1].
Informasi ini menunjukkan bahwa terdapat berbagai jenis senyawa yang dapat
digunakan untuk menentukan ion fosfat yang memiliki prinsip kerja yang serupa.

Intensitas warna yang terbentuk melalui reaksi kompleks fosfomolibdat dengan


reduktor akan berbanding lurus pada konsentrasi ion fosfat. Hanya bentuk ortofosfat
(PO43-) yang akan membentuk warna biru dalam proses ini. Polifosfat (contoh: P2O72-)
dan senyawa fosfor organik lainnya perlu diubah menjadi ortofosfat melalui reaksi
hidrolisis dengan asam kuat seperti asam sulfat, proses ini perlu dilakukan karena
yang ingin dianalisis adalah total konsentrasi ion fosfat yang ada dalam sampel.

Perlakuan yang sama diberikan baik kepada sampel ataupun standar yang
bertujuan untuk penyamaan matriks dan mengurangi faktor kesalahan. Asam fosfat
sendiri terlebih dahulu harus direaksikan dengan asam molibdat dan membentuk asam
heteropoli yang akan menghasilkan warna kuning. Namun pengukuran tidak
dilakukan pada saat larutan berwarna kuning, karena intensitas warna kuning
termasuk rendah untuk pengukuran secara kolorimetri. Oleh karena itu, larutan diubah
menjadi warna biru untuk mendapatkan intensitas warna yang lebih baik dengan cara
mereduksi asam heteropoli tadi dengan SnCl2 . Dan spesi tereduksi ini yang akan
menghasilkan warna biru.

Pembentukan warna biru ini berlangsung lambat dan warna yang dihasilkan
tidak stabil, oleh karena itu perlu didiamkan sekitar 10-15 menit untuk memastikan
bahwa warna biru yang terbentuk adalah warna biru yang stabil dan pengukuran harus
cepat dilakukan untuk memastikan intensitasnya tidak berkurang karena berbagai
reaksi tambahan.Penyamaan waktu saat penambahan SnCl2 hingga pengukuran
menjadi sangat penting untuk mengurangi faktor kesalahan serta penyamaan
perlakuan.

Reaksi yang melibatkan biru molibden memiliki banyak spesi yang dapat
menjadi interferen; contohnya adalah ion arsenat dan silikat yang dapat menyebabkan
interferensi aditif, dan ion fluorida, klorida, dan beberapa jenis asam organik yang
dapat menyebabkan interferensi negatif[2]. Maka dari itu, setelah reaksi yang
menimbulkan warna biru terjadi absorbansi larutan harus segera diukur, dan jangka
waktu antar pengukuran larutan dan pemulaian reaksi molibden biru dibuat konstan
untuk setiap larutan untuk meminimalisir dan menyeragamkan galat yang terjadi
dalam percobaan. Karena hal ini jugalah larutan tidak dikocok dengan keras dalam
peralatan gelas kimia karena hal tersebut dapat mempercepat reaksi antara kompleks
molibden dengan ion silikat dari peralatan gelas kimia.

Panjang gelombang maksimum diperoleh dari panjang gelombang yang


menimbulkan absorbansi paling besar pada larutan sampel. Pada percobaan ini
diperoleh max pada 715,3 nm. Oleh karena warna larutan yang terlihat adalah biru,
maka warna yang diserap adalah jingga sehingga panjang gelombang maksimal yang
diserap berada pada 715,3 nm. Melalui metode standar luar, diperoleh [PO43-]sampel
sebesar 6,99 ppm.

Parameter reaksi molibden biru seringkali dioptimasi untuk mencapai tujuan


sebagai berikut: Sensitivitas maksimal terhadap ortofosfat, sesedikit mungkin
absorbansi yang berasal dari blanko, jangka kalibrasi linear yang luas, stabilitas warna
pada interval pengukuran, dan pembentukan warna biru dengan cepat.

