e-ISSN 2599-2740
ABSTRAK
Katalis heterogen CaO dibuat melalui kalsinasi CaCO3 dari salah satu sumber CaCO3 yaitu cangkang
kepiting limbah seafood. Pembuatan katalis heterogen tersebut telah berhasil dilakukan selanjutnya dimodifikasi
dengan KOH, secara metode impregnasi basah dan kalsinasi pada 800oC selama 5 jam. Tujuan dari penelitian
ini adalah mengetahui karakteristik fisik dan kimia katalis heterogen dari cangkang kepiting dan termodifikasi
K2O serta mengetahui kinerja katalis heterogen cangkang termodifikasi tersebut dalam mengkonversi minyak
biji karet menjadi biodiesel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebasaan permukaan terendah dimiliki katalis
tanpa modifikasi (1,0428 mmol g-1) dan kebasaan tertinggi dimiliki katalis termodifikasi K2O (1,8314 mmol g-
1
). Karakterisasi luas permukaan spesifik cangkang kepiting tanpa modifikasi dan termodifikasi K2O relatif
sama. Morfologi permukaan katalis tanpa dan termodifikasi K2O yang terbentuk tidak uniform. Hasil
pemanfaatan katalis untuk transesterifikasi minyak biji karet (Hevea brasiliensis) menjadi biodiesel, diperoleh
konsentrasi katalis optimum adalah 3% dan perbandingan rasio molar minyak::metanol optimum 1:9 dengan
kemampuan konversi menjadi biodiesel yield 91,05%. Kandungan metil ester pada biodiesel yang dihasilkan,
yaitu metil stearat, metil linoleat, metil linolenat, dan metil palmiat.
Kata kunci: katalis heterogen, cangkang kepiting termodifikasi kalium, minyak biji karet, biodiesel
ABSTRACT
The CaO heterogeneous catalysts can be prepared by CaCO3 calcination process, with one source of
CaCO3 being a crab shell from seafood waste. The preparation of the heterogeneous catalyst was successfully
carried out by modification with KOH using a wet impregnation method at 800oC for 5 hours. The purpose of
this research is to determine the physical and chemical characteristics of heterogeneous catalyst of K2O-
modified crab shell and to examine the heterogeneous catalyst of K2O-modified shells in converting rubber seed
oil into biodiesel. The results showed that the lowest basic alkalinity possessed without modified catalyst
(1.0428 mmol g-1) and the highest alkali possessed potassium-modified catalyst (1.8314 mmol g-1).
Characterization of specific surface area of crab shells without and with modified K2O were relatively the same.
The surface morphology of the catalyst without and K2O modified was uniform. The catalyst examination
results for conversion of rubber seed oil (Hevea brasiliensis) to biodiesel, the optimum catalyst concentration of
3% and the molar ratio of oil:methanol of 1:9 capable converting to biodiesel with the yield of 91.05%. The
content of biodiesel were stearic methyl ester, linoleic methyl ester, linolenic methyl ester, and palmitic methyl
ester.
Keywords: heterogeneous catalyst, K2O-modified crab shell, rubber seed oil, biodiesel
1
JURNAL KIMIA (JOURNAL OF CHEMISTRY) 13 (1), JANUARI 2019: 1 - 8
mempunyai areal perkebunan karet yang luas, potensial menjadi CaO. Disisi lain, produksi
dimana dari perkebunan karet inilah selain biodiesel ini dinilai belum optimal karena
menghasilkan getah karet, juga menghasilkan konversi trigliserida menjadi biodiesel masih
biji keret yang merupakan hasil samping yang relatif rendah. Salah satu penyebab rendahnya
belum dimanfaatkan secara optimal. produksi biodiesel adalah kinerja katalis yang
Penggunaan katalis homogen dalam belum optimal. Menurut Istadi (2013), upaya
produksi biodiesel memiliki keuntungan, yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja
diantaranya dapat meningkatkan laju reaksi dan katalis adalah dengan penambahan situs aktif
konversi menjadi biodiesel relatif lebih banyak, (promotor) berupa basa pada katalis CaO dengan
akan tetapi penggunaan katalis homogen metode impregnasi. Hal ini bertujuan untuk
berdampak pada proses pemurnian dan meningkatkan kebasaan dan memperluas
pencucian produk akhir yang kurang ramah permukaan dari katalis, sehingga dapat
lingkungan. Disamping itu, pemisahannya juga meningkatkan perolehan biodiesel.
