FONDASI
Ci
Jakarta, 1996
Teknik Fondasi 1
Dr. Ir. Hary Christady Hardiyatrno, M. Eng., D.E.A
(Pengajar di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta)
GM 209 96.119
:9
Jl. Palmerah Selatan 24-26, Lt. 6, Jakarta 10270
Sampul dan Perwajahan dikerjakan oleh Pagut Lubis
Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,
anggota IKAPI, Jakarta, 1996.
1. Fondasi I. Judul.
624.15
2 PENYELIDIKAN TANAH 35
2.1 Pendahuluan 35
2.2 Cara Penyelidikan 35
2.3 Alat-alat Penyelidikan Tanah 36
2.4 Alat-alat Pengambilan Contoh Tanah 40
2.5 Penanganan C:mtoh Tanah
2.6 Laporan Hasil Pengeboran
2.7 Penyelidikan Tanah di Lapangan 46
2.7. 1 Pengujian Penetrasi Standar (SPT) 47
2.7.2 Pengujian Penetrasi Kerucut Statis
2.7.3 Pengujian Beban Pelat 50
2.7.4 Pengujian Geser Baling-baling di Lapangan 51
2.8 Pengujian di Laboratorium 53
2.9 Denah Titik-titik Penyelidikan 55
2.10 Kedalaman Lubang Bor 57
2.1 1 Informasi yang Dibutuhkan untuk Penyelidikan Tanah 58
2.12 Laporan Penyelidikan Tanah untuk Perancangan Fondasi 59
3 DAYA DUKUNG 62
3.1 Macam-macam Tipe Fondasi 62
viii
Daftar isi
3.2 Tipe-tipe Keruntuhan Fondasi
3.3 Teori Daya Dukung 62
3.3.1 Analisis Terzaghi 66
3.2.2 Fondasi pada Tanah Pasir 67
3.2.3 Analisis Skempton untuk Fondasi pada Tanah Lempung 83
3.2.4 Persamaan Daya Dukung Vesic 87
3.2.5 Analisis Meyerhof 93
3.2.6 Pembebanan Eksentris 97
3.2.7 Pembebanan Miring 1 03
3.2.8 Kombinasi Pembebanan Miring dan Eksentris 106
3.2.9 Fondasi pada Lereng 111
3.2.10 Tahanan Fondasi terhadap Gaya Angkat ke Atas 114
3.2.11 Daya Dukung Fondasi pada Tanah Berlapis 116
3.2.11.1 1 Dua Lapisan Lempung dengan Sifat Berbeda 118
3.2.11.2 Tanah Granuler di atas Tanah Lempung 118
3.2.11.3 Daya Dukung Fondasi yang Berdekatan 123
3.2.12 Daya Dukung dari Hasil Pengujian di Lapangan 131
3.2.13 Faktor Aman 131
139
4 PENURUNAN
142
4.1 Pendahuluan
4.2 Tekanan Sentuh 142
4.3 Distribusi Tegangan di dalam Tanah 143
4.3.1 Beban Titik 143
4.3.2 Beban Terbagi Rata Berbentuk Lajur Memanjang 144
4.3.3 Beban Terbagi Rata Berbentuk Empat Persegi Panjang 149
4.3.4 Beban Terbagi Rata Berbentuk Lingkaran 1 50
4.3.5 Beban Terbagi Rata Luasan Fleksibel Berbentuk Tak Teratur 154
4.3.6 Metode Penyebaran 2V : lH 156
158
4.4 Hitungan Penurunan
4.4.1 Penurunan-segera 1 60
4.4.1.1 1 Tanah Homogen dengan Tebal Tak Terhingga 161
4.4.1.2 Lapisan Pendukung Fondasi Dibatasi Lapisan 1 61
Keras 1 64
·
4.4.1.3 Penurunan-segera dari Hasil Pengujian di 1 70
Lapangan 1 76
4.4.2 Peiuininan Konsolidasi Primer 178
4.4.2.1 Hitungan Penurunan 183
4.4.2.2 Kecepatan Penurunan Konsolidasi 188
4.5
4.6 4.4.3 Penurunan Konsolidasi Sekunder
4.7 195
Pengembangan Tanah Akibat Penggalian
·
247
8 FONDASI RAKI T
247
8.1 Pendahuluan
247
8.2 Daya Dukung Diizinkan
247
8.2.1 1 Daya Dukung
248
8.2.2 Penurunan
250
8.3 Perancangan
254
8.4 Pengembangan Tanah Akibat Penggalian Tanah Fondasi
254
8.5 Penahan Air dan Drainase pada Ruang Bawah Tanah
261
DAFTAR PUS TAKA
263
INDEKS
267
TENTANG PENULIS
KATA PENGANTAR
Dengan rahmat Allah SWT buku Teknik Fondasi 1 ini dapat diselesaikan.
Teknik fondasi merupakan paduan seni dan sains dalampenerapan pertimbangan-
per timbangan teknis dan prinsip-prinsip mekanika tanah. Yaitu, penerapan dalam hal
memilih tipe, merancang, dan membangun bagian terbawah dari bangunan yang
meneruskan berat bangunan tersebut ke tanah atau batuan yang mendukungnya.
Perkembangan penge tahuan mekanika tanah dan teknik fondasi saat ini
memungkinkan para insinyur Teknik Sipil merancang fondasi dengan ketelitian yang
memadai, yaitu dalam menentukan sifat
sifat teknis tanah dan tipe fondasi yang sesuai agar bangunan yang dirancang aman,
eko nomis: dan terjamin stabilitasnya.
Seperti buku-buku Mekanika Tanah 1 dan Mekanika Tanah 2 yang telah diterbitkan sebe
lumnya, buku Teknik Fondasi 1 ini disusun dengan maksud untuk mengisi
perbendaha raan buku-buku teknik fondasi dalam Bahasa Indonesia yang masih sulit
dijumpai. Buku ini dapat dijadikan buku pegangan bagi para mahasiswa baik, dari S.l
maupun S-2 dalam mata kuliah Teknik Fondasi I, dan sekaligus dapat dijadikan
referensi yang sangat berguna bagi para perancang dan pengawas pelaksanaan
pembangunan gedung-gedung dalam merancang dan membangun fondasi bangunan.
Materi yang disajikan merupakan infor masi data yang penting, yang sangat
dibutuhkan dalam perancangan fondasi pada umum nya. Teori-teori dan pembahasan
yang diberikan mengacu pada buku-buku yang tercantum dalam daftar acuan.
Untuk mempermudah pemahaman teori yang diberikan, contoh-contoh aplikasi
diberikan dalam bentuk contoh-contoh soal dan penyelesaian. Buku ini terdiri dari
dua jilid. Dalam jilid I, pembahasan ditujukan pada sifat-sifat teknis tanah dan
batuan, penyelidikan tanah, dan masalah-masalah yang berhubungan dengan
perancangan fondasi dangkal pada umu mnya. Yaitu, mengenai pembahasan teori daya
dukung, penurunan, dan pertimbangan-pertimbangan dalam perancangan fondasi.
Masa
lah perancangan fondasi dangkal yang disesuaikan dengan kondisi tanah dan
bangunan, dibahas dalam bab-bab perancangan fondasi telapak terpisah dan fondasi
memanjang, fon dasi telapak gabungan dan fondasi telapak kantilever, serta
fondasi rakit.
Tiada gading yang tak retak, ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya ditujukan
bagi para pembaca yang memberikan kritik dan saran membangun guna
kesempurnaan buku ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. J.P. Gourc, guru besar di
Universite Joseph Fourier, Grenoble, Prancis, pembimbing penulis selama tugas
belajar di Prancis, yang telah memberikan banyak tambahan pengetahuan mengenai
mekanika tanah dan teknik fondasi serta teori-teori perkuatan tanah, yang secara
tidak langsung telah sangat membantu kelancaran penulis dalam penyajian dan
penulisan. Tak lupa terima kasih tak terhingga ditujukan kepada istri, Dra. Isminarti,
dan anak-anak, Kamma, Egha, dan Mer-
xii Kata pengantar
langen yang telah memberikan banyak dorongan, semangat, serta penantian yang penuh
kesabaran selama penulis tugas belajar di luar negeri.
1.1 Tanah
Tanah, pada kondisi alam, terdiri dari campuran hutiran-butiran mineral dengan atau
tanpa kandungan hahan organik. Butiran-hutiran tersehut dapat dengan mudah dipisah
kan satu sama lain dengan kocokan air. Material ini herasal dari hasil pelapukan
batuan, haik secara fisik maupun kimia. Sifat-sifat teknis tanah, kecuali dipengaruhi
oleh sifat hatuan induk yang merupakan material asalnya, juga dipengaruhi oleh unsur-
unsur luar yang menjadi penyehah terjadinya pelapukan hatuan tersehut.
Istilah-istilah seperti kerikil, pasir, lanau, dan lempung digunakan dalam teknik sipil
untuk memhedakan jenis-jenis tanah. Pada kondisi alam, tanah dapat terdiri dari dua
atau lehih campuran jenis-jenis tanah dan kadang-kadang terdapat pula kandungan
bahan organik. Material campurannya, kemudian dipakai sehagai nama tamhahan di
helakang material unsur utamanya. Sehagai contoh, lempung berlanau adalah tanah
lempung yang mengandung lanau, dengan material utamanya adalah lempung dan
sehagainya.
1.1.2 Kadar Air, Angka Pori, Porositas, dan Berat Volume Tanah
Tanah terdiri dari 3 komponen, yaitu: udara, air, dan bahan paqat. Udara dianggap
tak mempunyai pengaruh teknis, sedang air sangat mempengaruhi sifat-sifat teknis
tanah. Ruang di antara butiran-butiran, sebagian atau seluruhnya dapat terisi oleh air
atau udara. Bila rongga tersebut terisi air seluruhnya, tanah dikatakan dalam kondisi
jenuh. Bila rongga terisi oleh udara dan air, tanah pada kondisi jenuh sebagian (partially
saturated). Tanah kering adalah tanah yang tak mengandung air sama sekali atau
kadar airnya nol.
Hubungan-hubungan antara kadar air, angka pori, porositas, berat volume, dan
lain lainnya tersebut sangat diperlukan dalam praktek. Gambar 1 .1 memperlihatkan
kondisi tanah beserta komponen-komponennya.
w. udara
(W) (V)
w.
(a)
V
V
e v, ( 1.1)
V
n V
( 1.2)
V
Hubungan antara e dan n, adalah:
n e
l+e ( 1.3)
atau
e fl
l-n (1.4)
Teknik tfondasi 1 3
dengan
Va = volume udara
V w= volume air
I
Vs = volume butiran padat
Vv = volume rongga pori= Va +
Vw V = volume total= Vv +Vs
( 1.6)
( 1.7)
W+W
s w
V
Berat volume butiran padat
('f ):
s ( 1.8)
dengan
w
W5 + Ww + Wa= W5 + Ww
Ws =
berat butiran padat
Ww
= berat air
Wa berat udara, dianggap sama dengan
'fw nol berat volume air
Derajat kejenuhan (S), adalah perbandingan volume air (Vw) dengan volume total
rongga pori tanah (Vv), atau
s = wG.I ( l.lOa)
( l.IOb)
e
4 Sifat-sifat teknis tanah dan batuan
'Yb ·' w
(l.l1a)
1 +e
=
yb dapat pula dinyatakan dalam hubungannya dengan berat volume kering (y) dan
kadar air (w):
(l. 1 1b)
(l.l3a)
Bila tanah terendam air, berat volume tanah terendam dinyatakan sebagai y', dengan
(1.14a)
atau
Kemungkinan angka pori terbesar atau kondisi terlonggar dari suatu tanah disebut
angka pori maksimum (emaks>· Sedang angka pori minimum (emin) adalah kemungkinan angka
pori pada kondisi terpadat yang dapat dicapai oleh tanah.
Pada tanah pasir dan kerikil, kerapatan relatif digunakan untuk menyatakan
hubungan antara angka pori nyata dengan batas-batas maksimum dan minimum dari
angka porinya. Persamaan (1.13) dapat dinyatakan dalam persamaan, sebagai
berikut:
G,Yw
Yd(maks) ( 1.16a)
1 +e
dan min
G,Yw
Yd(min) (1. 16b)
l+e
maks
( l.l7)
dengan Yd(maks dan Yd(min berturut-turut adalah berat volume kering maksimum dan
)
minimum pada tanah yang d1tinjau. Kerapatan relatif dinyatakan dalam persen.
Kepadatan relatif (relative compaction)(Rc) didefinisikan sebagai nilai banding berat vo
lume kering pada kondisi di lapangan dengan berat volume kering maksimumnya:
yd
R ( 1.18)
c Yd(maks)
Re dinyatakan dalam
persen.
Contoh soal1.1:
Suatu contoh tanah mempunyai berat 17,75 gram dan volume 10,55 ml. Setelah
contoh tanah ini dikeringkan dalam oven selama 24 jam, beratnya tinggal 15,2
gram. Jika G5 2,7 ditanyakan:
=
Penyelesaian:
(a) Kadar air
(w):
17,75 -15,2
w·'15,2 16,7%
w =
6 Sifat-sifat teknis tanah dan
batuan
(b) Berat volume basah (Yb):
17,75
3
10,55 1,68g/ml 1,68 g/cm
1,68 3
= 1, 44g/cm
1 + 0,167
3
= 0,167 x 15,2 x 111 = 2, 54 cm
w 15,2 3
V= s = 5, 63 cm
s G,Yw 2,7 X 1
3
V+V = 2,54 + 5,63 = 8, 17 cm
w s
Volume rongga
udara:
3
V = 10,55-8,17 = 2, 38 cm
a
Derajat
kejenuhan:
Contoh soal1.2:
Diketahui lapisan tanah beserta nilai-nilai n, G5, dan w seperti yang ditunjukkan
dalam
Tabel Cl.l.
(a) Gambarkan diagram tegangan yang menggambarkan distribusi tegangan di dalam
tiap-tiap lapisan tanah, bila muka air tanah terletak pada kedalaman 11 m dan
lapisan tanah lempung di atas muka air tanah dianggap tidak jenuh.
(b) Gambarkan diagram tegangannya bila muka air tanah terletak 2 m di bawah
permuka an.
Teknik tfondasi 1 7
Tabel C1.1
Penyelesaian:
Berat volume basah: y h = G Yw (1-n) (1 + w)
,
Berat volume terendam: y' (1 - n) ( G .- 1) yw
=
1
3
Pasir : Yh = 2,65 X 1 X ( I-0,35) (1 + 0,05) = 1,81 t!m
3
Lanau : Yh = 2,68 X I X (I -0,38) (1 + 0,18) = 1,96 t!m
3
y' = (1 -0,38) (2,68 -I) x 1 = 1,04 t!m
0,0
0,0
2,0
I,8I X 2 = 3,62
6,0 3,62 + ( 4x I,96) = 1I,46
II,46 + (5 X I,98) 2I,36 21,36 + (2 X 0,98) = 23,32
=
11,0
13,0
3
Kedalaman (m) 'Lyz (t/ m )
0,0 0,0
Nilai-nilai tegangan yang diperoleh pada dua kondisi muka air tanahnya, kemudian
digambarkan pada Gambar C1.1.
(a)
(b)
O,O m
2,0 m
6,0 m
lempung
11,0 m
13,0 m
GambarC1.1
(a)
Muka air tanah pada z = 11 m
(b)
Muka air tanah pada z = 2m
Contoh soal 1. 3:
Lapisan tanah pasir dengan tebal H = 3,50 m, kerapatan relatif Dr 20%, emin = 0,39, dan =
emaks 0,92. Setelah dipadatkan kerapatan relatifnya menjadi 80%. Berapakah penurunan
=
Penyelesaian:
Dari Persamaan (1.15), dapat diperoleh persamaan angka pori kondisi di lapangan:
It,.h
: rongga rongga
. :':. . .
. .. . .
.
.
h
. ·.
.
butiran bu t iran
..
·
. .
.
GambarC1.2
Bila volume butiran V5 dianggap 1, e Vv/V5 = = Vv atau dengan kata lain volume
rongga pori sama dengan angka porinya.
Dari Gambar C1.2:
e,- e2
D.h 0,81 - 0,50
h 1+ e1 1 + 0,81 = 0'17
!1H 11h
H h
Di alam, tanah berisi berbagai macam ukuran butiran, dari yang terbesar sampai
yang terkecil. Dalam Gambar 1.2, disajikan pembagian nama jenis tanah didasarkan
pada ukur an butirannya menurut USDA, ASTM, MIT, dan International Nomenclature.
Pembagian nama jenis tanah, umumnya dapat dibagi menjadi sebagai berikut:
(a) Batuan, adalah butiran yang berdiameter lebih besar dari 3 inci.
(b) Kerikil adalah butiran yang tinggal dalam saringan berdiameter 2 mm (nomor 10).
(c) Pasir adalah butiran yang tinggal dalam saringan berdiameter lubang 0,075 mm
(nomor 200).
(d) Lanau dan lempung adalah butiran yang lolos saringan berdiameter lubang 0,075 mm
(nomor 200).
Variasi ukuran butiran tanah dan proporsi distribusinya dapat merupakan indikator
yang sangat berguna untuk mengetahui perilaku tanah dalam mendukung beban
fondasi. Sebagai contoh, jika tanah terdiri dari berbagai macam ukuran.butiran, !Uaka
tanah tersebut akan lebih padat d_an stabil daripada tanah yang terdiri dari butiran-
butiran yang seragam. Karena tanah yang berisjberbagai tnacam'ukuran butiran
mempunyai sifat-sifat yang baik, maka tanah ini disebut bergradasi-baik (well-
graded).�Sebaliknya, tanah yang tE�rdiri cfari sedi kit variasi ukuran butiran, kurang
dapat mendukung beban dengan baik. Tanah ini di-
10 Sifat-sifat teknis tanah dan batuan
sebut tanah bergradasi-buruk (poorly-graded), yang umumnya sangat sulit dipadatkan, ter
utama saat kering. Pasir laut umumnya bergradasi buruk dan tak dapat dipadatkan de ngan
baik, sehingga tak dapat mendukung beban yang besar. Tanah derigan ukuran butiran yang
seragam juga bergradasi buruk.
kerikil
B ur e a u
of S o i ls _ halus halus lanau lempung
USDA
pasir
ASTM
pasir halus lanau lempung lempung koloidal
M IT
kasar kasar sedang haius kasar sedang haIus
no m sedang ha!us
clature
en pasir lanau lempung
In te
n a ti halus halus Mnga1 halus
kasar sedang halus kasar ha!us kasar kasar
r
o nal pasir Mo lanau lempung
no m
c l a t
e n
u re
Gambar 1.2 Klasifikasi butiran menurut sistem USDA, ASTM, MIT, International Nomenclature.
berdiameter kurang dari 0,5 mm. Dengan cara yang sama, 03o dan 06o didefinisikan se
perti cara tersebut.
Kemiringan dan bentuk umum dari kurva distribusi butiran dapat dinyatakan oleh koe
fisien keseragaman (Cu) dan koefisien gradasi (Cc), yang diberikan menurut persamaan:
c ( 1.19)
u
c ( 1.20)
c
(D60) (DIO)
Untuk pasir, tanah bergradasi baik jika 1<Cc<3 dengan Cu > 4. Kerikil bergradasi baik,
jika 1<Cc< dengan Cu > 6. Bila persyaratan Cc telah terpenuhi, dan nilai Cu > 15, maka
tanah termasuk bergradasi sangat baik.
Teknik tfondasi 1 11
100
90
80 Gradasi buruk
70 06o.= 0,14 mm 03o = 0,09 mm
60
�. e
010 = 0,053 mm
"'
2:0
!!
g:
.0 Gradasi
40 baik
)"'
Q
.! 060 = 2 mm
030 = 0,07
c:
)I!
Q 010 = 0,001 mm
Q) 20
c.
10
0
100.1 0.001
0.01
Distribusi ukuran butiran tanah berbutir kasar ditentukan dari analisis saringan. Ukur
an saringan terkecil, umumnya, dipakai saringan nomor 200 standar Amerika, atau ukuran
diameter lubang 0,075 mm. Karena ukuran ini sangat dekat dengan batas ukuran butiran
lanau dan pasir, maka saringan nomor 200 sering dipakai untuk memisahkan antara mate
rial berbutir kasar dan yang berbutir halus ketika hanya dipakai analisis saringan saja. Bu
tiran-butiran yang lolos saringan nomo� 200 diuji dengan cara sedimentasi atau
hidrometer.
Kuat geser tanah dan batuan dapat dinyatakan dalam persamaan Coulomb:
dengan
s tahanan geser atau kuat geser tanah
c kohesi
cr tegangan total .
u tekanan air pori .
<Jl sudut gesek dalam tanah
sering disebut tanah granuler, tanah tak kohesif atau tanah non-kohesif. Sebaliknya, tanah yang
banyak mengandung butiran halus, seperti: lempung, lanau, dan koloid, sering disebut ta nah
berbutir ha/us atau tanah kohesif.
Tanah ini mempunyai tahanan geser yang berupa gesekan. Tahanan gesernya merupakan
fungsi dari tegangan normal. Jika tegangan normal besar, tahanan geser juga membesar.
Pada Gambar 1 .4, diperlihatkan bahwa kuat geser tanah granuler bertambah secara lang
sung dengan kenaikan tegangan normal. Tegangan normal adalah tegangan yang bekerja
tegak lurus pada bidang gesernya. Jika tanah granuler kering dan tegangan normalnya nol,
tahanan gesernya juga nol. Bila tanahnya basah, kemungkinan tanah ini dapat mempunyai
kohesi yang lemah. Namun kohesi tersebut tidak boleh diperhitungkan sebagai bagian dari
kuat geser tanah hila dipakai dalam perancangan fondasi.
S= crtglj>
cr
Jika beban diterapkan pada tanah kohesif yang jenuh, maka pertama kali beban tersebut
akan didukung oleh tekanan air dalam rongga pori tanahnya. Pada kondisi ini, butiran
butiran lempung tidak dapat mendekat satu sama lain untuk mengembangkan tahanan
geser selama air pori di dalam rongga pori tidak keluar meninggalkan rongga tersebut.
Karena rongga pori tanah lempung sangat kecil, keluarnya air pori meninggalkan rongga
pori memerlukan waktu yang lama. Jika sesudah waktu yang lama setelah air dalam
rongga pori berkurang, butiran-butiran lempung dapat mendekat satu sama lain sehingga
tahanan gesek tanahnya berkembang. Masalah ini tak dijumpai pada tanah granuler yang
rongga porinya relatif besar, karena sewaktu beban diterapkan, air langsung keluar dari
rongga pori dan butiran dapat mendekat satu sama lain yang mengakibatkan tahanan
geseknya langsung berkembang.
Dalam tanah kohesif, untuk memperoleh nilai kuat gesernya, penting untuk mengetahui
besar tekanan air pori dalam tiap tahap pengujian. Jika pengujian kuat geser, misalnya pe-
Teknik Fondasi 1 13
ngujian triaksial, dilakukan pada tekanan keliling (cr3) yang berbeda dengan tanpa mem
berikan waktu untuk keluarnya air pori meninggalkan tanahnya (kondisi tanpa-
drainase,
undrained), maka pada setiap pengujian, untuk contoh tanah yang 'identik atau sama,
akan diperoleh tegangan-tegangan utama efektif ( cr1' dan cr {) yang sama, Demikian
pula, nilai
beda tegangan saat runtuh (!J.cr = cr1 -cr3) juga akan sama (cr1 adalah tegangan utama
1
mayor dan cr3 adalah tegangan utama minor). Pada kondisi ini hanya akan diperoleh nilai
kohesi tanpa-drainase (cu), dengan <p = 0 (Gambar 1.5).
�]
Gambar 1.5 Kuat geser tanah kohesif.
Namun, jika pada saat pembebanan, air pori diberi waktu untuk meninggalkan
tanah nya (kondisi dengan-drainase, drained), terdapat kemungkinan butiran-butiran
mendekat satu sama lain dan kuat geser lempungnya bertambah. Hal ini diperlihatkan
dalam Cam bar 1.5 dengan garis membentuk sudut <p ' terhadap absis, yang berarti bahwa
kuat geser
lempung bertambah jika tegangan normal bertambah, asalkan tegangannya
berupa tekanan in tergranuler atau tegangan efektif. Untuk memperoleh hasil tersebut,
contoh tanah diberi waktu untuk terjadinya penghamburan tekanan air pori pada
penerapan tegangan
normalnya. Dengan demikian tekanan yang didukung contoh tanah berupa tegangan
efek tif. Pada kondisi ini akan diperoleh nilai kohesi efektif (c ) dan sudut gesek dalam
'
(
efektif <p ') . Sedang kuat geser tanahnya dinyatakan oleh persamaan s = c' + cr' tg <p ' .
Terdapat beberapa cara pengujian di mana kuat geser tanah dapat diukur, antara lain:
pengujian geser-langsung (direct shear test), pengujian triaksial, pengujian tekan-bebas (un
confined compression test), dan pengujian geser baling-baling (vane shear test). Gambar ske
matis dari alat-alat pengujian tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.6. Penjelasan dari
masing-masing pengujian dalam memperoleh parameter kuat geser tanahnya dapat di
pelajari dalam buku Mekanika Tanah I (Hary Christady Hardiyatmo, 1992).
14 Sifat-sifat teknis tanah dan batuan
beban vertikal
kotak
geser
ke pengukur an
ke peralatan tegangan sel
tekanan pori
(c)
(d) (_) torsi
batang baja
T
_l
f-d--
1.1.5 Permeabilitas
Kondisi aliran air di dalam tanah diperlihatkan dalam Gambar 1 .7. Menurut Darcy (1856),
kecepatan aliran air di dalam tanah dinyatakan oleh persamaan:
V = ki ( 1.22)
dengan
v kecepatan rembesan
k koefisien permeabilitas
/:;.hi L = gradien
/:h
hidrolik selisih tinggi
L energi total panjang
lintasan aliran
Teknik Fondasi 1 15
Nilai k yang mempunyai satuan yang sama dengan kecepatan v, terutama bergantung
pada macam bahan lolos air yang dilalui, berat volume dan kekentalan airnya. Umumnya,
nilai k bertambah j ika ukuran rongga tanah bertambah. Jadi, nilai k bertambah jika besar
butiran tanah bertambah. Selain itu, bentuk ruang pori juga mempengaruhi nilai permea
bilitasnya. Hazen memberikan hubungan nilai k sebagai berikut:
( 1.23)
dengan 010 dalam satuan cm. Telah diamati bahwa nilai k tanah granuler mendekati sama
dengan kuadrat nilai angka porinya (e), atau:
( 1.24)
Kecepatan air merembes dalam tanah sebenarnya adalah v5 = v/n, dengan n adalah po
rositas tanah.
Permeabilitas tanah bergantung pada ukuran butiran tanah. Karena butiran tanah lem
pung berukuran kecil, kemampuan meloloskan air juga kecil. Dalam praktek, lempung
dianggap sebagai lapisan yang tak lolos air atau kedap air, karena pada kenyataannya per
meabilitasnya lebih kecil daripada beton. Tanah granuler merupakan tanah dengan perme
abilitas yang relatif besar hingga sering digunakan sebagai bahan filter. Namun, akibat
permeabilitas yang besar, tanah ini menyulitkan pekerjaan galian tanah fondasi yang
dipengaruhi air tanah, karena tebing galian menjadi mudah longsor. Lagi pula, aliran yang
terlalu cepat dapat merusak struktur tanah dengan menimbulkan rongga-rongga yang
dapat mengakibatkan penurunan fondasi. Pengujian permeabilitas dapat dilakukan di
lapangan maupun di laboratorium.
16 Sifat-sifat teknis tanah dan batuan
Tegangan-tegangan yang bekerja di dalam tanah atau batuan jenuh yang terendam air da
pat dibagi menjadi dua macam:
(1) Tegangan-tegangan yang dikirimkan dari butiran yang satu ke butiran yang lain yang
disebut tekanan intergranuler atau tegangan efektif.
