Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA II

PENAPISAN FITOKIMIA DENGAN REAKSI WARNA

Disusun oleh
Nama : Wahyuni futri
Nim : 2020E1C060
Kelas : 4C

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2022
A. Tujuan praktikum

a. Mengidentifikasi jenis metabolit sekunder dengan menggunakan pereaksi warna dan


pereaksi pengendap.
b. Menjelaskan prosedur tentang identifikasi metabolit sekunder.
c. Membuat berbagai macam pereaksi warna dan pereaksi pengendap.

B. Uraian teori

1. Skrining fitokimia

Skrining fitokimia merupakan cara untuk mengidentifikasi bioaktif yang belum tampak
melalui suatu tes atau pemeriksaan yang dapat dengan cepat memisahkan antara bahan
alam yang memiliki kandungan fitokimia tertuntu dengan bahan alam yang tidak memiliki
kandungan fitokimia tertentu. Srining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu
penelitian fitokimia yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan
senyawa yang terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti. Metode skrining fitokimia
dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna dengan menggunakan suatu pereaksi
warna. Hal penting yang berperan penting dalam skrining fitokimia adalah pemilihan
pelarutdan metode ekstraksi (Kristianti dkk., 2008)

Kajian fitokimia meliputi uraian yang mencakup aneka ragam senyawa organik yang
dibentuk dan disimpan oleh organisme, yaitu struktur kimianya, biosintesisnya, perubahan
serta metabolisme, penyebaran secara alamiah dan fungsi biologisnya, isolasi dan
perbandingan komposisi senyawa kimia dari bermacam-macam jenis tanaman (Harborne,
1987; Najib, 2006). Analisis fitokimia dilakukan untuk menentukan ciri komponen bioaktif
suatu ekstrak kasar yang mempunyai efek racun dan efek farmakologis lain yang bermanfaat
bila diujikan dengan sistem biologi atau bioassay (Harborne, 1987)

2. Metabolit sekunder

Pada fase pertumbuhan, tumbuhan umumnya memproduksi metabolit primer, sedangkan


metabolit sekunder belum atau hanya sedikit diproduksi. Metabolit sekunder terjadi pada
saat sel yang lebih terspesialisasi. Metabolit sekunder yang terdapat pada bahan alam
merupakan hasil metabolit primer yang mengalami reaksi yang spesifik sehingga
menghasilkan senyawa-senyawa tertentu (Najib, 2006)

Matabolit sekunder merupakan senyawa yang disintesis tanaman dan digolongkan menjadi
lima yaitu glikosida, terpenoid, fenol, flavonoid, danalkaloid (Vickery dan vickery, 1981).
Metabolit sekunder disebut juga dengan fitoleksin. Senyawa ini diproduksi oleh tanaman
pada waktu mengalami infeksi atau stress lingkungan fitoleksin merupakan senyawa kimia
yang berasal dari derivat flavonoid dan isoflavon, turunan sederhana dari fenilpropanoid,
dan derivat dari sesquiterpens (Vickery,1981)

Flavonoid
Flavonoid merupakan golongan fenol tersebar yang senyawanya terdiri dari C6-C3-
C6 dan sering ditemukan diberbagai macam tumbuhan dalam bentuk glikosida atau
gugusan gula bersenyawa pada satu atau lebih grup hidroksil fenolik (Sirait, 2007).
Pemeriksaan golongan-golongan flavonoid dapat dilakukan dengan uji warna yaitu
fitokimia untuk menentukan keberadaan senyawa golongan flavonoid dan adanya
senyawa polifenol. Uji keberadaan senyawa flavonoid dari dalam sampel digunakan
uji wilstatter, uji Bate-Smith, dan uji dengan NaOH 10%. Sedangkan uji adanya
senyawa polifenol dilakukan dengan larutan penambahan FeCl3 (Achmad, 1986;
Harbone, 1987)

Tannin 

Tanin merupakan senyawa yang memiliki gugus fenol, memilikirasa sepat dan
mampu menyamak kulit karena kemampuannya menyambung silang protein tanin
secara kimia dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu golongan tanin
terkondensasi dan tannin terhidrolisis (Harbone, 1987)

Saponin

Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol. Glikosida adalah suatu kompleks
antara glikon dan aglikon. Banyak saponin yang mempunyai satuan gula sampai lima
dan komponen yang umum ialah asam glukuronat. Adanya saponin dalam
tumbuhan ditunjukkan dengan pembentukan busa yang sewaktu ekstraksi
tumbuhan atau memekatkan ekstrak (Harbone, 1987)