relativ lebih rumit karena produk akhir Aktivitas katalitik dari katalis CaO dapat
bercampur dengan katalis, mengingat keduanya ditentukan dari kebasaan permukaan dan luas
memiliki fase yang sama (Sharma et al., 2011). permukaan katalis. Berdasarkan penelitian
Katalis homogen juga memiliki kecenderungan Meher dkk. (2006) serta Kumar dan Ali (2012),
meningkatkan korosivitas biodiesel bila penyisipan logam Li pada katalis CaO dapat
digunakan pada mesin (Lee et al., 2014). meningkatkan kebasaan dan memperluas
Sedangkan katalis heterogen, memiliki banyak permukaan katalis. Menurut Kumar dan Ali
keunggulan dibandingkan katalis homogen, (2012), impregnasi KOH pada katalis CaO untuk
diantaranya produksi biodiesel hanya transesterifikasi produksi biodiesel menghasilkan
menggunakan sedikit unit opreasi dengan biodiesel sebesar 96-99% (tergantung pada
kemudihan pemisahan dan pemurnian produk. bahan baku minyak nabati). Berdasarkan uraian
Katalis basa heterogen memilki keunggulan lebih di atas, pada penelitian ini dilakukan modifikasi
mudah dipisahkan dari produk dan dapat katalis cangkang kepiting limbah seafood dengan
digunakan untuk proses berkelanjutan (Sivasami impregnasi KOH yang dikalsinasi pada suhu
et al., 2009). Katalis heterogen juga bersifat non- 800oC untuk meningkatkan kinerja katalis.
korosif, non-toksik dan dapat diregenerasi Katalis tersebut selanjutyan digunakan untuk
setelah digunakan (Guo et al., 2011). reaksi transesterifikasi minyak biji karet menjadi
Kalsium oksida (CaO) merupakan biodiesel.
oksida logam alkali tanah yang memiliki sifat
basa yang tinggi. Kebasaan CaO yang tinggi MATERI DAN METODE
menyebabkan oksida ini banyak digunakan
sebagai katalis pada proses transesterifikasi Bahan
minyak menjadi biodiesel. Salah satu keunggulan Bahan kimia yang digunakan adalah: n-
dari CaO adalah berbentuk padat sehingga heksana (C6H14), akuades, asam sulfat (H2SO4),
mudah dipisahkan pada akhir reaksi dalam KOH , biji karet, NaOH, asam oksalat 1 M, KI,
proses pembuatan biodiesel. CaO dapat diperoleh Na2S2O3, NaHCO3, amilum 1%, K2Cr2O7,
secara komersial di pasaran, namun CaO indikator penolpthalein, HCl, metanol, KBr,
komersial sulit didapat dalam keadaan murni dan kloroform dan pereaksi biuret.
harganya relatif mahal. Oleh karena itu, untuk
mengatasi persoalan tersebut CaO dari sumber Alat
alami merupakan upaya dalam mendayagunakan Peralatan yang adalah Fourier Transform
limbah. Sumber-sumber alami seperti batu kapur, Infrared (FTIR), Suface Area Analyzer (SAA),
tulang hewan, dan cangkang banyak Gas Chromatography-Mass Spectrometer (GC-
mengandung CaCO3 dan selanjutnya dapat MS), Scanning Electron Microscope (SEM) dan
didekomposisi menjadi CaO pada suhu tertentu. Energy Disversive X-ray Spektroskopi (EDS),
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk labu leher dua, statif dan klem, karet sumbat,
memperoleh CaO dari sumber alami tersebut. pengaduk magnetik dan hotplate, water bath,
Setiowati (2014) melaporkan bahwa dengan furnace, termometer, neraca analitik, ayakan,
kalsinasi cangkang kepiting pada suhu 800oC buret, peralatan gelas, oven, blender, mortar,
selama 5 jam diperoleh persentase CaO sebesar corong pisah, cawan porselen, desikator, pipet
70,20%. Oleh karena itu, CaCO3 pada cangkang tetes, seperangkat alat sokhletasi, piknometer,
kepiting dapat digunakan sebagai bahan baku viskometer, kondensor refluks.
2
Transesterifikasi Minyak Biji Karet (Hevea Brasiliensis) dengan Katalis Heterogen
Cangkang Kepiting Limbah Seafood Termodifikasi KOH
N K. D. Astuti, I N. Simpen dan I W. Suarsa
3
JURNAL KIMIA (JOURNAL OF CHEMISTRY) 13 (1), JANUARI 2019: 1 - 8
Analisis metil ester dengan GC-MS CaO akan meningkatkan kebasaan. Sifat basa
Biodiesel yang dihasilkan pada kondisi pada katalis sangat penting dalam pembuatan
optimum diidentifikasi dengan menggunakan agar reaksi dapat berlangsung secara optimal
kromatgrafi gas-spektrometri massa (GC-MS). (Knote et al., 2005).
4
Transesterifikasi Minyak Biji Karet (Hevea Brasiliensis) dengan Katalis Heterogen
Cangkang Kepiting Limbah Seafood Termodifikasi KOH
N K. D. Astuti, I N. Simpen dan I W. Suarsa
Gambar 1. (a) dan (b) Spektra FTIR sampel cangkang kepiting tanpa modifikasi dan termodifikasi
Karakterisasi sifat-sifat Permukaan dengan data EDS, cangkang kepiting setelah dikalsinasi
SEM-EDS mengandung 98% senyawa CaO. Artinya proses
Analisis menggunakan SEM dilakukan kalsinasi telah berjalan dengan baik, yaitu
untuk mengetahui morfologi permukaan dari membentuk CaO yang relatif tinggi sehingga
sampel padat. SEM merupakan teknik analisis dapat digunakan sebagai katalis untuk
menggunakan elektron sebagai sumber pembuatan biodiesel. Sementara, hasil analisis
pencitraan dan medan elektromagnetik sebagai EDS CaO dari cangkang kepiting termodifikasi
lensanya. Hasil SEM dari sampel CaO tanpa KOH (Gambar 3b), dengan komposisi penyusun
modifikasi dan CaO termodifikasi KOH adalah C (10,14%), O (56,61%), Mg (3,27%), P
ditampilkan pada Gambar 2 (a) dan (b) dengan (1,57%), K (2,71%), dan Ca (24,32%).