(2) Tegangan-tegangan yang bekerja di dalam air, yang mengisi rongga pori, disebut
tekanan pori atau tegangan netral.
Perubahan-perubahan volume dan tahanan gesek tanah atau batuan hanya dapat terjadi
bila terjadi perubahan tegangan efektif.
Pada G ambar 1.8 disajikan suatu bejana yang berisi tanah dan air yang dihubungkan
dengan tabung air yang bisa diatur letak permukaan airnya.
Pada kedudukan (a), tinggi permukaan air di dalam tabung dibuat lebih tinggi sebesar f:.h
dari muka air dalam bejana yang berisi tanah (Gambar 1 .8a) . Tekanan air pori pada titik
A dinyatakan oleh persamaan:
( 1.25)
Tegangan efektif adalah selisih antara tegangan total dan tekanan air pori (u). Pada titik A
atau pada dasar contoh tanah, tegangan efektif:
'
a = hlyw+zysat - ( f:.h +hl+z) yw
( 1.26)
dengan Y adalah berat volume air dan Y tadalah berat volume tanah jenuh. Karena tam
w
bahan tekanan sa aliran air sangat kecil, maka tekanan akibat
air ke bawah akibat kecepatan
kecepatan air merembes di dalam pori-pori tanah diabaikan.
Pada titik B yang terletak pada kedalaman z8, persamaan tegangan efektif d inyatakan
oleh:
( 1.27a)
atau
( 1.27b)
Dari Persamaan (1.27), dapat dilihat bahwa terdapat suatu nilai di mana a' = 0,
yaitu s a at tanah dalam kedudukan mengapung atau kehilangan beratnya. Pada
y ' D. Nilai iy D, adalah gaya rembesan per satuan volume tanah.
= iy =
kedudukan ini, kedudukan cr' 0, nilai gradien hidrolik kritis (ic) dinyatakan dalam
=
Pada =
persamaan:
ww
G -1
y' s
i = ( 1.28)
c Yw I+·e
;,,
filter
Pada kedudukan (b), tinggi air pada tabung dibuat sam a dengan pada bejana yang berisi
tanah (Gambar l.Bb). Karena itu, pada keadaan ini tak ada aliran air yang lewat rongga
porinya. Tegangan total di titik A, dapat dinyatakan oleh persamaan:·
( 1.29)
= z (Ysat- Yw w sat
)
= zy'
(1.30a)
Dapat dilihat bahwa tekanan intergra NUler atau tegangan efektif tak tergantung dari kedala
man air h1. Kondisi tegangan tersebut disajikan dalam bentuk diagram tegangan di sebelah
kiri.
Pada kedudukan (c), tinggi air dalam tabung diubah menjadi lebih rendah sebesar t:.h di
bawah air dalam bejana yang berisi tanah (Gambar l.Bc). Pada keadaan ini, terdapat aliran
air yang arahnya ke bawah yang menambah tegangan efektif tanahnya. Tegangan efektif
pada titik A, dinyatakan oleh persamaan:
(1.3la)
=y + y (1.3lb)
hl zt sa
w
Untuk titik B,
( 1.32)
Di bawah ini diberikan penjelasan secara umum dari sifat-sifat teknis berbagai jenis tanah.
Tanah-tanah granuler, seperti pasir, kerikil, batuan, dan campurannya, umumnya mempu
nyai sifat-sifat teknis yang sangat baik. Sifat-sifat teknis tanah tersebut, antara lain:
(1) Merupakan material yang baik untuk mendukung bangunan dan jalan, karena mem
punyai daya dukung yang tinggi dan penurunannya kecil asalkan tanahnya relatif
padat. Penurunan terjadi segera sesudah penerapan beban. Jika dipengaruhi getaran
pada frekuensi tinggi, penurunan yang besar dapat terjadi pada tanah yang tak padat.
Teknik tfondasi 1 19
(2) Merupakan material yang baik untuk tanah urug pada dinding penahan tanah, struk tur
bawah tanah, dan lain-lain, karena menghasilkan tekananJateral yang kecil. Mudah
dipadatkan dan merupakan material drainase yang baik.
(3) Tanah yang baik untuk timbunan, karena mempunyai kuat geser yang tinggi.
(4) Bila tak dicampur dengan material kohesif, tak dapat digunakan sebagai material
untuk tanggul, bendungan, kolam, dan lain-lain, karena permeabilitasnya besar.
Galian pada tanah granuler yang terendam air memerlukan penanganan air yang
baik.
Kerapatan relatif. Kuat geser dan kompresibilitas tanah granuler tergantung dari kepadat an
butiran yang biasanya dinyatakan dalam kerapatan relatif (Dr). Jika tanah granuler di pakai
sebagai bahan timbunan, kepadatannya dinyatakan dalam persentase kepadatan atau
kepadatan relatif (Re) · Tanah yang mewakili kondisi lapangan, diuji di laboratorium un tuk
ditentukan berat volume maksimumnya dengan alat pengujian pemadatan tertentu. Dalam
praktek, kerapatan relatif dapat ditentukan dari pengujian penetrasi, seperti alat pengujian
penetrasi standar (SPT).
Bentuk dan ukuran butiran. Hal lain yang penting mengenai tanah granuler adalah bentuk
dan ukuran butirannya. Semakin besar dan kasar permukaan butiran, semakin besar kuat
gesernya. Di bawah pengaruh gaya geser, butiran yang kecil mudah sekali menggelinding,
sedang pada butiran yang besar pengaruh geseran akan memasak satu sama lain. De-
1nikian pula mengenai gradasinya, jika gradasi semakin baik, semakin besar kuat gesernya.
Daya dukung. Kerikil adalah material granuler yang dalam endapan aluvial biasanya ber
campur dengan pasir. Kerikil dan pasir dalam kepadatan sedang atau besar mempunyai
daya dukung yang tinggi. Kerikil yang terlalu padat akan menyulitkan pemancangan fon dasi
tiang. Jika penetrasi ke dalam lapisan kerikil disyaratkan, maka diperlukan tiang dari baja.
Kerikil berpasir yang lembab dan terletak di atas muka air tanah mempunyai sedikit kohesi,
karena itu tebing galian fondasi dapat dibuat tegak, asalkan dicegah dari erosi aki bat aliran
air. Pekerjaan pemompaan akan menelan biaya besar bila dasar galian pada lapisan kerikil
terletak di bawah muka air tanah. Namun, air tanah pada kerikil berpasir dapat diturunkan
dengan hanya menggunakan pompa kapasitas sedang.
Tanah pasir yang juga merupakan material granuler, mempunyai daya dukung dan
kompresibilitas yang sama seperti kerikil. Namun, jika tidak padat, nilai daya dukung di
izinkan menjadi rendah oleh persyaratan besarnya penurunan.
Tanah kohesif, seperti: lempung, lempung berlanau, lempung berpasir atau berkerikil
sebagian besar butiran tanahnya terdiri dari butiran halus. Kuat geser tanah jenis ini di
tentukan terutama dari kohesinya. Tanah-tanah kohesif, umumnya, mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut:
(1) Kuat geser rendah.
(2) Bila basah bersifat plastis dan mudah mampat.
(3) Menyusut bila kering dan mengembang bila basah.
(4) Berkurang kuat gesernya bila kadar air bertambah.
(5) Berkurang kuat gesernya bila struktur tanahnya terganggu.
(6) Berubah volumenya dengan bertambahnya waktu akibat rangkak (creep) pada beban
yang konstan.
20 Sifat-sifat teknis tanah dan
batuan
Untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu, sifat-sifat tanah kohesif yang perlu ditentukan ada
lah kadar air, berat volume dan angka pori, kuat geser, plastisitas, konsistensi, sensitivitas,
kompresibilitas, dan sifat kembang susut.
Kuat geser. Untuk analisis stabilitas fondasi pada tinjauan jangka pendek, kuat geser tanah
lempung diperoleh dari pengujian triaksial, pengujian tekan-bebas di laboratorium dan
pengujian geser baling-baling di laboratorium atau di lapangan. Untuk pekerjaan fondasi
pada tanah lempung jenuh yang tak mengandung retakan atau butiran kasar, umumnya,
lebih sering dipakai pengujian tekan-bebas, kecuali untuk pekerjaan-pekerjaan yang besar,
yang memerlukan penyelidikan yang teliti. Pada kondisi ini pengujian kuat geser yang lain
juga dilakukan.
Pada pengujian tekan-bebas, kuat geser tanah lempung dianalisis pada kondisi q> = 0, di
mana nilai kuat geser tanah dinyatakan dalam p ersamaan:
( 1.33)
dengan qu adalah tekanan aksial maksimum pada pengujian atau sering disebut kuat geser
tekan-bebas (unconfined compression strength).
Jika kuat geser tanah lempung pada kondisi tanpa-drainase ditentukan dari pengujian tri
aksial, maka pengujian dilakukan dengan penerapan tegangan keliling atau tekanan sam
ping (cr3) tertentu, dan kemudian digeser pada katup drainase tertutup. Selanjutnya, kuat
geser tanpa-drainase ditentukan dengan menggunakan persamaan:
( 1.34)
dengan er 1 = tegangan utama mayor dan cr = tegangan utama minor = tekanan keliling
contoh tanah saat diuji. Contoh hasil pengujian3triaksial disajikan dalam Gambar 1.9.
pengujian tekan-bebas
'"" c"
1 cr3
I
Gambar 1.9 Contoh hasil pengujian triaksial pada kondisi tanpa-drainase dan pengujian tekan-
bebas.
Teknik Fondasi 1 21
Plastisitas dan konsistensi. Salah satu karakteristik tanah berbutir halus yang kohesif
adalah plastisitas. Yaitu kemampuan butiran untuk tetap melek.at satu sama lain. Batas
batas keplastisan tanah bergantung pada sejarah terjadinya dan komposisi mineral
yang dikandungnya.
Dalam pekerjaan fondasi, tiga nilai kadar air yang memberikan indikasi sangat
berguna untuk memperkirakan perilaku tanah berbutir halus adalah kadar air (w) di
tempat peker jaan fondasi, dan 2 batas konsistensi, yaitu batas cair (LL) dan batas plastis
(tfL). Hal ini mem berikan sesuatu yartg penting dalam kaitannya dengan stabilitas
tanah.
Untuk mendefinisikan plastisitas tanah kohesif, diperlukan kedudukan fisik tanah terse
but pada kadar air tertentu yang disebut konsistensi. Konsistensi tanah kohesif pada
kondisi alamnya dinyatakan dalam istilah lunak, sedang, kaku, dan keras. Konsistensi
tanah lempung tak-terganggu dari lapangan dapat dikaitkan dengan nilai kuat geser
tekan-bebas (qu)· Tabel
1.1menyajikan hubungan antara konsistensi, identifikasi dan nilai qu yang diperoleh
dari pengujian tekan-bebas tersebut.
Atterberg (1911) memberikan cara dengan membagi kedudukan fisik tanah lempung
pada kadar air tertentu, dengan kadar air pada kedudukan padat, semipadat, plastis,
dan cair (Gambar 1.10). Masing-masing kedudukan kadar airnya dipisahkan oleh
batas susut, batas plastis, dan batas cair.
Tabel 1.1 Hubungan antara konsistensi, identifikasi, dan kuat geser tekan-bebas (qu) (tfeck dkk.,
1953)
Konsistensi tanah
lempung 2
Identifikasi di lapangan qu (kg/ cm )
Sangat lunak
Dengan mudah ditemhus heherapa
inci dengan kepalan tangan < 0,25
'•
Lunak
Dengart mudah ditemhus heherapa
inci dengan ihu jari 0,25-0,5
: · Seda s
;i'l Qapat ditemhus. heherapa inci pac;ia
0,5-1,0
:, ke�\latan sedang dengan ihu jari
Kaku
k
\
Batas cair (LL) adalah nilai kadar air tanah pada batas antara keadaan cair dan
plastis. Pada keadaan ini, butiran-butiran tersehar dan didukung oleh air. Jika kadar
air berkurang, misalnya akibat dikeringkan, perubahan volume yang terjadi adalah
akibat berkurangnya air. Jadi, hilangnya kandungan air sama dengan pengurangan
volume. Pada Gambar 1.10,
22 Sifat-sifat teknis tanah dan batuan
hal ini digaThbarkan sebagai garis lurus Thiring terhadap horizontal. Jika kadar air berku rang
terus, butiran-butiran Thenjadi Thendekat satu saTha lain saThpai Thencapai kedudukan pada
batas plastis (PL), yaitu kadar air tanah pada kedudukan antara plastis dan seThipadat. Pada
pengurangan kadar air selanjutnya, terdapat suatu batas di Thana pada pengurangan kadar
air, butiran-butiran tak dapat lagi Thendekat satu saTha lain dan voluThe tanah tak berubah,
dan keThudian, tanah Thenjadi retak-retak. Pada kedudukan ini, tanah leThpung berubah
warnanya. Kadar air pada kedudukan ini disebut batas susut (SL), yaitu kadar air di Thana
pengurangan kadar air selanjutnya tak Thengakibatkan perubahan voluThe tanah.
Gambar 1.10 Batas-batas Atterbetfg dan hubungan volume terhadap kadatf air.
lebih lunak daripada tanah dengan kadar air yang mendekati PL-nya. Pada umumnya, ka
dar air tanah lempung, pada kondisi alamnya, terletak dalam interval plastis.
Lanau kasar mempunyai batas-batas konsistensi rendah, sedang tanah pasir tak mem
punyai PI atau mempunyai tapi kecil, sehingga dalam praktek dianggap sama dengan nol.
Tanah dengan platisitas tinggi selalu menandakan karakteristik tanah yang tidak baik,
karena sering menimbulkan hal-hal tak diinginkan, seperti: penurunan fondasi yang ber
lebihan, gerakan dinding penahanan tanah, keruntuhan lereng, dan lain-lainnya.
Interpretasi batas-batas plastis dan batas cair secara mudah dapat dilakukan dengan
bantuan diagram Casagrande (Gambar 1.11). Dalam Gambar 1.11, ordinat menyatakan nilai
indeks plastisitas (PI) dan absis menyatakan besar batas cair (LL) untuk tanah-tanah
yang anorganik (tak organik). Pada perancangan fondasi, tanah-tanah organik sebaiknya
dihindari dan disingkirkan. Tanah organik ini, umumnya dapat diidentifikasi dengan war na
yang gelap dan dari baunya, terutama bila dipanaskan.
60
40 CH
'
30 Cl
20 .
10
M/
,., ' '
{'SC
,. .., ', .... '
0 '
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
dengan se dan SF, biasanya, berada pada daerah yang diarsir dengan kandungan material
yang kurang dari 50% berat totalnya berdiameter lebih kecil dari 0,1 mm.
dengan wN adalah kadar air pada kondisi alamnya. Bila tanah mempunyai wN yang kurang
daripada PL, LI akan bernilai negatif. Jika kadar air bertambah dari kedudukan kadar air
pada kedudukan PL menuju ke kadar air pada kedudukan LL, nilai LI bertambah dari 0
sampai 1. Demikian pula, jika kadar air tanahnya lebih besar daripada LL, maka LI lebih
besar 1.
Sensitivitas. Tanah-tanah kohesif sering kehilangan sebagian dari kuat gesernya bila su
sunan tanahnya terganggu. Kehilangan kuat geser akibat gangguan susunan tanah pada kadar
air yang tetap ini dinyatakan dalam istilah sensitivitas. Sensitivitas didefinisikan sebagai
nilai banding kuat geser tanpa-drainase dalam kondisi terganggu terhadap kuat geser tanpa-
drainase yang sudah berubah dari susunan tanah aslinya, pada kadar air yang
sama. Sensitivitas tanah kohesif dapat dikelompokkan seperti yang disajikan dalam
Tabel 1.2.
Sensitivitas Macam
Kompresibilitas. Bila tanah berbutir halus yang jenuh air dibebani, tanah akan
terkompresi, dan karena permeabilitas tanah ini kecil, pengurangan volume tanah
memerlukan waktu
lama, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh air pori untuk meninggalkan lapisan tertekan
hingga tekanan air porinya dalam keseimbangan dengan tekanan akibat kedudukan air
tanahnya. Pengurangan volume tanah akibat pembebanan ini akan mengakibatkan penu-
Ttknik Fqndiasi 1 25
nman tanah. tfroses kebalikannya juga dapat terjadi, yaitu bila bebannya dikurangi atau
dilepaskan, lempung akan mengembang dan permukaan tanah akan naik. Dalam
beberapa hal, kasus-kasus tersebut dapat mempengaruhi stabilitas fondasi.
Sifat kompresibilitas atau sifat mudah mampat tanah kohesif tergantung dari sejarah
geologi tanahnya, apakah tanah tersebut terkonsolidasi normal (normally consolidated)
atau terkonsolidasi berlebilum (overconsolidated). Pada beban yang sama, tanah
terkonsolidasi normal akan mengalami penurunan lebih besar daripada tanah yang
terkonsolidasi berlebihan.
Unt� mengetahui kompresibilitas tanah kohesif maka perlu dilakukan pengujian
kon solidasi. Gambar skematis alat lersebut disajikan dalam Gambar 1.12. tfenjelasan
mengenai pengujian konsolidasi dapat dilihat pada buku Me Tanah 2 (Hary Christady
Har diyatmo, 1994)
contoh tanah
batu !embus a1r
Kembang-susut. Beberapa tanah lempung �kan mengembang bila kadar air bertambah
dan menyusut bila kering. Dalam hal tertentu, bangunan dapat mengalami penur unan
akibat penyusutan d<,in pengembangan tanah yang berJebihan. Fondasi pada tanah yang
mudah mengembang sering �embutuhkan perancangan yang khusus.
Sifat mudah mengembang dan menyusut tanah lempung dapat dikarakteristikkan dari
batas plastis (PL) dan iodeks plastisitas (PI) yang tinggi.
Daya dukung. tferilaku tanah lempung dalam mendukung beban fondasi sangat bergan
tung pada sejarah geologi, kadar air, dan kandungan mineralnya. Tanah lempung
dinyata kan sebagai lunak, sedang, atau kaku, tergantung dari kadar airnya seperti
yang dinyatakan dalam konsistensi. tfada waktu kering, tanah ini dapat sangat ker.as
dan me
nyusut yang diSertai retakan. Waktu basah, kuat geser akan turun d ah·lemp"ung menjadi
mengembang. '
26 Sifat-sifat teknis tanah dan batuan
Jenis lempung yang kaku sampai keras, hanya mengalami penurunan konsolidasi yang
kecil di bawah tekanan yang relatif besar. Jika dalam lapisan tanah ipi terdapat lensa-lensa
pasir dan kerikil, perancangan fondasi harus memperhitungkan variasi daya dukung dan
penurunan pada lokasi tertentu.
Lanau adalah material yang butiran-butirannya lolos saringan nomor 200. Peck, dkk. (1953)
membagi tanah ini menjadi 2 kategori, yaitu lanau yang dikarakteristikkan sebagai tepung
batu yang tak berkohesi dan tak plastis, dan lanau yang bersifat plastis. Sifat-sifat teknis
lanau tepung batu lebih cenderung mendekati sifat pasir halus.
Disebabkan oleh butirannya yang halus, lanau mempunyai sifat-sifat yang tak diingini,
seperti:
(1) Kuat geser rendah, segera sesudah penerapan beban.
(2) Kapilaritas tinggi.
(3) Permeabilitas rendah.
(4) Kerapatan relatif rendah dan sulit dipadatkan.
Lanau aluvial, umumnya, banyak mengandung air dan berkonsistensi lunak. Tanah ini
merepotkan bila digali, karena akan selalu longsor. Sebagai pendukung fondasi, lanau
merupakan tanah pendukung yang lemah dengan kapilaritas tinggi. Tanah ini biasanya tidak
plastis dan kuat gesernya rendah bila kering. Fondasi yang terletak pada tanah ini harus
dirancang dengan sangat hati-hati.
Loess adalah material lanau yang diendapkan oleh angin dengan diameter butiran kira kira
0,06 mm. Partikel-partikelnya, biasanya mempunyai rekatan karena adanya kalsium
karbonat. Akibat dari pengaruh proses pembentukannya, sifat tanah ini sangat berbeda de
ngan lanau. Karakteristik loess umumnya merupakan endapan yang tak padat dengan
3
berat volume kira-kira 1,04 t/m . Bila mengandung material pengikat (lempung atau
kapur),
pada kondisi kering, tanah ini mempunyai daya dukung sedang sampai tinggi. Akibat pen
jenuhan, loess kehilangan sifat rekatnya, dan dapat mengalami penurunan yang tinggi.
Loess bisa digali pada tebing yang mendekati vertikal.
Sembarang tanah yang mengandung bahan organik, yang mempengaruhi sifat-sifat teknis
tanah, disebut tanah organik. Bahan-bahan organik dapat terdiri dari sisa tumbuh-tumbuh an
atau binatang. Jumlah bahan organik dinyatakan dalam istilah kadar organik, yaitu nilai
banding antara berat bahan organik terhadap contoh tanah yang kering oven. Berat bahan
organik dapat ditentukan dengan memanaskan contoh tanah untuk membakar bahan
organiknya (McFarland, 1959).
Tanah dalam kondisi alamnya dapat mengandung bahan organik. Biasanya, pada per
sentase bahan organik yang relatif rendah (kira-kira 2%), tanah mempunyai karakteristik
yang tak menguntungkan. Tanah dengan kandungan bahan organik yang tinggi mempu nyai
kuat geser rendah, mudah mampat, bersifat asam, dan sifat-sifat lain yang dapat merusak
material bangunan. Oleh karena itu, tanah organik sebaiknya tak digunakan untuk
mendukung fondasi. Gambut (peat) merupakan material organik yang jelek untuk
mendukung fondasi, karena sangat mudah mampat. Fondasi harus diletakkan sampai
mencapai tanah yang baik, yang terletak di bawah tanah tersebut.
Teknik Fondasi 1 27
Berbagai usaha telah dilakukan untuk memperoleh klasifikasi umum yang dapat mem
bantu dalam memprediksi perilaku tanah ketika mengalami pembebanan. Metode-
metode yang telah dibuat didasarkan pada pengalaman-pengalaman yang diperoleh
dalam peran cangan fondasi dan riset-riset. Dari sini, fondasi yang ditinjau menurut
klasifikasi tertentu dapat diprediksi perilakunya. Yaitu, didasarkan pada pengalaman di
lokasi lain, narnun memiliki tipe tanah yang sama.
Dalam perancangan fondasi, klasifikasi tanah berguna sebagai petunjuk awal dalarn
memprediksi kelakuan tanah. Dari beberapa sistem klasifikasi tanah yang telah
diusulkan, dalam buku ini hanya diberikan sistem klasifikasi Unified. Dalam sistem
klasifikasi ter
sebut, secara garis besar tanah dibagi dalam 2 kelompok: kelompok tanah berbutir kasar
200 (0,075
dan tanah berbutir halus yang didasarkan material yang lolos saringan nomor
mm). Huruf pertama pada pemberian nama kelompoknya, adalah merupakan singkatan
dari jenis-jenis tanah berikut:
G kerikil (gravel)
S pasir (sand)
M lanau (sil , huruf M singkatan dari MO, bahasa
Skandinavia) C Jempung (clay)
0 organik
Pt gambut (pea )
Penyelesaian:
Pada saat tanah jenuh (S = 1) berlaku:
e = wG5 atau w = e/G5
Bila kadar air di lapangan (wN), kurang dari nilai w = e/G5, maka tanah dalam kondisi tak
jenuh. Sebaliknya, jika nilai WN lebih besar daripada nilai tersebut, berarti tanah di
lapang an dalam kondisi jenuh.
N
00
Simbol
Divisi Utama Nama Jenis Krlteria Klasitikasl
Kelompok
•
Dso >
Kerikil gradasi baik dan campuran Cu 4
=
� D,o
cn
·u;o (Dao)
..
.: Kerikil bersih- pasir·kerikil. sedikit atau tidak me antara 1 dan 3
E ngandung butiran halus. C
e 2
·v; U")
:§ c
(sedikit atau
�� o10 x Dso
,. ,.-
.. =
.!: � o "'
tak ada butiran
·
� �
<q"
"' · halus) Kerikil gradasi buruk dan campuran
.: .e
sO
:;
e Tidak memenuhi kedua kriteria untuk GW
E pasir-kerikil, sedikit atau tidak me - ��=
ngandung butiran halus.
�
..
� c : � -
,_
0
-
"'. . , eo" '
c:
��g cn
o
c : .,
# ::I Kerikil berlanau, campuran kerikil :.c: - N Batas-batas Anerberg di Bila batas Aner·
8 • � ;Jl. .
0 � :; pasir·lanau "' N O baw garis A atau PI < 4 berg berada dida�
. 0 Kerikil banyak .: -
N c: ah rah arsir dari dia
kandungan bu·
� � -� :i
Batas-batas -Atterberg di
gram plastisitas,
��-�
0
c:
..
tiran halus Kerikil berlempung, campuran kerikil· maka dipakai
� GC
""
c:
C D 0.,: Dso
·
c
.. ;g s _
�
cn Cu = - > 6
S
.r
W
- -1
"'
5iu.� 3i(IJ
"'
2 � 0 Pasir bersih
Pasir gradasi baik, pasir berkerikil,
N# - Dw )2 - ·
�- _: _
"'
(sedikit atau halus. • .,_ E
D1o >c; 060 an 1 dan 3
Cc = �
+= c :
=-
_:
��
�� tak ada butiran .. �U') ·;;
.,_ ..
. ! · ·cnu!:!.-
..,g TKiak m�menuhi kedua kriteria untuk SW (/)
'5;
.CO halus) Pasir gradasi buruk, pasir berkerikil,
�
..
�g
.<:
sedikit atau tidak mengandung
� ., butiran
�� o ::!.
"i: ..
.,
halus.
�
Pasir banyak
kandungan bit-
tiran _halus
SM
se
Pasir bertanau, camputan pasir· B Atrberg
Batas-batas A atau PIdi<4 Bila
b&tas
Aner-• <n
.. .
lanau . ;e a· bawah garis < '5;
.! Pasir bertanau, camputan pasir·
ge 8ati5-batas Anerbe el berg betada didae·
3 rah arsii dari dia·
�<;
.:.
- a o lempung · ·
gram · ptastlsitas,
.
, : <
=
a·i� ma dipakai.
ka ., ·
i
.co c :
£'
· 5; -� ;:;
,
;:-
�
;:;
i5
,
;:
;:;
�
�
;;
'rj
§
�.
-- -- - - . � ---- - - --
- - - -
halus, serbuk
f:anau
- .- -
bat!landan
tak orgarlik atau
=- -
114Sir
·pasir halus
�ngat
.
E .
LJnau dan lempuno
ba� cair 50% l:empung tak oroitiik
l:; rendah sampai sedan9. lempung
taberkerikil,
s
atau :kurano Doal ..:
e CL lempuno berpasir: lem·
.. ._. loldoi ..
PIRO bettanau, tempung kurus (' Lean _ CH
·
0 clays') .. - . ... ..- -
c:
c: _ _ .. _
"'c: CO Linau organi� dan lempuno bertanau
OL �
t JQ
· .: organik dengan plastisitas rendah
"'"'
"' "'
.E S2 lanau tak organik atau pasir halus
MH
·
cao
..: diatomae, lanau etastis.
Lanau dan lempung
; batas cair > 50%
MH atauOH
-
i
: -
: : I Q >
Lempung tak organik dengan plastisi·
" ' " '
e :"' J!
� CH ta s t inggi, lempung gemuk 10 2Q 3Q 40 50 � 70
.c " 110 90 100
� ' 1
clays ' )
t-:1!
ot ('fat : Batas Cair Ll (%)
0
GariS A: PI 0,73 (Ll- 20)
Lempuno organik dengan ptastisitas
=
Tanah 1:
Tabel C1.2
'
3 21 0 56
, 1,00 ? 38 ? 25 ?
