Anda di halaman 1dari 20

Kajian Tentang Kualitas Mikrobiologi Berdasarkan Nilai MPN Coliform, Coliform fekal,

dan Jumlah Koloni Bakteri Escherihia coli, Kualitas Fisik dan Kimia Air Minum Isi Ulang
Di Kota Palangkaraya Sebagai Bahan Penunjang Praktikum Mikrobiologi. (Tesis)

Noor Hujjatusnaini

Abstrak

Air merupakan kebutuhan esensial bagi seluruh makhluk hidup dan merupakan habitat yang
secara alaminya sangat mudah tercemar oleh faktor biotik dan abiotik. Air permukaan relatif
telah terkontaminasi oleh bakteri Coliform, khususnya pada daerah perkotaan. Demikian pula
halnya dengan kota Palangkaraya dengan luas wilayah 153,567 Km2 dan jumlah penduduk 1,935
juta jiwa, mempunyai sungai Kahayan yang berfungsi sebagai sarana transportasi dan pemukian
sebagian besar masyarakat Palangkaraya, sehingga tingkat pencemaran limbah dan MCK cukup
besar. Fenomena tersebut menyebabkan masyarakat lebih cenderung menggunakan air kemasan
sebagai pemenuh kebutuhan konsumsi air.

Kualitas air dapat dilihat dari indikator mikrobiologi, fisik dan kimia di dalamnya. Kehadiran
bakteri Coliform merupakan indikator biologi adanya kontaminasi sampah atau feses terhadap
sumber air. Kualitas mikrobiologi air dapat ditentukan berdasarkan nilai MPN Coliform, nilai
MPN Coliform fekal dan jumlah koloni Escherichia coli. Kontaminasi Coliform dapat
menyebabkan penyakit infeksi saluran pencernaan seperti diare dan gangguang pencernaan lain.
Indikator kualitas fisik (kekeruhan, warna, rasa dan aroma/bau air) dan indikator kualitas kimia
(pH, kesadahan, nilai BOD dan COD) air merupakan indikator kualitas air yang tidak secara
langsung berhubungan dengan kesehatan. Kendati demikian, kualitas fisik dan kimia
berhubungan dengan penentuan kelayakan air untuk dikonsumsi, sedangkan kontaminasi logam
berat seperti Pb (timbal) dalam kondisi minimum berdampak buruk bagi kesehatan.

Penelitian mengenai "Kajian Tentang Kualitas Mikrobiologi Berdasarkan Nilai MPN Coliform,
Coliform fekal, dan Jumlah Koloni Bakteri Escherihia coli, Kualitas Fisik dan Kimia Air Minum
Isi Ulang di Kota Palangkaraya Sebagai Bahan Penunjang Praktikum Mikrobiologi" ini bertujuan
untuk mengetahui (1) kualitas mikrobiologi air minum isi ulang dari sumber air tanah di daerah
perkotaan dan di daerah perbukitan berdasarkan nilai MPN Coliform, Coliform fekal dan jumlah
koloni Eschericia coli di kota Palangkaraya (2) kualitas fisik air minum isi ulang dari sumber air
tanah di daerah perkotaan dan di daerah perbukitan berdasarkan tingkat kekeruhan, warna, rasa
dan aroma/bau air di kota Palangkaraya (3) kualitas kimia air minum isi ulang dari sumber air di
daerah perkotaan dan di daerah perbukitan berdasarkan tingkat kesadahan, pH, BOD, COD dan
kadar timbal air di kota Palangkaraya.

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium Kimia Universitas


Negeri Malang pada bulan Febuari sampai dengan Maret 2009. Jenis penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif komparasi eksploratif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan perbandingan
kualitas mikrobiologi, fisik, dan kimia air minum isi ulang berbahan baku air tanah di daerah
perkotaan dan dari daerah perbukitan. Sampel air diambil dari sumber air di daerah perkotaan
dan dari daerah perbukitan di kota Palangkaraya. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan
cara porposive random sampling. Uji kualitas mikrobiologi sampel air dilakukan melalui (1) uji
pendugaan untuk menentukan nilai MPN Coliform, (2) uji penegasan untuk menentukan nilai
MPN Coliform fekal, dan (3) uji kepastian untuk menentukan jumlah koloni Escherichia coli.
Penentuan kualitas air minum isi ulang secara keseluruhan mengacu pada ketentuan dari Dirjen
POM.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa (1) Ada perbedaan yang signifikan antara air minum
isi ulang berbahan baku air tanah di daerah perkotaan dan dari daerah perbukitan berdasarkan
nilai MPN Coliform, nilai MPN Coliform fekal dan jumlah koloni Escherichia coli; Pada air
minum isi ulang berbahan baku air tanah terdapat bakteri Coliform,Coliform fekal dan koloni
Escherichia coli, sedangkan pada air minum isi ulang berbahan baku air perbukitan tidak
terdapat bakteri Coliform fekal dan koloni Escherichia coli. Kualitas mikrobiologi air minum isi
ulang berbahan baku air perbukitan layak dikonsumsi, sedangkan air minum isi ulang dari air
tanah tidak layak dikonsumsi berdasarkan nilai MPN Coliform, nilai MPN Coliform fekal dan
jumlah koloni Escherichia coli. (2) terdapat perbedaan yang signifikan kualitas fisik air
berdasarkan tingkat kekeruhan, warna, rasa, dan aroma(bau) antara air minum isi ulang yang
berbahan baku sumber air tanah di daerah perkotaan dan di daerah perbukitan. (3) terdapat
perbedaan yang signifikan kualitas kimia air berdasarkan pH, tingkat kesadahan, nilai BOD dan
COD, sedangkan berdasarkan kadar timbal (Pb) tidak terdapat perbedaan antara air minum isi
ulang yang berbahan baku air tanah di daerah perkotaan dan di daerah perbukitan.

Implikasi penelitian ini berupa penuntun praktikum mikrobiologi yang sistematis, runtun, taat
azas, sehingga layak digunakan, dengan tujuan dapat membentuk situasi pembelajaran bermakna
dan menyenangkan dalam pola pembelajaran kontekstual di tingkat Perguruan Tinggi (PT),
khususnya dalam mata kuliah mikrobiologi.