Alkaloid

Semua alkaliod mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya
bersifat basa dan membentuk cincin hetestatik (Harbone, 1984). Kadar alkaloid dari
tumbuhan dapat mencapai 10-15%. Alkaloid kebanyakan bersifat racun, tetapi ada
pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Alkaloid merupakan senyawa tanpa
warna, sering kali bersifat optik aktif, kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya
sedikit yang berupa cairan pada suhu kamar (Sabirin etal., 1994)

Minyak atsiri

Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut
juga minyak menguap. Istilah essensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau
dari tanaman asalnya (Kristantidkk, 2008). Minyak atsiri harus disimpan dalam
bejana gelas yang berwarna gekap, diisi penuh, ditutup rapat, serta disimpan
ditempat yang kering dan sejuk (Kristanti dkk, 2008)

Steroid dan triterpenoid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan
isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu
skualena. Triterpenoid dapat dipilah menjadi sekurang-kurangnya empat golongan
senyawa; triterpene sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida jantung (Harbone,
1987)

Kuinon

Kuinolon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti


kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atau dua gugus karbonil yang terkonjugasi
dengan dua ikatan rangkap karbon-karbon. Untuk memastikan adanya suatu pigmen
termasuk kuinon atau bukan, reaksi warna sederhana masih tetap berguna. Reaksi
yang khas ialah reduksi bolak balik yang mengubah kuinon menjadi senyawa
berwarna. Kemudian warna kembali lagi bila terjadi oksidasi olehwarna (Harbone,
1987).

Kumarin

Kumarin merupakan golongan senyawa fenil propanoid yang memiliki cincin karbon
lingkar enam dan memiliki inti 2H-1- benzopiron-2-on dengan rumus molekul
C9H5O2 (Marray et al.,1982). Kumarin dan turunannya banyak memiliki aktifitas
biologis diantaranya dapat menstimulasi pembentukan pigmen kulit, mempengaruhi
kerja enzim, antikoagulan darah, antimikroba, dan menunjukkan aktifikas
menghambat efek karginosen (Syarif, 2003).Disisi lain senyawa turunan kumarin
polisiklik aktif sebagaian tikarsigonen yang disebabkan hidrokarbon aromatik
polisiklik karsinogen seperti 6-metil (α) piron (Kusuma, 1997)

Glikosida

Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian senyawa, yaitu gula
dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk ikatan berupa jembatan
oksigen (o-glikosida, dioscin), jembatan nitrogen (N-glikosida), jembatan sulfur (S-
glikosida), maupun jembatan karbon (C-glikosida). Bagian gula biasanya disebut
glikon sedangkan bagian bukan gula disebut sebagai aglikon

C. Pelaksanaan praktikum

a. Alat dan bahan

Alat : Pisau (pemotong), oven, waterbath, tabung reaksi, corong, wadah tahan panas, pipet

Bahan : Simplisia, kloroform 0,05 N, asam sulfat 2 N, pereaksi mayer, metanol, logam Mg,
etanol, FeCl3, pereaksi Liebermann-Burchard, aquadest

b. Prosedur kerja

Identifikasi metabolit primer

a. Identifikasi asam amino


 Larutan percobaan ditambah dengan larutan 0,1 % ninhidrin-aseton
(larutan dibuat segar dan dilakukan sedikit pemanasan). Umumnya
asam amino memberikan warna ungu hingga biru abu-abu, kecuali
prolin yang memberikan warna kuning.Pereaksi ini dapat digunakan
sebagai larutan pendeteksi pada KLT. Warna akan timbul setelah
didiamkan beberapa jam dalam suhu kamar atau dengan pemanasan.

 Larutan percobaan ditambah dengan pereaksi fearon (PCAF),perekasi ini


spesifik untuk senyawa guanidine, yaitu kanavanin dan
deaminokanavanin yang merupakan asam amino non protein yang
terdapat dalam biji berbagai leguminosae.

b. Identifikasi karbohidrat

 Reaksi Molisch (sering juga disebut sebagai reaksi naftol) Larutan


sampel ditambahkan dengan α-naftol dan asam sulfat pekat akan terjadi
cincin ungu (pada batas kedua cairan). Untuk karbohidrat yang tidak
larut (selulosa) dapat dilakukan dengan pengocokan.