Tanah 2:
Nilai wN = 38%, sedikit lebih besar daripada PL maksimum = 36%, jadi tanah dalam
keadaan p lastis. Dari nilai LL = 52% dan PI yang berkisar antara (52 - 36)% = 16% dan (52
- 26)% = 26%, menurut grafik plastisitas (Gambar 1.11), tanah termasuk lanau
anorganik
berkompresibilitas tinggi Qika tanahnya anorganik).
Dari variasi PI yang bertambah dengan kedalamannya, dapat diperkirakan kuat geser
tanah ini bertambah jika kedalaman bertambah. Yaitu, dengan mengingat korelasi antara
kuat geser tanpa-drainase dan PI, cu/p0' = 0,11 + 0,0037(PI), yang disarankan oleh
Skempton (1957) (dengan p0' = tekanan overburden efektif).
Tanah 3:
LL = 38 dan PI = 25, maka nilai PL = (38 - 25)% = 13%. Dari nilai-nilai LL dan PI, menurut
Gambar 1.11 maka diperkirakan tanah termasuk lempung anorganik berplastisitas sedang.
Nilai kadar air di lapangan wN = 21%, jadi tanah masih dalam daerah plastis. Dari angka pori
e = 0,56, maka tanah dalam kondisi jenuh, karena w = 0,56/2,65 = 21% = wN.
Tanah 4:
Dari LL = 19% dan PI = 30%, sedangkan dari kenampakan mata tanah adalah pasir halus,
hasil-hasil pengujian laboratorium tersebut harus ditinjau kembali, karena tanah pasir tidak
akan mempunyai PI = 30%.
Teknik Fondasi 1
Tanah di lapangan mungkin dalam kondisi sangat basah, karena WN = e/G5 = 0,52/2,65
=
19,6% LL = 19%. Jadi, tanah di lapangan pada kedudukan kadar air yang melebihi
>
batas
cairnya.
Tanah 5:
Dari angka pori pada kedudukan batas plastis e = 0,85 wG5, diperoleh nilai kadar air pada
=
batas plastis PL = 0,85/2,65 32%. Kadar air di lapangan WN = 35%, lebih besar dari nilai
=
a E
kasar sedang halus kasar sedang halus .!
100
� 70
..
�c:
60
·s
.t:J
..lP
s
c:
lP
i 20
10
0
10
0.1 0.01 0.001
GambarC1.3
Penyelesaian:
(a) Tanah SC:
Kurva ini memperlihatkan tanah dengan kira-kira 25 persen berupa kerikil. Kurvanya ba
nyak berada pada daerah pasir dengan sedikit kandungan lanau (kira-kira 6%) dan kan-
32 Sifat-sifat teknis tanah dan batuan
dungan lempung 15%. Campuran pasir dan lempung yang demikian dapat saling
mengikat dan dapat dipadatkan dengan baik.
1.2 Batuan
Batuan, dalam kondisi alam, terbentuk dari butiran-butiran yang terikat oleh kohesi yang
kuat. Tiga kelompok batuan yang terdapat di kulit bumi, adalah: batuan igneous, batuan se
dimen, dan batuan metamorf. Batuan igneous merupakan batuan primer yang terbentuk dari
pembekuan magma, atau dari rekristalisasi dari batuan lama oleh panas dan tekanan
yang sangat tinggi sehingga membuatnya menjadi cair dan kemudian membeku
kembali. Batuan sedimen merupakan batuan yang dihasilkan dari pengendapan sisa-
sisa tumbuh tumbuhan dan binatang, dan dari material-material yang terbentuk oleh
pembusukan secara fisik maupun kimia dari batuan-batuan asalnya. Batuan metamorf
merupakan batuan igneous atau batuan sedimen yang telah berubah sifatnya oleh akibat
tekanan yang tinggi atau oleh akibat lain yang berlangsung secara kimia maupun fisik.
(1) Struktur dan tekstur (texture). Struktur batu dapat berupa batuan masif, padat, dan
ber pori (banyak mengandung pori). Tekstur batuan digambarkan sebagai berbutir
kasar dan berbutir halus.
(2) Kandungan mineral. Batu terbentuk dari satu atau beberapa macam mineral-mineral
Teknik Fondasi 1 33
(3) Sambungan (joint), bidang lapisan (bedding plane), dan foliation. Sambungan-sambungan
yang terdapat pada hampir semua tipe batuan mungkin terbuka dan nampak oleh
mata, atau tertutup dan tak dapat dilihat dengan jelas. Bidang lapisan adalah batas an
tara lapisan-lapisan batuan sedimen. Foliation adalah karakteristik beherapa hatuan
metamorf yang struktur mineralnya tersusun dalam pelat-pelat yang sejajar. Ketiga
macam bentuk-bentuk di atas mengurangi kekuatan batuan.
(4) Kondisi cuaca. Mineral-mineral pembentuk batuan dapat herubah bentuknya oleh pe
ngaruh cuara, haik oleh reaksi kimia ataupun fisik. Zona yang dipengaruhi perubahan
cuaca mungkin di dekat permukaan atau sampai pada kedalaman tertentu yang
kadang-kadang tertutup oleh pembentukan hatuan yang lain.
(5) Sementasi atau rekatan. Kumpulan mineral dapat mempunyai rekatan yang lemah
atau kuat pada semharang tipe batuan. Bahkan dapat terjadi batuan masif yang
keras dapat mempunyai kohesi yang kecil atau mempunyai rekatan yang lemah di
antara hutiran nya.
Batu kapur:
(1) Kekuatan batu kapur bervariasi dari lunak sampai keras, tergantung dari macamnya.
Kuat gesernya terganti.mg dari tekstur batuannya. �tuan kapur yang herpori hanyak
mempunyai kuat geser yang rendah. Sebaliknya, batuan yang padat mempunyai
kuat geser yang tinggi.
(2) Butiran-butiran batu kapur biasanya terekat hersama-sama dengan material lempung
dan kekuatan rekatan berkurang hila terkena pengaruh air.
(3) Batu kapur umumnya mengandung retakan, lubang-lubang mungkin kosong atau
dapat terisi oleh tanah berbutir halus.
(4) Batu kapur dapat mengandung lapisan tipis batu pasir. Lapisan ini lehih mudah
melo loskan air dan kadang-kadang lebih lemah daripada batu kapurnya.
34 Sifat-sifat teknis tanah dan batuan
Batu pasir:
(1) Kekuatan batu pasir bergantung pada derajat rekatan dan tipe material rekatnya.
(2) Mempunyai daya tahan yang umumnya proporsional dengan kekuatannya.
(3) Sambungan-sambungan umumnya berjarak agak besar.
Serpih:
(1) Kekuatan serpih bervariasi. Serpih lunak dapat tergaruk dengan pemukul atau dapat
digali dengan alat berat tanpa menggunakan bahan peledak. Sedang serpih yang
keras harus digali dengan menggunakan bahan peledak.
(2) Serpih mempunyai struktur berlapis dengan jarak dekat dan cenderung sangat mudah
terpisah di sepanjang bidang lapisannya. Ketika basah, kuat geser pada batas lapisan
nya sangat rendah.
(3) Serpih sering menjadi lunak atau menjadi lempung atau lanau tak padat sesudah
teren dam air dalam beberapa hari. Contoh tanah harus diuji sesudah pergantian dari
keadaan terendam dan kering.
Pada pekerjaan fondasi, material batuan merupakan lapisan pendukung yang baik, dan
dapat mendukung beban yang besar bila di bawahnya tak terletak lapisan tanah lunak.
Bila lapisan sangat tebal, pada beban yang besar masih dibutuhkan pemeriksaan
adanya retak an-retakan, patahan, dan kemiringannya. Bila batuan berbentuk
bongkahan-bongkahan besar tak beraturan, penyelidikan yang teliti harus dilakukan bila
di atasnya akan diletak kan fondasi dengan beban yang besar. Karena, bila terdapat
lapisan lunak, bongkahan batu dapat terguling, hingga membahayakan bangunan.
Bongkahan batu yang berada dalam lapisan lunak akan menyulitkan pemancangan
tiang, dan dapat menyebabkan masalah pada tahanan ujung tiangnya. Daya dukung
batuan ditentukan dari pengujian desak pada contoh batu yang diperoleh dari
pengeboran. Contoh batuan harus tak mengandung re takan atau kerusakan lainnya.
2
PENYELIDIKAN TANAH
2.1 Pendahuluan
Informasi kondisi tanah dasar fondasi, dapat diperoleh den gan cara menggali lubang
se cara langsung di permukaan tanah yang disebut lubang-cobaan (trial-pit), maupun
dengan cara pengeboran tanah. Penyelidikan mendetail dengan pengeboran tanah yang
,gJ
diikuti dengan pengujian-pengujian laboratorium dan atau di lapangan, selalu dilakukan
,
untuk penyelidikan tanah pada proyek-proyek besar, se'perti: gedung bertingka.t tinggi,
jembatan, bendungan, bangunan-bangunan industri, dan lain-lainnya.
Penyelidikan tanah biasanya terdiri 3 tahap, yaitu: pengeboran atau penggalian lubang
cobaan, pengambilan contoh tanah (sampling), dan pengujian contoh tanahnya. Pengujian
contoh tanah ini dapat dilakukan di laboratorium atau di lapangan.
Pengambilan contoh tanah dilakukan pada setiap jarak kedalaman 0,75-1,5 meter de-
36 Penyelidikan tanah
ngan cara menekan tabung contoh (sampler) secara hati-hati (terutama untuk contoh tak ter
ganggu) yang dipasang pada ujung bawah batang bornya. Pada waktu pengeboran dilaku
kan, contoh tanah dapat diperiksa di dalam pipa bor yang ditarik ke luar. Jika pada tahap
ini ditemui perubahan jenis tanah, kedalaman perubahan jenis tanah dan kedalamannya
dicatat, dan kemudian, contoh tanah tambahan diambil. Pada lapisan-lapisan yang diang
gap penting untuk diketahui karakteristik tanahnya, kadang-kadang pengambilan contoh
kontinu (continuous sampling) diperlukan. Bila pengeboran dilakukan pada lapisan batuan,
contoh inti batu (rock core) diambil dengan alat bor putar (rotary drill).
Kedalaman muka air tanah harus diperiksa dengan teliti. Kesalahan data muka air tanah
dapat mempersulit pelaksanaan pembangunan fondasi, dan dapat mengakibatkan kesalah
an analisis stabilitasnya.
Cara ini memungkinkan untuk mengetahui kondisi lapisan dengan teliti. Dan pula, hila
perlu dapat mengambil contoh tanah tak terganggu (undisturbed sample) pada lapisan
lapisan yang dikehendaki.
lapisan 1
lapisan 2
lapisan 3
Cara ini termasuk yang paling sederhana dalam pembuatan lubang di dalam tanah
dengan menggunakan alat bor. Alat bor seperti pada Gambar 2.2a, hanya dapat
digunakan bila tanah mempunyai kohesi yang cukup, sehingga lubang bor dapat tetap
stabil di sepanjang lubangnya. Karena itu, alat ini tak dapat digunakan pada pasir yang
terendam air. Karena penembusan mata bor terbatas pada kekuatan tangan yang
memutarnya, tanah harus tidak
mengandung batu atau lapisan keras lainnya. Umumnya, bor tangan dapat menembus
sampai lebih dari 10 m. Alat ini sering digunakan dalam penyelidikan tanah untuk
proyek
proyek jalan raya, jalan kereta api dan lapangan terbang, di mana kedalaman lubang yang
dibutuhkan hanya berkisar pada kedalaman 4 m. Untuk pembuatan lubang yang lebih dalam
pada tanah kohesif, bor ulir dapat digunakan (Gambar 2.2b).
(a) (b)
Gambar 2.2 Bor tangan.
38 Penyelidikan tanah
Pada cara ini, pengeboran tanah dilakukan dengan cara menyemprotkan air sambil me
mutar-mutar pipa selubung (casing) untuk memudahkan penembusan ujung mata bor
(Gambar 2.3). Tanah yang diambil berupa contoh terganggu (disturbed) yang terangkut
ke
luar bersama aliran air. Tanah-tanah yang keluar dari lubang bor diidentifikasi secara kasar.
Pengambilan contoh tanah dilakukan secara kering dengan mengganti ujung mata bor de
ngan tabung contoh. Cara ini tidak mengganggu tanah di bawah mata bor. Oleh karena itu,
contoh tanahnya termasuk contoh tak terganggu (undisturbed sample). Metode bor cuci tak
dapat digunakan jika tanah mengandung batu-batu besar.
tali
Penyelidikan ini digunakan untuk mengetahui kedalaman pertemuan antara tanah lunak
dan tanah keras atau padat. Caranya, air yang bertekanan tinggi dilewatkan melalui pipa
yang digerak-gerakkan ke atas dan ke bawah pada lubang yang tak dilindungi pipa (Gam
bar 2.4). Cara ini dilakukan untuk penyelidikan tanah di pelabuhan dan penentuan lapisan
tanah di bawah dasar sungai, yang dimaksudkan untuk menentukan kedalaman pasir
atau lanau yang terletak di atas lapisan keras atau batu. Hal tersebut terutama
digunakan dalam pekerjaan pemancangan dan pengerukan.
Teknik Fondasi 1
39
pipa untuk
pengerek
pipa digerak-gerakkan
ke atas dan ke bawah
Penyelidikan tanah dengan menggunakan bor putar (Gambar 2.5a) dapat dilakukan
pada semua jenis tanah. Alat bor putar dapat menembus lapisan tanah keras atau batu
sampai kedalaman lebih dari 40 m. Alat ini dapat digunakan pada lapisan tanah keras,
batu, tanah lempung dan bahkan pada tanah pasir.
Pengeboran inti dilakukan jika pengeboran menembus lapisan batu, dan bila pada
pe nyelidikannya diinginkan untuk memperoleh contoh inti kon tinu (continuous core
sample). Putaran batang bor menekan ujung mata bor. Tabung inti luar berputar
bersama-sama ba tang bor, dan menekan ke lapisan keras atau batu di bawahnya.
Mata bor dipasang pada ujung alat pengebornya. Putaran mata bor membentuk
gerusan yang berbentuk cincin. Contoh inti batu masuk ke bagian tengah mata bor
dan sekaligus masuk ke tabung inti dalam, yang dibuat tak ikut berputar. Selama
pengeboran, air disirkulasikan lewat batang
bornya yang berlubang. Contoh bentuk mata bor dari tipe double-tube core barrel, disajikan
dalam Gambar 2.5b.
Pengeboran dapat dilakukan dengan tanpa menggunakan pipa selubung (casing). Jika
lubang bor cenderung akan longsor, dilakukan pengeboran yang disertai dengan peng
gunaan cairan kental dari bahan lempung vulkanik tiksotropik dan afr. Cairan ini berfungsi
menahan sisi lubang bor dan menutup pori-pori tanah yang lolos air di sekeliling lubang
bor.
40 Penyelidikan tanah
kabel
saluran air
tabung dalam
silinder penggerak
penggerak putaran -
pengangkat inti
. ., rl � �
i pemotong inti
r
-------..�....... ->..
mala bor
Macam-macam contoh tanah yang harus diperoleh dari pengeboran bergantung pada mak
sud penyelidikannya. Untuk identifikasi serta penentuan sifat-sifat teknis tanah, dibutuh kan
contoh tanah yang mewakili. Dari sini, kemudian ditentukan nilai-nilai kuat geser, batas-
batas Atterberg, berat volume, kandungan karbonat, dan kandungan material
organiknya.
Contoh tanah diambil dari pengeboran dengan cara memasang tabung contoh (sampler)
pada ujung bor di kedalaman yang berbeda-beda. Pada contoh tanah yang tidak rusak su
sunan tanahnya atau sedikit sekali derajat ketergangguannya, maka contoh tersebut dina
makan contoh tak terganggu (undisturbed sample). Karakteristik tegangan-regangan tanah
harus diambil dari contoh tanah tak terganggu.
Dalam praktek, sangat sulit diperoleh contoh tanah yang benar-benar tak terganggu,
walaupun penanganan contohnya sudah sangat hati-hati. Gangguan contoh ini sering
Teknik Fondasi 1 41
Penelitian oleh Hvorslev (1948) menunjukkan bahwa contoh tanah yang terbaik dapat
diperoleh jika pengambilan contoh tanah dilakukan dengan cara menekan tabung dengan
tidak memukulnya ke dalam tanah. Selain itu, dimensi tabung contoh harus sedemikian
hingga nilai banding area (Ca) direduksi sampai minimum. Dalam hal ini, Ca dinyatakan
dalam persamaan:
2 2
(D_<V) - ( D e)
C = X1 (2. 1)
00%
2
a
(D )
e
dengan Dw dan De adalah diameter-diameter yang ditunjukkan dalam Gambar 2.6. Jika nilai
Ca membesar, semakin besar pula tahanan penetrasi dari tabung contoh, yang dengan
demikian semakin besar pula resiko kerusakan contoh tanahnya. Umumnya, nilai Ca di
batasi sampai 10%.
(a)
D,
Ds
De De
Untuk memperkecil gesekan tanah dengan dinding bagian dalam tabung, supaya dera jat
gangguan contohnya kecil, ujung tabung agak dibengkokkan ke dalam atau dilengkapi
dengan alat pemotong yang diameter dalamnya lebih kecil dari diameter dalam tabung
contoh (Gambar 2 6a) . Namun, hal ini juga menyebabkan akibat sampingan yang berupa
.
pengembangan contoh setelah berada di dalam tabung. Untuk itu, Hvorslev (1949) mem
batasi derajat pelonggaran contoh di dalam tabung dengan nilai banding kebebasan dalam
(Cj), dengan
42 Penyelidikan tanah
D- D
c . =
5 cX 100% (2.2)
1
D
e
Nilai optimum Ci bergantung pada diameter tabung contoh, teknik operasi, dan terutama,
kualitas tanahnya. Untuk tabung contoh pendek, nilai Ci adalah antara 0-0,5%, dan untuk
tabung contoh panjang, Ci antara 0-1,5%. Jika ujung tabung contoh dilengkapi dengan tipe
alat pemotong seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.6b, nilai banding kebebasan luar
didefinisikan sebagai:
D - D
w t
X 100% (2.3)
D
Disarankan, untuk tanah tak berkohesi C1 0, dan untuk tanah berkohesi, C1 tak boleh
=
Tabung contoh tekan terbuka terdiri dari tabung baja yang dilengkapi dengan alat pemotong
pada ujungnya. Batang bor dihubungkan dengan ujung atas tabung contoh (Gambar 2.7).
Diameter dalam tabung berkisar antara 100 sampai 450 mm. Pada pengambilan contoh
tanahnya, tabung contoh ditekan secara dinamis atau statis oleh alat penekan.
- kepala
katup pengontrol
karet
tabung contoh
Tabung contoh tipe ini cocok untuk tanah berlempung. Jika digunakan dalam tanah
granuler (berbutir lepas), penahan in i (core ca cher) yang berfungsi menahan contoh tanah
agar tertahan dalam tabungnya harus digunakan.
Akibat pengaruh pekerjaan pengeboran, tanah dasar lubang bor yang berupa lempung
atau lanau sensitif, akan terganggu sampai pada kedalaman tertentu. Oleh karena itu, bila
abung ekan erbuka ditekan, bagian atas dari tabung tersebut akan terisi oleh tanah yang telah
rusak susunannya. Dan, pada waktu tabung diputar untuk memotong tanahnya, pu taran
akan merusakkan susunan tanah pada bagian bawah contoh. Untuk menanggulangi
kerusakan contoh ini, lebih baik jika digunakan abung con oh berpis on.
penghubung
ke batang bor pipa selubung -
permukaan
kabel tanah
Jl
batang
penahan piston
I"
tabung penghubung -
�
batang contoh
- batang tetap diam
untuk menahan piston
tabung
piston
contoh
(a)
Tabung contoh terdiri dari tabung yang dapat dibelah menjadi dua bagian atau dipisahkan
satu sama lain pada waktu mengeluarkan contoh tanahnya (Gambar 2.9). Secara keselu
ruhan, bagian-bagian tabung contoh dari bawah ke atas terdiri dari: bagian pemotong pada
ujung bawah, tabung yang dapat dibelah, tabung penghubung dan bagian kepala tabung.
Untuk menahan contoh tanah tetap di tempatnya, pada bagian atas alat pemotong diberi
katup penutup. Salah satu dari jenis tabung contoh ini, digunakan untuk pengujian pene
trasi standar (SPT).
katup
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penanganan contoh tanah adalah bahwa
sete lah tabung contoh tanah diambil dari lubang bor, ujung-ujungnya harus dibersihkan
dan ditutup dengan lilin. Maksudnya adalah agar contoh tanah tidak berubah kadar
airnya, dan juga untuk menahan gangguan contoh tanah yang mungkin timbul dalam
perjalanan ke laboratorium. Selain itu, pada tabung contoh ditempelkan label yang
berisi tanggal, lokasi pengujian, nomor lubang bor, dan kedalaman contohnya. Ujung
atas dan bawah ta bung contoh harus ditandai dengan benar, sehingga pada pengujian
di laboratorium akan diketahui ke arah mana contoh tanah akan dikeluarkan dari dalam
tabung contohnya.
Contoh tanah lempung sensitif harus dijaga dengan baik pada waktu diangkut ke labo
ratorium, terutama jangan sampai terjadi getaran yang besar yang dapat merusakkan con
tohnya.
Laporan pengeboran tanah harus dibuat jelas dan tepat. Pengawas lapangan yang mena
ngani pekerjaan selain harus selalu mencatat data yang diperoleh, juga harus mencatat hal
hal kecil yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan, seperti: pergantian alat dan tipenya,
kedalaman lubang pada waktu mengganti alat, metode penahanan lubang bor agar tetap
stabil atau penahan tebing lubang-cobaan.
n/.#IJWIMY/R
- -
--- - -
-- ---- - - -
-
- - --
-- ---- --- ..
---- � •
..
.
• :r=T":
•, . . . .
··
'
Belum ada standar yang memberikan simbol jenis tanah dalam penyajian gambar profil
tanah secara vertikal. Gambar 2.10 menyajikan contoh simbol-simbol tersebut.
Kebanyakan tanah terdiri dari beberapa campuran dari jenis tanah-tanah tertentu, se perti
lempung berpasir, lanau berpasir, kerikil berlanau, dan sebagainya. Dalam kondisi ini,
simbol-simbol dapat dikombinasikan, dengan kandungan tanah yang dbminan digambar
lebih tebal atau lebih banyak.
Jenis-jenis tanah tertentu sangat mudah sekali terganggu oleh pengaruh pengambilan con
tohnya di dalam tanah. Untuk menanggulangi hal tersebut, sering dilakukan beberapa pe
ngujian di lapangan secara langsung. Pengujian-pengujian tersebut, antara lain:
(1) Pengujian penetrasi standar atau pengujian StfT (Standard tfenetration Tes t).
(2) Pengujian penetrasi kerucut statis (static cone penetration test).
(3) Pengujian beban pelat (plate load test).
(4) Pengujian geser baling-baling (vane shear test).
Pengujian penetrasi stanclar clilakukan karena memperoleh contoh tanah tak ter
ganggu pacla tanah granuler. Pacla pengujian tanah ditentukan dari peng
ukuran kerapatan relatif secara langsung cli lapangan. Pengujian untuk mengetahui esti
masi nilai kerapatan relatif yang sering cligunakan adalah pengujian penetrasi standar atau
yang biasa clisebut pengujian StfT (Standard tfenetration Test).
Sewaktu melakukan pengeboran inti, jika keclalaman pengeboran telah mencapai lapisan
tanah yang akan cliuji, mata bor clilepas clan cliganti clengan alat yang clisebut tabung
belah
standar (standard split barrel sampler) (Gambar 2.11). Setelah tabung ini dipasang, bersama
sama clengan pipa bor, alat cliturunkan sampai ujungnya menumpu lapisan tanah dasar,
clan kemuclian clipukul clari atas. Pukulan cliberikan oleh alat pemukul yang beratnya 63,5 kg
(140 pon), yang clitarik naik turun clengan tinggi jatuh 76,2 cm (30 inci).
30"
(b)
Pada kasus-kasus yang umum, pengujian SPT dilakukan pada tiap-tiap 1,5 m atau pa ling
sedikit pada tiap-tiap pergantian jenis lapisan tanah di sepanjang kedalaman lubang bornya.
Untuk tanah yang berbatu, Palmer dan Stuart (1957) memodifikasi tabung belah standar
yang terbuka menjadi tertutup dan meruncing 30° pada ujungnya (Gambar 2.11b). Peng
amatan telah menunjukkan bahwa pada umumnya nilai N yang diperoleh oleh kedua
tipe alat ini mendekati sama, untuk jenis tanah dan kerapatan relatif tanah yang sama.
Pada perancangan fondasi, nilai N dapat dipakai sebagai indikasi kemungkinan model
keruntuhan fondasi yang akan terjadi (Terzaghi dan Peck, 1948). Kondisi keruntuhan geser
lokal (local shearfailure) dapat dianggap terjiidi bila nilai N < 5, dan kondisi keruntuhan geser
umum (general shear failure) terjadi pada nilai N > 30. Untuk nilai N antara 5 dan 30,
interpo Ny
lasi linier dari koefisien daya dukung tanah Ne, N , dapat dilakukan. Bila nilai-nilai ke
q
rapatan relatif (D,) diketahui, nilai N dapat didekati dengan persamaan (Meyerhof, 1957):
2 (2.4)
N= 1,7 D, ( 14,2 p; + 10)
dengan
kerapatan relatif
'
p0 = tek,anan vertikal akibat beban tanah efektif pada kedalaman tanah yang ditinjau,
atau tekanan overburden efektif.
Hubungan nilai N dengan kerapatan relatif (D,) yang diberikan oleh Terzaghi dan Peck
(1948), untuk tanah pasir, disajikan dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Hubungan nilai N dan kerapatan relatif (D,) tanah pasir.
30-50 Padat
Untuk tanah lempung jenuh, Terzaghi dan Peck (1948) memberikan hubungan N secara
kasar d engan kuat geser tekan-bebas, seperti yang diperlihatkan dalam Tabel 2.2. Kuat geser
tekan-bebas (qu) diperoleh dari pengujian tekan-bebas, dengan Cu 0,5 qu dan q> = 0. Akan
=
tetapi, penggunaan hubungan nilai N dan kuat geser tanah lempung jenuh pada Tabel 2.2
tersebut tidak direkomendasikan. Peck, dkk. (1953) menyatakan bahwa nilai N hasil pe
ngujian SPT untuk tanah lempung hanyalah sebagai pendekatan kasar, sedang pada tanah
pasir, nilai N pengujian SPT dapat dipercaya. Untuk menentukan kuat geser tanah lem pung,
lebih baik jika nilainya diperoleh dari pengujian geser baling-baling (vane shear test) di lapangan
atau dari per.gujian contoh tanah tak terganggu di laboratorium.
Untuk menentukan nilai daya dukung yang diizinkan dari hasil pengujian SPT, diperlu kan
estimasi kasar nilai lebar fondasi (B) dari fondasi yang terbesar pada bangunannya.
Teknik Fondasi 1 49
Untuk fondasi dangkaC pengujian SPT dilakukan pada interval 2,5 ft (76 cm) di bawah
dasar fondasi, dimulai dari kedalaman dasar fondasi (D{;)
sampai kedalaman DJ + B
(Ter zaghi dan Peck, 1948). Nilai N rata-rata sepanjang keda aman ini akan berfungsi
sebagai
gambaran kasar dari kerapatan relatif pasir yang berada di bawah dasar fondasi, yang
masih mempengaruhi besar penurunan. Jika pengujian SPT dilakukan pada beberapa
lubang pada lokasi yang berlainan, nilai N rata-rata yang terkecil digunakan dalam mem
perkirakan nilai daya dukung tanahnya (Terzaghi dan Peck, 1948).
Tabel 2.2 Hubungan nilai N , konsisten dan kuat geser tekan-bebas (qu) untuk tanah
LEMPUNg jenuh (TERZAGH i dan Peck, 1 948).
