HALAMAN JUDUL
PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
Uji Aktivitas Selulosa Pelepah Pisang ( Musa Paradisiaca Sp ) Sebagai Adsorben Limbah
Fe (II)
BIDANG KEGIATAN:
PKM PENELITIAN
Diusulkan Oleh
UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG
SEMARANG
2019
i
ii
------------------------------------------------Pemisah Halaman-----------------------------------------
ii
iii
Judul Kegiatan: PBF :ADSORBSI LIMBAH Fe (II) MENGGUNAKAN SELULOSA PELEPAH PISANG
1.
2. Bidang Kegiatan : PKM-P
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Umi Latifah
b. NIM : 4311417043
c. Jurusan : Kimia
d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Negeri Semarang
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Ds. Wringinjajar 2/3, Mranggen Demak
f. Email :
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 2 Orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar :
b. NIDN :
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP :
6. Biaya Kegiatan Total
a. Kemristekdikti : Rp. 11.806.750,00
b. Sumber lain :-
7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 5 Bulan
Semarang, 26 September 2019
Menyetujui
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Ketua Pelaksana Kegiatan,
Wakil Rektor
Bidang Kemahasiswaan, Dosen Pendamping,
iii
iv
DAFTAR ISI
iv
v
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
(Mohapatra, dkk., 2010).
Pelepah pisang dapat digunakan sebagai adsorben ion logam. Kandungan utama
senyawakimia dalam batang pisang, adalah selulosa dan lignin. Keterserapan ion logam oleh
batang pisang disebabkan oleh kemampuan substansi dalam batang pisang yang dapat
berikatan dengan ion logam. Salah satu substansi batang pisang yang dapat berikatan dengan
ion logam adalah selulosa. Berdasarkan penelitian sebelumnya limbah pertanian yang
mengandung selulosa mempunyai potensi sebagai adsorben karena terdapat gugus fungsional
seperti –OH yang dapat berinteraksi dengan ion logam. Keberadaan lignin dalam adsorben
dapat menghalangi proses transfer ion logam ke sisi aktif adsorben(Hidayati, 2017).
1.2 Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diketahui bahwa pencemaran
lingkungan terutama pencemaran air oleh logam berat menjadi salah satu masalah yang cukup
serius. Salah satu upaya penanganan pencemaran air adalah pengolahan limbah cair dengan
menggunakan metode adsorbsi. Menurut Husni (2004) kadar selulosa dari pelepah pisang
kering sekitar 50%.Pemanfaatan tumbuhan pisang selama ini hanya sebatas pada buah, daun
dan jantungnya saja sedangkan pelepah pisang relatif belum banyak dimanfaatkan. Setelah
berbuah tanaman ini harus diganti dengan tumbuhan yang baru sedangkan pelepahnya
dipangkas dan dibuang dalam artian tumbuhan pisang hanya bisa berbuah satu kali, yang
mengakibatkan limbah pelepah pisang terus bertambah. Adanya senyawa-senyawa karbon
seperti selulosa dan lignin yang terdapat didalam pelepah pisang, sehingga berpotensi untuk
dijadikan sebagai bahan dasar adsorben
Rumusan masalah dalam penelitian ini secara garis besar terbagi menjadi empat
bagianyaitu:
1. Apakah selulosa pelepah pisang mampu mengadsorpsi kadar ion logam Fe2+?
2. Berapakah konsentrasi Fe dan waktu kontak optimum terhadap adsorbsi ion logam
Fe2+ oleh selulosa pelepahpisang?
3. Berapakah kapasitas adsorbsi selulosa dari pelepah pisang terhadap adsorbsi ion
logam Fe2+?
4. Bagaimanakah kinetika adsorbsi ion logam Fe2+ oleh selulosa pelepahpisang?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
2
1. Mengetahui kemampuan adsorpsi karbon aktif batang pisangterhadap ion logamFe2+.
2. Mengetahui konsentrasi Fe2+ dan waktu kontak optimum terhadap adsorpsi ion logam
Fe2+ oleh arang aktif batangpisang.
3. Mengetahui kemampuan karbon aktif dari batang pisang dalam penurunan kadar ion
logamFe2+.