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/1126

Metode MPN (Most Probable Number) untuk uji kualitas air saat praktikum
menggunakan Coliform sebagai indikator. Kelompok Coliform mencakup bakteri yang aerobic
dan anaerobic fakultatif, berbentuk batang atau basil, gram negative dan tidak membentuk spora.
Coliform memfermentasikan laktosa dengan membentuk asam dan gas CO2 dalam waktu
inkubasi selama 48 jam dan diletakkan pada suhu 37C.
Uji yang dilakukan pada metode ini ialah uji penduga dan uji penguat. Uji penduga
dilakukan dengan menginkubasi air sampel yang telah dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
berisi medium Lactose Broth dan tabung Durham, hasil yang diperoleh yakni pada tabung reaksi
10-1, 10-2, dan 10-3 terbentuk gelembung pada tabung durham yang mengindikasikan adanya
Coliform pada sampel aquades dan air sungai.
Uji selanjutnya ialah uji penguat, uji ini dilakukan pada medium BGLB (Brilliant Green
Lactose Broth). Larutan sampel pada tabung reaksi yang telah diinkubasi selama 48 jam pada
suhu 37C diambil dengan jarum ose dengan cara dicelupkan lalu dioleskan ke dalam medium
BGLB , uji positif dapat dilihat dari terbentuknya warna hijau metalik atau tidak. Hasil
praktikum menunjukkan bahwa pada uji penguat hasil yang diperoleh positif karena terbentuk
warna hijau metalik pada BGLB. BGLB berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan flora
mikroba yang tidak diharapkan. Media BGLB merupakan media yang akan berwarna hijau
metalik jika terdapat reaksi fermen dengan media. Warna ini berasal dari adanya koloni koliform
yang bereaksi dengan BGLB. Eschercia coli merupakan bakteri fermentasi, seringkali
menghasilkan warna hijau metalik mengkilap. Bakteri yang menfermentasi dengan lambat akan
menghasilkan koloni berwarna merah muda.
Sesuai hasil pengamatan, pada medium BGLB yang berisikan air sungai dengan nilai
190/100 ml air dan air galon dengan nilai 58/100 ml air. Pada medium EC yang berisikan air
sungai dengan nilai 271/100 ml air dan air galon dengan nilai 20/100 ml air, dari kedua hasil
pengamatan di atas dapat diketahui bahwa air tersebut tidak dapat dikonsumsi, karena menurut
standar kesehatan, kualitas air yang bagus untuk dikonsumsi ialah air yang mengandung
maksimal 10/100 ml air koloni bakteri patogen atau lebih baik lagi jika tidak terdapat bakteri
patogen.
Sesuai hasil pengamatan, dapat diketahui jumlah bakteri patogen untuk spesies Coliform
yang lebih banyak terdapat di air galon karena kurang sterilnya alat penyaringan atau pemurnian
air sehingga bakteri patogennya pun tetap terikut saat pengambilan air galon. Spesies bakteri
Eschercia coli banyak ditemukan pada air sungai karena seperti yang kita ketahui air sungai
merupakan salah satu tempat berbagai macam pembuangan seperti pembuangan sampah,
pembuangan limbah, termasuk pembuangan feses.
Metode untuk menduga jumlah bakteri dalam suatu produk, dapat menggunakan metode
hitungan mikroskopis, metode hitungan cawan dan penentuan angka paling memungkinkan
(MPN). Organisme yang mati maupun hidup dapat dihitung dengan metode hitungan
mikroskopis, akan tetapi pada MPN hanya organisme hidup yang dapat dihitung. Metode MPN
adalah metode untuk menghitung jumlah mikroba dengan menggunakan medium cair dalam
tabung reaksi yang pada umumnya setiap pengenceran menggunakan 3 atau 5 seri tabung dan
perhitungan yang dilakukan merupakan tahap pendekatan secara statisitik.
http://vivi1191.blogspot.com/2011/12/uji-kualitas-air-menggunakan-metode-mpn.html

II. LANDASAN TEORI


Air adalah satu dari sedikit zat yang wujud cairnya lebih rapat daripada wujud padatnya. Kalau
benda lain mengerut ketika dipadatkan, es malah mengembang. Pada suhudi atsa 4
o
C, air bersifat seperti cairan pada umumnya, mengembang ketika panas, danmengerut ketika
dingin. Air mulai membeku ketika molekul-molekulnya mulai bergerak lambat sehingga tidak
mampu memutuskan ikatan hidrogen (Campbell 2004: 44).Air mungkin saja terlihat jernih, tak
berbau, dan tak berasa, tetapi tidak aman untuk diminum. Air baik dan aman untuk diminum
ialah air yang bebas dari mikroorganisme penyebab penyakit dan zat kimia yang merusak
kesehatan. Pencemaran air olehmikroorganisme atau zat-zat kimia berarti air tersebut mengalami
polusi dan tidak bolehdiminum. Sumber-sumber dalam tanah, yaitu sumur dan mata air,
menyediakan sebagian besar air untuk rumah-rumah perorangan di daerah pedesaan. Air
permukaan tidak bolehdiminum kecuali bila diberi perlakuan (atau dididhkan) sebelumnya untuk
menghilangkankontaminan (Pelczar & Chan 2005: 868-869).Perairan alami memang merupakan
habitat atau tempat yang sangat parah terkena pencemaran. Sehingga rumus kimia air : H
2
O, merupakan rumus kimia air yang hanya berlaku untuk air bersih seperti akuades, akuademin
dan sebagainya. Sedang untuk air alami yang berada di dalam sungai, kolam, danau, laut dan
sumber-sumber lainnya akanmenjadi : H
2
O ditambah dengan faktor yang bersifat biotik dan faktor yang bersifat

abiotik. Faktor-faktor biotik yang terdapat dalam air terdiri dari bakteria, fungi,
mikroalgae, protozoa, virus serta sekumpulan hewan ataupun tumbuhan air lainnya yang tidak
termasuk kelompok mikroba (Suriawiria 1995: 201).Kontaminan yang mencemari air
digolongkan ke dalam tiga kategori yaitu kimiawi,fisik dan hayati. Kontaminan-kontaminan
tertentu dalam setiap kategori dapat mempunyai pengaruh nyata terhadap kualitas air. Patogen
yang paling sering dipindahsebarkan melaluiair ialah yang menyebabkan infeksi pada saluran
pencernaan, yaitu demam tifoid dan paratifoid, disentir (basiler dan aerobik), kolera dan virus
enterik (Pelczar & Chan 2005: 868).Kehadiran mikroba di dalam air dapat menguntungkan tetapi
juga dapat merugikan.Banyak plankton, baik fitoplankton ataupun zooplankton merupakan
makanan utama ikan,sehingga kehadirannya merupakan tanda kesuburan perairan tersebut.
Banyak jenis bakteriatau fungi di dalam badan air berlaku sebagai jasad dekomposer, artinya
jasad tersebutmempunyai kemampuan untuk mengurai atau merombak senyawa yang berada
dalam badan air. Sehingga kehadirannya dimanfaatkan dalam pengolahan buangan di dalam
air secara biologis. Pada umumnya mikroalgae mempunyai klorofil untuk melakukanfotosintesis,
sehingga dapat melakukan fotosintesis dengan menghasilkan oksigen(Widiyanti 2004: 2-
3).Sejumlah bakteri dianggap sebagai bakteri pengganggu dalam air karenamenimbulkan
masalah bau, warna, dan rasa, disamping juga membentuk endapan persenyawaan tak dapat larut
di dalam pipa-pipa sehingga mengurangi atau menyumbataliran air. Aksi merusak pada beberapa
mikroorganisme adalah sebagai berikut: 1) bakteri pembentuk lender, 2) bakteri besi yang
mengubah persenyawaan besi yang membentuk asam sulfat dan hydrogen sulfidae, sehingga air
menjadi sangat asam dan berbau tidak enak (Pelczar & Chan 2005: 878).Menurut tempatnya, air
dapat dibedakan menjadi air permukaan dan air tanah. Air yang berada di permukaan tanah
disebut air permukaan dan air yang berada di dalam tanahdisebut air tanah. Air hujan yang jatuh
ke tanah sebgaian meresap ke dalam tanah dansebagian lain dapat menggenang di permukaan
tanah, hal ini tergantung kepada kondisitanah. Air hujan membawa serta mikroorganisme-
mikroorganisme yang senantiasa berhamburan di udara. Setiba di tanah, air lebih tercemar lagi
karena sisa-sisa makhluk