Nilai N Konsistensi
Kuat geser tekan-bebas ( q)
2
(kglcm )
<2 Sangat lunak < 0,25
Sedang 0,50-1,00
Pengujian p enetrasi kerucut statis atau pengujian sondir banyak digunakan di Indonesia, di
samping pengujian SPT. Pengujian ini sangat berguna untuk memperoleh nilai variasi
kepadatan tanah pasir yang tidak padat. Pada tanah pasir yang padat dan tanah-tanah
berkerikil dan berbatu, penggunaan alat sondir menjadi tidak efektif, karena akan banyak
mengalami kesulitan dalam menembus tanah. Nilai-nilai tahanan kerucut statis (qc) yang
diperoleh dari pengujiannya, dapat dikorelasikan secara langsung dengan nilai daya
dukung tanah dan penurunan pada fondasi-fondasi dangkal dan fondasi tiang.
Ujung alat ini terdiri dari kerucut baja yang mempunyai sudut kemiringan 60° dan her
2
diameter 35,7 mm atau mempunyai luas penampang 1000 mm . Bentuk skematis dan cara
kerja alat ini dapat dilihat pada Gambar 2.12a. Alat sondir dibuat sedemikian rupa se
hingga dapat mengukur tahanan ujung dan tahananterhadap gesekan dari selimut silinder
mata sondirnya. Cara penggunaan alat ini, adalah dengan menekan pipa penekan dan
mata sondir secara terpisah, melalui alat penekan mekanis atau dengan tangan yang mem
berikan gerakan ke bawah. Kecepatan penekanan kira-kira 10 mm/ detik. Pembacaan ta
hanan kerucut statis dilakukan dengan melihat arloji pengukurnya. Nilai qc adalah besar
nya tahanan kerucut dibagi dengan luas penampangnya. Pembacaan arloji pengukur, di
lakukan pada tiap-tiap penembusan sedalam 20 cm. Tahanan ujung serta tahanan gesekan
selimut alat sondir dicatat. Dari sini diperoleh grafik tahanan kerucut statis atau grafik
sondir yang menyajikan nilai keduanya (Gambar 2.12b).
50 Penyelidikan tanah
batang penekan
mata kerucut
20 60 80 1 00 1 20
3
selimut,
pengukur gesekan atau
hambatan pelekat
'
hambatan pelekat
pengukur
tahanan kerucut (b)
35,7 mm
(a)
Pengujian beban pelat (pla e load es ) sangat cocok untuk penyelidikan tanah timbunan atau
tanah yang banyak mengandung kerikil atatt batuan, di mana pengujian lapangan yang lain
sulit dilaksanakan.
Pelat besi berbentuk lingkaran atau bujursangkar dengan diameter yang bervariasi dari
30 cm atau lebih besar lagi. Dimensi pelat tergantung dari ketelitian hasil pengujian yang
dikehendaki. Pada prinsipnya, bila ukuran pelat rriendekati atau sama dengan lebar fon
dasi sebenarnya, maka semakin teliti hasil yang diperoleh. Pelat diletakkan pada dasar fon
dasi rencana dengan lebar lubang paling sedikit 4 kali lebar pelat yang digunakan (Gambar
Teknik Fondasi 1 51
2.13). Pengamatan besar beban dan penurunan yang terjadi dilakukan sampai tanah meng
alami keruntuhan atau pengujian dihentikan bila tekanannya mencapai kira-kira 2 kali nilai
daya dukung fondasi yang dirancang. Penambahan beban yang diterapkan, kira-kira 0, 1
kali nilai estimasi daya dukung tanah.
Bentuk dan ukuran pelat pengujian bervariasi tergantung dari tujuan pengujiannya. Daya
dukung ultimit yang diperoleh dapat digunakan langsung, jika ukuran pelat beban sama
dengan ukuran fondasi yang akan digunakan. Untuk itu, nilai daya dukung yang diizinkan
dihitung dengan cara membagi nilai daya dukung ultimit dengan faktor aman. Jika
penurunan merupakan kriteria yang dijadikan pedoman untuk penentuan daya du kungnya,
kapasitas beban yang menyebabkan terlampauinya persyaratan penurunan yang perlu
diperhatikan.
dihubungkan dengan
arloji pembacaan :: penyangga arloji pembacaan
�
pelat uji
W� 4b
Beberapa macam alat telah digunakan untuk mengukur tahanan geser tanah kohesif. Salah
satunya adalah, alat pengujian geser baling-baling (vane shear test). Alatnya terdiri dari kipas
baling-baling baja setinggi 10 cm dan diameter 5 cm yang berpotongan saling tegak lurus
(Gambar 2. 14a). Dalam praktek, terdapat beberapa ukuran kipas yang bisa digunakan.
Pada pengujian, alat ini dipasang pada ujung batang bor. Baling-baling beserta tang
kainya ditekan ke dalam tanah, kemudian diputar dengan kecepatan 6 sampai 12 ° per
menit. Besarnya tenaga puntiran yang dibutuhkan untuk memutar kipasnya diukur. Ka
rena tanah tergeser menurut bentuk silinder vertikal yang terjadi di pinggir baling-baling,
tahanan geser tanah dapat dihitung jika dimensi baling-baling dan gaya puntiran diketa hui.
Kuat geser tanah lempung jenuh, dihitung dengan persamaan:
52
Penyelidikan tanah
(2.12)
dengan
Cu Su = kohesi tanpa-drainase.
=
pengukur torsi
batang baling-baling
penampang baling-baling
baling-baling pemotong
ditekan di bawah tanah yang
terganggu oleh pengeboran l
baling-baling :
pemotong (b)
·.··
. .
� . ···
(a)
zona distorsi
Studi yang mendetail telah membuktikan bahwa kuat geser tanah lempung yang diper
oleh dari pengujian geser baling-baling di lapangan terlalu besar (Arman, dkk., 1975). Hal
ini
Teknik Fondasi 1 53
disebabkan oleh zona geser yang terjadi saat tanah tergeser, lebih besar dari bidang runtuh
tanahnya (Gambar 2.14b). Perluasan bidang runtuh, tergantung dari macam dan kohesi
tanah. Bjerrum (1972), mengusulkan koreksi kuat geser dari kuat geser tanah yang diper
oleh dari pengujian baling-baling di lapangan, sebagai berikut:
dengan
sTh (n ata)
y Th (lapangan) (2. 1 3)
= u.s
S
Cu = kohesi tanpa-drainase.
u(nyata)
S kuat geser tanpa-drainase yang digunakan dalam perancangan.
Su(lapangan) nilai kuat geser tanpa-drainase yang diperoleh dari pengujian baling-ba ling
di lapangan.
nilai koreksi yang ditunjukkan pada Gambar 2.15.
1 ,2
=
1 ,0
a 0,8
0,6
0,4
Q 20 40 60 80 1 00 1 20
lndeks plastisitas (PI)
Gambar 2.1 5 Koreksi kua geser tanpa-drainase dari pengujian baling-baling di /apangan (Bjerrum, 1972).
Sifat-sifat fisik tanah dapat dipelajari dari hasil-hasil pengujian laboratorium pada contoh
contoh tanah yang diambil dari pengeboran. Hasil-hasil pengujian yang diperoleh dapat
digunakan untuk menghitung daya dukung dan penurunan. Kecuali itu, data laboratorium
dapat pula memberikan informasi mengenai besarnya debit air yang mengalir ke dalam
lubang galian fondasi, perilaku tanah dalam menderita tekanan, dan kemungkinan pe
nanggulangan air pada penggalian tanah fondasi.
Perlu diingat bahwa kondisi lapisan tanah di lapangan bervariasi. Karena itu, jumlah
contoh tanah yang terlalu sedikit akan memberikan analisis data yang hasilnya meragukan.
Secara umum, pengujian di laboratorium yang dilakukan untuk perancangan fondasi,
adalah:
(1) Pengujian dari pengamatan langsung.
(2) Kadar air.
(3) Analisis butiran.
54
Penyelidikan tanah
Analisis butiran. Pengujian analisis ukuran butir tanah clilakukan untuk keperluan klasi
fikasi . Penguj ian clilakukan melalui analisis saringan clan seclimentasi atau analisis hiclro
meter, untuk memperoleh kurva graclasinya.
Batas plastis dan batas cair. Pengujian ini clilakukan pada tanah kohesif untuk maksucl
klasifikasi clan untuk estimasi sifat-sifat teknisnya. Grafik plastisitas clari Casagrancle
(Gambar 1.11) dapat digunakan untuk memperkirakan kompresibilitas tanah-tanah
lem pung dan lanau. Dalam menggunakan grafik plastisitas, perlu cliketahui apakah
tanah berupa tanah organik atau anorganik, yang biasanya clapat cliketahui clari
warnanya yang
gelap clan baunya seperti tanaman yang busuk bila tanahnya organik. Bila terclapat keragu
raguan mengenai tanah organik ini, pengujian batas cair clilakukan pacla contoh tanah yang
telah dipanaskan dalam ove1z. Jika pada pengeringannya, nilai batas cair terecluksi sampai
�O'Yo atau lebih, maka tanah aclalah organik. Proseclur yang umum clipakai aclalah clengan
melakukan penguj ian batas plastis clan batas cair pacla contoh yang clipilih (yang jumlah nya
tak begitu banyak) clari tiap-tiap macam tanah yang mewakili, yang cliperoleh clari lubang
bor. Dengan membandingkan hasil-hasilnya clan mengeplot hasil-hasil tersebut ke dalam
grafik plastisitas, variasi macam tanah clapat diklasifikasikan. Dari sini, secara kasar clapat
cliketahui sifat kompresibilitasnya, clan kemuclian, pada contoh-contoh tanah yang dipilih,
clilakukan percobaan konsolidasi, jika hal ini dibutuhkan.
Tria sial. Untuk perancangan fondasi, pengujian triaksial terbatas hanya dilakukan pada
tanah-tanah lempung, lanau, clan batuan lunak. Umumnya, pengujian ini tak dilakukan pada
tanah pasir clan kerikil, karena sulitnya memperoleh contoh tanah tak terganggu. Wal aupun
pengambilan contoh tanah pasir suclah diusahakan sangat hati-hati, namun pada pelepasan
contoh tanahnya clari clalam tabung, tanah akan menjadi berubah atau ter ganggu dari
kondisi aslinya. Hal terbaik yang clapat dilakukan hanyalah clengan meng ukur berat
volumenya, yaitu clengan cara menimbang contoh pasir clalam tabung lalu diukur
volumenya. Kemuclian, pengujian geser dilakukan pacla contoh tanah yang dibuat
mempunyai berat volume yang sama. Pada tanah pasir, lebih baik jika sudu gesek dalam ( <p
)
secara empiris cliukur clari pengujian lapangan, seperti pengujian SPT atau penetrasi keru
cut statis (sondir).
Teknik Fondasi 1 55
Kuat geser tanah lempung yang digunakan untuk hitungan daya dukung tanah dapat
diperoleh dari pengujian triaksial tanpa-drainase.
Tekan-bebas. Pengujian ini berguna untuk menentukan kuat geser tanpa-drainase pada tanah
lempung jenuh yang tak mengandung butiran kasar, yang akan digunakan dalam hitungan
daya dukung.
Geser baling-baling. Pengujian geser baling-baling lebih banyak dilakukan di lapangan
daripada di laboratorium. Namun, pengujian baling-baling di laboratorium sangat berguna
hila tanah sangat sensitif dan lunak yang menyulitkan dalam pendirian contoh tanah pada
waktu dilakukan pengujian tekan-bebas.
Konsolidasi. Pengujian ini hanya dilakukan untuk jenis tanah berbutir halus seperti lem
pung dan lanau dan digunakan untuk mengukur besarnya penurunan konsolidasi dan
kecepatan penurunannya. Pengujian dilakukan pada alat oedometer atau konsolidometer.
Dari nilai koefisien konsolidasi ( C) yang d,ihasilkan, dapat diketahui besarnya kecepatan
penurunan bangunannya. Data hubungan pembebanan dan penurunan diperoleh dari
penggambaran grafik tekanan terhadap angka pori. Dari sini, dapat diperoleh koefisien per
ubahan volume (m ) atau indeks pemampatan (Cc) yang selanjutnya digunakan untuk
menghitung estimasi v penurunan akibat beban bangunannya. Pengujian konsolidasi dapat
,
tak dilakukan hila tanah lempung berupa letnpung yang terkonsolidasi sangat berlebihan (heavily
overconsolidated). Karena pada jenis tanah lempung tersebut, sepanjang beban yang
diterapkan tidak sangat berlebihan, penurunan yang terjadi sangat kecil sehingga dapat
diabaikan.
Permeabilitas. Pengujian permeabilitas dilakukan pada contoh tanah tak terganggu. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui banyaknya air yang harus dipompa pada penggalian ta
nah fondasi.
Analisis bahan kimia. Pengujian analisis bahan kimia dilakukan untuk mengetahui ke
mungkinan kandungan bahan kimia dari air tanah yang dapat merusak fondasi beton,
turap baja, atau tiang pancang baja. Bila fondasinya berupa bahan baja, biasanya cukup
dengan menentukan nilai pH dan kandungan klorida pada tanah dan air tanahnya. Untuk
fondasi beton, umumnya perlu ditentukan kandungan sulfatnya dan bila tanah mengan
dung banyak bahan organik, disarankan untuk menambahkan pengujian pH dan penen
tuan persentase kandungan bahan organiknya.
Lokasi titik-titik penyelidikan tanah harus diusahakan sedekat mungkin dengan letak
fon dasi. Hal ini penting, terutama bila bentuk lapisan tanah pendukung fondasi tak
beraturan.
Bila denah struktur belum tersedia pada waktu diadakan penyelidikan tanah, maka denah
lubang bor umumnya disusun dalam bentuk segiempat (lihat Gambar 2.16).
Untuk area yang luas, diperlukan jarak lubang bor yang agak lebar dan diselingi dengan
beberapa pengujian lapangan tambahan, seperti: pengujian kerucut statis atau pemeriksaan
dengan cara lubang-cobaan (trial-pit). Letak titik penyelidikan pengujian-pengujian tersebut,
dilakukan pada jarak yang lebih dekat, yaitu di antara lubang-lubang bornya.
Jumlah lubang bor yang diperlukan sangat bergantung pada kekompleksan kondisi
lapisan tanah dan biaya yang tersedia. Yang jelas, semakin banyak lubang bor, semakin te
liti informasi yang diperoleh dari kondisi tanahnya. Bila biaya penyelidikan terbatas, diper
lukan pertimbangan yang matang guna memutuskan jumlah lubang bor yang mewakili
56 Penyelidikan tanah
kondisi tanah. Pada bangunan yang bebannya tak begitu besar, paling tidak harus ada 2
atau sebaiknya 3 lubang bor, sehingga bentuk kemiringan lapisan tanah dapat diketahui. Jika
jumlah lubang bor terlalu sedikit, estimasi bentuk kemiringan lapisan tanah dapat meleset
dari yang sebenarnya, di samping kurangnya informasi yang diperoleh dari kon disi
tanahnya.
Ea
r- -1
tempat mesin
(a) Bangunan pabrik atau , (b) Kelompok bangunan dengan lebar tipis.
bangunan bertingkat tinggi.
Batas
r· -· - · -· -- -
-- · - - · - - ·
pemilikan
.
.
� • � .�
\
I
\ • G) •
(c)Denah titik
\ •
I penyelidikan
• Ef) bila denah
bangunan
• pengeboran. \ • � • belum
ditentukan.
E9 pengujian pelengkap
(kerucut statis). \
• •
L . .!_ _ __J
Untuk fondasi bangunan tingkat tinggi dan bangunan industri, paling sedikit diperlu kan
satu lubang bor pada tiap-tiap sudut bangunannya yang diselingi dengan penyelidik an
kerucut statis. Untuk jenis bangunan-bangunan tersebut, sebaiknya jarak lubang bor tidak
melebihi 15 m (Terzaghi dan Peck, 1948).
Untuk jembatan dan bendungan, 2 set pengeboran perlu dikerjakan. Pengeboran per
tama terletak pada sumbu-sumbunya, untuk mengetahui apakah pada lokasi tersebut
tanahnya mampu mendukung beban. Pengeboran kedua dilakukan pada lokasi tepat di
bawah pangkal jembatan atau pilarnya. Pada bendungan, set kedua dilakukan pada lokasi
bangunan pelengkap, seperti lokasi bendungan elak. Terzaghi dan Peck (1948), menyaran
kan jarak lubang bor minimum 30 m dan maksimum 60 m untuk proyek yang sangat luas
Teknik Fondasi 1 57
dan besar. Untuk p royek jalan raya, pengeboran dilakukan pada jarak interval kira-kira 30 m
sepanjang jalannya. Kedalaman lubang bor disarankan 2-4 m di bawah tanah asli bila dasar
perkerasan pada tanah asli, dan 1-4 m di bawah dasar perkerasan jalan, hila per kerasannya
diletakkan dengan menggali tanah asli.
Kedalaman lubang bor bergantung pada kedalaman tanah yang masih dipengaruhi oleh
penyebaran tekanan fondasi bangunannya. Tekanan vertikal pada kedalaman 1,5 kali lebar
fondasi adalah masih kira-kira 0,2 kali besarnya tekanan di dasar fondasi . Oleh karena itu,
kedalaman lubang bor harus kira-kira 1,5 kali lebar fondasinya atau 1,5B, dengan B adalah lebar
fondasi.
Untuk fondasi telapak (spread footing) atau fondasi memanjang (continuous footing) ke
dalaman lubang bor agak dangkal (Gambar 2.17a). Namun untuk fondasi rakit (raft a tau
matfoundation) kedalaman lubang bor akan lebih dalam (Gambar 2.17c).
lubang bor
I
fondasi rakit
j
B B B
1 ,58
1 , 58
B
lubang bor (c)
lubang bor
\\
/"enyeba�ran · .
/p
I
tekanan fondasi / ' \ 1 ,58
1, 58 B
Pada fondasi tel�pak yang jaraknya terlalu dekat, penyebaran bebannya saling tumpang
tindih, maka kedalaman lubang bor akan sama halnya dengan kedalaman pada fondasi
58 Penyelidikan tanah
rakit, yaitu 1,5B. Untuk fondasi tiang, kedalaman lubang bor harus lebih dalam di bawah
dasar tiangnya. Dengan pertimbangan bahwa lapisan tanah di bawah tiang masih men
dukung beban yang ditransfer lewat tiimg, umumnya, untuk fondasi tiang yang terletak
dasinya
pada tanahdihitung dari kedalaman
yang homogen, h pa akan
perila kunya njang sama
tiang seperti
(Gambarfondasi
2.17c).pelat
Untuk itu,dasar
yang kedalaman
fon
2 2
lubang bor untuk fondasi tiang adalah
adalah lebar area kelompok tiang. 130 + l,SB, dengan 0 adalah panjang tiang dan B
Dalam hal fondasi akan diletakkan pada lapisan batu, harus yakin apakah ketebalan
lapisan batu tersebut dapat mendukung penyebaran bebannya. Untuk itu, bila lapisan batu
terletak di permukaan, ketebalan lapisannya dapat diketahui dengan cara membuat lubang
cobaan secara langsung.
Untuk keamanan terhadap daya dukung dan penurunan pada struktur yang besar,
walaupun telah diketahui lapisan tanah keras dekat dengan permukaan tanah, masih di
sarankan untuk menyelidiki ketebalan lapisan tanah keras tersebut dan kondisi lapisan di
bawahnya, karena dikhawatirkan tanah keras tidak cukup tebal untuk mendukung beban
nya, sehingga membahayakan kestabilan ban�unan.
Bila penyelidikan tanah dilakukan secara detail, maka perancang harus berusaha memper
oleh data, sebagai berikut:
(1) Kondisi topografi lokasi pekerjaan. Data ini diperlukan untuk perancangan fondasi
dan penentuan cara pelaksanaan di lapangan terutama pada proyek-proyek
bangunan air dan jalan.
(2) Lokasi-lokasi bangunan yang terpendam di dalam tanah, seperti: kabel telepon, pipa
pipa atau gorong-gorong untuk air kotor dan air bersih, dan lain-lainnya.
(3) Pengalaman setempat sehubungan dengan kerusakan-kerusakan bangunan yang
sering terjadi di sekitar lokasi pekerjaan.
(4) Kondisi tanah secara global, muka air tanah, dan kedalaman batuan. Keterangan ini
sering dapat diperoleh dari penduduk setempat.
(5) Keadaan iklim, elevasi muka air banjir, erosi tanah, dan besarnya gempa yang sering
terjadi.
(6) Tersedianya material alam dan kualitasnya, yang berguna untuk bahan pembentuk
bangunan seperti campuran beton.
(7) Data geologi yang disertai keterangan tentang proses pembentukan lapisan tanah dan
batuan di lokasi pekerjaan, serta kemungkinan terjadinya penurunan tanah maupun
bangunan akibat penurunan muka air tanah.
(8) Hasil-hasil penyelidikan laboratorium pada contoh tanah dan batuan yang dibutuhkan
untuk perancangan fondasi atau penanganan problem-problem pelaksanaannya.
(9) Foto kondisi lapangan dan bangunan-bangunan di dekatnya.
Di bawah ini diberikan data tambahan yang diperlukan untuk perancangan fondasi ba
ngunan-bangunan tertentu.
(1) Ukuran dan.J:inggi bangunan serta kedalaman ruang bawah tanah (basement), bila ada.
(2) Susunan dan jarak kolom serta besar beban.
Teknik tfondasi 1 59
(3) Tipe rangka bangunan dan bentangnya, serta kemungkinan adanya tempat-tempat ter
tentu yang mendukung beban khusus, seperti fondasi mesin.
(4) Tipe tembok luar dan kaca pintu-jendela yang sensitif terhadap penurunan bangunan.
Laporan penyelidikan tanah untuk perancangan fondasi dibuat dengan mempertimbang kan
seluruh data lubang bor, lubang-cobaan, observasi lapangan, pengujian-pengujian lapangan
dan laboratorium. Selanjutnya, laporan penyelidikan tanah secara lengkap harus berisi:
(1) Pendahuluan.
(2) Deskripsi lokasi proyek.
(3) Kondisi geologi lokasi proyek.
(4) Deskripsi lapisan tanah yang diperoleh dari hasil
(5) pengeboran. Hasil pengujian laboratorium.
(6) Pembahasan.
(7) Kesimpulan.
Deskripsi lokasi proyek. Pada bagian ini harus dijelaskan: letak proyek, kondisi permukaan
tanah, adanya pohon-pohon, bangunan lama, kubangan, tempat pembuangan sampah,
sungai, jalan, saluran atau gorong-gorong air, dan lain-lainnya. Selain itu, dijelaskan pula
mengenai kemungkinan adanya banjir, erosi permukaan, penurunan permukaan, gempa
bumi, stabilitas tebing, serta retakan-retakan akibat penurunan yang sering terjadi pada
bangunan di sekitar lokasi tersebut.
Kondisi geologi lokasi proy �k. Keterangan kondisi geologi di lokasi pekerjaan diberikan
berdasarkan hasil data pengeboran. Data hasil pengeboran sebaiknya dibandingkan
de ngan data yang telah ada sebelumnya, untuk pertimbangan ketelitian hasil
pengujiannya.
60 Penyelidikan tanah
Dari data geologi yang diperoleh, perhatian diberikan jika terdapat patahan, sumber air,
rongga-rongga bawah tanah, lapisan lunak, clan lain-lain yang nantinya akan sangat mem
pengaruhi besarnya daya dukung fondasi.
Deskripsi lapisan tanah yang diperoleh dari hasil pengeboran. Pada bab ini, deskripsi kon disi
lapisan tanah dibuat dari hasil data pengeboran. Di sini, harus dijelaskan mengenai
gambaran jenis clan bentuk lapisan tanah, elevasi perubahan lapisan serta elevasi muka
air
tanah. Penggambaran bentuk lapisan tanah diperoleh dari beberapa data lubang bor. Ben tuk
lapisan akan berguna sebagai pertimbangan teknis dalam perancangannya. G ambar
2.18 memberikan contoh cara penggambaran gabungan beberapa data bor.
+1 20,00
+1 1 5,00
Il
I·
U;
>
+1 1 0,00 Q)
w
+1 05,00
+1 00,00
LB = luban g bor.
Gambar 2.18 Gambar gabungan profit tanah dari b eberapa lubang bor.
Hasil pengujian laboratorium. Hal ini berisi penjelasan mengenai macam-macam pengu jian
laboratorium yang dilakukan. Prosedur pengujian dijelaskan hanya bila dilakukan
pengujian yang tidak &tandar, khususnya untuk alat penyelidikan. Perhatian diberikan bila
terdapat hasil pengujian yang tidak seperti biasanya atau hal-hal yang khusus lainnya.
Untuk penjelasan secara detail, hasil pengujian sebaiknya dibuat dalam bentuk tabel-tabel
clan grafik-grafik. Hal ini dilakukan pada hasil-hasil pengujian triaksial, tekan-bebas, geser
langsung, analisis butiran, clan konsolidasi.
Pembahasan. Bab ini merupakan inti pokok dari isi laporan. Penyaj ian harus diusahakan
untuk membahas masalahnya secara jelas clan singkat. Pembahasan dilakukan pada
kon disi bangunan rencana clan beban-beban rencana yang nantinya akan
dipertimbangkan ter
hadap kondisi tanah fondasi clan jenis fondasi yang cocok untuk mendukung bangun
annya. Bagian selanjutnya ada1ah pembahasan pada bangunan-bangunan pelengkap,
se
perti ruang generator listrik, ruang mesin-mesin yang berat, ruang pemanas, clan lain-lain,
·
Bila dipakai fondasi memanjang atau fondasi telapak, harus ditetapkan berapa kedalam
an fondasi, dimensi, daya dukung yang diizinkan, dan penurunan yang diharapkan akan
terjadi pada tekanan tanah yang diizinkan tersebut. Dijelaskan pula, kemungkinan ke
untungan-keuntungan yang dapat diperoleh hila elevasi dasar fondasi lebih dalam, yang
dengan demikian akan diperoleh daya dukung tanah yang besar atau dapat memperkecil
penurunannya tanpa mengabaikan segi ekonomisnya.
Jika dipakai fondasi tiang, dijelaskan mengenai lapisan tanah pendukung tempat tiang
harus dipancang, kedalaman penetrasi ke lapisan pendukung, beban maksimum yang
diizinkan per tiang atau kelompok tiang, serta penurunan yang diharapkan akan terjadi pada
tiang tunggal atau kelompok tiangnya.
Masalah-masalah harus dipelajari dengan tanpa prasangka, sebagai contoh hasil peng
ujian yang hasilnya terlalu rendah harus tidak diabaikan hanya karena tidak cocok dengan
daya dukung yang diperkirakan sebelumnya. Selanjutnya, sebab-sebab kenapa daya
dukung sangat rendah harus dipelajari. Jika hal itu akibat kerusakan contoh, atau jika nilai
yang terlalu rendah hanya sedikit saja sehingga tak berpengaruh besar pada hasil keselu
ruhannya, hasil tersebut dapat diabaikan. Jika hasil pengeboran lokasi tertentu menunjuk
kan perbedaan dengan hasil-hasil lain di sekitarnya, sehingga susunan fondasi menjadi tak
teratur, maka alasan mengenai hal ini harus diberikan. Bila terdapat keraguan mengenai
hasil pengeborannya, pengeboran ulang harus diadakan, sehingga diperoleh hasil yang
memuaskan.
Rekomendasi untuk perancangan fondasi harus didasarkan pada hal-hal yang ada
hubungan dengan hasil penyelidikan yang diperoleh, yaitu didasarkan pada hasil penge
boran dan pengujiannya, dan tak boleh didasarkan pada dugaan.