perbesaran 25000 kali dan EDS pada Gambar 3 Munculnya unsur K tersebut telah membuktikan
(a) dan (b). bahwa impregnasi CaO dengan KOH telah
Morfologi permukaan katalis CaO yang berhasil dilakukan.
dipreparasi dari cangkang kepiting limbah
seafood tanpa dan dengan modifikasi KOH dapat Uji Kadar FFA
dilihat bahwa katalis CaO yang terbentuk Asam lemak bebas merupakan produk
ukurannya mencapai skala mikrometer dan hidrolisis trigliserida. Reaksi ini terjadi karena
mempunyai bentuk yang tidak seragam. Oleh hadirnya molekul air. Reaksi ini tidak terjadi
karena akibat kalsinasi yang dilakukan pada secara sederhana, akan tetapi bertahap dan dapat
temperatur 800oC sehingga bentuk katalis balik (reversible). Proses hidrolisis dapat
menjadi tidak beraturan. Pada CaO termodifikasi dipercepat pada suhu tinggi. Reaksi ini
KOH menunjukkan partikel yang lebih homogen menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol.
dengan pori-pori tertutupi bila dibandingkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai persen
dengan CaO tanpa modifikasi. FFA minyak biji karet sebesar 10,43%. Nilai ini
Komposisi penyusun CaO dari cangkang lebih besar dari hasil yang diperoleh oleh Silam
kepiting tanpa modifikasi tersaji pada data EDS (1998) dan Aliem (2008), yakni masing-masing
(Gambar 3 a), yaitu C (11,90%), O (48,72%), sebesar 4,91 % dan 0,18 %.
Mg (5,55%), P (1,47%), dan Ca (32,36%). Dari
5
JURNAL KIMIA (JOURNAL OF CHEMISTRY) 13 (1), JANUARI 2019: 1 - 8
(a) (b)
Gambar 2. Hasil SEM katalis CK0 (a) dan katalis CK5 (b)
(a) (b)
Gambar 3. Hasil EDS katalis CK0 (a) dan katalis CK5 (b)
6
Transesterifikasi Minyak Biji Karet (Hevea Brasiliensis) dengan Katalis Heterogen
Cangkang Kepiting Limbah Seafood Termodifikasi KOH
N K. D. Astuti, I N. Simpen dan I W. Suarsa
Tabel 3. Hasil identifikasi senyawa penyusun biodiesel dari minyak biji karet
Waktu retensi Luas spektra Identifikasi senyawa
(menit) (%)
UCAPAN TERIMA KASIH Bobade, S. N., dan Khyade, V. B., 2012, Detail
study on the Properties of Pongamia
Penulis mengucapkan terima kasih Pinnata (Karanja) for the Production
kepada ibu Emmy Sahara, ibu Ni Komang Ariati of Biofuel, Research Journal of
dan bapak I Wayan Suirta serta kepada semua Chemical Sciences, 2(7): 16-20
pihak atas saran dan masukannya dalam proses Granados, M.L., Poves, M.D.Z., Alonso, D.M.,
penyelesaian tulisan ini. Mariscal, R., Galisteo, F. C., Moreno-
Tost, R, Santamaria, J., Fierro, J. L. G.,
DAFTAR PUSTAKA 2007. Biodiesel from sunflower oil by
using activated calcium oxide. Appl.
Athadasi, I. M., Aroua, M. K., Azis, A. A. R, and Catal. B Env. 73, 317-326
Sulaiman, N. M. N., 2013, The Effect Guo, F., dan Fang, Z., 2011, Biodiesel
of Catalyst in Biodiesel Production: A Production with solid Catalysts,
Review, Journal of Industrial and Biodiesel Feedstocks and Processing
Engineering Chemistry, 19(1), 14-26 Tecnhnologies, 1-21
Aliem, M. I., 2008, Optimasi Pengempaan Biji Hindriyawati, N., Maniam, G. P., Karim, M. R.,
Karet dan Sifat Fisiko Kimia Minyak dan Chong, K. F. 2014.
Biji Karet (Hevea brasiliensis) untuk Tranesterification of used cooking oil
Penyamakan Kulit, Skripsi, over alkali metal (Li, Na, K) supported
Departemen Hasil Hutan. Fakultas rice husk silica as potential solid base
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor catalyst. Engineering Science and
7
JURNAL KIMIA (JOURNAL OF CHEMISTRY) 13 (1), JANUARI 2019: 1 - 8