hidup (sampah), kotoran dari hewan dan manusia, maupun kotoran dari pabrik (Dwidjoseputro
1998: 189).Penggunaan media selektif dan diferensial sangat membantu mempercepat
usaha pemeriksaan air guna mendeteksi organisme kolifrom. Pemeriksaan tersebut terdiri dari
tigalangkah berurutan (1) uji dugaan (
presumptive test
), (2) uji yang diperkuat (
confirmed test
) dan (3) uji lengkap (
completed test
). Prosedur laboratoris dapat dilakukan dengan prosedur inokulasi teknik filter membran (Pelczar
& Chan 2005: 874-875).Pada prinsipnya tujuan pengujian air minum ialah untuk mengetahui ada
tidaknyamikroorgansime patogen. Akan tetapi di dalam praktek orang jarang sekali menemukan
Shigella. Salmonella
atau
Vibrio
dari contoh air yang diselidiki. Pengujian air didasarkanatas ada tidaknya bakteri dari golongan
kolon saja. Bakteri kolon terdiri dari berbagai bakteri yang merupakan penghuni biasa dari
usus tebal manusia atau hewan yang sehatmaupun yang sakit,
E. Coli.
Kehadiran bakteri kolon di dalam suatu contoh air menunjukkan adanya pencemaran yang
berasal dari kotoran hewan dan manusia dandianggap patogen (Dwidjoseputro 1998: 189-190).
Koliform
sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri, berbentuk batang gramnegatif, tidak
membentuk spora, aerobik dan anaerobik fakultatif yang memfermentasilaktose dengan
menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35
o
C.Kelompok koliform mempunyai beberapa ciri yang juga dimiliki oleh anggota
genusSalmonella dan Shigella, yang mempunyai spesies-spesies enterik patogenik.
Namun, perbeddan keduanya adalah bahwa koliform dapat memfermentasi laktose
denganmenghasilkan asam dan gas, sedangkan Salmonella dan Shigella tidak
memfermentasilaktose (Pelczar & Chan 2005: 873).Mikroorganisme yang autotrof merupakan
penghuni pertama dalam air yangmengandung zat-zat anorganik, sel-sel mati merupakan bahan
organik yang memungkinkehidupan menentukan populasi dalam air. Temperatur sekitar 30
o
C atau lebih sedikit baik sekali bagi kehidupan bakteri patogen yang berasal dari hewan maupun
manusia. Sinar matahari, terutama sinar ultra ungu-nya, memang dapat mematikan bakteri,
namun dayatembusnya ke dalam air tidak seberapa (Dwidjoseputro 1998: 187-188).
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan pengujian kualitas air secara mikrobiologi. Air yangdigunakan
pada praktikum ini adalah air isi galon, air sumur, air sungai dan air PAM.Semua sampel air ini
diuji apakah mengandung bakteri patogen atau tidak. Pengujiandilakukan secara tiga tahap, yaitu
uji penduga, uji penguat uji pelengkap koliform. Padasampel air isi ulang, niali MPN yang
diperoleh pada uji penduga adalah 0,073; air sumur 0,062; air sungai > 24,00 dan air PAM 0,073.
Uji penguat dilakukan bila pada tabungdurham di uji penduga terdapat gelembung gas. Tabung
yang positif pada uji pendugadiinokulasi pada media MBA dan hasil yang didapat terlihat koloni
bakteri tumbuh berwarna merah. Pada uji pelengkap koliform, suspensi bakteri dari uji penguat
diose dandicat dengan larutan kristal violet, iodium, alkohol dan safranin. Dari
pengamatanmikroskop akan terlihat bakteri yang terdapat di dalam air sampel.Bakteri yang di
dapat pada praktikum ini adalah bakteri
Escherichia coli
. Bakteri inihadir atau terlihat karena terbentuknya asam atau gas yang terjadi akibat fermentasi
laktosaoleh bakteri golongan kolon. Menurut Pelczar & Chan (2005: 872-873) bakteri
koliformdigunakan sebagai indikator kualitas air karena memenuhi persyaratan suatu
organismeindikator. Syarat tersebut antara lain: terdapat dalam air tercemar dan tidak terdapat
dalamair tidak tercemar, terdapat dalam air bila ada patogen, jumlah mikroorganisme
indikator berkolerasi dengan kadar polusi, mempunyai kemampuan bertahan hidup yang lebih
besar daripada patogen, mempunyai sifat yang sama dan mantap, tidak berbahaya bagi
manusiadan hewan, terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dari patogen dan mudah
ditelitidengan teknik laboratorium.Bakteri koliform biasanya tidak patogenik, walaupun
beberapa jenis dari bakteri inihidup di saluran pencernaan manusia. Salah satu bakteri koliform
adalah
Escherichia coli.
Menurut Widiyanti (2004: 5) bakteri koliform merupakan suatu grup bakteri yangdigunakan
sebagai indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadapair, makanan, susu
dan produkproduk susu. Koliform sebagai suatu kelompok dicirikansebagai bakteri berbentuk
batang, gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik dananaerobik fakultatif yang
memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam

waktu 48 jam pada suhu 35


o
C.Adanya bakteri koliform di dalam makanan/minumanmenunjukkan kemungkinan adanya
mikroba yang bersifat enteropatogenik dan atautoksigenik yang berbahaya bagi kesehatan.Pada
uji lengkap koliform, suspensi bakteri dari uji penguat dicat denganmenggunakan larutan kristal
violet, iodium, alkohol dan safranin. Pengecatan ini berfungsiuntuk memberikan warna pada
bakteri agar terlihat jelas, sehingga disebut pewarnaangram. Menurut Pelczar & Chan (2005: 83)
rekasi yang terjadi pada gram positif bila diberilarutan kristal violet, maka sel bakteri berwarna
ungu. Larutan kedua yaitu iodium yangmembentk kompleks kristal ungu violet di dalam sel dan
sel tetap berwarna ungu. Larutanketiga adalah alkohol yang digunakan untuk meluntukan cat.
Rekasi yang terjadi pada gram positif, dinding sel mengalami dehidrasi, kristal ungu violet dan
iodium tak dapat keluar dari sel dan sel tetap berwarna ungu. Sedangkan pada gram negatif lipid
terekstraksi daridinding sel, pori-pori mengembang, kompleks kristal ungu violet dan iodium
keluar dari selsehingga sel menjadi tak berwarna. Zat penutup adalah larutan safranin. Pada gram
positif,sel tetap berwarna ungu, sedangkan pada gram negatif sel menyerap dan menjadi
berwarnamerah.Bakteri koliform digunakan sebagai indikator adanya bakteri patpgen di dalam
air.Menurut Widiyanti (2004: 5) bahwa bakteri koliform dapat dibedakan menjadi 2 grupyaitu:
(1) koliform fekal, misalnya
Escherichia coli
dan ( 2 ) koliform nonfekal, misalnya
Enterobacter aerogenes
.
Escherichia coli
merupakan bakteri yang berasal dari kotoranhewan atau manusia, sedangkan
Enterobacter aerogenes
biasanya ditemukan pada hewanatau tanam-tanaman yang telah mati. Sehingga, adanya
Escherichia coli
dalam air minummenunjukkan bahwa air minum itu pernah terkontaminasi feses manusia dan
mungkindapat mengandung patogen usus. Oleh karena itu, standar air minum mensyaratkan
Escherichia coli
harus nol dalam 100 ml air. Bakteri golongan koli tidak dapat tumbuhdengan baik pada suhu 42
o
C, sedangkan golongan koli fekal dapat tumbuh dengan baik pada suhu 42
o
C.

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yag didapat, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :1.

Tabung Durham berfungsi untuk menangkap gelembung air yang terbentuk 2.

Gelembung air terbentuk karena pada sampel terdapat bakteri patogen3.

Bakteri yang didapat adalah bakteir gram positif 4.

Larutan kristal violet berfungsi untuk mewarnai bakteri5.

Larutan alkohol berfungsi untuk melunturkan cat


http://www.scribd.com/doc/61827198/Uji-Kualitas-Air

Air merupakan materi esensial bagi kehidupan makhluk hidup, karena makhluk hidup
memerlukan air untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Secara umum fungsi air dalam
tubuh setiap mikroorganisme adalah untuk melarutkan senyawa organik, menstabilkan suhu
tubuh dan melangsungkan berbagai reaksi kimia tingkat seluler (Campbell dkk., 2002).
Pemeriksaan air secara mikrobiologi sangat penting dilakukan karena air merupakan substansi
yang sangat penting dalam menunjang kehidupan mikroorganisme yang meliputi pemeriksaan
secara mikrobiologi baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat dipakai sebagai pengukuran
derajat pencemaran (Ramona dkk., 2007).

Pemeriksaan derajat pencemaran air secara mikrobiologi umumnya ditunjukkan dengan


kehadiran bakteri indikator seperti coliform dan fecal coli (Ramona dkk., 2007). Bakteri coliform
sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang gram negatif, tidak
membentuk spora, aerobik, dan anaerobik fakultatif yang memfermentasi laktose dengan
menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35 C (Pelczar,1988).

Kelompok bakteri coliform antara lain Eschericia coli, Enterrobacter aerogenes, dan
Citrobacter fruendii. Keberadaan bakteri ini dalam air minum juga menunjukkan adanya bakteri
patogen lain, misalnya Shigella, yang bisa menyebabkan diare hingga muntaber (Kompas Cyber
Media, 2003 dalam Kompas.com).

Menurut Supardi dan Sukamto (1999), bakteri coliform dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu:

1) Coliform fekal, misalnya E. coli, merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau
manusia.
2) Coliform non-fekal, misalnya E. aeroginosa, biasanya ditemukan pada hewan atau tanaman
yang telah mati.

Jadi, coliform adalah indikator kualitas air. Semakin sedikit kandungan coliform, maka
kualitas air semakin baik.

Uji kualitas air terdiri dari 3 step utama, yaitu: Uji penduga, Uji penguat dan Uji
pelengkap. Dalam uji penduga di gunakan lactose broth, sedangkan untuk contoh lainya yang
banyak mengandung bakteri asam laktat, misalnya susu, di gunakan brilliant green lactose bile
broth (BGLBB). Bakteri asam laktat dapat memfermentasi laktosa dan membentuk gas, hingga
dapat mengakibatkan pembacaan uji positif yang salah.

BGLBB merupakan medium selektif yang mengandung asam bile sehingga dapat
menghambat bakteri gram positif termasuk coliform. Inkubasi di lakukan pada suhu 35oC selama
24-48 jam. Tabung di nyatakan positif bila terebentuk gas sebanyak 10 % atau lebih dari volume
di dalam tabung Durham. Jumlah tabuung yang positif di hitung pad masing-masing seri. MPN
penduga dapat di hitung dengan melihat table MPN 7 tabung.

Uji Penguat. Terbentuknya gas dalam Lactose Broth atau dalam BGLBB tidak selalu
menunjukan bakteri E.Colli karena mikroba lainya mugkin juga ada yang dapat
memfermentasikan laktosa dengan membentuk gas, misalnya bakteri asam laktat dan beberapa
kahmir tertentu. Oleh karena itu perlu di lakukan uji penguat pada agar EMB. Dengan
Menggunakan jaarum ose, contoh dari tabung MPN yang menunjukan uji penduga positif
(terbentuk gas) masing-masing di inokulasikan pada agar cawan EMB dengan cara goresan
kuadran. Semua tabung di inkubasikan pada suhu 35oC selam 24 jam. Jumlah cawan EMB pada
masing-masing pengenceran yang menunjukan adanya pertumbuhan Coliform, baik fekal
maupun non fekal dihitung dan MPN penguat dapat di hitung dari table MPN.

Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji pelengkap untuk menentukan bakteri


Escherichia coli. Dari koloni yang berwarna pada uji penguat diinokulasikan ke dalam medium
Lactose Broth dan medium agar miring Nutrient Agar (NA), dengan jarum inokulasi secara
aseptik. Diinkubasi pada suhu 37oC selama 1 x 24 jam. Bila hasilnya positif terbentuk asam dan
gas pada Lactose Broth, maka sampel positif mengandung bakteri Escherichia coli. Dari media
agar miring NA dibuat pewarnaan Gram dimana bakteri Escherichia coli merupakan Gram
negatif berbentuk batang pendek.

http://nmutiarani.blogspot.com/2012/02/blog-post.html

Populasi mikroba di alam sangat besar dan kompleks. Beratus-ratus spesies dari berbagai
mikroba biasanya menghuni bermacam-macam tubuh kita, termasuk mulut, saluran pencernaan,
dan kulit. Salah satu mikroba tersebut adalah bakteri. Bakteri memiliki tiga macam bentuk yaitu
kokus (bulat atau bola), basil (batang), dan spiral (Fardiaz, 1989).