 Reaksi dengan larutan Fehling Larutan sampel ditambahkan reagen


fehling 1 dan 2 sama banyak akan terjadi endapan merah bata karena
terbentuknya endapan kupro oksida. Ini untuk monosakarida dan
disakarida. Untuk karbohidrat harus terlebih dahulu diasamkan untuk
membentuk gula pereduksi, tetapi sebelum penambahan fehling harus
dinetralkan terlebih dahulu.

c. Identifikasi asam lemak 

 Larutan sampel ditambahkan asam sulfat 25% pengamatan dilakukan


dengan pemanasan akan terbentuk warna coklat muda. Pada glikolipid
terbentuk warna coklat merah, sedangkan sulfolipid terbentuk warna
merah terang
 Larutan sampel ditambahkan larutan 2’,7’-diklorofluorosein 0,2% dalam
etanol akan menimbulkan fluoresensi warna hijau muda pada latar
belakang ungu pada sinar UV.

Identifikasi metabolit sekunder

a. Identifikasi fenol

Penyiapan larutan uji: Serbuk simplisia 2 g dalam Erlenmeyer ditambahkan 10


ml HCl 2M, dipanaskan di atas tangas air selama 30 menit. Disaring, filtrat
dimasukkan dalam corong pisah. Perlakuan dilakukan sebanyak 2 kali. Filtrat
kemudian ditambahkan dengan 20 ml eter, dikocok biarkan keduanya memisah.
Larutan eter dipisahkan, diuapkan hingga sisa sekitar 5 ml. Lakukan identifikasi
pada larutan uji:
 Larutan uji 1 mL ditambahkan dengan pereaksi Folin Ciocalteu
dipanaskan sebentar di atas tangas air akan terjadi warna biru
 Larutan uji 1 mL ditambahkan larutan vanillin-HCl pekat akan timbul
warna.
 Larutan uji 1 mL ditambahkan 5 ml FeCl3 maka akan terbentuk warna
ungu.

b. Identifikasi tannin

Serbuk simplisia 2 g diekstraksi dengan etanol 80% 30 mL, dan dipanaskan


sampai mendidih. Filtrat yang diperoleh diuapkan diatas penangas air. Pada sisa
penguapan ditambahkan aquadest panas dan diaduk. Setelah dingin, larutan
endapkan, cairan diatasnya dipisahkan dan larutan ini digunakan sebagai larutan
uji. Prosedur identifikasi dilakukan seperti berikut:

 Larutan uji ditambahkan larutan 10% gelatin akan timbul endapan putih
 Larutan uji ditambahkan larutan NaCl-gelatin (larutan 1% gelatin dalam
larutan 10% NaCl dengan perbandingan 1:1). akan timbul endapan dan
dibandingkan dengan hasil yang diatas.
 Larutan uji ditambah dengan FeCl3 3% akan terjadi warna hijau, biru
hingga hitam.

c. Identifikasi flavonoid

Pembuatan larutan uji: serbuk simplisia 2 g ditambahkan dengan methanol


sebanyak 30 mL. Filtrat yang diperoleh kemudian diuapkan hingga kental,
kemudian ditambahkan air panas. Ekstrak yang diperoleh kemudian disari
menggunakan pelarut nonpolar n-heksana dan sisanya disari dengan
menggunakan etil asetat (20 ml) diulang sebanyak 3 kali. Ekstrak etil asetat
digunakan sebagai larutan uji.

 Uji shinoda : larutan uji diuapkan hingga kering, ditambahkan 2-3 tetes
etanol, kemudian ditambahkan serbuk Mg dan beberapa tetes HCl 5M.
Warna merah hingga warna merah lembayung yang timbul menandakan
adanya senyawa flavanon, flavonol, flavanonol dan dihidroflavonol.
 Uji dilakukan seperti diatas, tetapi serbuk Mg diganti Zn. Hanya senyawa
dihidroflavonol yang meni (masih kurang ditambahi alkaloid)

d. Identifikasi alkaloid

Penyiapan larutan uji: Serbuk simplisia 1 g dikocok dengan methanol 20 mL dan


ammonia 3 mL, panaskan suhu 60C sambal dikocok 15 menit. Saring larutan
dan filtratnya dipekatkan hingga menjadi 3 mL. tambahkan HCl 1 N 5 mL. sari
larutan dengan 10 mL kloroform lalu pisahkan. Lapisan kloroform sebagai
larutan uji. Lakukan identifikasi pada larutan uji:

 Larutan uji diteteskan 3 tetes pada kaca arloji lalu ditambahkan pereaksi
Dragendorff. Catat warna endapan yang timbul.
 Larutan uji diteteskan 3 tetes pada kaca arloji lalu ditambahkan pereaksi
Mayer. Catat warna endapan yang timbul.
 Larutan uji diteteskan 3 tetes pada kaca arloji lalu ditambahkan pereaksi
Bouchardat. Catat warna endapan yang timbul.

e. Identifikasi triterpenoid/steroid

Penyiapan larutan uji: Serbuk simplisia 1 g diekstraksi dengan etanol 96% 20 mL


selama 15 menit, kemudian saring. Filtratnya sebagai larutan uji.