4. Mengetahui kinetika adsorpsi ion logam Fe2+ oleh arang aktif batang pisang.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Komponen penyusun pelepah pisang tergabung dalam senyawa organik antara lain
selulosa dan lignin (Husni dkk., 2004) yang disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Komposisi kimia pelepah pisang kering
Komponen kimia Presentase
Selulosa 50%
Lignin 17,8%
Data tersebut menunjukkan bahwa kandungan selulosa pada batang pisang cukup
tinggi. Selulosa merupakan senyawa organik yang terdapat pada dinding sel bersama lignin
berperan dalam mengokohkan struktur tumbuhan. Selulosa terdiri atas rantai panjang unit-
unit glukosa yang terikat dengan ikatan 1-4β-glukosida (Fessenden & Fessenden,1989).
4
Gambar 1. Struktur Selulosa
Penggunaan batang pisang sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif karena
kandungan selulosa dalam batang pisang yang cukup tinggi yaitu 50% dan kadar ligninnya
lebih rendah yaitu sekitar 17,8%. Lignin kurang stabil dan kurang bisa diuraikan sehingga
mempengaruhi keaktifan karbon. Semakin sedikit lignin yang terdapat dalam bahan baku
maka kualitas karbon aktif semakin baik (Priatmoko, dkk., 1995).
Selulosa mempunyai potensi yang cukup besar untuk dijadikan sebagai penyerap
karena gugus OH yang terikat pada selulosa apabila dipanaskan pada suhu tinggi akan
kehilangan atom-atom hidrogen dan oksigen sehingga tinggal atom karbon yang terikat
membentuk struktur segi enam dengan atom-atom karbon terletak pada setiap sudutnya.
Penataan yang cenderung kasar kemungkinan besar disebabkan reaksi pelepasan atom
hidrogen dan oksigen yang terjadi pada suhu tinggi (proses karbonisasi) berlangsung dengan
cepat dan tidak terkendali sehingga merusak penataan cincin segi enam yang ada.
Ketidaksempurnaan penataan antar lapisan maupun cincin segi enam yang dimiliki,
mengakibatkan tersediannya ruang-ruang dalam struktur arang aktif yang memungkinkan
adsorbat masuk dalam struktur arang aktif berpori.
2.2 Karbon Aktif
Karbon aktif merupakan senyawa karbon amorf, yang dapat dihasilkan dari bahan-
bahan yang mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan secara khusus untuk
mendapatkan permukaan yang lebih luas. Karbon aktif adalah karbon yang mengalami proses
pengaktifan dengan menggunakan bahan pengaktif sehingga pori-porinya terbuka, luas
permukaan karbon menjadi lebih besar, dan kapasitas adsorpsinya menjadi lebih tinggi.
Karbon aktif merupakan adsorben dengan permukaan lapisan yang luas dengan bentuk butiran
(granular) atau serbuk (powder).
Pada pengolahan air, karbon aktif digunakan sebagai adsorben untuk menyisihkan
5
rasa, bau dan warna yang disebabkan oleh kandungan bahan organik dalam air. Kontaminan
dalam air terserap karena tarikan daripermukaan karbon aktif lebih kuat dibandingkan dengan
kemampuan larutan menahan zat didalamnya. Kontaminan dapat masuk ke dalam porikarbon
aktif dan terakumulasi didalamnya, apabila kontaminan terlarut di dalam air dan ukuran pori
kontaminan lebih kecil dibandingkan dengan ukuran pori karbon aktif (Juliandini, Frianita,
2008). Apabila dalam larutan terdapat dua zat atau lebih maka zat yang satu akan diserap lebih
kuat dari yang lain. Molekul yang teradsorpsi dapat dianggap membentuk fasa dua dimensi
dan terakumulasi dalam permukaan (Oscik,1982).
2.3 Logam Besi
Besi merupakan salah satu unsur kimia dengan nomor atom 26 denganberat atom
sebesar 56 g/mol. Dalam tabel periodik besi terletak pada golongan 8B dan periode 4. Besi
merupakan salah satu unsur utama penyusun kerak bumi yaitu sekitar 5%. Besi dalam bentuk
bebas ( Fe) sangat jarang ditemukan di alam, biasanya besi berbentuk oksida besi seperti
hematit, magnetit dantakonit.