Sifat bakteri ada yang menguntungkan dan ada juga yang merugikan. Dikatakan menguntungkan
karena bakteri dapat melakukan proses pembusukan sampah agar tidak menumpuk, sebagai
antibiotik, indikator pencemaran, dan sebagainya. Sedangkan dikatakan merugikan karena
bakteri dapat menimbulkan penyakit untuk beberapa spesies. Walaupun begitu, mikroba
khususnya bakteri sengaja ditumbuhkan pada sebuah medium. Medium yang digunakan adalah
medium yang ketersediaan nutriennya tercukupi seperti air, karbon, energi, mineral, dan faktor
tumbuh untuk pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri. Suatu bakteri dikatakan pathogen
jika bakteri tersebut telah membentuk suatu koloni. Koloni didapatkan jika berada pada
lingkungan buatan, sedangkan jika berada di alam konsentrasi bakteri pathogen menjadi rendah
dan sulit untuk dideteksi. Oleh karena itu dilakukan analisis mikrobiologi untuk mengidentifikasi
bakteri pathogen.
Uji mikrobiologi air dapat dianalisis berdasarkan organisme penunjuk/ indicator
organism. Syarat organisme indikator antara lain yaitu, terdapat pada air yang tercemar,
mempunyai kemampuan bertahan hidup yang lebih besar dari pathogen, terdapat dalam jumlah
yang lebih banyak daripada pathogen, dan mudah dideteksi dengan teknik laboratorium yang
sederhana. Biasanya yang digunakan sebagai indikator yaitu dari jenis Escherichia coli (E. coli
atau coli tinja) dikarenakan terdapat hanya dan selalu terdapat dalam tinja.

Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif yang tahan hidup dalam media
yang kekurangan zat gizi (Rahayu, 2000). Susunan dinding sel bakteri gram negatif memiliki
struktur dinding sel yang lebih kompleks daripada sel bakteri gram positif. Bakteri gram negatif
mengandung sejumlah besar lipoprotein, lipopolisakarida, dan lemak (Schlegel, 1993). Adanya
lapisan-lapisan tersebut mempengaruhi aktivitas kerja dari zat antibakteri. Menurut Escherich
(1885) dalam Wikipedia (2008), bakteri E. coli ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Filum : Proteobacteria

Kelas : Gamma Proteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Famili : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia

Spesies : Escherichia coli.

Bakteri E. coli merupakan organisme yang normal terdapat dalam usus manusia sehingga
keberadaannya bukan merupakan masalah. Namun, beberapa strain tertentu dari bakteri ini dapat
menimbulkan penyakit seperti diare, muntaber, dan gangguan pencernaan lainnya. Hal ini
berkaitan dengan kemampuan strain ini dalam membentuk enterotoksin yang berperan dalam
mengeluarkan cairan dan elektrolit (Wikipedia, 2008).

Total E. coli terdiri dari :


1. E. coli yang berasal dari tinja (disebut coli tinja) atau disebut juga coli fecal (baru
tercemar tinja).

2. Bakteri-bakteri lain selain E. coli (disebut coliform), seperti : Klebsiella sp.,


Enterobacter freundii, Aerobacter aerogenes. Atau disebut juga coli nonfecal (pernah
tercemar tinja).

Standar analisis air untuk mengetahui bahwa air itu berkualitas baik atau tidak ada 3
tahap uji, yaitu :

1. Uji duga (presumptive test)

Uji ini ditujukan untuk mendeteksi mikroorganisme yang dapat memfermentasi


laktosa menghasilkan asam dan gas. Mikroorganisme itu kemudian diduga sebagai
bakteri coliform.

2. Uji penguat (confirmed test)

Uji ini melanjutkan tahap 1 yaitu dengan membuat piaraan agar tulang dari piaraan
laktosa cair pada media agar selektif dan diferensial yaitu Eosin Methylene Blue Agar
(EMBA). Koloni E. coli tampak berwarna hijau metalik, dan disebut sebagai koloni
tipikal, tipe lain disebut atipikal.

3. Uji lengkap (completed test)

Uji ini dilakukan pembuatan piaraan cair dalam media laktosa dari koloni tipikal pada
media EMBA dengan tujuan mendeteksi mikroorganisme yang diduga E. coli untuk
memfermentasi laktosa juga diamati morfologinya.

Medium EMBA merupakan medium diferensial , yaitu medium yang dapat memisahkan antar
koloni bakteri yang berbeda dan digunakan sebagai media isolasi dan identifikasi. Medium ini
digunakan untuk bakteri coliform (bakteri yang sebagian besar terdiri dari bakteri E. coli), yang
salah satunya dapat memfermentasi laktosa, dari koloni yang berwarna biru kehitaman menjadi
koloni yang berwarna hijau metalik (Marietta, 2008).
http://puguh90.blogspot.com/2009/05/uji-mikrobiologis-air.html

Kehidupan Mikroorganisme dalam Air


Mar15

Air merupakan komponen esensial bagi kehidupan jasad hidup. Akan tetapi dapat juga
merupakan suatu substansia yang membawa malapetaka, karena air dapat membawa
mikroorganisme patogen dan zat-zat kimia yang bersifat racun (Tarigan, 1988).

Faktor-faktor biotis (dalam hal ini mikroba) yang terdapat di dalam air,
menurut Suriawiria (1985) terdiri dari:
1.Bakteri
2.Fungi (jamur)
3.Mikroalga
4.Protozoa
5.Virus

Menurut Dwidjoseputro (1989), air tanah mangandung zat-zat anorganik maupun zat-zat organic
yang merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme
(kehidupan mikroorganisme). Mikroorganisme yang autotrof merupakan penghuni pertama
dalam air yang mangandung zat-zat anorganik. Sel-sel yang mati merupakan bahan organic yang
memungkinkan kehidupan mikroorganisme yang heterotrof. Temperatur juga ikut menentukan
populasi mikroorganisme di dalam air. Pada temperature sekitar 30oC merupakan temperatur
yang baik bagi kehidupan bakteri pathogen yang berasal dari hewan maupun manusia. Sinar
matahari (terutama sinar ultraviolet) memang dapat mematikan bakteri, akan tetapi daya tembus
sinar ultraviolet ke dalam air tidak maksimal. Air yang berarus deras kurang baik bagi kehidupan
bakteri. Hal ini berkaitan dengan tidak maksimalnya perkembangbiakan bakteri, karena
kebanyakan bakteri memerlukan media/substrat yang tenang untuk perkembangbiakannya
(Dwijoseputro, 1989).

Air sumur pada umumnya lebih bersih daripada air permukaan, karena air yang merembes ke
dalam tanah itu telah difiltrasi (disaring) oleh lapisan tanah yang dilewatinya, namun kebersihan
air secara kasat mata belum tentu mengindikasikan terbebasnya air tersebut dari kontaminasi
bakteri, kebersihan dan kontaminasi bakteri pada air sumur sangat berkaitan erat dengan
lingkungan sekitar sumur (Nurdin, 2007).
Temperature yang optimum sepanjang tahun di Indonesia ini menyebabkan air di alam terbuka
selalu mengandung mikroorganisme

Kandungan mikroorganisme dalam air alami sangat berbeda tergantung pada lokasi dan waktu.
Apabila air merembes dan meresap mealalui tanah akan membawa sebagaian mikroorganisme
bagian tanah yang lebih dalam. Air tanah pada umumnya paling sedikit mengandung
mikroorganisme dan air tanah yang terdapat pada bagian yang dalam sekali hampir tidak
mengandung mikroorganisme. Sebaliknya air permukaan sering banyak mengandung
mikroorganisme yang berasal dari tanah dan dari organisme yang terdapat di danau-danau dan
sungai-sungai. Kehadiran mikroba di dalam air akan mendatangkan keuntungan dan kerugian
(Dwijoseputro, 1989).