 Larutan uji 1 mL direaksikan dengan 0,5 mL Liebermann-Burchard (asam


asetat anhidrida dan H SO4 pekat) akan menghasilkan warna hijau biru
2

 Larutan uji 1 mL direaksikan dengan vanilin-H SO4 atau anisaldehid-


2

H SO4 akan menghasilkan warna biru, hijau, merah dan coklat.


2

f. Identifikasi saponin

Penyiapan larutan uji: Serbuk simplisia 1 g diekstraksi dengan etanol 70% 20 mL


diatas penangas air selama 20 menit, kemudian saring. Filtratnya diuapkan
kemudian residunya dilarutkan dalam 2 mL metanol. Larutan ini digunakan
sebagai larutan uji.

 Larutan uji 1 mL ditambahkan dengan 10 mL air dan akan menghasilkan


buih yang stabil dengan penambahan HCl 2 N.

D. Evaluasi

Hasil percobaan

Identifikasi metabolit sekunder

1. Fenol

a. Mengkudu

- Hijau kebiruan (+)


- Merah bata (kuning)
- Coklat muda (-)

b. Rimpang temu hitam

- Hijau kebiruan (+)


- Kuning (putih pucat)
- Orange (-)

c. Daun johar
- Hijau kebiruan (+)
- Hijau pekat (kuning kecoklatan)
- Hitam (-)

2. Tannin

a. Mengkudu

- Endapan putih (+)


- Tidak ada endapan (-)
- Coklat (-)

b. Rimpang temu hitam

- Endapan putih (+)


- Tidak ada endapan (-)
- Orange (-)

c. Daun johar

- Tidak ada endapan (-)


- Tidak ada endapan (-)
- Hitam (+)

3. Flavonoid

a. Mengkudu (kuning)
b. Rimpang temu hitam (kuning pucat)
c. Daun johar (kuning kecoklatan)

4. Alkaloid

a. Mengkudu

- Tidak ada endapan (-)


- Tidak ada endapan (-)
- Tidak ada endapan (-)

b. Rimpang temu hitam

- Endapan putih (+)


- Tidak ada endapan (-)
- Tidak ada endapan (-)

c. Daun johar
- Endapan hitam (+)
- Tidak ada endapan (-)
- Tidak ada endapan (-)

5. Triterpenoid (steroid)

a. Mengkudu

- Merah (-)
- Kuning (-)

b. Rimpang temu hitam

- Merah (-)
- Putih keruh (+)

c. Daun johar

- Coklat pekat (-)


- Coklat (-)

6. Saponin

a. Mengkudu (tidak ada buih)


b. Rimpang temu hitam (tidak ada buih)
c. Daun johar (tidak ada buih)

PEMBAHASAN

Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obatyang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah
dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan
atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya atau senyawa nabati lainnya
yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa senyawa
kimia murni.

Kandungan kimia, Alkaloid, Flavanoid, Tanin, saponi dan kuinon. Skrining Fitokimia,
Skrining fitokimia bertujuan untuk menentukkan golongan metabolit sekunder yang
mempunyai aktivitas biologis yang ada dalam tumbuhan . Metode yang digunakan dalam
penapisan fitokimia harus selektif, sederhana, cepat serta hanya memerlukan sedikit alat
dan bahan.

Pada praktikum kali ini melakukan skrining fitokimia pada tanaman. Tujuan dari skrining
fitokimia ini yaitu untuk mengetahui metabolit sekunder yang terkandung dalam sampel
tanaman, serta dalam praktikum ini untuk mengetahui reaksi yang terjadi pada saat
melakukan skrining fitokimia dimana tes yang dilakukan yaitu secara kualitatuf dengan
mereaksikan sampel dengan pereaksi tertentu sehingga menghasilkan perubahan.

Tanaman yang digunakan yaitu daun mengkudu. Pengujian pertama yaitu identifikasi
alkaloid. Alkaloid merupakan suatu senyawa yang bersifat basa karena mengandung
atom nitrogen. Pengujian alkaloid dengan reagen Mayer, reagen Dragendorff, dan reagen
Wagner menunjukkan hasil positif hal ini ditandai dengan terbentukknya endapan
berwarna kuning, merah dan coklat pada masing-masing reagen.