Hematit ( Fe2O3) dan Magnetit ( Fe3O4) lebih banyak dimanfaatkan untuk membuat
logam besi dibandingkan takonit.
Besi banyak dimanfaatkan untuk industri alat-alat berat, otomotif, pembangunan dan juga
alat-alat rumah tangga. Hampir dimana-mana kita pasti akan melihat material yang terbuat
dari besi. Selain itu besi juga dibutuhkan oleh tubuh kita dalam jumlah sedikit. Namun besi
dalam jumlah yang melebihi kadar batasnya akan menyebabkan kerusakan lingkungan bahkan
mengganggu kesehatan makhluk hidup di sekitarnya. Kebanyakan limbah besi berbentuk
limbah cair yang berasal dari industri pertambangan, logam dan otomotif.Kadarbatas untuk
logam besi dalam perairan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup tahun 1988 untuk air golongan B atau untuk diolah menjadi air minum dan
keperluan rumah tangga sebesar 5 mg/L.
Pada air permukaan umumnya besi ditemukan dalam bentuk endapan besi(III) dan
biasanya bergabung dalam padatan tersuspensi. Besi juga ditemukan dalam bentuk besi (II)
pada lapisan terdalam beberapa penampungan air yang kekurangan oksigen dan jugan dalam
air tanah. Secara umum besi berada dalam bentuk tereduksi (Fe2+) yang larut dalam air
sebagai Fe(OH)+ dan Fe(OH)3-.Pada air dengan nilai alkalinitas yang tinggi, ion Fe2+
biasanya ditemukan sebagai hidrogen karbonat atau bikarbonat. Besi juga dapat ditemui
dalam bentuk besi kompleks yang mengandung Fe2+ atau Fe3+ dengan silikat, fosfat,
polifosfat, sianida, sulfat, dan lain-lain (Metcalf & Eddy, 1991).
6
Besi bersifat korosif sehingga dapat membuat rusak lingkungan terutama lingkungan
air, ekosistem yang ada akan tidak seimbang dikarenakan banyak organisme yang mati. Besi
dalam jumlah besar pada tubuh dapat bersifat racun karena besi ferrous bebas bereaksi dengan
peroxida dan membentuk radikal bebas yang sangat reaktif dan dapat merusak DNA, protein,
lipid, dan komponen sel lainnya. Keracunan besi terjadi ketika ada besi bebas dalam sel, hal
ini mungkin terjadi karena jumlah besi melewati kapasitas transferrin yang bertugas mengikat
besi. Darah dengan konsentrasi besi yang tinggi dapat merusak sel-sel jantung, hati, dan organ
lainnya yang pada jangka panjang dapat menyebabkan kematian. Besi dapat menyebabkan
radang selaput mata (conjunctivitis), choroiditis dan retinitis, jika bersentuhan dan tertinggal
pada jaringan.
2.4 Adsorpsi
Adsorpsi adalah peristiwa menempelnya atom atau molekul suatu zat pada permukaan
zat lain karena ketidakseimbangan gaya dalam permukaan. Zat yang teradsorpsi disebut
adsorbat dan zat pengadsorpsi disebut adsorben (Atkins, 1997). Proses adsorpsi digambarkan
sebagai proses molekul meninggalkan larutan dan menempel pada permukaan zat penyerap
akibatikatan fisika dan kimia (Sawyer et. al., 1994 dalam Masduqi dan Slamet, 2000).
Proses adsorpsi dapat terjadi secara kimia maupun fisika. Pada proses adsorpsi secara
fisika gaya yang mengikat adsorbat oleh adsorben adalah gaya-gaya van der Waals. Molekul
terikat sangat lemah dan energi yang dilepaskan pada adsorpsi fisika relatif rendah (< 20
kj/mol). Adsorpsi fisik umumnya terjadi pada temperatur rendah dan dengan bertambahnya
temperatur jumlah adsorpsi berkurang dengan mencolok (Castellan, 1983). pada proses
adsorpsi secara kimia, adsorpsi memerlukan energi aktivasi dan nilai kalor adsorpsi besar
mencapai 100 Kj/mol, ini dibutuhkan agar terjadi interaksi ikatan-ikatan kimia. molekul-
molekul yang teradsorpsi pada permukaan bereaksi secara kimia, sehingga terjadi pemutusan
atau pembentukan ikatan. Teradsorpsinya molekul pada antar muka, menyebabkan
pengurangan tegangan permukaan dan adsorpsi akan berlangsung terus sampai energi bebas
permukaan mencapai minimum (Adamson,1990).