Mikroorganisme Patogen yang dapat Mengkontaminasi Air


Mikroorganisme patogen dalam air dapat masuk ke dalam tubuh dengan perantaraan air minum
atau infeksi pada luka yang terbuka. Mikroorganism ini umumnya tumbuh dengan baik di dalam
saluran pencernaan keluar bersama feses, bakteri ini disebut bakteri coliform (Tarigan, 1988).
Adanya hubungan antara tinja dengan coliform,maka bakteri ini dijadikan indikator alami
kehadiran materi fekal. Artinya, jika pada suatu substrat atau benda didapatkan bakteri ini maka
langsung ataupun tidak langsung substrat atau benda tersebut sudah dikenal atau dicemari oleh
materi fekal. Selain itu dijelaskan pula bahwa ada kesamaan sifat dan kehidupan antara bakteri
coliform dengan bakteri lain penyebab penyakit perut, tifus, paratifus, disentri dan kolera. Oleh
karena itu kehadiran bakteri coliform dalam jumlah tertentu didalam sutau substrat ataupun
benda, misalnya air dan bahan makanan sudah merupakan indikator kehadiran bakteri penyakit
lainnya.

Kelompok bakteri coliform antara lain Eschericia coli, Enterrobacter aerogenes, dan Citrobacter
fruendii. Keberadaan bakteri ini dalam air minum juga menunjukkan adanya bakteri patogen
lain, misalnya Shigella, yang bisa menyebabkan diare hingga muntaber (Kompas Cyber Media,
2003 dalam Kompas.com).

Menurut Supardi dan Sukamto (1999), bakteri coliform dapat dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu.
a)Coliform fekal, misalnya E. coli, merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau
manusia.
b)Coliform non-fekal, misalnya E. aeroginosa, biasanya ditemukan pada hewan atau tanaman
yang telah mati.
Bakteri E. coli memiliki kemampuan untuk memfermentasikan kaldu laktosa pada temperatur
37 Celcius dengan membentuk asam dan dan gas dalam waktu 48 jam. Sejak diketahui bahwa
E. coli tersebar dalam semua individu, analisis bakterialogis terhadap air minum ditunjukkan
dengan kehadiran bakteri tersebut. Walaupun adanya bakteri tersebut tidak dapat memastikan
adanya bakteri patogen secara langsung, namun dari hasil yang didapat memberikan kesimpulan
bahwa E. Coli dalam junlah tertentu dalam air dapat digunakan sebagai indikator adanya bakteri
yang patogen.

Aerobacter dan Klebsiela yang biasa disebut golongan perantara, memiliki sifat Coli, dan lebih
banyak didapatkan dalam habitat tanah dan air daripada dalam usus, sehingga disebut nonfekal
dan umumnya tidak patogen. Pencemaran bakteri fekal tidak dikehendaki, baik dari segi estetika,
sanitasi, maupun kemungkinan terjadinya infeksi yang berbahaya. Jika dalam 100 ml air minum
terdapat 500 bakteri Coli, mungkin terjadi penyakit gastroenteritis yang segera dapat
mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh, sehingga dapat tinggal dalam blander (cystitis) dan
pelvis (pyelitis), ginjal dan hati.

Beberapa macam mikroorganisme patogen yang mengkontaminasi air, antara lain:


1.Salmonella typhi, adalah bakteri gram negatif berbentuk batang, tidak membentuk spora
namun bersifat patogen, baik pada manusia ataupun hewan. Dapat menyebabkan demam typhoid
(typoid fever). Sebenarnya penyakit demam typoid dapat dipindahkan dengan perantara makanan
yang terkontaminasi dan dengan kontak langsung dengan si penderita. Namun yang paling
umum sebagai fakta penyebab adalah air. Air dapat terkontaminasi oleh bakteri ini karena
kesalahan metode pemurnian air atau kontaminasi silang (Cros contaminant) antara pipa air
dengan saluran air limbah (Tarigan, 1988).
2.Clostridium prefringens adalah bakteri gram positif pembentuk spora yang sering ditemukan
dalam usus manusia, tetapi kadang-kadang juga ditemukan di luar usus manusia (tanah, debu,
lingkungan dan sebagainya)(Dewanti, Tanpa tahun).
3.Escherichia coli adalah bakteri gram negatif berbentuk batang yang tidak membentuk spora
dan merupakan flora normal di dalam usus. E.coli termasuk bakteri komensal yang umumnya
bukan patogen penyebab penyakit namun bilamana jummlahnya melampaui normal maka dapat
pula menyebabkan penyakit (Dewanti, Tanpa tahun). E. Coli merupakan salah satu bakteri
coliform.
4.Leptospira merupakan bakteri berbentuk spiral dan lentur yang merupakan penyebab penyakit
leptosporosis. Penyakit ini merupakan penyakit zoonosis atau penyakit hewan yang bisa
berpindah ke manusia. Pada umumnya penyebaran bakteri ini adalah pada saat banjir.(Anonim,
Tanpa tahun).
5.Shigella dysentriae adalah basil gram negatif, tidak bergerak. Bakteri ini menyebabkan
penyakit disentri (mejan). Spesies lain seperti S. Sonnei dan S. Paradysentriae juga menyebabkan
penyakit disentri (Dwijoseputro, 1976).
6.Vibrio comma adalah bakteri yang berbentuk agak melengkung, gram negatif dan monotrik.
Bakteri ini menyebabkan penyakit kolera yang endemis di indonesia dan sewaktu-waktu
berjangkit serta memakan banyak korban (Dwijoseputro, 1976).