Endapan yang terbentuk karena senyawa alkaloid berikatan koordinasi dengan iok K+
dari reagen- reagen tersebut. Perbedaan warna endapan pada setiap penambahan setiap
reagen dikarenakan adanya ligan berupa logam golongan transisi didalam reagen Mayer,
Dragendorff, dan Wagner yang berbeda-beda.

Pada percobaan ini, dari kedua sampel tidak ada yang menunjukan hasil positif. Hal ini
berarti pada kedua sampel tidak mengandung alkaloid. Percobaan selanjutnya yaitu
mengidentifikasi flavonoid dalam sampel. Prinsip reaksi uji flavonoid adalah reaksi
oksidasi reduksi, dimana senyawa flavonoid akan direduksi oleh gas hidrogen hasil reaksi
antara pita Mg dan HCl. Selanjutnya senyawa hasil reduksi akan membentuk senyawa
komplek dengan Mg2+ yang merupakan senyawa berwarna merah. Menurut Harborne
(1996) menyatakan bahwa perubahan warna yang terjadi yaitu kuning, jingga, dan merah.

Pengujian selanjutnya yaitu pengujiian senyawa tanin. Menurut Harborne (1996) tanin
merupakan polifenol tanaman yang berfungsi mengikat dan mengendapkan protein..
Gelatin merupakan protein alami yang memberikan sifat penstabil dan pengental bagi
media yang berbasiskan air, mengandung asam amino yaitu dengan kandungan glisin
(27%), prolin (16%) dan hidroxiprolin (14%), sehingga terbentuknya senyawa tanin
protein dikarenakan adanya ikatan hidrogen antara tanin dan protein pada gelatin
sehingga terbentuk endapan putih (Leemensand, 1991 dalam Kusumaningsih, 2015).

Uji fitokimia dengan menggunakan FeCl3 digunakan untuk menentukan kandungan


fenol. Adanya gugus fenol ditunjukkan dengan warna hijau kehitaman atau biru tua
setelah ditambahkan dengan FeCl3 sehingga apabila uji fitokimia dengan FeCl3 1%
memberikan hasil positif disimpukan dalam sampel terdapat senyawa fenol dan
dimungkinkan salah satunya adalah tanin karena tanin merupakan senyawa polifenol.
Terbentuknya senyawa kompleks antara tanin dan FeCl3 karena adanya ion Fe3+ sebagai
atom pusat dan tanin memiliki atom O yang mempunyai pasangan elektron bebas yang
bisa mengkoordinasikan ke atom pusat sebagai ligannya.

Pada praktikum ini hasil positif ditunjukan oleh kedua sampel pada pengujian dengan
menggunakan FeCl3. Hal ini berarti pada kedua sampel mengandung fenol. Pengujian
terakhir yaitu pengujian steroid dan triterpenoid. Pada praktikum ini kedua sampel tidak
meunjukn hasil positif pada pengujian steroid maupun triterpenoid. Hal ini dibuktikan
dengan tidak berubhnya warna filtrat sampel ketika ditambah tetesean pereaksi liberman
burchardat.
E. Kesimpulan

Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu penelitian fitokimia


yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang
terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti.
a. Daun Mengkudu fenol (+), tannin (+), flavonoid (-), alkaloid (-), steroid (-),
saponin (tidak ada buih)
b. Rimpang temu hitam fenol (+), tannin (+), flavonoid (-), alkaloid (-), steroid (-),
saponin (tidak ada buih)
c. Daun johar fenol (+), tannin (+), flavonoid (-), alkaloid (-), steroid (-), saponin
(tidak ada buih)

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S.A., 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta: Krnunika
Harbone, J.B., 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern MenganalisisTumbuhan. Terbitan kedua.
Bandung: ITB
Kristanti, A.N, N.S. Aminah, M Tanjung, dan B. Kurniadi. 2008. Buku AjarFitokimia. Surabaya: Jurusan
Kimia Laboratorium Kimia OrganikFMIPA Universitas
Kusuma, T.S., 1997. Mempelajadi Sifat Antikarsinogen Alamiah JurusanFenol, Kumarin, Kromon, Flavon,
dan isokumarin. Jurnal Andalas No.15. Januari Tahun VI
Najib, Ahmad. 2006. Ringkasan Matreri kuliah Fitokimia II Fakultas FarmasiUniversitas Muslim
Indonesia.Http://moko31. file Wordpress com.Diakses 10 Maret 2018 jam 12.15
Sabirin, M, Harjdono, S., respati S. 1994. Pengantar praktikum KimiaOrganik II. Yogyakarta: UGM Press
Vickery, M.L and B Vickery. 1981. Secondary Metabolism The MacmillanPress ltd. London and
baisngstoke

Anda mungkin juga menyukai