Sebagai contoh, konsentrasi Mo yang lebih besar akan selalu memerlukan


keasaman yang lebih besar untuk meminimalisir efek absorbansi dari blanko.
Konsentrasi reduktan juga dapat divariasikan, meskipun berdasarkan eksperimen
variasi konsentrasi reduktan tidak terlalu menyebabkan galat yang signifikan pada
percobaan dibandingkan perubahan konsentrasi asam atau molibdat. Sebagai contoh,
asam askorbat biasa digunakan dalam konsentrasi tinggi[3] karena alasan kinetik;
terdapat bukti yang menunjukkan bahwa reduksi kompleks fosfomolibdat dengan
asam askorbat merupakan reaksi orde pertama terhadap asam askorbat, yang berarti
konsentrasi asam askorbat yang besar dapat mempercepat jalannya reaksi, dan itu
merupakan hal yang diinginkan.[4]
Perhatian khusus juga baiknya diberikan dalam metode molibden biru apapun
untuk meminimalisir absorbansi blanko, yang muncul dari reduksi langsung spesi
Mo(VI). Reduksi spesi ini akan menghasilkan berbagai macam jenis spesi
isopolimolibdat seperti yang merupakan interferen karena dua alasan. Pertama, adalah
karena beberapa jenis spesi isopolimolibdat tersebut meiliki struktur yang serupa
dengan kompleks fosfomolibdat yang telah tereduksi, dan memiliki pita serapan yang
serupa pula. Kedua, spesi tersebut dapat beragregasi dalam larutan dan membentuk
koloid, dengan ukurannya dapat mencapai beberapa nm[5], dan mengadsorpsi
permukaan karena luas permukaanya yang luas. Hal ini tentunya merupakan
gangguan dalam metode spektrofotometri karena fenomena hamburan cahaya,
meskipun proses ini merupakan proses yang lambat dan hanya akan mengganggu
ketika waktu reaksi yang lama digunakan.
Sama seperti reduksi kompleks fosfomolibdat, reduksi Mo(VI) juga
bergantung terhadap keasaman, konsentrasi Mo, dan konsentrasi reduktan. Sebagai
aturan umum, kompleks fosfomolibdat akan jauh lebih cenderung direduksi pada
konsentrasi asam yang besar dan konsentrasi Mo yang kecil. Maka dari itu, optimasi
metode molibden biru merupakan suatu usaha kompromi antara memaksimalkan
pembentukan dan reduksi kompleks fosfomolibdat dengan meminimalisir
pembentukan isopolimolibdat.
Pemilihan asam juga perlu diperhatikan. Reaksi molibden biru memerlukan
asam yang kuat, dan pemilihan asam dengan teliti juga dapat mengoptimasi metode
ini. Sebagai contoh, pembentukan kompleks fosfomolibdat pada HNO 3 secara umum
lebih besar daripada dengan H2SO4 dalam pH yang serupa. Hanya saja, H 2SO4
memang diketahui memiliki tingkat kontaminasi ion fosfat yang kecil, dan tetap dapat
merupakan asam yang lebih baik tergantung pada kondisi fasilitas percobaan. Jenis
asam lain seperti HCl juga kurang disukai karena ion Cl —dari asam tersebut dapat
menyebabkan galat, seperti yang telah didiskusikan sebelumnya.
Terakhir,stabilitas warna dalam metode molibden biru dipengaruhi tiga faktor
utama; seberapa jauh reduksi telah terjadi pada waktu pengukuran, stabilitas produk
dan keberadaan reduktan berlebih untuk melindungi fosfomolibdat tereduksi dari re-
oksidasi oleh oksidator seperti gas oksigen terlarut. Maka desain percobaan untuk
memaksimalkan tiga parameter tersebut juga dapat dilakukan untuk mengoptimasi
metode molibden biru secara lebih lanjut.

VI. Kesimpulan
max ion fosfat adalah pada 715,3 nm.
Kadar ion fosfat dalam sampel adalah 0,669 ppm.

VII. Daftar Pustaka

[1] US Environmental Protection Agency (1983). Method 365.3: Phosphorous, All


Forms (Colorimetric, Ascorbic Acid, Two Reagent).

[2] E.A. Nagul, et al., The molybdenum blue reaction for the determination of
orthophosphate revisited: Opening the black box, Analytica Chimica Acta (2015),
http://dx.doi.org/10.1016/j.aca.2015.07.030

[3] J.E. Going, S.J. Eisenreich, Spectrophotometric studies of reduced


molybdoantimonylphosphoric acid, Anal. Chim. Acta 70 (1974) 95-106

[4] C. Janardanan, S.M. Nair, Studies on inorganic ion exchangers. Part 5.


Preparation, properties and application of antimony(III) arsenate and
antimony(III) molybdate, Analyst 115 (1990) 85-87.

[5] A. Müller, J. Meyer, E. Krickemeyer, E. Diemann, Molybdenum blue: a 200 year


old mystery unveiled, Angew. Chem. Int. Ed. Engl. 35 (1996) 1206-1208.

Anda mungkin juga menyukai