Kesimpulan. Jika laporan penyelidikan yang disajikan terlalu panjang, maka sebaiknya
dir ingkas dalam bentuk item-item, di dalam bab kesimpulan. Hal ini berguna untuk
mem bantu perancang yang terlalu sibuk yang tidak mempunyai cukup waktu untuk
membaca seluruh pembahasan. Atau dengan cara lain, laporan penyelidikannya
dimulai dengan ringkasan prosedur penyelidikan dan garis besar kesimpulan.
3
DAYA DUKUNG
Fondasi adalah bagian terendah dari bangunan yang meneruskan beban bangunan.keJ.anah
atau batuan yang berada di bawahnya. Terdapat dua klasifikasi fondasi, yaitufondafii dang kal
dan fondasi dalam. Fondasi dangkal didefinisikan sebagai fondasi yang mendukung be bannya
secara langsung, seperti: fondasi telapak, fondasi memanjang dan fondasi rakit. Fondasi dalam
didefinisikan sebagai fondasi yang meneruskan beban bangunan ke tanah keras atau batu
yang terletak relatif jauh dari permukaan, contohnyafondasi sumuran dan fondasi tiang.
Macam-macam contoh tipe fondasi diberikan dalam Gambar 3.1.
Fondasi telapak adalah fondasi yang berdiri sendiri dalam mendukung kolom.
Fondasi memanjang adalah fondasi yang digunakan untuk mendukung dinding meman jang
atau digunakan untuk mendukung sederetan kolom yang berjarak dekat, sehingga hila
dipakai fondasi telapak sisi-sisinya akan berimpit satu sama lain.
Fondasi rakit (raft foundation atau mat foundation), adalah fondasi yang digunakan
untuk mendukung bangunan yang terletak pada tanah lunak atau digunakan bila
susunan kolom-kolom jaraknya sedemikian dekat di semua arahnya, sehingga bila
dipakai fondasi telapak, sisi-sisinya akan berimpit satu sama lain.
Fondasi sumuran (pier foundation) yang merupakan bentuk peralihan antara fondasi dang
kal dan fondasi tiang, digunakan bila tanah dasar yang kuat terletak pada kedalaman yang
relatif dalam. Peck, dkk. (1953) membedakan fondasi sumuran dengan fondasi dangkal dari
nilai kedalaman (Dj) dibagi lebarnya (B). Untuk fondasi sumuran DJI B > 4, sedang
untuk fondasi dangkal D/B :,:; 1 .
Fondasi tiang (pile foundation), digunakan bila tanah fondasi pada kedalaman yang nor
.
mal tidak mampu mendukung bebannya, dan tanah keras terletak pada kedalaman yang
sangat dalam. Demikian pula, bila fondasi bangunan terletak pada tanah timbunan yang
cukup tinggi, sehingga bila bangunan diletakkan pada timbunan akan dipengaruhi oleh
penurunan yang besar. Bedanya dengan fondasi sumuran adalah fondasi tiang umumnya
berdiameter lebih kecil dan lebih panjang.
Untuk mempelajari perilaku tanah pada saat permulaan pembebanan sampai mencapai
keruntuhan, dilakukan tinjauan terhadap suatu fondasi kaku pada kedalaman dasar fon
dasi yang tak lebih dari lebar fondasinya. Penambahan beban fondasi dilakukan secara
berangsur-angsur (Gambar 3.2).
Fase I. Saat awal penerapan bebannya, tanah di bawah fondasi turun yang diikuti oleh
deformasi tanah secara lateral dan vertikal ke bawah. Sejauh beban yang diterapkan relatif
Teknik tfondasi 1 63
kolam
(b)
(e)
'
sumuran tiang
kecil, penurunan yang terjadi kira-kira sebanding dengan besarnya beban yang diterapkan.
Dalam keadaan ini, tanah dalam kondisi keseimbangan elastis. Massa tanah yang terletak di
bawah fondasi mengalami kompresi yang mengakibatkan kenaikan kuat geser tanah, yang
dengan demikian menambah daya dukungnya.
Fase II. Pada penambahan beban selanjutnya, baji tanah terbentuk tepat di dasar fondasi
dan deformasi plastis tanah menjadi semakin dominan. Gerakan tanah pada kedudukan
plastis dimulai dari tepi fondasi, dan kemudian dengan bertambahnya beban, zona plastis
berkembang. Gerakan tanah ke arah lateral menjadi semakin nyata yang diikuti oleh retak
an lokal dan geseran tanah di sekeliling tepi fondasinya. Dalam zona plastis, kuat geser ta
nah sepenuhnya berkembang untuk menahan bebannya.
Fase III. Fase ini dikarakteristikkan oleh kecepatan deformasi yang semakin bertambah
seiring dengan penambahan bebannya. Deformasi tersebut diikuti oleh gerakan tanah
ke
64 Daya dukung
arah luar yang diikuti oleh menggembungnya tanah permukaan, dan kemudian, tanah
pendukung fondasi mengalami keruntuhan dengan bidang runtuh yang berbentuk leng
kungan dan garis, yang disebut bidang geser radial dan bidang geser linier.
beban
Fase i
---- ----
I\
I,_,.
\
I '- .. /
zona plastis
I
"
I'
Fase 11
' /
' -- - /
.. ..
Fase Ill
. .
c:
Il
c:
:I 'I, /
:I ------ /
c: Ill '!-.. ,
.
Cl) _ _ .. ..
a.
bidang runtuh
Keruntuhan geser umum. Keruntuhan fondasi terjadi menurut bidang runtuh yang dapat
diidentifikasi dengan jelas. Suatu baji tanah terbentuk tepat pada dasar fondasi (zona A)
yang menekan tanah ke bawah hingga menyebabkan aliran tanah secara plastis pada zona
B. Gerakan ke arah luar di kedua zona tersebut, ditahan oleh tahanan tanah pasif di bagian
C. Saat tahanan tanah pasif bagian C terlampaui, terjadi gerakan tanah yang mengakibat
kan penggembungan tanah di sekitar fondasi. Bidang longsor yang terbentuk, berupa
lengkungan dan garis lurus yang menembus hingga mencapai permukan tanah. Saat
keruntuhannya, terjadi gerakan massa tanah ke arah luar dan ke atas (Gambar 3.3a).
Kerun tuhan geser umum terjadi dalam waktu yang relatif mendadak, yang diikuti oleh
penggu lingan fondasinya.
Keruntuhan geser lokal. Tipe keruntuhannya hampir sama dengan keruntuhan geser
umum, namun bidang runtuh yang terbentuk tidak sampai mencapai permukaan tanah.
Jadi, bidang runtuh yang kontinu tak berkembang. Fondasi tenggelam akibat bertambah
nya beban pada kedalaman yang relatif dalam, yang menyebabkan tanah di dekatnya
Teknik Fondasi 1 65
mampat. Tetapi, mampatnya tanah tidak sampai mengakibatkan kedudukan kritis kerun
tuhan tanahnya, sehingga zona plastis tak berkembang seperti pada keruntuhan geser umum.
Dalam tipe keruntuhan geser Iokal, terdapat sedikit penggembungan tanah di sekitar fon
dasi, namun tak terjadi penggulingan fondasi (Gambar 3.3b).
beban
�I?
CD
.Q.
beban
·. ·. ·. ·· · . . ·
. . . . : . . c:
CIJ
{b) 2c:
::l c:
CD Q.
·
beba n
.
. ·.··
{c)
Keruntuhan penetrasi. Pada tipe keruntuhan ini, dapat dikatakan keruntuhan geser tanah
tidak terjadi. Akibat bebannya, fondasi hanya menembus dan menekan tanah ke samping
yang menyebabkan pemampatan tanah di dekat fondasi. Penurunan fondasi bertambah
hampir secara linier dengan penambahan bebannya. Pemampatan tanah akibat penetrasi
fondasi, berkembang hanya pada zona terbatas tepat di dasar dan di sekitar tepi fondasi.
Penurunan yang terjadi tak menghasilkan cukup gerakan arah lateral yang menuju
66 Daya dukung
kedudukan kritis keruntuhan tanahnya, sehingga kuat geser ultimit tanah tak dapat ber
kembang. Fondasi menembus tanah ke bawah dan baji tanah yang terbentuk di bawah
dasar fondasi hanya menyebabkan tanah menyisih. Saat keruntuhan, bidang runtuh tak
terlihat sama sekali (Gambar 3.3c).
Jika tanah tak mudah mampat dan kuat gesernya tinggi, praktis akan terjadi keruntuh
an geser umum. Tipe keruntuhan penetrasi dapat diharapkan terjadi terutama pada tanah
tanah yang mudah mampat, seperti pasir tak padat dan lempung lunak, dan banyak terjadi
pula jika kedalaman fondasi (Dj) sangat besar dibandingkan dengan lebarnya(B). A kan
tetapi, model keruntuhan fondasi yang dapat diharapkan terjadi pada tipe fondasi tertentu
tergantung dari banyak faktor. Contohnya, tipe tanah tertentu tidak dapat menunjukkan
tipe model keruntuhan fondasinya.
Vesic (1963) telah banyak mengerjakan tes model untuk mengetahui pengaruh kepadat
an tanah pasir serta pengaruh lebar dibanding kedalaman fondasi (DjiB) terhadap me
kanisme keruntuhan fondasi. Dari hasil tes tersebut, diperoleh bahwa tipe keruntuhan fon
dasi bergantung pada kerapatan relatif (Dr) dan nilai DJfB, seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar 3.4. Tipe keruntuhan geser umum diharapkan terjadi pada fondasi yang relatif
'
dangkal yang terletak pada pasir padat atau kira-kira dengan <p > 36°, sedang untuk
'
keru.ntuhan geser lokal kira-kira dengan<p < 29°.
keruntuhan penetrasi
5
\.
10
Gambar 3.4 Hubungan D11B, D,, dan model keruntuhan tanah pasir (Vesic, 1973)
Analisis daya dukung mempelajari kemampu&n tanah dalam mendukung beban fondasi
struktur yang terletak di atasnya. Daya dukung menyatakan tahanan geser tanah untuk
me lawan penurunan akibat pembebanan, yaitu tahanan geser yang dapat dikerahkan
oleh tanah di sepanjang bidang-bidang gesernya.
Teknik Fondasi 1 67
Untuk terjaminnya stabilitas jangka panjang, perhatian harus diberikan pada peletakan
dasar fondasi. Fondasi harus diletakkan pada kedalaman yang cukup untuk menanggu
langi risiko erosi permukaan, gerusan, kembang susut tanah, dan gangguan tanah di seki
tar fondasi lainnya.
Analisis-analisis daya dukung, dilakukan dengan cara pendekatan untuk memudahkan
hitungan. Persamaan-persaman yang dibuat, dikaitkan dengan sifat-sifat tanah dan bentuk
bidang geser yang terjadi saat keruntuhan. Analisisnya dilakukan dengan menganggap
bahwa tanah berkelakuan sebagai bahan bersifat plas is. Konsep ini pertama kali diperke
nalkan oleh Prandtl (1921), yang kemudian dikembangkan oleh Terzaghi (1943), Meyerhof
• (1955), De Beer dan Vesic (1958). Persamaan-persamaan daya dukung tanah yang diusul
kan, umumnya didasarkan pada persamaan Mohr-Coulomb :
dengan
't s tahanan geser tanah.
c kohesi tanah.
q> sudu gesek dalam
tanah. cr tegangan
normal.
Terzaghi (1943) menganalisis daya dukung tanah dengan beberapa anggapan, yaitu:
(1) Fondasi memanjang tak terhingga.
(2) Tanah di dasar fondasi homogen.
(3) Berat tanah di atas dasar fondasi dapat digantikan dengan beban terbagi rata sebesar
p0 D y, dengan D J adalah kedalaman dasar fondasi dan adalah
=
y berat volume tanah
di atas fondasi.
(4) Tahanan geser tanah di atas dasar fondasi diabaikan.
(5) Dasar fondasi kasar.
(6) Bidang keruntuhan terdiri dari lengkung spiral logaritmis dan linier.
(7) Baji tanah yang terbentuk di dasar fondasi dalam kedudukan elastis dan bergerak ber
sama-sama dengan dasar fondasinya.
(8) Pertemuan antara sisi baji dan dasar fondasi membentuk sudut sebesar sudut gesek
dalam tanah <p.
(9) Berlaku p rinsip superposisi.
68 Daya dukung
��
B = cjl (analisis Terzaghi}
m .. ____ .,..,.,
(b)
(c)
+
/1', I
Po = Dn
Daya dukung ultimit (ul imi bearing capaci y) ( qu) didefinisikan sebagai beban mak
simum persatuan luas di mana tanah masih dapat mendukung beban tanpa mengalami
keruntuhan. Bila dinyatakan dalam persamaan, maka
(3.2)
derrgan
qu = daya dukung ultimit.
Pu = beban ultimit.
eA = luas fondasi.
Untuk analisis daya dukung tanah, ditinjau suatu fondasi berbentuk memanjang
tak ter hingga, dengan lebar B yang terletak di atas tanah yang homogen dan dibebani
dengan beban terbagi rata qu (Gambar 3.5a). Beban total fondasi per satuan panjang
adalah Pu = quB· Karena pengaruh beban Pu tersebut, tanah yang berada tepat di
bawah fondasi akan membentuk sebuah baji yang menekan tanah ke bawah. Gerakan
baji memaksa tanah di se
kitarnya bergerak, yang menghasilkan zona geser di kanan dan kirinya dengan tiap-tiap
zona terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian geser radial yang berdekatan dengan baji, dan bagian
geser linier yang merupakan bagian kelanjutan dari bagian geser radialnya.
Dalam mengevaluasi daya dukung tanah, Terzaghi (1943) mengembangkan teori kerun
tuhan plastis Prandtl (1924). Mekanisme keruntuhan fondasi memanjang yang terletak
pada kedalaman Df dan mempunyai dasar yang kasar, dianalisis dengan anggapan bahwa
keruntuhan terjadi pada kondisi keruntuhan geser umum (Gambar 3.5b). Baji tanah ABD
pada zona I adalah di dalam zona elastis. Bidang-bidang AD dan BD membuat sudut �
ter
_hadap horizontaL Area pada zona II merupakan zona radial, sedang area zona III merupa
kan area zona pasif Rankine. Lengkung DE dan DG dianggap sebagai lengkung spiral
logaritmis. Selanjutnya EF da n GH merupakan garis lurus. Garis-garis B E, FE, AG dan HG
membentuk sudut (45- <p/2) 0 terhadap horizontal.
Pada kondisi keruntuhan geser umum, jika beban per satuan luas (qu) diterapkan, maka
gaya tekanan pasif Pp akan bekerja pada bidang-bidang permukaan baji zona I, yaitu per
mukaan-permukaan AD dan BD. Bidang AD dan BD ini, dapat di � ngkan sebagai din
ding penahan anah yang mendorong tanah di belakangnya (dalam ha! ini mendorong tanah
bagian-bagian BDEF dan ADGH) sampai tanahnya mengalami kelongsoran. Tekanan ke
bawah akibat beban fondasi Pu ditambah berat baji tanah pada zona I, ditahan oleh tekanan
tanah pasif PP yang berkembang pada bagian AD dan BD. Tekanan tanah pasif PP ini,
mem
buat sudut 8 dengan garis normal yang ditarik pada bagian AD dan BD, dengan 8 adalah
sudu gesek dinding (wall fric ion). Karena gesekan pada bagian AD dan BD yang
terjadi adalah antara tanah dengan tanah, maka 8 = <p (dengan <p = sudu gesek dalam
tanah). Untuk per meter panjang fondasi, pada saat tercapainya keseimbangan batas, maka
BD = B/ (2 cos �)
dengan
PP = tekanan tanah pasif total yang bekerja pada bagian AD dan BD.
W = berat baji tanah ABD per satuan panjang = % B2y tg �·
c = kohesi tanah.
� = sudut antara bidang-bidang BD dan BA.
70 Daya DUK ung
Gaya tekanan tanah pasif P adalah jumlah tekanan pasif akibat berat tanah, kohesi ta
P
nah, dan beban terbagi rata, yaitu
dengan
Ppg tahanan tanah pasif akibat berat tanah.
Ppc tahanan tanah pasif dari komponen kohesi (c).
Ppq = tahanan tanah pasif akibat beban terbagi rata di atas dasar fondasi.
G ambar 3.5c menjelaskan masing-masing distribusi tekanan tanah pasif pada salah satu
bagian AD dan BD, yang dalam hal ini diambil bagian BD . Tekanan tanah pasif yang be
kerja tegak lurus atau arah normal (Ppn) terhadap bidang BD adalah:
Pp n = --
H
(
cK pc + ) + 1;2 yH
2 (K )
__
sina
p0 K pq
dengan H = lhB tg <p, a = 180 - <p = sudut antara bidang DB dan BF, serta K C' Kpq'
P
KPY bertu rut-turut adalah koefisien-koefisien tekanan tanah pasif akibat kohesi, beban terbagi
rata,
dan berat tanah, yang nilainya tak tergantung dari H dan y. Gesekan yang terjadi antara
tanah dengan tanah pada bidang BD mengakibatkan arah tekanan tanah pasif Pp miring
sebesar 8. Karena 8 = <p, maka
P.p = p ppn
__! (3.7)
cos <p
cos 8
p = cos B (
Kombinasi dari Persamaan (3.5) sampai ke Persamaan (3.7), dapat diperoleh
) tg (
P 2 cKpc + p0 + <p 2 KPY \� (3.8)
2 Kpq VsyB2 cos <p
)
<p
Substitusi Persamaan (3.8) ke Persamaan (3.4), dapat ditentukan besarnya beban ultimit:
Pu = Be ( ) ( )
+ tg <p + Bp0
2
+1.4yB tg <p
( -1 (3.9)
cos <p cos <p cos <p
)
Tekanan-tekanan tanah pasif akibat kohesi (Ppc) dan beban terbagi rata (Ppq) diperoleh
dengan menganggap tanah tak mempunyai berat atau y = 0. Dari Persamaan (3.5), jika be-
Teknik Fond{lsi 1 71
(
dapat diperoleh:
Ppc+Ppq = Be
cos �
+ tg � J+ Bpo(� J cos �
(3.10a)
= BeNc+Bp N0 q (3.10b)
! , :�
atau •J
dengan qc dan qq adalah tekanan tanah pasif per satuan luas dari komponen kohesi dan
beban terbagi rata p0. Nilai-nilai Ne dan Nq diperoleh Terzaghi dari dianalisis Prandtl (1920)
dan Reissner (1924) yang besarnya:
Nc = ctg� - 1 (3.1 1)
2cos ( 45 +� /2 )
2
Nq = 2 (3. 1 2)
a
2
2cos ( 45 +�/2 )
dengan
a = e['Arr-cp/2]tgcp
Sebaliknya, jika e = 0 dan q = 0, dari penyelesaian Persamaan (3.5) dan Persamaan (3.9)
dapat diperoleh:
(KP
'
·:. ' :·
p =yB
PY
I,4 2
tg� Y)=cos 2� - 1
Y (3.13a)
BxlhyBN
Bila Pp dinyatakan dalam tahanan tanah pasif per satuan luas dari akibat berat tanah (qy),
maka
g
pp
qy = -y = (3.13b)
lfzyBNBy
dengan
Ny = tg�
2
(
cos �
- 1
J (3.14)
Superposisi dari Persamaan (3.10c) dan Persamaan (3.13b), yaitu jika pengaruh berat volume
tanah, kohesi, dan beban terbagi rata semua diperhitungkan, maka akan diperoleh:
q u = qc + q q+qy
Dari sini diperoleh persamaan umum daya dukung Terzaghi untuk fondasi memanjang:
(3.15a)
Daya dukung
qu = eN + o1yN q +
c
(3. 15b)
dengan
0,5yBN y
qu'= daya dukung ultimit untuk fondasi memanjang.
c= kohesi.'
o1 = kedalaman fondasi.
y = berat volume tanah.
· p0 QjY tekanan overburden pada dasar fondasi.
= =
· N ilai-nilai N1, Ne, Nq adalah fungsi dari besarnya sudu gesek dalam (<:p) yang diberikan
Terzaghi dalam bentuk grafik, dapat dilihat pada Gambar 3.6, sedang nilai-nilai numerik
nya diberikan dalam Tabel 3.1.
Dalam persamaan daya dukung ultimit di atas, qu adalah beban total maksimum per
satuan luas, ketika fondasi akan mengala�i keruntuhan geser, beban total adalah termasuk
beban-beban struktur, pelat fondasi, dan tanah urug di atasnya.
40°
/
Ny'.
� .. , Ny
E 30°
Cl Ne:
"i
"C
= 44°, N1= 260
.><: 20°
Q)
1/) 4J = 48o, N1 = 780
Q)
Cl
'5 1 0°
"C
::
en
oo
60504030201o I Lo 20406080
eo
"- 0
..0 'r"�
tuhan geser umum, untuk digunakan pada hitungan daya dukung kondisi keruntuhan
geser lokal. Caranya, seluruh faktor daya dukung dihitung kembali dengan menggunakan
<p' dan c ', dengan
tg<p' = tg<p % (3.16)
(3. 17)
Persamaan.umum untuk daya dukung ultimit pada fondasi memanjang kondisi kerun tuhan
.
geser lokal, dinyatakan dalam:
(3. 18)
dengan Ne', Nq', dan Ny' adalah faktor-faktor daya dukung pada keruntuhan geser lokal
(lihat Gambar 3.6 dan Tabel 3.1) yang nilai-nilainya ditentukan dari Ne'· Nq', Ny' pada
keruntuhan geser umum, yaitu dengan mengambil
Umumnya, jika hitungan daya dukung didasarkan pada analisis-analisis kerun uhan
geser lokal dan kerun uhan pene rasi, nilai daya dukung DIIZInkan (qa) akan lebih ditentukan
oleh pertimbangan besarnya penurunan.
,,,,, ..
(3) Suku persamaan O,SyBNy Pada suku persamaan ini diperlukan nilai berat volume
tanah rata-rata (y) yang terletak di bawah dasar fondasi.
Persamaan-persamaan daya dukung yang telah dipelajari di atas hanya berlaku untuk
menghitung daya dukung ultimit fondasi memanjang. Untuk bentuk-bentuk fondasi yang
lain, Terzaghi memberikan pengaruh faktor bentuk terhadap daya dukung ultimit yang
didasarkan pada analisis fondasi memanjang, sebagai berikut:
(i) Fondasi bujur sangkar:
1,3 e Nc + p0Nq + 0,4 yBNy (3.21a)
(ii) Fondasi lingkaran:
qu = 1,3 cN0c +q p N + 0,3y (3.21b)
yBN
(iii) Fondasi empat persegi panjang:
(3.21c)
Teknik FONDASI 1 75
dengan
qu = daya dukung ultimit.
c = kohesi tanah.
p0 = OfY = tekanan overburden pada dasar fondasi.
y = berat volume tanah, di·mana penggunaan dalam persamaan di atas harus memper-
timbangkan kedudukan muka air tanah:
o1 = kedalarnan fondasi.
B lebar atau diameter fondasi.
L panjang fondasi.
Nilai-nilai N0 Nq, dan Ny bergantung pada sudut gesek dalam tanah (q>). Persamaan
daya dukung Terzaghi hanya cocok untuk fondasi dangkal dengan o1::; B. Pada hitungan
daya dukung Terzaghi, kuat geser tanah di atas dasar fondasi diabaikan. Oleh karena itu,
untuk
fondasi yang dalam, kesalahan hitungan menjadi besar.
Daya dukung teori Terzaghi telah banyak digunakan dalam menghitung daya dukung
pada tanah-tanah granuler dan tanah-tanah yang mempunyai kohesi dan sudut gesek
dalam (tanah c- q> ), karena persamaan daya dukungnya memberikan hasil yang sangat
hati-hati. Nilai daya dukung yang hati-hati untuk jenis tanah pasir dan tanah c - q> ini,
berguna untuk menanggulangi risiko yang timbul akibat sulitnya memperoleh contoh tanah
tak ter
ganggu pada jenis tanah-tanah tersebut. Selain itu, data pengujian korelasi daya dukung
fondasi skala penuh dengan kuat geser tanah yang diperoleh dari pengujian laboratorium
yang membuktikan ketepatan persamaan daya dukung yang diberikan masih sangat
kurang.
,, ..
'·
o,
Untuk fondasi dalam yang berbentuk sumuran dengan >5B (Gambar 3.8), Terzaghi
menyarankan persamaan daya dukung dengan nilai daya dukung yang
sama, hanya faktor gesekan dinding fondasi diperhitungkan. Persamaan daya dukungnya
dinya takan oleh:
76 Daya dukung
Pu' = pu+ ps
= q uAp + (3.22)
dengan:
nDIPJ
P u ' = beban ultimit total untuk fondasi dalam.
Pu = beban ultimit total untuk fondasi dangkal.
P5 =perlaw anan gesekan pada dinding fondasi.
qu = 1,3 cNc + p0 N + 0,3 y BN (jikaberbentuk lingkaran).
= luas dasar fondasi.Ap
Y
D = B = diameter fondasi.
I s = faktor gesekan (lihat Tabel
DJ =kedalaman fondasi.
3.2).
Nilai faktor gesekan Is bergantung pada material fondasi dan tanah di sekelilingnya,
dan merupakan jumlah dari gesekan dan adhesi per satuan luas antara dinding fondasi dan
tanah. Nilai-nilai Is dari berbagai jenis tanah disajikan dalam Tabel 3.2.
2
Jenis tanah
Berat volume tanah sangat dipengaruhi oleh kadar air dan kedudukan air tanah. Oleh
karena itu, hal tersebut berpengaruh pula pada daya dukungnya.
(1) Jika muka air tanah sangat dalam dibandingkan dengan lebar fondasinya atau Z > B,
dengan Z adalah jarak muka air tanah di bawah dasar fondasi (lihat Gambar 3.9a), nilai
y dalam suku ke-2 dari persamaan daya dukung dipakai yb atau yd, demikian pula
dalam suku persamaan ke-3 dipakai nilai berat volume basah (yb) atau kering yd.
Untuk kondisi ini, nilai parameter kuat geser yang digunakan dalam hitungan adalah
parameter kuat geser dalam tinjauan tegangan efektif (c ' dan <p').
(2) Bila muka air tanah terletak di atas atau sama dengan dasar fondasinya (Gambar 3.9b),
nilai berat volume yang dipakai dalam suku persamaan ke- 3 harus berat volume efek
tifnya ( y') , karena zona geser yang terletak di bawah fondasi sepenuhnya terendam
air. Pada kondisi ini, nilai p0 pada suku persamaan ke-2, menjadi
y' (DJ- dw) + ybdw
dengan y' = Ysat- Yw' dan dw = kedalaman muka air tanah dari permukaan.
Teknik Fondasi 1 77
(3) Jika muka air tanah cli permukaan atau d = 0 maka pacla suku persamaan ke-2,
cligantikan clengan y'. Seclang y pacla suku persamaan ke-3 clipakai berat volume
yw tan ah efektif ( y') .
(4) Jika muka air tanah terletak pacla keclalaman z di bawah clasar fondasi (z <B)
(Gambar 3.9c), nilai y pacla suku persamaan ke-2 cligantikan dengan Yb bi la tanahnya
basah, dan cliganti clengan Yd bila tanahnya kering. Karena massa tanah clalam
zona geser sebagian terenclam air, berat vojume tanah yang cliterapkan clalam suku
ke-3 clari persamaan
claya clukung suku ke-3, clapat cliclekati dengan:
dw
D, D,
-5
1. �a�_.-
TL4) (b)
Beberapa clefinisi yang perlu cliketahui dalam perancangan fonclasi antara lain:
Tekanan overburden o al ( o al overburden pressure) (p) adalah intensitas tekanan total
yang tercliri clari berat material cli atas clasar fonclasi total, yaitu berat tanah clan air sebelum
fon clasi clibangun.