2.5 Sifat Adsorpsi KarbonAktif
Sifat adsorpsi karbon aktif yang paling penting adalah daya serap. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi daya serap adsorpsi, yaitu:
a. Sifatadsorben
Karbon aktif yang merupakan adsorben adalah suatu padatan berpori, yang sebagian
7
besar terdiri dari unsur karbon bebas dan berbentuk amorf dengan struktur yang tidak
beraturan. Selain komposisi, struktur pori juga merupakan faktor yang penting. Struktur
poriberhubungandengan luas permukaan, Pembentukan luas permukaan internal yang
berukuran mikro atau meso sebanyak mungkin, semakin kecil dan banyak pori-pori arang
aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin besar, karena jumlah molekul adsorbat yang
diserap oleh adsorben akan meningkat dengan bertambahnya luas permukaan dan volume pori
dari adsorben. Dengan demikian semakin besar luas permukaan adsorben maka penyerapan
yang terjadi semakinmerata.
b. Ukuranpartikel
Ukuran partikel juga mempengaruhi proses adsopsi, semakin kecil ukuran partikel
akan semakin cepat proses adsorpsi. Untuk meningkatkan kecepatan adsorpsi digunakan
karbon aktif yang telah dihaluskan (Surdia,N. M terjemahan, 1983).
c. Sifatadsorbat
Adsorpsi akan bertambah besar jika molekul adsorbat lebih kecil dari pori adsorben.
Karbon aktif mampu menyerap molekul lain yang mempunyai ukuran lebih kecil atau sama
dengan diameter pori adsorben. Proses adsorpsi oleh karbon aktif terjadi karena terjebaknya
molekul adsorbat dalam rongga karbon aktif.
d. Waktukontak
Bila arang aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu untuk mencapai
kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik dengan jumlah arang yang
digunakan. Selisih ditentukan olehdosis arang aktif. Untuk larutan yang memiliki viskositas
tinggi, dibutuhkan waktu kontak yang lebih lama.
2.6 Kinetika Adsorpsi
Kinetika adsorpsi menggambarkan laju yang meliputi waktu dan reaksi adsorpsi.
Menyatakan tingkat kecepatan penyerapan yang terjadi pada adsorben terhadap adsorbat.
Pengujian laju adsorpsi dapat dilakukan dengan menduga orde reaksi yangmungkin.
Persamaan reaksiberikut: A produk
jika reaksi orde pertama persaman yang dipakai adalah
8
Dengan mengintegralkan melalui batas [A]o dengan t = 0 dan [A] dengan t = t maka
diperoleh:
Plot ln [A] terhadap t sebagai fungsi waktu diperoleh garis linier dengan slope k
untuk reaksi orde pertama.
jika reaksi orde dua:A produk
𝟏
Plot [𝑨]sebagai fungsi waktu adalah linier dengan slope k untuk reaksi orde kedua (Bird,
Tony.1987).
9
(Yuliono,dkk. 2014) telah melakukan penelitian tentang mutu arang aktif batang pisang
(musa paradisiaca) ditinjau dari kadar air dan kadar abu, waktu kontak optimum, dan kapasitas
adsorpsi terhadap ion logam kromium VI. Banyaknya ion yang terserap diukur menggunakan
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Hasil penelitian yang diperoleh berupa kadar air
sebesar 12,27%, dan kadar abu sebesar 5,84%. Waktu kontak optimum tercapai pada menit ke-
120. Adsorpsi arang aktif batang pisang terhadap ion logam kromium VI mengikuti pola
isotherm Langmuer dengan kapasitas adsorpsi sebesar 0,2139 mg/g.