Kualitas Air
Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga harus memenuhi persyaratan yang sudah
ditentukan sesuai peraturan Internasional (WHO dan APHA). Kualitas air bersih di Indonesia
sendiri harus memenuhi persyaratan yang tertuang di dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No.
173/Men. Kes/Per/VIII/77. Menurut Suriawiria (1985), kualitas tesebut menyangkut:
1.Kualitas Fisik, meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau, dan rasa.
2.Kualitas Kimia, yaitu yang berhubungan dengan adanya ion-ion senyawa ataupun logam yang
membahayakan dan pestisida.
3.Kualitas Biologi yaitu berhubungan dengan kehadiran mikroba patogen (penyebab penyakit),
pencemar, dan penghasil toksin.
Kandungan bakteri E. Coli dalam air berdasarkan ketentuan WHO (1968) dalam Dwijoseputro
(1989), dalam hal jumlah maksimum yang diperkenankan per 100 ml adalah 1000, air untuk
kolam renang 200, dan air minum 1. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas air secara biologis
ditentukan oleh kehadiran bakteri E. Coli di dalamnya. Sumur merupakan salah satu
penampungan air yang utama bagi penduduk perkampungan. Dengan demikian air dalam sumur
tersebut harus memnuhi syarat air yang baik untuk dikonsumsi. Agar air dalam sumur tersebut
berkualitas baik maka sebaiknya jarak sumur dan septitank kurang lebih 10 meter. Menurut
Setyawati (2007) dalam penelitianya menjelaskan bahwa kandungan bakteri yang terdapat dalam
air sumur dipengaruhi oleh konstruksi sumur, aktivitas domestik sekitar sumur, cara penggunaan
sumur, dan pemeliharan sumur. Berdasarkan hasil penelitian tersebut konstruksi sumur paling
berpengaruh terhadap kandungan bakteri di dalam air sumur.
Analisis Mikrobiologi Air
Permukaan air yang kelihatannya jernih dan bersih, belum tentu air tersebut bebas dari
kontaminan. Bisa saja air ini terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen yang dapat
membahayakan kesehatan manusia. Mikroorganisme kontaminan tersebut dapat dideteksi dengan
menggunakan metode-metode laboratorium. Pengujian macam-macam mikroorganisme patogen
dalam air minum tidaklah praktis (langsung).

Analisis yang digunakan dalam pemeriksaan mikrobiologi antara lain:


1.Total Count
Total count bakteri, ditentukan berdasarkan penanaman bahan dalam jumlah dan pengenceran
tertentu ke dalam media yang umum untuk bakteri. Setelah diinkubasikan pada suhu kamar
selama waktu maksimal 4 x 24 jam, dilakukan perhitungan koloni. Total count fungi, dilakukan
dengan metode yang sama kecuali suhu inkubasi 28 1oC. Pada permukaan media pertumbuhan
untuk fungi ditambahkan asam laktat 3% sebelum memasukkan sampel untuk mencegah
pertumbuhan bakteri.
2.Penentuan Nilai IPB (Indeks Pencemar Biologis)
Makin tinggi nilai IPB, maka makin tinggi kemungkinan deteriosasi/korosi materi di dalam
sistem pabrik (logam-logam yagn mengandung Fe dan S) ataupun terhadap kemungkinan adanya
kontaminasi badan air oleh organisme patogen.

Perhitungan Nilai Total Coliform


Coliform total ditentukan dengan teknik MPN (Most Probable Number) atau JPT (Jumlah
Perkiraan Terdekat) dan dengsan metode penyaring membran. MPN merupakan metode
penentuan jumlah bakteri yang tumbuh pada pengenceran beberapa seri tabung dengan tabel
MPN coliform. Metode MPN ini lebih baik bila dibandingkan dengan metode hitung cawan,
karena lebih sensitif dan dapat mendeteksi coliform dalam jumlah yang sangat rendah di dalam
sampel air (Supardi dan Sukamto, 1999). Uji kualitas Coliform terdiri dari tiga tahap, yaitu: (1)
Uji pendugaan, (2) Uji penegasan, (3) Uji lengkap. Menurut fardiaz (1993), uji kualitas koliform
tidak harus dilakukan swecara lengkap seperti di atas. Hal ini twergantung dari berbagai faktor,
seperti waktu, mutu, sampel yang diuji, biaya, tujuan analisis, dam faktor-faktor lainnya.

Metode MPN ini menggunakan medium cair di dalam tabung reaksi, yang perhitungannya
dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif setelah diinkubasi pada suhu dan waktu
tertentu. Pengamatan tabung positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan atau
terbentuknya gas pada tabung Durham untuk mikroba pembentuk gas, seperti E. coli. Metode
MPN ini biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam sampel cair, dapat pula
dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba untuk sampel yang bentuknya padat, dengan
terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari sampel tersebut (Siswandi, 2000).

Perhitungan jumlah bakteri coliform dilakukan dengan rumus :


MPN mikroba = Nilai MPN X 1/pengenceran tabung di tengah.

http://mawarmawar.wordpress.com/2009/03/15/kehidupan-mikroorganisme-dalam-air/

Kualitas air
Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga : untuk air minum, air mandi, dan

keperluan lainnya, harus memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan sesuai peraturan

internasional (WHO dan APHA) ataupun peraturan nasional atau setempat. Dalam hal ini

kualitas air bersih di Indonesia harus memenuhi persyaratan yang tertuang dalam peraturan

Menteri Kesehatan RI No.173/Men.Kes/Per/VIII/77 dimana setiap komponen yang

diperkenankan berada di dalamnya harus sesuai. Analisis Kualitatif Bakteri

Air baku Aerasi Filtrasi pasir Filter karbon aktif Filtrasi membran Ozonisasi/Radiasi UV

Filtrasi membrane Kemasan Pengisian Pelabelan Ke konsumen Gambar 1. skema proses

pengolahan air minum Kualitas air tersebut menyangkut :

a) Kualitas fisik yang meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau dan rasa. Kekeruhan air dapat

itimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik yang terkandung di dalam air

seperti lumpur dan bahan-bahan yang berasal dari buangan. Dari segi estetika, kekeruhan di

dalam air dihubungkan dengan kemungkinan pencemaran oleh air buangan.

b) Kualitas kimia yang berhubungan dengan ion-ion senyawa ataupun logam yang membahayakan,

di samping residu dari senyawa lainnya yang bersifat racun, seperti antara lain residu pestisida.

Dengan adanya senyawa-senyawa ini kemungkinan besar bau, rasa dan warna air akan berubah,

seperti yang umum disebabkan oleh adanya perubahan pH air. Pada saat ini kelompok logam

berat seperti Hg, Ag, Pb, Cu, Zn, tidak diharapkan kehadirannya di dalam air.

c) Kualitas biologis, berhubungan dengan kehadiran mikroba patogen (penyebab penyakit, terutama

penyakit perut), pencemar (terutama bakteri coli) dan penghasil oksin.

Bakteri indikator keamanan air minum Dalam bidang mikrobiologi pangan dikenal

istilah bakteri indikator sanitasi. Dalam hal ini, pengertian pangan adalah pangan seperti yang
tercantum pada Undang- Undang Pangan Nomor 7 tahun 1996 yang mencakup makanan dan

minuman (termasuk air minum).

Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang keberadaannya dalam pangan menunjukkan

bahwa air atau makanan tersebut pernah tercemar oleh feses manusia. Bakteri-bakteri indikator

sanitasi umumnya adalah bakteri yang lazim terdapat dan hidup pada usus manusia. Jadi, adanya

bakteri tersebut pada air atau makanan menunjukkan bahwa dalam satu atau lebih tahap

pengolahan air atau makanan pernah mengalami kontak dengan feses yang berasal dari usus

manusia dan oleh karenanya mungkin mengandung bakteri patogen lain yang berbahaya.

Koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indicator adanya polusi kotoran

dan kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu dan produkproduk susu.

Koliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang, gram

negatif, tidak membentuk spora, aerobik dan anaerobic fakultatif yang memfermentasi laktosa

dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35oC.Adanya bakteri

koliform di dalam makanan/minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat

enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan.

Bakteri koliform dapat dibedakan menjadi 2 grup yaitu :

(1) koliform fekal misalnya Escherichia coli dan

(2) koliform nonfekal misalnya Enterobacter aerogenes. Escherichia coli merupakan bakteri yang

berasal dari kotoran hewan atau manusia, sedangkan Enterobacter aerogenes biasanya

ditemukan pada hewan atau tanam-tanaman yang telah mati (Fardiaz, 1993 ). Jadi, adanya

Escherichia coli dalam air minum menunjukkan bahwa air minum itu pernah terkontaminasi

feses manusia dan mungkin dapat mengandung patogen usus.


Oleh karena itu, standar air minum mensyaratkan Escherichia coli harus nol dalam 100

ml.

Untuk mengetahui jumlah koliform di dalam contoh digunakan metode Most Probable

Number ( MPN ).

Kehadiran bakteri coli dari air dilakukan berdasarkan penggunaan medium kaldu laktosa

yang ditempatkan di dalam tabung reaksi berisi tabung durham (tabung kecil yang letaknya

terbalik, digunakan untuk menangkap gas yang terjadi akibat fermentasi laktosa menjadi asam

dan gas). Tergantung kepada kepentingan, ada yang menggunakan sistem 3-3-3 (3 tabung untuk

10 ml, 3 tabung untuk 1,0 ml, 3 tabung untuk 0,1 ml) atau 5-5-5 . Kehadiran bakteri coli besar

pengaruhnya terhadap kehidupan manusia, terbukti dengan kualitas air minum, secara

bakteriologis tingkatannya ditentukan oleh kehadiran bakteri tersebut (tabel 1). Tabel 1. Batas

maksimum cemaran mikroba dalam air mineral Nomor Jenis Makanan Jenis Pengujian Batas

Maksimum per gram/per ml Air mineral Angka lempeng total MPN coliform Escherichia coli*

Clostridium perfringens Salmonella 102 <3 0 0 negatif Catatan :* 100 ml untuk jenis makanan

bentuk cair

Uji Kualitatif Koliform

Uji kualitatif koliform secara lengkap terdiri dari 3 tahap yaitu

(1) Uji penduga (presumptive test),

(2) Uji penguat (confirmed test) dan Uji pelengkap (completed test). Uji penduga juga merupakan

uji kuantitatif koliform menggunakan metode MPN. 1.Uji penduga (presumptive test)

Merupakan tes pendahuluan tentang ada tidaknya kehadiran bakteri koliform berdasarkan

terbentuknya asam dan gas disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri golongan koli.

Terbentuknya asam dilihat dari kekeruhan pada media laktosa, dan gas yang dihasilkan dapat
dilihat dalam tabung Durham berupa gelembung udara. Tabung dinyatakan positif jika terbentuk

gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam tabung Durham. Banyaknya kandungan

bakteri Escherichia coli dapat dilihat dengan menghitung tabung yang menunjukkan reaksi

positif terbentuk asam dan gas dan ibandingkan dengan tabel MPN. Metode MPN dilakukan

untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang berbentuk cair. Bila inkubasi 1 x 24

jam hasilnya negatif, maka dilanjutkan dengan inkubasi 2 x 24 jam pada suhu 350C. Jika dalam

waktu 2 x 24 jam tidak terbentuk gas dalam tabung Durham, dihitung sebagai hasil negatif.

Jumlah tabung yang positif dihitung pada masing-masing seri. MPN penduga dapat dihitung

dengan melihat tabel MPN. 2. Uji penguat (confirmed test) Hasil uji dugaan dilanjutkan dengan

uji ketetapan. Dari tabung yang positif terbentuk asam dan gas terutama pada masa inkubasi 1 x

24 jam, suspensi ditanamkan pada media Eosin Methylen Biru Agar ( EMBA ) secara aseptik

dengan menggunakan jarum inokulasi. Koloni bakteri Escherichia coli tumbuh ber-warna merah

kehijauan dengan kilat metalik atau koloni berwarna merah muda dengan lendir untuk kelompok

koliform lainnya.

3. Uji pelengkap (completed test) Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji kelengkapan untuk

menentukan bakteri Escherichia coli. Dari koloni yang berwarna pada uji ketetapan

diinokulasikan ke dalam medium kaldu laktosa dan medium agar miring Nutrient Agar ( NA ),

dengan jarum inokulasi secara aseptik. Diinkubasi pada suhu 370C selama 1 x 24 jam. Bila

hasilnya positif terbentuk asam dan gas pada kaldu laktosa, maka sampel positif mengandung

bakteri Escherichia coli. Dari media agar miring NA dibuat pewarnaan Gram dimana bakter

Escherichia coli menunjukkan Gram negatif berbentuk batang pendek. Untuk membedakan

bakteri golongan koli dari bakteri golongan coli fekal (berasal dari tinja hewan berdarah panas),

pekerjaan dibuat Duplo, dimana satu seri diinkubasi pada suhu 370C (untuk golongan koli ) dan
satu seri diinkubasi pada suhu 420C (untuk golongan koli fekal). Bakteri golongan koli tidak

dapat tumbuh dengan baik pada suhu 420C, sedangkan golongan koli fekal dapat tumbuh

dengan baik pada suhu 420C. Standar Nasional Indonesia (SNI) mensyaratkan tidak adanya

coliform dalam 100 ml air minum. Akan tetapi United States Enviromental Protection Agency

(USEPA) lebih longgar persyaratan uji coliform-nya mengingat coliform belum tentu

menunjukkan adanya kontaminasi feses manusia, apalagi adanya patogen. Usepa mensyaratkan

presence/absence test untuk coliform pada air minum, dimana dari 40 sampel air minum yang

diambil paling banyak 5% boleh mengandung coliform. Apabila sampel yang diambil lebih kecil

dari 40, maka hanya satu sampel yang boleh positif mengandung coliform. Meskipun demikian,

USEPA mensyaratkan pengujian indikator sanitasi lain seperti protozoa Giardia lamblia dan

bakteri Legionella. Pada air bukan untuk minum umumnya terdapat perbedaan persyaratan

coliform dan Escherichia coli. Air untuk kolam renang (primary contact water) misalnya

mensyaratkan kandungan coliform <2,4 x 103, tetapi syarat Escherichia coli tentunya lebih ketat,

yaitu < 1 x 103 dalam 100 ml. 4. Uji identifikasi Dengan melakukan eaksi IMVIC (Indole,

Methyl red, Voges-Proskauer tes, penggunaan Citrat).

http://iermha1109.blogspot.com/2012/05/penentuan-uji-angka-lempeng-total.html

Anda mungkin juga menyukai