78 Daya dukung
Daya dukung ultimit neto (net ultimate bearing capacity) (qun) adalah nilai intensitas beban
fondasi saat tanah akan mengalami keruntuhan geser, yang secara umum dapat dinyata
kan dalam persamaan:
qun = qu- 0/Y (3.24a)
Untuk Persamaan (3.15), daya dukung ultimit neto menjadi:
Tekanan fondasi total (total foundation pressure) atau intensitas pembebanan kotor (q), adalah
intensitas tekanan total pada tanah di dasar fondasi, sesudah struktur selesai dibangun de
ngan pembebanan penuh. Beban-beban termasuk berat fondasi, berat struktur atas, dan
berat tanah urugan termasuk air di atas dasar fondasinya.
Tekanan fondasi neto (net foundation pressure) (qn) untuk suatu fondasi tertentu adalah tam
bahan tekanan pada dasar fondasi, akibat beban mati dan beban hidup dari strukturnya. Secara
umum, qn dapat dinyatakan oleh persamaan:
(3.25)
Daya dukung DIIZINKAN (allowable bearing capacity) (qa) adalah tekanan fondasi maksimum
yang dapat dibebanka n pada tanah, sedemikian sehingga kedua persyaratan
keamanan
terhadap daya dukung dan penurunannya terpenuhi. Bila hitungan daya dukung tanah
yang didasarkan pada keamanan terhadap daya dukung telah memenuhi, padahal hitung
an penurunan yang akan terjadi, yang telah dihitung didasarkan pada tekanan daya
dukung tanah yang telah aman tersebut melampaui batas nilai toleransinya, maka tekanan
bebannya harus dikurangi sampai penurunan yang terjadi masih dalam batas-batas yang
memenuhi persyaratan.
Faktor aman (F) dalam tinjauan daya dukung ultimit neto, didefinisikart sebagai:
(3.26)
Dari Persamaan (3.26), untuk faktor aman (F ) tertentu yang sesuai, daya dukung aman (safe
bearing capacity) (q5) didefinisikan sebagai tekanan fondasi total ke tanah maksimum
yang
tak mengakibatkan risiko keruntuhan daya dukung, dengan
(3.27)
Jadi, untuk Persamaan (3.15), daya dukung aman fondasi memanjang dinyatakan oleh:
(3.28)
Contoh soal 3.1:
F ondasi memanjang terletak pada tanah seperti yang d itunjukkan dalam Gambar C3 1 . Be
.
ban terbagi rata di atas permukaan (q0) sebesar 2 t/m2. Data tanah:
Teknik FONDASI 79
1
3 2 0
Y, = 1,9 t/m , c, 2 tlm , q>1 = 25
(1) Tanah 1:
=
(2) Tanah 2: 3 2 = 30
°
Berapakah daya dukung ultimit (qu), jika kedalaman fondasi = 1 m, lebar B = 1,8 m dan
kedudukan muka air tanah sangat dalam? Bagaimana terhadap daya dukung
ultimit jika tak terdapat beban terbagi rata?
Penyelesaian:
Tanah 1: = 1 ,9 Um2
c
2 um•
y =
cp1 = 25° Dr= 1 m
1 ..
·
.. .
Tanah 2: y2 = � \ 1 !) .
. . .
.. .
: . .. ..
·. . .:· .· ··
r; · . . .
: .
� .
.. .
· .
..
·
·. ·. .
·
,.
. .
Gambar C3. 1
Sudu gesek dalam tanah yang digunakan dalam hitungan adalah q> pada dasar fondasi,
yaitu
q>z = 30°. Bila dianggap terjadi keruntuJum geser umum, dari Tabel 3.1 diperoleh
p0 = Df yl = 1x 1, 9 = 1, 2
t/m
9
Maka, daya dukung ultimit bila terdapat beban terbagi rata q0:
Di sini terlihat bahwa adanya beban terbagi rata di permukaan tanah menambah daya
dukung ultimit.
•
80 Daya dukung
Ditan ya an:
(a) Pada tinjauan kerun ulzan geser umum, berapakah daya dukung ultimitnya, jika muka
air
tanah terletak:
(1)pada 4 m dari permukaan tanah?
(2) pada kedalaman 0,50 m di bawah dasar fondasi?
(3)pada dasar fondasi?
(b) Pada kasus (a.1), berapakah daya dukung ultimitnya jika ditinjau menurut keruntulzan
geser /okal?
(c) Jika faktor aman sama dengan 3, berapakah tekanan fondasi maksimum agar me menuhi
kriteria keamanan terhad ap keruntuhan daya dukung? (Dianggap terjadi ke run ulzan
geser umum dan muka air tanah pada kedalaman 4 m dari permukaan).
Penyelesaian:
c = 1,6kg/cm2
cp = 20° 1,5 m
Yb= 1 , 8 tlm' m.a.t (a.3)
Ysat = 2,1 tlm' - - ---·-
.
0,5 m 8=1,6m
m.a.t (a.2)
------------ --� -·
m.a.t (a.1)
-- --
GambarC3.2
3
Ysat = 2,1 tlm
3
0,5
yrt = y'+ (z/B) (yb-y') = 1,1 +- X ( 1,8 - 1,1 ) = 1,32
1,6
q11 = cNc + DfybN q + 0,5yrtBNY
2
= (16 X 17,7 ) + (1,5 X 1,8 X 7,4 ) + (0,5 X 1,32 X 1,6 X 5) = 308,46 t/m
(3) Muka air tanah pada dasar fondasi, maka dipakai berat volume basah pada p0 dan
dipakai berat volume efektif pada suku persamaan ke-3.
z
°
= 4 m> B= 1,6 m; c' = 2/3 x 16 = 10,67 t/m 2. cp = 20 , dari Tabel 3.1 untuk keruntuhan
geser lokal, diperoleh Ne ' = 11,8, Nq ' = 3,9, Ny' = 1,7. Atau dapat pula ditentukan
dengan
cara:
0 0
Dari Gambar 3.6, dengan mengambil nilai faktor-faktor daya dukung pada kurva
°
cp = 13,64 akan diperoleh Ne, Nq- dan Ny yang sama se
kerun uhan geser umum, untuk
perti di atas.
q 11
+
= (10,67 X 11,8) + ( 1,5 X 1,8 X 3,9 ) (0,5 X 1,8 X 1 ,6 X 1,7)
+ 138,89 tlm
2
(c) Tekanan pada dasar fondasi maksimum yang aman atau daya dukung aman dihitung
menurut Persamaan (3.27).
82 Daya dukung
Untuk tekanan tanah di atas dasar fondasi, karena muka air tanah di bawah d asar fon
d asi, maka dipakai Yb·
Pada soal (a. 1), telah diperoleh qu = 310,38 t/m2•
Tekanan fond asi maksimum yang aman terhadap keruntuhan daya d ukung dengan
F = 3, adalah:
Penyelesaian:
rn.a.t (b)
Tanah 2 :
.. _ . .
B=2 rn , Y2 1,95 urn• Y2' = 1,05 urn• c = 2 urn•
=
. . .. . .
..
. .:
Gambar C3.3
Teknik Fondasi 1 83
49,32- X =2,09<3
25 - (1,8 x 1,5 )
Karena F< 3, kriteria keamanan terhadap daya dukung tidak terpenuhi. Oleh karena
itu, agar kriteria tersebut dapat dipenuhi, fondasi har us diletakkan lebih dalam, atau
lebarnya ditambah.
2
= (1,3 X 2 X 12,9 ) + ( 1,5 X 1,8 X 4,4) + (0,4 X 1,05 X2 X 2,5 ) = 47,52 t/m
qu - Y1 DJ 47,52-2,7
F = q-y1D 25 - 2,7 = 2<3
f
F aktor aman semakin kecil, dengan demikian juga tidak memenuhi.
T anah granuler, seperti tanah pasir dan kerikil, tidak berkohesi (c = 0), atau mempunyai
kohesi namun sangat kecil hingga dalam hitungan daya dukung sering diabaikan. Daya dukung
fondasi pada tanah granuler, dipengaruhi terutama oleh kerapatan relatif (D,), kedudukan
muka air tanah, tekanan keliling (confining pressure), dan ukuran fondasinya.
Untuk tanah tak berkohesi, persamaan umum daya dukung ultimit T erzaghi akan menjadi
sebagai berikut:
qu = pN0
q+0,4yBN Y
(3.29b)
84 Daya dukung
Penyelesaian:
0,=0,9m Pasir:
;
1
m.a.� >_______
ql' = 40°
8=1m
GambarC3.4
Untuk daya dukung fondasi pada tanah pasir, penggunaan nilai berat volume kering(Yd
pada hitungan tekanan overburden (p0 = D!f), adalah karena pertimbangan keamanan. Bila )
pasir di atas dasar fondasi tidak terendam air, kondisi kritis di mana akan diperoleh daya
dukung yang minimum adalah saat pasir menjadi kering.
°
Dengan <p' 40 , dapat diperkirakan akan terjadi lceruntuhan geser umum. Dari nilai <p'
=
2
P0 = Dfyd = 0,9 X 1,65 = 1,49 t/m
Daya dukung ultimit fondasi empat persegi panjang pada tanah pasir (c = 0),
dinyata kan oleh persamaan:
2
=
(1,49 X 81,3) + (0, 5X 1,65 X 1 X 100,4) (1-0,2 X 1/ 1,6) = 193, 61 t/m
2
=
(1,49x81,3) + (0,5x1,05x1x100,4) (1-0,2xl/1,6) =
167,25 tlm
Dengan membandingkan soal (a) dan (b) dapat dihitung bahwa daya dukung ber
kurang kira-kira 14% oleh adanya kenaikan muka air tanah sampai ke dasar fondasi.
86 Daya dukung
Penyelesaian:
01= 1 m
<p' 25°
=
c· 0 =
8=4m
Yd = 1 ,5 um•
Gambar C3.5
°
' °
Karena pasir mempunyai qJ = 25 < 28,5 , maka dapat diharapkan akan terjadi kerun uhan
°
geser lokal. Dengan qJ' = 25 , dari Tabel 3.1 dapat diperoleh Nq ' = 5,6 dan Ny' =
3,2. Daya dukung ultimit dinyatakan oleh persamaan (B = 4 m):
' '.
) ,
dengan
maka:
2
(1,5 x 5,6 ) + ( 0,3 x 1,5 x 4 x 3,2 ) = 14,16 tlm
2
qu- D fyd = 14,1 6 - ( 1 x 1,5 ) = 12,66 t/m
Tekanan pada dasar fondasi yang aman terhadap keruntuhan dukung atau daya dukung
aman, dengan F = 3:
1�66 2
-- +1 5 = 5,72 t/m
I
3
Jadi, berat tangki maksimum yang aman
2
=%x n x 4 x 5,72 = 71,88 ton
TeknikFondasi 1 87
Penyelesaian:
Dari mempertimbangkan kedua nilai <p' dapat diharapkan akan terjadi keruntuhan
geser umum. ,
2
p0 = Dfyb = 1 X 1,98 = tlm
1,98
°
(1) Untuk <p' = 38, dari Gambar 3.6, Nq = 70 danNy= 80
.
2
q u = p0N q+0,5ybBNY = (1,98 X 70) + (0,5 X 1,98 X 1,5 X 80) = 257,74 tlm
°
(2)
Untuk <p' = 40 , dari Tabel 3.1, Nq = 81,3 dan Ny= 100,4
q u = pN0 q+0,5yb BNy = (1,98 X 81,3) + (0,5 X 1,98 x 1,5 x 100,4) = 310,07 tlm
2
' ° °
Dari kenaikan <p dari 38 menjadi 40 , diperoleh kenaikan daya dukun sebesar 310,07
2 '
257,74
- = 52,33 t/m . Terlihat bahwa dengan kenaikan <p hanya sebesar 2 , dihasilkan beda
daya dukung ultimit yang relatif
besar.
Bila fondasi berbentuk memanjang, tanah di sepanjang dasar fondasi pada lokasi ter tentu
kemungkinan mempunyai sudut gesek dalam efektif (<p') yang lebih rendah, karena oleh
gangguan tanah sewaktu pelaksanaan atau akibat kondisi tanah yang tidak homogen. Un tuk
itu, dalam perancangan, hitungan daya dukung harus sedemikian rupa sehingga pemi lihan
nilai <p harus' hati-hati sehingga dapat mewakili kondisi tanahnya.
Skempton (1951) memberikan persamaan daya dukung ultimit fondasi yang terletak pada
lempung jenuh dengan memperhatikan faktor-faktor bentuk dan kedalaman fondasi.
Pada sembarang kedalaman fondasi empat persegi panjang yang terletak pada tanah
lempung, Skempton menyarankan pemakaian faktor koreksi pengaruh bentuk fondasi (se),
dengan
s e = (1+0,2 BIL) (3.30)
dengan B = lebar dan L = panjang fondasi. Faktor daya dukung Ne untuk bentuk fondasi
tertentu diperoleh dari mengalikan faktor bentuk Se dengan Ne pada fondasi memanjang
yang besarnya dipengaruhi pula oleh kedalaman fondasi (D1).
(1) Fondasi di permukaan (Dt= 0):
Ne(permukaan) = 5,14; untuk fondasi memanjang.
Ne(permukaan) = 6,20; untuk fondasi lingkaran dan bujur sangkar.
(2) Fondasi pada kedalaman 0 < Dt< 2,5B:
Ne = '
B c (permukaan)
88
Dayadukung
(3) Fondasi pada kedalaman D1> 2,58 :
Ne = l,SNc(permukaan)
Daya dukung ultimit fondasi memanjang analisis
Skempton:
= cuNc+ DjY (3.31)
qu
dengan
= daya dukung ultimit.
qun = daya dukung ultimit
neto. D1 = kedalaman
fondasi.
y = berat volume tanah.
= .
kohesi pada kondisi tanpa-drainase.
cu
10
k
Fondas1 '"9 aran
I
dan bujursangkar
Fondasi memanjang •
0 4 5
DIB
Nilai-nilai Ne yang diberikan oleh Skempton (1951) dalam fungsi DfB dan bentuk fon
dasinya disajikan dalam Gambar 3.10. Untuk fondasi empat persegi panjang deng an pan
jang L dan lebar 8, nilai daya dukungnya dapat dihitung dengan Ne fondasi
mengalikan bujur sangkar dengan faktor:
0,84 + 0,168/L
Teknik Fcmdtisi 1 89
Jadi, untuk fondasi empat persegi panjang, daya dukung ultimitnya dinyatakan dengan
persamaan:
dan (3.33a)
dengan NttbsJ adalah faktor daya dukung N, untuk fondasi bujur sangkar. (3.33b)
Tanah-tanah kohesif yang jenuh berkelakuan sebagai bahan yang sulit meloloskan air.
Karena itu analisis daya dukung fondasi pada kedudukan kritis, yaitu pada saat "selesai pe
laksanaan atau jangka pendek, selalu digunakan parameter tegangan total atau Cu > 0 dan
Cl>u = o". Jika dibutuhkan, stabilitas fondasi pada kondisi janglal panjang dapat dicek dengan
'
anggapan bahwa tanah telah oalam kondisi terdrainase, hingga dalam hal ini dapat diguna
kan parameter tegangan efektif, yaitu c dan q> . Jika pada hitungannya·digunakan parame
'
'
ter c dan cp', akan diperoleh daya dukung yang lebih besar daripada daya dukung yang
didasarkan pada Cu dan q> = 0".
Pada tanah-tanah yang berpermeabilitas rendah, untuk tinjauan stabilitas fondasi janglal
pendek, air akan selalu melekat pada butiran tanah saat geseran berlangsung. Karena itu,
untuk tanah kohesif yang terletak di bawah muka air tanah, berat volume tanah yang di
gunakan dalam persamaan daya dukung selalu dipakai berat volume tanah jenuh (Ysat
)
serta tak terdapat gaya angkat ke atas akibat tekanan air di dasar fondasinya (Giroud ,dkk.,
1973).
Di alam, tanah lempung walaupun terletak di atas muka air tanah sering dalam
kondisi jenuh oleh akibat pengaruh tekanan kapiler.
2t/m3.
(a) Berapakah dimensi fondasi bujur sangkar yang memenuhi faktor aman terhadap
daya dukung (F 3)? =
(b) Berapakah faktor aman pada kondisi janglal panjang, jika c' = 5 t/m2, q>' = 30", =
2 t/m2, dan i 1 t/m3?
=
Penyelesaian:
P=40t
s
J R
Lempung jenuh:
Cu = 15t/m2
<Pu = 0"
Ysat = 2 t/m�
Dr c' 5 tfm•
=
Q <P' = 30°
p i 1 tfm•
=
GambarC3.6
Daya dukung
(a) Dimensi fondasi dihitung berdasarkan kondisi jangka pendek atau kondisi tanpa-
drainase.
Jadi dipakai <!>u = 0 dan Cu-
Daya dukung ultimit lempung jenuh, dinyatakan oleh
Daya dukung neto untuk lempung (<pu =0), dihitung dengan persamaan Skempton:
qun -
- qu - Dfy - cuNc
-
(1)
Tekanan pada dasar fondasi total (q) harus tak melampau q5• Jika dianggap seluruh
bagian PQRS hanya berisi tanah urug, tekanan fondasi total (q) akan merupakan jumlah
tekanan akibat beban kolom ditambah tekanan overburden (p0 = D 1y). Atau dengan kata lain,
tekanan akibat beban kolom, akan mengakibatkan tekanan fondasi neto (q11). Tekanan fon
dasi total:
(2)
Supaya tekanan fondasi aman terhadap keruntuhan daya dukung, maka q:: q5• Dengan
menyamakan Persamaan (1) dan (2), dapat diperoleh
p
- = 5N
A
Dari Persamaan (3), bila dicoba fondasi bujur sangkar dengan B = 1 m, maka
40
N 1 xlx 5
Untuk N� = 8, dari G ambar 3.10, diperoleh DJIB 1,35.=
Pada tinjauan jangka panjang atau pada kondisi terdrainase (drained), daya dukung
dan faktor aman menjadi lebih besar. Oleh karena itu, fondasi menjadi lebih aman terhadap
daya dukung.
Catatan:
Dengan melihat Gambar C3.6, tekanan fondasi total (q) pada dasar fondasi PQ adalah
jum lah tekanan akibat berat total blok PQRS ditambah dengan tekanan akibat beban
kolom (P) yang dianggap bekerja di permukaan tanah. Bila volume material fondasi pada
blok PQRS sangat kecil dibanding dengan volume tanahnya dan berat volume tanah tidak
terpaut ba nyak dengan berat volume bahan fondasi, maka tekanan akibat berat total blok
PQRS pada
dasar fondasi PQ dapat dianggap sama dengan tekanan vertikal akibat beban tanah atau
tekanan overburden Dp. Oleh karena itu, tekanan akibat beban kolom pada fondasi yang
berbentuk seperti Gambar C3.6, dapat dianggap sebagai tekanan fondasi neto (qn).
Penyelesaian:
bak air 10 x 15 m
q = 3,33 tlrrr
B= 1 0m Lempung jenuh:
Cu 2 tlnr
=
'Pu = oo
Ysat = 2,1 tlm•
Gambar C3. 7
500
Tekanan pada dasar fondasi total: q= -- = 3,33 t/m2
10 x
Tekanan fondasi neto: 15
Daya dukung ultimit neto untuk fondasi empat persegi panjang: DjB = 1/10 = 0,1. Dari
Gambar 3.10, diperoleh Ne fondasi bujur sangkar Nc(bs) = 6,3. Untuk fondasi empat persegi
panjang:
( bs)
Diperoleh
, 10
=
q
un = (0,84 + 0,16 X
15
) X 2 X 6,3 11,92 t/m2
10
qu = c u N c ( 1 + 0,3 B/L) + poNq + 0 = 2 x 5,7 x (1 + 0,3 x ) + ( 2,1 x l)
+0
= 15,78 t/m2
qun = q u- DjY
= 15,78 -
= 13,68 t/m
2
2,1
q n 13,68
u
F = = = 1l' 12
qn 1,23
Perhatikan bahwa beban total bangunan bak air menimbulkan tek,anan fondasi total (q)
akibat pengaruh bentuk dasar bangunannya yang sekaligus berfungsi sebagai dasar fon
dasi.
(3.34)
dengan
(3.35)
dengan
q = 0,5 ByN
1 1 (3.38)
Nilai numerik yang diberikan 9leh Caquot-Kerisel dapat didekati dengan (Vesic, 1973):
(3.39)
(3 40)
.
Substitusi Persamaan (3.34), (3.36) dan (3.38), ke Persamaan (3.40), diperoleh persamaan
daya dukung ultimit fondasi memanjang:
q = eN + p N + 0,5 ByN
u c 0 q y (3.41a)
Nilai-nilai numerik dari persamaan-persamaan faktor daya dukungnya diberikan dalam
Tabel 3.3.
94 Daya dukung
Persamaan daya dukung yang disarankan Vesic (1973) tersebut sama dengan
persamaan Terzaghi, hanya persamaan faktor-faktor daya dukungnya yang berbeda,
yaitu seperti yang ditunjukkan dalam Persamaan (3.35), (3.37) dan (3.39).
Persamaan daya dukung di atas belum memperhatikan pengaruh tahanan geser
tanah yang berkembang di atas dasar fondasi, karena berat tanah di atas dasar fondasi
digantikan
p0
dengan = D!f. Untuk memperhitungkan faktor tahan'!.n geser tersebut, maka harus di
gunakan faktor-faktor kedalaman dan faktor bentuk fondasi. Untuk ini, pada sembarang
kedalaman dan bentuk fondasi, persamaan daya dukung ultimit dimodifikasi menjadi:
( 3.41 b)
dengan
s0 sW s1 = faktor-faktor bentuk fondasi.
de, dw dy = faktor-faktor kedalaman fondasi.
Untuk faktor-faktor bentuk fondasi, Vesic (1973) menyarankan pemakaian faktor bentuk
(se,
sy) fondasi dari D� Beer (1970) (Tabel 3.4a, Bab 3.2.5). Sedang untuk faktor-faktor
Vesic (1973) menyarankan pemakaian faktor-faktor kedalaman (de, dq, dy) dari
Hansen (1970) (Tabel 3.4b). Dalam Persamaan (3.41) beban yang bekerja pada fondasi
merupakan beban vertikal dan terpusat (tidak eksentris ). Penggunaan persamaan tersebut
harus memperhatikan pengaruh muka air tanah seperti yang telah dipelajari.
Faktor-faktor daya dukung Prandtl, Reissner, dan Caquot-Kerisel yang direkomendasi
kan Vesic dalam Tabel 3.3 tersebut tel.§lh banyak digunakan untuk penelitian dan peran
cangan fondasi.
Penyelesaian:
-
muka air minimum
pilar jembatan
02 m
5m
Pasir: 3m
<p ' =38° 2m
c' = 0
Ysat 2 ttm•
=
B=2 m
Gambar C3.8
°
q> = 38 , dari Tabel 3.3, diperoleh:
.= 1 + (1 x tg 38 ) =
DJ [ ·� o o ]
dq = 1 + 2 B tg q > ( l - sin q>) 2 1 + 2x 2/2 x tg 38 x
= ( 1 - sin 38 )2 = 1,23
d=1
y
Fondasi dianggap kedap air, karena itu gaya tekanan ke atas oleh air pada dasar
fondasi harus diperhitungkan.
= 24,85
'
Faktor aman saat muka air pada kedudukan minimum dan maksimum lebih besar
3, maka fondasi aman terhadap keruntuhan daya dukung. Jika gesekan antara dinding
fon dasi dan tanah di sekitarnya diperhitungkan, faktor aman akan menjadi lebih tinggi.
Analisis daya dukung Meyerhof (1955) menganggap sudut baji Jl (sudut antara bidang
AD atau BD terhadap arah horizontal) tidak sama dengan <p, dan nilai Jl > <p.
Akibatnya, bentuk baji lebih memanjang ke bawah bila dibandingkan dengan analisis
Terzaghi. Zona kerun tuhan berkembang dari dasar fondasi, ke atas sampai mencapai
permukaan tanah (Gambar
3.11). Jadi, tahanan geser tanah di atas dasar fondasi diperhitungkan. Karena Jl > <p, nilai
faktor-faktor daya dukung Meyerhof lebih rendah daripada yang diberikan oleh Terzaghi.
Namun, karena Meyerhof mempertimbangkan faktor pengaruh kedalaman fondasi, daya
dukungnya menjadi lebih besar. Nilai-nilai faktor daya dukung Meyerhof untuk dasar
fon dasi yang kasar disajikan dalam Gambar 3.12.
l_
Gambar 3.1 1 Kemntuhan daya dukung analisis Meyerhof.
98 Daya dukung
Meyerhof (1963) dan Brinch Hansen (1970) memberikan persamaan daya dukung de ngan
mempertimbangkan bentuk fondasi, kemiringan beban dan kuat geser tanah di atas dasar
fondasinya, sebagai berikut:
(3.42)
dengan
qu daya dukung ultimit.
N0 Nq- faktor daya dukung untuk fondasi memanjang.
Ny faktor bentuk fondasi (Tabel 3.4a).
Se, Sq, faktor-faktor kedalaman fondasi (Tabel 3.4b).
Sy de, faktor kemiringan beban (Tabel 3.4c).
dq, dy ie, lebar fondasi efektif.
iw iy B' Df! = tekanan overburden pada dasar
Po fondasi. kedalaman fondasi.
berat volume tanah.
Of
y
300
200
Ny Ne Nq
1 00
80
60
Cl
c 40
.>�! ::
30
::
'0
nl
i
>. 20
nl
'0
0
::; 10
nl
u.
8
6 I
4 Fo nd
3 - - Fond
1
0 20 40 0 20 40 0 20 40
Faktor-faktor claya clukung yang cliberikan oleh Meyerhof (1963) clan Hansen (1970) ham pir
sama, yaitu:
Ne (Nq -
= 1) ctg <p (3.43a)
Nq
= tg (45 +<p/2) e ( rr <p)
2 ° tg
Ny.
(3.43b)
Namun, acla perbeclaan pacla persamaan
Nilai-nilai faktor claya clukung untuk fonclasi memanjang clan bujur sangkar atau ling
karan clari Meyerhof clapat clilihat pacla Gambar 3.12. Faktor bentuk untuk fonclasi
empat persegi panjang analisis Meyerhof (1963), cliperoleh clari interpolasi antara fonclasi
meman
jang clan bujur sangkar. Tabel 3.4a memberikan nilai-nilai tersebut bersama-sama faktor
eq
faktor bentuk (s0 sw sy) yang cliberikan oleh beberapa peneliti yang lain. Faktor-faktor ke
clalaman (d d , dy) , clan inklinasi beban (iu iw iy) berturut-turut cliberikan clalam Tabel 3.4b
Peneliti Se Sq Sy
Terzaghi 1,3 (lingkaran) 1 0,60
1,3 (bujur sangkar) 1 0,80
Meyerhof ( 1963)
(c (bms)) -1 J
1 + ( B/L) 1 + ( B/L)
q(m) J 1 + BIL
-1
y m
()
-1 J
1 +0,2 BIL
Hansen (1961) 1 + 0,2 BIL
1+-
L Ne
De Beer (1970) 1 + ( BIL) tg <p 1 - 0,4 B/L
Stanclar Hungaria 1 + 0,2 B/L 1 + 0,2 BIL 1-0,1 B/L
100 Daya dulcung
Peneliti
( �) to" :
D
Meyerhof (1963) 1 + 0,2 tg 45 +
° Untuk cp
>
Catatan:
d =
d
'Y q
UntukB,dm
e, dq, fLy,
ka
a DjB =
diambil
B Untuk «p = 0, maka d =1 U ntuk c p = 0,
atau q
1 jika aka d1 =
m
1
d - 1
Hansen (1961)
0,35 e
de - -
N 1
B 0,6 q
4
L 1+ 7 tg «p Untuk «p � 25°: d
q = de
Untuk «p = 00: d =1
q
d- (1
DJ 2
- d)/ ( N tg «p) 1 + 2- tg «p ( 1 -
sin lP) d =
1
q q q B 1
DJ
Hansen (1970)
Bila <p = 0, maka 1 + 0,4 -
B
Bila «p = 0, maka
dengan S = arc tg (�)
Peneliti iq ig
(t-!_:_r
(?)