(Suziyana, dkk. 2017) melakukan penelitian menghitung efisiensi penghilangan logam
Fe pada air gambut dan menghitung kapasitas adsorpsi adsorben batang pisang. Penghapusan
maksimum untuk logam Fe terjadi dalam massa 2,5 gram dan waktu kontak 30 menit dengan
efisiensi adsorpsi 80,31%. Kapasitas adsorpsi adalah 0,027 mg Fe / g pada massa 1 gram
dengan waktu kontak 30 menit. Jenis adsorben batang pisang adsorpsi Fe adalah Freundlich
isotherm yang diasumsikan lapisannya terbentuk multilayer dengan R2 sebesar 0,989.
2.8 Hipotesis
Karbon aktif dari batang pisang mampu mengadsorpsi ion logamFe2+ pada air limbah
industri.
10
BAB III
Metode penelitian
3.2,1 VariabelBebas
Variabel bebas merupakan variabel yang akan diteliti pengaruhnya terhadap variabel
terikat. Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah konsentrasi Fe(II) dan waktu kontak.
3.2.3 VariabelKontrol
Variabel kontrol merupakan variabel yang mempengaruhi hasil reaksi, akan tetapi
dijaga agar tetap konstan. Pada penelitian ini variabel kontrolnya adalah pH limbah Fe(II),
volume larutan.
3.3 Rancangan Penelitian
11
7. ayakan - 100/+200mesh
8. kertas saring
9. alumunium foil
Bahan-bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah:
1. batang pisang
2. larutan NaOH
3. H2SO4
4. akuades
5. NH4Fe(SO4)2.
12
Sebanyak 1 gram arang aktif di timbang dan di masukkan kedalam kurs yang telah di
ketahui beratnya. Kemudian di tempatkan kedalam tanur pada suhu 800⁰C selama 2 jam.
Perhitungan kadar abu menggunakan persamaan:
Kadar abu (%) = ba x 100%
a = bobot awal sampel (gram)
b = bobot sisa sampel (abu) (gram)
3.3.2.3. Pembuatan Larutan Baku Fe (II)
Pembuatan larutan baku Fe (II) 1000 ppm dilakukan dengan menimbang 6,800 gram
NH4Fe(SO4)2 kemudian dilarutkan dengan penambahan sedikit demi sedikit H2SO4 pekat
hingga 10 mL dan ditambahkan sedikit air hingga larut, kemudian diencerkan dengan
akuades hingga tanda batas dalam labu ukur 1000 mL.
3.3.2.4. Pembuatan Larutan Standar Fe (II)
10 mL larutan baku Fe (II) 1000 ppm dipipet dan diencerkan sampai tanda batas
dalam labu ukur 100 mL untuk membuat larutan 100 ppm. Selanjutnya membuat larutan
standar Fe (II) 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, dan 25 ppm.
3.3.2.5. Pembuatan larutan sampel Fe (II)
25 mL larutan baku Fe (II) 100 ppm dipipet dan diencerkan sampai tanda batas dalam
labu ukur 100 mL untuk membuat larutan 25 ppm, 20 mL larutan baku Fe (II) 100 ppm
dipipet dan diencerkan hingga 100 mL untuk membuat larutan 20 ppm, dilakukan perlakuan
yang sama untuk membuat larutan Fe (II) 15 ppm, 10 ppm, dan 5 ppm.
3.3.2.6. Penentuan Waktu Kontak Optimum Arang Aktif batang pisang terhadap Ion
Fe (II)
Larutan Fe (II) dengan konsentrasi 25 ppm disiapkan dalam 5 erlenmeyer yang
berbeda dengan volume masing-masing 25 mL. Ke dalam 25 mL larutan Fe (II) ditambahkan
0,5 g arang aktif yang telah dibuat. Campuran dikocok dengan shaker dengan variasi waktu
30, 60, 90, 120, dan 150menit, setelah itu disaring dengan kertas saring Whatman untuk
memperoleh supernatan ion Fe (II). Adsorbansi filtrat diukur dengan SSA.