1 + 0,4 arc tg
( :r
t-
lP)
ph
( i
ie
iq = e .2
90° l
Meyerhof (1963)
1 - q
Pv + A'c ctg
Hansen (1961)
TeknikFondasi 1 101
Bila beban eksentris, maka digunakan cara dimensi fondasi efektif yang disarankan
Meyerhof, d engan B' = B 2ex dan L ' = L 2ey (lihat Bab 3.2.6). Untuk pembebanan eksen
- -
tris dua arah, digunakan B'/L ' sebagai ganti B/L untuk persamaan-persamaan pada Tabel
3.4 a dan Tabel 3.4b. Bila beban eksentris satu arah, digunakan B'/L atau B/L ' tergantung
dari letak relatif eksentrisitasnya.
Dalam Tabel 3.4c, tfh adalah komponen gaya horizontal, tfv adalah komponen gaya ver
tikai dari resultan gaya tf yang miring sebesar 8 terhadap vertikal (Gambar 3.15) dan A' •
dengan
q> r ' = sudut gesek dalam yang digunakan untuk menentukan faktor daya dukung.
q>/ = sudut gesek dalam tanah dari pengujian triaksial kompresi.
Penyelesaian:
<p' == 35°
D,== 1 m
c' 3 um•
==
Yb 1 ,a um•
==
8 == 1, 5 m
Gambar C3.9
102 Daya dukung
)
Beban di pusat fondasi dan vertikal, karena itu lebar efektif B'= B = 1 ,5 m. DJIB = 1/ 1,5 =
0,67.
Dari Tabel 3.4b, untuk faktor kedalaman Meyerhof (1963):
d
q
=d
y = 1 + 0,1 x 0,67 x tg ( 45° + 35°/ 2) = 1,13
q u = s cd c i c c N c + s d i p o N + s yd y i y
qqq q
0,5 B'yb Ny
( 1,64 X 1,26 X 1 X 3 X 46) + ( 1,23 X 1,13 X 1 X 1,8 X 33)
" ( 1,19 X 1,13 X 1 X 0,5 X 1, 5 X 1,8 X 48)
2
= 455 t!m
P mak s
un
= (Bx L) x -F
q
--
453,2
(1,5 x 2) x 3 = 453,2
(b) Menurut
Terzaghi
= 35°, dari Tabel 3.1, Ne = 57,8; Nq = 41,4; Ny =
<p'
42,4
Te ni Fondasi 1
103
q ll
= e Nc ( 1 + 0,3 B/L) + p N + 0,5 yb BN ( 1 - 0,2 B/L)
0,2 x 2
(
= (3 x 57,8 ) 1 + 0,3 x
2 + ( 1,8 x 41,4)+ 0,5 x 1,8 x 1,5 x 42,4 x 1 -
2
= 335,58 tlm
2
qu
n
=
(
335,58 - 1,8 333,8 tlm=
F 3
Dari hasil (a) dan (b) terlihat bahwa nilai-nilai yang diperoleh dari analisis Terzaghi lebih
kecil dari analisis Meyerhof.
Pengaruh pembebanan vertikal yang eksentris pada fondasi memanjang yang terletak di
permukaan tanah kohesif (<P =0) dan tanah granuler (c = 0 dan <P = 35°), secara kuantitatif
diperlihatkan oleh Meyerhof (1953) (Gambar 3.13). Dapat dilihat bahwa faktor reduksi
daya dukung merupakan fungsi dari eksentrisitas beban. Pada tanah-tanah granuler,
reduksi daya dukung lebih besar daripada tanah kohesif. Pada Gambar 3.13b, daya
dukung ultimit pembebanan vertikal-eksentris (qu') diperoleh dengan mengalikan daya
dukung ultimit fondasi dengan pembebanan vertikal-terpusat (qu) dengan faktor reduksi
R,, yaitu
(3.45)
dengan
'
q" = daya dukung ultimit pada pembebanan vertikal-eksentris.
R, = faktor reduksi akibat pembebanan eksentris.
q" = daya dukung ultimit pada pembebanan vertikal di pusat fondasi.
Dari Gambar 3.13b terlihat bahwa jika e/B = 0,5, daya dukung ultimit sama dengan nol (R,
= 0). Jika e/B = 0 atau beban vertikal di pusat fondasi, daya dukung ultimit menjadi ber
nilai penuh (Re = 1).
Meyerhof (1953) menganggap bahwa pengaruh eksentrisitas beban pada daya dukung
adalah mereduksi dimensi fondasinya. Bila area fondasi sebenarnya berukuran B dan L,
akibat pengaruh beban yang eksentris, Meyerhof memberikan koreksi untuk lebar dan
panjangnya yang dinyatakan oleh dimensi efektif fondasi B ' dan L '. Untuk
eksentrisitas beban satu arah (Gambar 3.14a), dimensi efektif fondasi dinyatakan sebagai
berikut:
(1) Jika beban eksentris pada arah lebarnya, lebar efektif fondasi dinyatakan oleh:
(2) Jika beban eksentris pada arah memanjangnya, panjang efektif fondasi dinyatakan oleh:
L' = L- 2e dengan B' = B
(3.46b)
,
y
dengan ex dan ey berturut-turut adalah eksentrisitas resultan beban pada arah x dan y.
Daya dukung
0,8
0,6
�0
Re
�
0,4 0
' Id
(a) �
$�,
0,2 �-1
��
.;:<.:
op
0,0 0, 1 0,2 $� 0,4 0,5
e/B
(b)
Gambar 3. 13 (a) Pembebanan eksentris pada fondasi memanjang.
(b) Pengaruh eksentrisitas beban pada daya dukung fondasi memanjang yang
dibebani secara vertikal (Meyerhof, 1 953).
I B I
(a)
y y
B' = B- 2e,
B'
(c) L
y
y
B
Gambar 3.14 A rea kontak efektif
(a) Eksentrisitas sa tu arah
(b) Eksentrisitas dua arah
(c) Eksentrisitas dua arah disederhanakan (Meyerhof, 1 953).
Te ni Fondasi 1 105
Jika eksentrisitas beban clua arah, yaitu ex clan e11, maka lebar efektif fonclasi (B') clitentu
kan seclemikian hingga resultan beban terletak di pusat berat area efektif A' (Gambar
3.14b). Komponen vertikal beban total (P ') yang cliclukung oleh fonclasi clengan beban.
eksentris clinyatakan oleh:
(3.47)
clengan A' aclalah luas efektif clengan sisi terpanjang L ' seclemikian hingga pusat beratnya
,
berimpit clengan garis kerja resultan beban fonclasi. Dalam ha! ini, cliclefinisikan lebar efek tif
B' = A '/L'. Dalam Persamaan (3.47), bila hitungannya clalam tinjauan claya clukung ulti mit
neto (qu n), beban yang terhitung merupakan beban ultimit neto.
Untuk eksentrisitas beban 2 arah, Meyerhof (1953) menyarankan penyeclerhanaan luas
clasar fonclasi efektif seperti yang clitunjukkan pacla Gambar 3.14c, clengan
B' = B- 2e clan L' = L- 2e
X y
Penyelesaian:
B = 1, 5 m
Gambar C3.1 0
q = s d i eN + s d i p N
u c c c q q q o q
( )
Faktor-faktor bentuk clan keclalaman fonclasi Meyerhof (1963) {Tabel 3.4a clan Tabel 3.4b):
1,0 6,16
s = 1+- -- - 1 = 1,07
3 5,14
(1 - 1 ) =
c
1,0
s
1+3 1
q
D/ B ' = 1 /1 = 1
d 1 + 0,2 X 1 X tg ( 45° + 0° /2) 1,2
e
=
d =1
q bebannya vertikal, ic = i = 1.
Karena q
2
p0 =Dy 1 x 2 = 2 tlm
f
=
2 2
c = 0,6 kg/cm = 6 t/m
q = s c dc ci eNc + s d ipN
q q q o q
u
2
= ( 1,07 x 1,2 x 1 x 6x 5,14) + (1 x 1 x 1 x 2x 1) = 41,6 tlm
Daya clukung ultimit neto:
2
qun = 41,6 - 2 = 39,6 t!m
Beban kolom maksimum:
qun 39,6
Pk = A' x- = (l x 3) x- = 39,6 t > P = 30 t
ma s
F 3
Jacli, fonclasi aman terhaclap keruntuhan claya clukung.
Konclisi pembebanan miring yang umumnya terjacli pacla perancangan fonclasi, clitunjuk
kan pada Gambar 3.15. Gaya horizontal pacla clasar fondasi ditahan oleh geseran antara
clasar fonclasi clan tanah cli sepanjang clasar fonclasi clan tekanan tanah pasif pada sisi
lain fonclasinya. Tahanan geser pacla clasar fonclasi, clipilih nilai terkecil dari ketiga gaya
perla wanan berikut ini:
(1) Aclhesi antara tanah clan dasar fondasi
(2) Gesekan antara tanah dan dasar fondasi
(3) Geseran horizontal antara tanah clengan tanah di bawah clasar fonclasi, bila clasar fon
clasinya sangat kasar.
Teknik Fondasi 1 107
(3.48a)
(3.48b)
dengan
qu = daya dukung ultimit (atau daya dukung diizinkan) untuk fondasi dengan dasar horizontal
pada pembebanan vertikal.
Ri = faktor reduksi akibat pembebanan
miring. Pv = komponen beban vertikal ultimit.
(a)
(b)
R = C x luas fondasi
Gambar 3. 15 Gaya-gaya pada fondasi yang menimbulkan arah beban miring (Teng, 1962).
Meyerhof (1963) dan Brinch Hansen (1961) menyarankan faktor-faktor kemiringan beban
(iu i i ) untuk
w gdigunakan pada hitungan daya dukung ultimit Persamaan (3.42). Masing-masing
faktornya dapat dilihat dalam Tabel 3.4c.
1 08 Daya dukung
Pv 0,8
!
'i 0,6
i"
tr
·
��
0,4
:"
s
tr
0,2
10 40 50 60
.s (derajat)
Gambar 3. 16 Pengaruh kemiringan beban terhadap daya dukung fondasi memanjang di permukaan (Me·
yerhof, 1 953).
1-a--J
P.)B R,qu
=
1 ,0
0,8 0,8
er a:- 0,6
· ·u;
""'
u;
""' ::J
"0
::J
"0 !!?
!!? �
0 �
:; <'0
u.
<'0
u.
(a) (b)
Gambar 3. 17 Daya dukung fondasi memanjang pada pembebanan miring.
(a) Dasar fondasi horizontal.
(b) Dasar fondasi miring (Meyerhof, 1953, dari Teng, 1 962)
Teknik Fondasi 1 109
Untuk pembebanan miring ini, Janbu (1957) menyarankan persamaan daya dukung
yang mirip dengan persamaan Terzaghi. Bedanya, terdapat tambahan faktor N untuk
h
menghitung daya dukung ultimit ekivalen bila pembebanan miring (Gambar 3.18). Cara
ini, dilakukan dengan memperhitungkan faktor gaya horizontal Ph yang dianggap bekerja
pada dasar fondasinya. Persamaan daya dukung untuk fondasi memanjang dengan pem
bebanan miring di pusat fondasi, diberikan dalam bentuk:
(3.49)
.t 10
"
5
<: tfh
tfy
Ph � Pv tg ojl tfq
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0
tg ojl
Penyelesaian:
Pv= 40 t/m'
o, = 1, 5 m Tanah:
m.a.t . . '
Yb = 1 ,86 ttm•, y = 1 ,03 ttm•
.. .. .... _. . ·. -- .... ..... .,_ ... ...
. 'Sl
..... --· -·- . .. .... .... .. . ..... ..... .... .....
c = 5 t/m2
cp = 30°
B=2m
GambarC3. 11
Tekanan pada dasar fondasi memanjang ekivalen (termasuk berat tanah dan material fon dasi),
untuk B = 2 m, per meter panjang:
40 + ( 3,5 x 10) 2 2
2X 1 = 37,5 t/m < q '. = 86,15 t/m
90° 90°
8 2
i = i = (1 - � ) (1 - �
14,04° )2 = 0, 28
1,5 tg 1,26
=
y
q
d = 1 + 0,2 D- tg (45° +<P /2) = 1 +0,2
J
X X
(45° +15°)
c B 2 1 +0,1 x -1� x tg (45° +
- =
15°) = 1,13
q Y B
=
2
Daya dukung ultimit:
qu = scdciceN c + s d i po N + s d i 0,5 ByN y yy y
q qq q
KaPada
rena persamaan
garis kerja tersebut
bebannyadigunakan
di pusat faktor-faktor
fondasi, makadayaB = dukung fondasi memanjang.
B ' = 2 m.
<p = 30°, dari Gambar 3.12, untuk fondasi memanjang:
Ne = 30; Nq = 18; Ny = 18
qu = (1 1,26 0,71 5 30) + (1 1,13 0,71 2,79 18)
X X X X X X X X
(a)
Gambar 3. 1 9 = c 0 dan
Pengaruh kombinasi beban eksentris dan miring untuk tanah dengan kohesi
sudut gesek da/am <p 3Cf (Wack, 1961; Sokolovski, 1965}.
=
Dari beberapa
kombinasi analisis, Wack
pembebanan (1961) menyarankan cara menghitung daya dukung untuk
eksentris dan miring, sebagai berikut:
(1) Jika bebannya eksentris dan miring dengan arah komponen beban horizontal mende
kati pusat fondasi (seperti Gambar 3.19a), hitungan dengan menggunakan Persamaan
(3.47), dengan qu dihitung dari Persamaan (3.42), akan memberikan hasil yang
sangat hati-hati.
(2) Jika kombinasi pembebanan eksentris dan miring seperti yang ditunjukkan
pada Cam bar 3.19b, hitungannya dilakukan sebagai berikut:
(a)menganggap Hitung beban
daya dukung
bekerjatotal secara (P ') menurut Persamaan (3.47), dengan
eksentris, namun tidak
miring.
(b)menganggap Hitung bebandaya miring,
dukungnamun total tidak
menurut eksentris.Persamaan (3.47), dengan
Penyelesaian:
Karena
cara (1)arah
darikomponen horizontal
metode yang dari bebanoleh
disarankan yangWack
miring mendekati
(1961). pusat fondasi, dipa kai
B-2ex = 1,5 - (2x 0,1 ) 1,3 m = L ' =
Lebar efektif B' dipilih sisi dari dimensi efektif yang lebih kecil, yaitu 1,1 m.
P= 10 t \
�-B = 1, 5 m -�
5 m
8=1 ' /
B' = 1,1 m ey= 0,2 m
Lempung jenuh:
C = 4 Um2
<i'u = Oo
Ysat = 2 Urn'
Gambar C3. 12
=Dalam
5,14;hitungan Ne
Nq = 1.digunakan faktor daya dukung untuk fondasi memanjang. Untuk <ru
0,
=
5,14
-d 1=) 1 + D 45° + )
c
c (m)
0,2_1B'
c
�2 1 + (0,2 x 0,91 x tg 1,18 (liha Tabel 3.4b
( 45°)
d =
q
(
s =1
dy =()1 )2 tg
(1 - 15 0
)
i=
q
1 - 900 = 0' 69
-
)
q
2
90°
114 Daya dukung
20,97 - 2 = 18,97 2
X X X X X X X X
qun = q - Dfy
u
Beban kolom
= t/m maksimum yang aman terhadap keruntuhan daya dukung
arah vertikal
= A'
qun
= (1,1 1,3) --
18,97 8,9 t
3
X X
X =
F
Komponen beban kolom P arah vertikal yang diterapkan:
p =p
V
15° = 10 0,97 9,7 t > 8,9 t
COS X =
.. Fondasi tidak aman terhadap keruntuhan daya dukung. Agar aman, dimensi fondasi perlu
diperbesar.
3.2.9 Fondasi pada Lereng
Meyerhof
letak pada(1957)lereng
memberikan persamaan daya dukung untuk fondasi memanjang yang ter
(Gambar 3.20), sebagai berikut:
(3.50)
dengan
q = daya dukung ultimit.
c = kohesi.
u
Nilai-nilai dan Nyq- ditunjukkan dalam Gambar 3.20. Nilai faktor stabilitas (N5)
dinyata kanNcqoleh:
Ns = (3.51)
dengan -
y = berat volume
c
tanah.
H tinggi kaki lereng sampai puncaknya.
c = kohesi tanah.
Faktor-faktor ini bergantung pada kemiringan lereng, posisi relatif fondasi, dan sudut
gesek dalam tanahnya (<p).
Teknik Fondasi 1 115
Stabilitasfondasi
Sebelum tanahdibangun
yang miring
padadapat
tanahterganggu olehstabilitas
yang miring, adanya tambahan beban harus
lereng tanahnya fondasi.di
selidiki. Fondasi harus tidak dibangun pada lereng yang tidak stabil.
lnterpretasi linier untuk kedalaman di antara keduanya:
DIB 0, gunakan garis penuh.
= '
DIB 1, gunakan garis patah-patah. '
500 '
= '
400
''
\
Kasus I 300
\ $
\
200
'
,
100 S
o '
(a)
25
10
5
I
10° 30° 40
0
0
0
20
p
7 lP
300
(b) 0
--- .. - - --- --- 4
0°
·6 � ---
Kasus JI
200 10 ---
ro .,
--
--
-. " b·
::ir. ...... -
,/'
]':<_�_lo,
---
0 °
100 30
0
50 -.,o
·
10
5.53
5
3 4 5 0 2 3 4 5 6
Gambar 3.20 Daya dukung ultimit untuk fondasi memanjang yang terletak pada tanah miring (Meyerhof,
1 957; dari Teng, 1962).
=
116 Daya dukung
Penyelesaian:
B = 1,5 m;
H 5,5 = m;
Yb = 1,8
3 ;
t/m
c=5
2t/m
yb H 1,8 X 1,5
N= - = 2>0
s
c 5
b/H = 2/5,5 = 0,36; � = 30°; DJIB = 0
Dari G ambar 3.16b, diperoleh Ncq = 3,1 dan N q = 5 g
c = 5 vm•
cp= 30°
r = 1, 8 vm•
Gambar C3. 13
Gaya angkat
ditambah dengan padaberatfondasi ditahan
fondasi dan oleh
tanah.gesekan di sepanjang
Jika tanahnya granulertepidantanah yang airterangkat
terendam tanah,
berat volume tanah efektif (y') harus digunakan dalam hitungannya.
Pada waktu fondasi akan terangkat,
fondasi (Gambar 3.21). Bentuk dari prisma suatu prisma
bergantung tanah terbawa
pada karakteristik tanaholehdi pelat
atas
dasar fon dasi. Karena tidak adanya data yang akurat mengenai hal ini, umumnya dipakai
cara kon vensional. Yaitu, dengan menganggap bentuk tanah yang akan terbongkar, seperti
yang diperlihatkan pada Gambar 3.21. Untuk kondisi ini, tahanan fondasi terhadap gaya
tarikan vertikal ke atas dinyatakan oleh:
(3.52)
gaya
berattahanan ultimit fondasi terhadap gaya tarikanvertikal ke atas.
pelat fondasi.
=
=
berat
tahananprisma
gesektanah dalam tanah
di sepanjang area yang diarsir.
yang tergeser.
0,5DfYAK0 tg (untuk tanah granuler).
(untuk tanah kohesif).
eA
<p
F,
Pasir:
02 m c=0
y = 1 ,85 Um'
Ka = 0,5 m
Gambar C3. 14
118
Daya dukung
x =
Berat tanah di atas pelat fondasi: Wt = (1,5 - 0,45) 3,14 1,85 = 6,1
x x
tg 30° = 3, ton
77
Dalamberbeda
yang kondisi pada
alamnya, tanah seringPersamaan-persamaan
tiap lapisannya. dalam kondisi berlapis-lapis denganyang
daya dukung sifat-si
telahfat dipela
tanah
jari sebelumnya hanya berlaku jika tanahnya dianggap homogen dengan tebal tak terhing ga.
Jika tanah pendukung fondasi berlapis-lapis dengan sifat yang berbeda-beda, daya du kung
akan bertambah atau berkurang bergantung pada sifat tiap-tiap lapisan tanahnya. Dalam
kondisi tersebut, kadang-kadang zona geser saat fondasi runtuh berkembang sam pai
memotong lapisan tanah lain yang berada di bawahnya. Suatu fondasi dapat dipertim
bangkan sebagai terletak pada tanah yang homogen (yaitu bidang keruntuhan hanya me
lewati satu jenis tanah), jika permukaan lapisan tanah yang berbeda sifatnya, yang berada di
bawahnya, berjarak paling sedikitkira-kira4B (B = lebar fondasi) dari dasar fondasi.
3.2.11.1 Dua Lapisan Lempung dengan Sifat Berbeda
(a) Analisis Button
Buttontanah
pada (1953)lempung
memberikanyangpersamaan
terdiri daridaya
dua dukung untuk
lapis (Gambar fondasi yang terletak
3.22a). Bidang keruntuhan
dianggap sebagai berbentuk silinder dan sudu gese dalam tanah (q>)
dianggap nol.
Button meninjau fondasi terletak di permukaan tanah lempung dengan kohesi di
bawah tanah ini terletak
berlapislapisan dengan oleh:
kohesi Persamaan daya dukung untuk
c1,
(3.53)
dengan c1 adalah kohesi tanah lapisan atas dan Ne' adalah faktor daya dukung yang diper
oleh dari Gambar 3.22b.
(b) Analisis Vesic
Vesic menyarankan
lempung, persamaan
yang tanahnya terdiridayadaridukung ultimit untuk fondasi yang terletak di tanah
2 lapis, yaitu lempung lunak pada bagian atas dan
Teknik Fondasi 1 119
10
= c1
9
; ' u
I
<
i o,3 7
(a}
I
1 0 ,4 6
2,0 2.2 2 .4 2 ,6
5
Lingkaran menyinggung .
i
40Lapisan bawah.
I
I
<
angka-angka pada kurva.
d/8
(b)
Gambar 3.22 Faktor daya dukung untuk lempung berlapis (Button, 1 953)
lempung kaku pada lapisan bawah (Gambar 3.23) atau sebaliknya. Persamaan daya du kung
ultimit bila tanah yang di atas lebih lunak daripada lapisan di bawahnya, dinyatakan oleh:
(3.54a)
(3.54b)
dengan
c1 kohesi lapisan lempung atas.
faktor daya dukung (Gambar 3.23 atau Tabel 3.5).
D kedalaman fondasi.
y berat volume tanah lapisan atas.
N
1
Nilai-nilai Nm relatif aman untuk fondasi yang sangat kaku dan harus dipakai dengan
hati hati bila fondasinya fleksibel. Didasarkan hasil pengujian Brown dan Meyerhof
(1969),
120 Daya dukung
Vesic menyarankan faktor reduksi untuk c1 pada Persamaan (3.54) bila lempung mempu nyai
sensitivitas kira-kira 2. Yaitu, c1 digantikan dengan 0,75c1.
Kondisi ke-2, bila tanahnya terdiri dari lapisan lempung kaku di bagian atas dan lem
pung lunak di bagian bawah, analisisnya harus memperhatikan keruntuhan penetrasi di
tepi fondasi, dan faktor daya dukung Nm dinyatakan oleh persamaan:
IZ
11
<:.E
Cl
c:
::
-"
::
"0
cu
>.
cu
"0
�
.9
-"
cu
u.
8/H s 46,t
z3456
Gambar 3.23 Faktor daya dukung Vesic untuk tanah kohesif berlapis (dari Ramiah dan Chikanagappa,
1981) .
Nilai Nm untuk kasus yang ke-2 ini harus tak melebihi AcNe Untuk fondasi lingkaran
dan bujur sangkar, � = B/ 4H dengan N/ = 6, 17.
Untuk fondasi memanjang, � = B/2H dengan N/ = 5,14.
Teknik Fondasi 1 121
cJc1 2 4 6 8 10 20 00
B/H
1 6,176,176,176,176,17 6,176,17
1,5 6,176,346,496,636,767,259,25
2 6,17 6,46'6,73
6,987,208,1012,34
3 6,176,637,05 7,457,829,3618,51
4 6,17 6,737,267,758,2310,24
7,97 24,68
5 6,176,807,74
7,40 30,85
8,5110,88
10 6,17 6,96 8,499,22 12,58
61,70
00
6,177,178,179,1710,17
15,17 00
2
bawah nya c2 = 0,7 kg/cm . Tebal lapisan lempung atas m (Gambar C3.15).
(a) Tentukan besarnya daya dukung ultimit.
(b) Dengan hasil daya dukung ultimit yang diperoleh, bandingkan bila dipakai
persamaan daya dukung Skempton
dengan c1 2 c2 = =
(1951)
dengan menganggap tanah homogen
0,5 kg/cm
(c) Jika kuat geser lapisan bawah c2 = 0,3 kg/cm 2, bandingkan dengan hasil dari persa
maan Skempton soal (b).
Pen elesaian:
y
(a) d = 1 m, B =
2
2,5 m, c1 = 0,5 kg/ cm = 5 t/m2, dan c2 = 7 t/m
2
Soal (a)
1m
cp1 = oo B 2,5 m
=
(b) Bila dipakai persamaan Skempton, yaitu dengan menganggap tanah lempung homo gen
dengan c1 = c2 = Cu =
2
5
t/m , maka
Nilai yang diperoleh dari persamaan Skempton lebih kecil, karena pada persamaan Button
memperhatikan kuat geser lapisan di bawahnya yang dalam hal ini lebih besar.
(c) Bila kuat geser tanah di lapisan bawah lebih kecil, yaitu c2 = 0,3 kg/cm2 3 t/m2,
=
maka
3/5 = 0,6
c2 /c1 =
Di sini terlihat bahwa bila kuat geser lapisan bawah lebih kecil daripada lapisan yang di
atas, daya dukung menjadi lebih kecil daripada hasil soal (b).
2
Fondasi berbentuk lingkaran dengan diameter 8 m terletak pada tanah lempung berlapis,
seperti Gambar C3.16. Tebal lempung kaku bagian atas m. Data tanah:
(1) Lempung 1: c1 =
2
2
t/m , q>1 = y1 = 0°, 2
t/m 3
Kedalaman fondasi 1 m. Tentukan besarnya daya dukung ultimit clan daya dukung
ultimit neto dengan cara Vesic.
Teknik Fondasi 1
Penyelesaian:
Fondasi 08 m
Lempung 1: c1 = 2 tlm' D1= 1 m
cp1 = oo 2m
Lempung 2: c2 = 8 t!m•
cp2 = oo
Y2 = 2 t!m•
Gambar C3. 16
Oalam hal ini akan ditinjau sebuah fondasi di permukaan tanah, yang tanahnya terdiri
dari 2 lapisan. Lapisan tanah bagian atas berupa tanah granuler setebal H (c1 = 0, <p1
> 0) clan lapisan tanah di bawahnya berupa lempung jenuh (c2 > 0, <p2 = 0) dengan tebal
tak terhingga (Gambar 3.24a).
Qu1 = 0, 58y1 Ny
qu2 = c2Nc
QU(MAKS)
8
... . ' •, . . .. . -
Gambar 3.24 Fondasi pada tanah berlapis. Lapisan atas berupa tanah granuler dan lapisan bawah berupa
/empung jenuh (Giroud, 19 76)
124 Daya dukung
Pada lebar fondasi tertentu, jika bidang runtuh melewati kedua lapisan, besarnya daya
dukung akan berada di antara jika fondasi pada pasir dan jika fondasi pada lempung. Jika
lebar fondasi kecil, bidang runtuh akan hanya melewati lapisan pasir. Jadi, dalam hal ini
hitungan daya dukung akan sama dengan hitungan daya dukung fondasi pada tanah pasir
(qu1 = 0,5By1N1). Namun, jika lebar fondasi sangat lebih besar dibanding dengan tebal
lapisan pasir (B > H), sokongan tanah pasir untuk perlawanan terhadap keruntuhan geser
sangat kecil, maka daya dukungnya akan mendekati sama dengan daya dukung fondasi
pada lempung.