3.3.2.7. Penentuan Kapasitas Adsorpsi Ion Fe (II) oleh Arang Aktif batang pisang
Sebanyak 25 mL larutan ion logam Fe (II) dengan konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm,
20 ppm, dan 25 ppm disiapkan. Ke dalam tiap-tiap 25 mL larutan Fe (II) tersebutditambahkan
0,5gram arang aktif. Tiap campuran dikocok dengan shaker selama waktu optimum,
kemudian disaring dengan kertas saring Whatman.Adsorbansi filtrat diukur dengan SSA.
3.4 Metode Analisis Data
Tabel rancangan hasil penelitian
Adsorbansi
14
Konsentra Konsentra Konsentra Kapasita
si awal Adsorbansi si akhir si s
(mg/L) (mg/L) teradsorps adsorpsi
i (mg/L) (mg/g)
10
20
30
50
70
80
100
110
[Fe(II)]
teradsorpsi (ppm)
15
Tabel 7. Optimasi Waktu kontak
[Fe(II)]
teradsorpsi (mg/L)
Kinetika adsorpsi dipelajari menggunakan kinetika reaksi orde pertamadan orde kedua.
Konstanta laju (k1) untuk kinetika reaksi orde pertama dalam proses adsorpsi ini dihitung dari
slope pada plot linear dari ln [A] terhadap t, sedangkan kinetika reaksi orde kedua dengan
mengalurkan grafik antara 1/[A] terhadap t diperoleh slope untuk mencari konstanta laju (k2).
Untuk mengetahui orde reaksi yang sesuai dilihat dari nilai koefisien regresi linier pada kurva
yangdiperoleh.
16
Tabel 8. Parameter kinetika adsorpsi untuk orde 1
17
18
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya
Peralatan Penunjang
19
senyawa senyawa
menggunakan
GC-MS
Karakterisasi Untuk 6 sampel 250.000 1.500.000
kandungan memaksimalkan
senyawa reproduktivitas
menggunakan
FID
Subtotal 6.060.000
Perjalanan
Lain –lain
20
No. Jenis Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5
1. Tahap X
Persiapan
2. Penelitian I X X
3. Penelitian II X X
4. Analisis X X
5. Penyusunan X
Laporan
6. Penyerahan X
Laporan Akhir
DAFTAR PUSTAKA
Adamson, A.W. 1990. Physical Chemistry of Surface, Fifth Editions. New York: John
21
Willey and Sons.
Atkins, P. W. 1997. Kimia Fisika (Alih bahasa: Dra. Irma I. K). Jakarta :Erlangga.
Bird, Tony. 1987. Kimia Fisika Untuk Universitas. Jakarta: Gramedia pustaka utama.
Fessenden, Ralp J dan Fessenden, Joan S. 1989. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta :
Erlangga
Husni H., and Cut Meurah R, 2004, “Preparation and Characterization of Activatid
Carbon from Banana Stem by Using Nitrogen Gas”, Journal Reserch Teknik
Kimia, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Juliandini, Fitrianita dan Trihadiningrum, Yullinah. 2008. Uji kemampuan Karbon Aktif
dari Limbah Kayu dalam Sampah Kota untuk Penyisihan Fenol. Prosiding
Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS.
Surabaya Februari 2008. ISBN: 978-979-99735-4-2.
Metcalf and Eddy. 2003. Wastewater engineering Treatment and Reuse.Mcgraw- Hill.
Singapura.
Priatmoko, Sigit dan Cahyono, Edi. 1995. Struktur dan Pembuatan Arang
Aktif.Semarang: Media Pendidikan MIPA edisi No. 3 IKIP Semarang.
Slamet, A. dan Masduqi, A. (2000). Satuan Proses. DUE-Like Project ITS. Surabaya.
22
Widhiati, I.A.G, dkk. 2012. Studi Kinetika Adsorpsi Larutan Ion Logam Kromium (Cr)
Menggunakan Arang Batang Pisang (Musa Paradisiaca). 6(1):8-16 Jurnal Kimia
FMIPA Universitas Undayana, Bukit Jimbaran.
Yuliono, dkk. 2014. Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif Batang Pisang (Musa paradisiaca)
Terhadap Ion Logam Kromium VI. 15( 2): 24 – 32 Jurnal Kimia FMIPA
Universitas Negeri Makassar.
LAMPIRAN
23
24