G ambar 3.24b menyajikan variasi lebar fondasi (B) terhadap daya dukung ultimit (qu).
Dapat dilihat bahwa terdapat suatu nilai lebar fondasi B optimum yang menghasilkan daya
dukung ultimit maksimum. Kemudian, jika B sangat besar, daya dukung fondasi akan sama
dengan aaya dukung fondasi pada tanah lempung (qu2 c2Nc)· Pada kondisi ini, lapisan=
8 8
Nc'
6
2
4
0
0 1,0 2,0 2,5 3,0
0,5
H/8 H/8
500
Ny' 400 300
300
200
11 4 I
100
�
50 47
22,7,
10
2,0 2,5
3,5 4,5 5
H/8
Gambar 3.25 Faktor daya dukung untuk tanah berlapis (Tsheng, 1957)
Teknik FONDASI 1 125
(3.56a)
(3.56b)
'
Dari persamaan-persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa jika tebal lapisan tanah
granuler 3,5B, bidang keruntuhan yang terjadi hanya melewati lapisan tanah granuler.
Penyelesaian:
8= 1 rn
' . .
Pasir:
.;.
<p = 30°
' -.
c=0 H= 2 rn
y1 = 1 ,5 Urn•
' .
. �
Lernpung:
<p = oo
C = 6 Urn•
u
GambarC3. 17
C "(
Daya dukung ultimit:
2
q = (6 x 6,7 ) + ( 0,5 x 1 x 1,5 x 6) = 44,7 tlm
u
dengan
BJ = lebar fondasi fiktif.
B = lebar fondasi sebenarnya.
H = jarak dasar fondasi terhadap permukan tanah lunak di bawahnya.
Persamaan umum daya dukung fondasi memanjang dengan lebar fiktif BJ dan kedalaman
(DJ + H), dinyatakan oleh
(3.58)
dengan
quJ daya dukung ultimit fondasi dengan lebar fiktif Bf dasarnya terletak pada ke
dalaman (DJ + H).
Cv c2= berturut-turut kohesi lapisan 1 dan 2.
Yv y2 berturut-turut berat volume lapisan 1 dan 2.
DJ kedalaman fondasi.
H jarak antara dasar fondasi dan permukaan lapisan 2.
BJ B + H.
Ne, Nw Ny = faktor daya dukung.
Teknik Fondasi 1 127
B
o,. . . .
,.
·.
. .. .
�. 4' " ,; .. !
.. . · . . ' . . . ·. . ' "' . '• ..
.:t' ;: .
'·
Tanah 1: c1 , q,1; y1
\\\
••
. � /• . . .. ...
.,,. . .
.\
. .- .
.
� ------
-.
B, = B + H
Gambar 3.26 Daya dukung fondasi pada tanah ber/apis dengan m emperhitungkan Jebar tondasi fiktif.
Daya clukung ultimit pacla fonclasi berbentuk memanjang yang sebenarnya (qu) (yaitu fon
o1), clengan memperhitungkan pengaruh lapisan lunak
clasi clengan lebar B clan keclalaman
cli bawahnya, clinyatakan oleh persamaan:
(3.60)
Penyelesaian:
Pasir:
<p' = 45°
'
c = 0
Yd = 1,65 2m
urn•
Gambar C3. 18
128 Daya dukung
Lebar fiktif fondasi yang menekan lapisan lempung, dengan penyebaran beban 2V : 1H,
adalah:
Bt = B + H = 1,5 + 1 = 2.,5 m
Jika dipakai persamaan daya dukung Terzaghi untuk fondasi bujur sangkar dengan <p = 0:
q u = ( qu 1 -ydH)
[ J
Bf x B/= ( 25,53 - 1,65 x (
2' 5 x ' 25
= 66,3 tlm) 2
B X B 1) 1,5 X 1,5
qu - Dfyd =
qun = 66,3 - (1 X 1,65) = 64,65 tlm 2
=
(c) Tanah fondasi dibatasi oleh lapisan sangat eras
Mandel dan Salencon (1969) memberikan persamaan daya dukung untuk tanah berlapis,
dengan lapisan tanah pendukung fondasi setebal H terletak di atas lapisan yang sangat
keras dengan tebal tak terhingga (Gambar 3.27). Persamaan daya dukung ultimit untuk
fondasi memanjang dinyatakan oleh:
(3.61)
dengan
qu = daya dukung ultimit fondasi memanjang.
c = kohesi tanah lapisan atas.
p0 = Dff = tekanan overburden pada dasar fondasi.
DJ = kedalaman fondasi.
y = berat volume tanah lapisan atas.
B = lebar fondasi.
Nu Nq, N1 = faktor-faktor daya dukung, fungsi dari fiUdut gesek DALAM (<p) lapisan atas.
�0 �W �Y = koefisien-koefisien kenaikan daya dukung, seperti yang ditunjukkan pada
Tabel 3.6a dan Tabel 3.6b.
Teknik Fondasi 1 129
Persamaan (3.61) didasarkan pada anggapan bahwa gesekan tanah pada pertemuan ke
dua lapisannya, dapat berkembang secara penuh saat terjadi keruntuhan fondasi .
"
Lapisan keras
Gambar 3.27 Fondasi pada tanah pendukung yang terletak pada lapisan keras tak terhingga.
Tabel 3.6a Koefisien-koefisien kenaikan daya dukung (tfandel dan Salencon, 1969; dari Ramiah dkk.,
1981)
<p B/H 1 2 3 4 5 6 8 10
Cata tan: Angka-angka bagian a as adalah n ilai I;" Angka-angka yang di bagian bawah MENUNjukkan nilai �;q.
B/H 10
Dengan menggunakan faktor bentuk fondasi dari Terzaghi, berapakah daya dukung
aman fondasi tersebut?
Penyelesaian:
=
c = 2 um•
<p = 20° m.a.t
Yd
y' = 1, 9 um•
0,98 um• 2m
_ _ _ '\Z. __ _ _
' 1
Lapisan batu
Gambar C3. 19
·�.
= = 1 1,9 = 1,9
p0 x
t/m2
Jarak dasar fondasi ke lapisan batu H = 2 - 1 = 1 m
B/H = 2/18
<p = 0°, dari diperole : Ne = 17,7; 7,4; N1 =
� TabelTab�l3.6,3.1,dtperoleh:
5,0 Dan �c = 1,39; �q
�
=
Denganfondasi
untuk memberikan faktor bentuk fondasi yang diperoleh dari daya dukung Terzaghi
bujur sangkar:
qu = 1,3 �ccNc + �qPoN q + 0 , 4 �lY'N1
qu = (1,3 X 1,39 X2 X 17,7) + (1,33 X 1,9 X 7,4) + (0,4 X 1 X 2 X 0,98 X5,0)
= 86,59 t/m2
Daya dukung aman:
s
F 3
Muka air tanah pada dasar fondasi, karena itu pada suku persamaan ke-3 dipakai y.
Teknik Fondasi 1 131
Daya dukung fondasi yang letaknya sejajar dan dibebani secara serentak telah diteliti oleh
Stuart (1962), Mandel (1963, 1965). Basil penelitian menunjukkan bahwa jika fondasi-fon
dasi jaraknya berdekatan, daya dukung fondasi-fondasinya akan saling mempengaruhi
satu sama lain, yang menghasilkan kenaikan daya dukungnya. Kenaikan daya dukung tersebut
tergantung dari sudut gesek dalam tanahnya (<p).
Vesic (1973) menyatakan bahwa pengaruh jarak fondasi yang berdekatan, mengecil bila nilai
banding panjang dan lebarnya (L/B) mendekati 1. Demikian pula, bila kompresibilitas tanah
berkurang, jarak fondasi yang berdekatan mungkin tak mempengaruhi daya du kungnya. Untuk
model keruntuhan fondasi tipe keruntuhan penetrasi, hampir tak ada pe ngaruh sama sekali
dengan adanya fondasi di dekatnya.
Dalam perancangan, pada umumnya, kenaikan daya dukung akibat letak tondasi yang
berdekatan ini tak diperhatikan, karena pertimbangan keamanan. Lagi pula, bila j arak fon
dasi berdekatan, tekanan pada tanah di bawah fondasi menjadi bertambah. Dalam kasus
yang demikian, kriteria penurunan toleransi sering lebih menentukan dalam perancangan
nya.
Sangat tidak
(
padat T1dak
padaI Sangat
Padat
140 padat
Sedang 0
I
I
130 I ' 10
120 20
I
;;( l lO ' 30 ..
o- Q.
<: 100 40 Cl)
Cl
<: i 50
::J
.::J i z�
�
.' 60
"C
IU
80 Nq 70
>-
IU
70 I I
"C
::; I I 80
� I
II I
�
I
60 I
'
I
50 ! '
0
� I
IU 40
u.
30
20
10
0
28 30 32 34 36 38 40 42 44 46
Sudut gesek dalam (cl>) (derajat)
dasi pada pasir terendam turun 1 inci, dapat diestimasi dengan menggunakan Gambar
3.29. Caranya: jika nilai banding D/B dari fondasinya kecil, nilai-nilai qa dari Gambar 3.29,
harus direduksi setengahnya. Sebaliknya, jika nilai D mendekati 1, nilai q� pada
Gambar 3.29, harus direduksi sepertiganya, karena tanah sekitar fondasinya mengurangi
kenaikan
besarnya penurunan (Terzaghi dan Peck, 1948).
Terzaghi dan Peck menyarankan bahwa untuk fondasi rakit yang kaku dan fondasi
sumuran, karena sifatnya yang kaku, penurunan total dan penurunan tak seragam akan
lebih kecil daripada penurunan fondasi telapak atau fondasi memanjang. Untuk itu, nilai
nilai qa yang diperoleh dari Gambar 3.29 dapat dikalikan 2 jika digunakan pada perancang
an fondasi rakit yang besar dan fondasi sumuran yang dalam, di atas tanah pasir kering.
Untuk pasir yang terendam air, nilai yang sama seperti pada Gambar 3.29 dapat diguna kan.
Meyerhof (1965), menyatakan bahwa prosedur untuk menentukan qa dengan cara yang
diberikan oleh Terzaghi tersebut terlalu hati-hati. Dinyatakan bahwa tidak diperlukan
reduksi qa akibat pengaruh air tanah, karena qa sudah direfleksikan dari hasil pengujian
SPT. Dan selanjutnya, nilai qa Gambar 3.29 dapat dinaikkan sampai 50%. Usulan Meyerhof
ini telah disetujui oleh D ' Appolonia dkk. (1968) .
Pelaksanaan pengujian SPT untuk penentuan daya dukung DIIZINKAN (qa) dilakukan
de ngan lebih dulu mengestimasi secara kasar lebar fondasi (B) yang terbesar dari
bangun annya. Terzaghi dan Peck (1948) menyarankan pengukuran nilai N dilakukan pada
interval
Teknik Fondasi 1 133
70
.
�
I·
::l
·;;
E 60 N :.so
.¥
nl N =50
E
.:
nl
.: 50
2
::l
.:
Cl
0.
.¥
::l 40
"E N ='IQ
::l
:;- IL
E
2!. 30
.: N = 30
nl
.:
.¥
: s
I
:a 20 . .,' ..
.:
::l
.¥
::l
-o
'·
..
nl 10
>-
C1l
0 N = 10
0
0 2 3 5
B (m)
Gambar 3.29 Daya dukung yang diizinkan dari pengujian SPT untuk penurunan inti (Terzaghi dan Peck,
1 948)
76 cm, dimulai dari dasar fondasi sampai sedalam B di bawahnya atau dari B sampai se
dalam (DJ + B) dari permukaan. Nilai N rata-rata di kedalaman ini diharapkan dapat
menunjukkan kondisi kepadatan tanah di bawah fondasi secara kasar. Jika hasil-hasil pe
ngujian SPT dari beberapa lubang bor menunjukkan nilai N rata-rata yang berbeda, nilai N rata-
rata terkecil yang harus digunakan untuk menghitung qa.
Nilai N yang diperoleh dari pengujian SPT di lapangan, sebelum digunakan dalam
hitungan-hitungan, perlu diadakan koreksi leb:ih dulu.
Jika tanahnya mengandung pasir ha!us atau pasir berlanau yang terletak di bawah muka
air tanah, sebelum nilai N digunakan dalam hitungan daya dukung, nilainya harus di reduksi
menjadi
dengan N' adalah nilai-N tercatat dari hasil pengujian di lapangan. Koreksi ini diberikan,
karena tanah yang mengandung butiran halus akan mampat pada jumlah pukulan kira
kira 15. Perubahan volume akibat terlalu banyaknya pukulan, menimbulkan tekanan air
pori yang tinggi sehingga mengakibatkan kenaikan jumlah pukulan.
Tahanan penetrasi menunjukkan kerapatan relatif dan tegangan efektif pada kedalaman
tempat pengujian diadakan. Berbagai kombinasi tingkat tegangan dan kerapatan relatif
akan menghasilkan nilai N yang sama. Karena itu beberapa analisis telah dikembangkan
134 Daya dukung
untuk
derhanamengoreksi jumlahgrafik
yang berbentuk pukulan
telahN-SPT dengan
diusulkan oleh tekanan efektif.(1957), Koreksi
Gibbs danoverburdenHoltz se
Tomlinson
(1969), dan Peck dkk. (1974) (Gambar 3.31). Perbedaan antara N terukur dan N
terkoreksi sangat besar terutama di dekat permukaan tanah. Kurva Tomlinson
memperlihatkan koreksi 4 kali dari N hasil pengujian pada kedalaman yang
dangkal, namun penggunaan koreksi tersebut harus diterapkan dengan
sangat hati-hati.
l LU
10
Tekanan keliling efektif (cr3') (kg/cm•)
Peck .,
dan Bazaraa (1969) :.-- .. - ---
�/ Tomlinson (1 969)
/
Gibbs & Holt (1 957)
/
/
Peckaman,
terlalu dan Bazaraa (1969) mengamati bahwa nilai qa Terzaghi dari Gambar 3.29
karena itu mengusulkanbeberapa modifikasi, yaitu: {1) Nilai daya dukung
diizinkan yang diperoleh dari Gambar 3.29 sebaiknya dinaikkan 50%, seperti yang
disarankan oleh Meyerhof {1965); {2) Peck dan Bazaraa menyetujui untuk mengoreksi
nilai terhadap tekanan overburden. Namun, menilai bahwa koreksi Tomlinson, N
Gibbs,
dan Holtz terlalu besar, karena itu mengusulkan pemakaian koreksi Peck dan
Bazaraa dalam Gambar 3.31 yang nilainya lebih rendah daripada nilai yang diusulkan
Tomlinson; {3) Diusulkan peng gunaaan koreksi qa terhadap muka air tanah, yaitu jika
kedalaman muka air tanah dengan jarak dari dasar fondasi selebar B, penurunan dapat
diestimasi dari S' KS, dengan S adalah penurunan fondasi yang dimensinya sama pada
z
kondisi tanah kering. K adalah per bandingan tekanan overburden efektif jika pasir kering
==
terhadap tekanan overburden jika tanahnya terendam air, pada kedalaman O,SB di
bawah dasar fondasi.
Perlu diperhatikan
fondasi bahwa prosedur
yang didasarkan penentuanSPTdaya
pada pengujian harusdukung diizinkan pada terhadap
dipertimbangkan sekelom pok
ke
tidaktentuan variasi kerapatan relatif tanah yang umumnya tidak seragam. Jika lokasi pe
kerjaan terdiri dari beberapa lapisan tanah dengan kerapatan relatif yang berbeda-beda,
lokasi pekerjaan harus dibagi-bagi menurut zona-zona yang mempunyai 'sifat-sifat tanah yang
sama, dan selanjutnya daya dukung pada masing-masing zona dihitung secara ter pisah.
Contoh soal 3.21:
Hasil-hasil
pengeboranpengujian
diketahuiSPTdibahwa
lapangan,
tanah seperti
berupayang
pasir diberikan
kasar Yb 1,85dalam
t/m3 , y'Tabel 1C3.1.t/mDari hasil
3, dengan
muka air tanah pada kedalaman 1,5 m dari permukaan. Jika fondasi dengan lebar 2,5 m
== ==
dan pada kedalaman 1,5 m akan didirikan pada tempat tersebut, berapakah daya dukung
yang diizinkan? Penurunan maksimum yang diizinkan 1".
Penyelesaian:
Nilai N yang dikoreksi terhadap tekanan overburden efektif dihitung pada Tabel
C3.1.
D, = 1,5m
m.a.t
__ 'l,_ - -
Yb = 1,85 t!m•
B = 2,5 m y' = 1 t!m•
Gambar C3.20
Tabel C3.1
Kedalaman (m)
N' terukur p0' = zy' (t m2) CN'
1,75
12 3,03 2,1 32 , ;' c:,
2,50
16 3,80 2,5
3,25
18 4,53 2,3 41
4,00
20 5,28 2,2 44
4,75
2,1 42
20
136 Daya dulcung
Unhik pertimbangan keamanan, koreksi tekanan overburden efektif pada Gambar 3.31
diambil dari C-N rata-rata di tengah-tengah kurva koreksi menurut Peck dkk. dan Gibs-·
·
Hol.tz.
' _ ,
1,5 +
2,5= 4,00 m. Dari Tabel C3.1 diperoleh nilai N rata-rata setelah dikoreksi =
.1
lA
. (32 + 40 + 41 + 44)= 39
Untuk menghitungqa, digunakan Gambar 3.29. Dengan N= 39 dan B = 2,5 m,
diperolehqa
2
= 40t/m . , - ·
Oleh karena muka air tanah pada dasar fondasi, nilai qa perlu dikurangi 50%
(Terzaghi dan Peck, 1948). Jadi, d'¥a dukung yang diizinkan dengan penurunan 1
2
inci adalah 50% x 40 = 20 t/m = 2 kg/cm .
Jika dipakai saran y. ang diberikan Meyerhof (1%5) dan Peck-Bazaraa (1969), maka
2
qa1= 40t/m . . ,
(3.63a)
Daya dukung diizinkan secara pendekatan untuk sembarang fonda8i dengan mengabai
kan lebarnya,
140 Daya dukung
an daya dukung ultimit dibagi dengan faktor aman, berguna untuk memberikan keamanan
terhadap hal-hal, sebagai berikut:
(1) Nilai kuat geser tanah yang pada kondisi alamnya bervariasi dari lapisan yang satu
dengan yang lainnya.
(2) Ketidaktentuan dari ketelitian hasil pengujian kuat geser tanah di laboratorium clan
penggunaan persamaan-persamaan daya dukung tanah ataupun cara empiris yang
digunakan dalam hitungannya.
(3) Penurunan yang berlebihan.
(4) Kerusakan tanah secara lokal yang terjadi pada waktu pelaksanaan pembangunan fon
dasi yang dapat mengakibatkan pengurangan daya dukung.
Macam tanah
�
Daya dukun aman
Keterangan
(kg/cm ) · ·
,
(a) Tanah-tanah granuler
Kondisi tanah yang bervariasi, merupakan pertimbangan utama dari pemakaian faktor
aman. Perhatian khusus diberikan jika hasil pengujian kuat geser tanah menghasilkan nilai
yang berbeda-beda. Faktor aman F= 2,5 sampai 3, biasanya digunakan untuk
menanggu
langi ketidaktentuan tersebut di atas. Untuk kondisi kombinasi pembebanan kecuali meli-
Teknik FONDASI 1 141
batkan beban
digunakan mati, beban
(Terzaghi hidup,1948).tapi
dan Peck, Jikajuga bebandimaksudkan
fondasi angin, faktoruntuk
amanmendukung
F 2 dapat
==
Nilai-nilai
tanah kohesif,perkiraan
diberikandaya dukung
dalam aman (q5) untuk tanah-tanah granuler dan tanah
Tabel Untuk tanah-tanah granuler, jika muka air tanah
lebih kecil dari B di bawah dasar fondasi, nilai-nilai dalam tabel tersebut harus dibagi 2.
3.7.
Nilai-nilai Tabel dapat digunakan sebagai petunjuk perancangan awal dalam peran
cangan.
3.7
4
PENURUNAN
4.1 Pendahuluan
Jika seluruh permukaan di bawah dan di sekitar bangunan turun secara seragam dan
penu runan terjadi tak berlebihan, mungkin turunya bangunan tak tampak oleh
pandangan
mata dan penurunan yang terjadi tak menyebabkan kerusakan ban ya. Namun, kon
disi demikian tentu mengganggu baik pandangan mata maupun kestabilan bangunan, bila
penurunan terjadi secara berlebihan.
Istilcih penurunan (settlement) digunakan untuk menunjukkan gerakan titik tertentu
pada bangunan terhadap titik referensi yang tetap. Umumnya, penurunan tak seragam
lebih membahayakan bang unan daripada penurunan totalnya. ContolKontoh kerusakan
bangunan akibat penurunan tak seragam, diberikan dalam Gambar 4.1.
{1) Gambar 4.1a. Jika tepi bangunan turun lebih besar dari bagian tengahnya, bangunan
diperkirakan akan retak-retak pada bagian A.
{2) Gambar 4.1b. Jika bagian tengah bangunan turun lebih besar, ba an atas bangunan
dalam kondisi tertekan dan bagian bawah tertarik. Bila deformasi yang terjadi sangat
besar, tegangan tarik yang berkembang di bawah bangunan d at mengakibatkan
retakan-retakan.
{3) Gambar 4.1c. Penurunan satu tepi, dapat berakibat keretakan pada bagian C.
(4) Gambar 4.1d. Penurunan terjadi berangsur-angsur dari salah satu tepi bagian ba
ngunan, yang berakibat miringnya bangunan tanpa menyebablcan keretakan.
... IIJJiI
(d)
il
(c) 1 retak
..
\penurunan
D I • I I
�
fleks•bel
,a)
b) (cl (d)
Dalam praktek, jarang dijumpai fondasi yang benar-benar kaku. Karena itu, distribusi
tekanan sentuh yang terjadi adalah di antara bentuk fondasi yang kaku dan fondasi
fleksi
bel. Dengan alasan tersebut, dalam praktek, distribusi tekanan sentuh fondasi ke tanah
dianggap seragam atau uniform, bila bebannya terbagi rata secara seragam.
Tegangan di dalam tanah yang timbul akibat adanya pembebanan di atasnya dinyatakan
dalam istilah tambahan tegangan. Karena, sebelum peletakan bebannya, tanah sudah
men derita tekanan akibat sendiri
Analisis tegangan di dalam tanah didasarkan anggapan bahwa tanah bersifat elastis,
homogen, isotropis, dan ter pat hubungan tinier antara tegangan dan regangan. Dalarn
144 Penururtan
volume.
V = volume awal.
= angk Poisson:
1.1.
E modulus elastis.
=
beban titik di permukaan. Tambahan tegangan vertikal (6.aJ akibat beban titik, dianalisis
dengan meninjau sistem tegangan pada koordinat silinder (Gamba 4.). Dalam teori ini,
tambahan tegangan vertikal (6.aJ pada suatu titik A di dalam tbeban titik Q di
permukaan, dinyatakan oleh persamaan:
(4.2)
dengan
l:az = tambahan tegangan vertikal.
z = kedalaman titik yang ditinjau. .
r = jarak horizontal titik di dalam tanah yang ditinjau terbadap garis lcerja beban titik.
( )
Jika faktor pengaruh untuk beban titik teori Boussinesq, didefinisikan
sebagai:
5/2
3 1
IB = 2n 1 + ( r/z ) 2 (4.3)
0,48
0.40
0,32
Is 0,24
0,16
0,08
0,8 1,2
2P 2,8 3,6 4,0
rl
z
Gambar 4.4 Faktor pengaruh untuk beban titik, didasarkan teori Boussinesq (/8) (Taylor, 1948)
Penyelesaian:
Beban-beban kolom dianggap sebagai beban titik, karena itu tambahan tegangan di
bawah masing-masing fondasi, dapat dihitung dengan persamaan:
Fondasi-fondasi diberi nama menurut nama kolomnya. Dalam soal ini, karena
susunan fondasi-fondasi yang simetri, tambahan tegangan di bawah fondasi-fondasi B
dan C, pada kedalaman yang sama akan menghasilkan dClz yang sama.
3m 3m _� -· .
..
.. - 40 I
3m r= 3
20 t 20 t
40 I
A m
-· ..
.. 8� I
3m z=6 m
j_
G
I
•
10 t
(a) Denah fondasi (b).��ngan
1-1
GambsrC4.1 .,
=· 1
40 =
0,5
2
t/m
0, X- 2
X
36
Teknik Fondasi
1 147
20 2
= 4 X - X 0,273 = 0,60 t/m
36
10 2
= 4 x - x 0,172 = 0,19 tlm
36
2
�crz (A) = 0,52 + 0,60 + 0,19 = 1,31 tlm
Ditinjau untuk fondasi 81. Dihitung jarak-jarak antara pusat fondasi 81 dengan yang lain:
20 0 6 0 0,478
20 4,24 6 0,71 0,172
20 4,24 '' 0',71
6 .�:
1)�172
20 6 6 c .. ., ..
. • l 40 6 t·
3. 0 ,5 ' •· ..
10 .3. .. <6 O..S ' 0,273�- • •
) 10 3 0,273:
10 6 1,12 ''j 0,063 :
10 6,7� 6 1,1� o,06Sr
10 2
= - x ( 0,273 + 0,273 + 0,063 + 0,063 ) = 0,187 tlm
36
Tambahan tegangan akibat beban seluruh fondasi di bawah pusat fondasi Bv pada ke
dalaman 6 m:
2
�crz (B1) = 0,303 + 0,503 + 0,187 = 0,993 tlm
(c)
Tambalum tegangan di bawahfondasi-fondasi C
Ditinjau untuk fondasi C1. Jarak pusat fondasi C1 terhadap fondasi-fondasi yang lain:
C1B1 = C1B2 = 3 m
c1c3 = c1c2 = 6 m
C1A = 4,24 m
C1B4 = C1B3 = 6,71 m
C1C4 = 6..J2 = 8,48 m
"
• r •; ;:: , t: ·h .��?
' .6 , 71 }: .
·
l)Uv�; f'�e
6 , 71
4,24 1,121.t
Orf: 0,063
0,\� a
·• ,
·
. .o •.
Teknik-Fondli 1
149
40
= - x 0,172 = 0,191 t/m
36
=
10
36
x �
(0,4 8 +0,084 +0,084 +0,!) 1) � = 0,1 8� 2
tfm
(4.5)
denf5an ex dan � dalam radial, yaitu sudut yang ditunjukkan dalam Gambar 4.5 .
tegangan yang menunjukkan tempat kedudukan titik-titik yang mempunyai ver
tikal sama akibat beban berbentuk ditunjukkan dalam Gambar 4.6a.
.-
lajur memanjeng .
28 28
B a
\�, 28
..
88
108
118 118
(8)
(4.6)
Teknik Fondasi 1 151
Ao, I
y ! A
Gambar 4.7 Tegangan di bawah beban terbagi rata berbentuk empat perse gi panjang.
8
0,28
�
cr,
L m =
L' l
I
0,26 m
l
m =
= 3,0
= 1 ,6
Beban q per satuan luas
m = 8/Z ; = UZ = 0,22
m dan dapat ditukarkan
b.CT
z = lq = 0,20
m=
me 0,18
o,1s
m=
0,14
0,12
0,10
0,08
0,06
0,04
0,02
0
0,01 0,02 0,1 0,2 2 4 6 8 10
Nilai n
Gambar 4.8 Faktor pengaruh I untuk tegangan vertikal di bawah sudut /uasan beban terbagi rata
berbentuk empat persegi panjang yang fleksibel (U. S.Navy. 1971)
152 Penurunan
dengan:
dengan:
L
n =
z
Nilai faktor pengaruh I untuk tegangan di bawah sudut luasan empat persegi
panjang yang menderita beban terbagi rata q dalam bentuk grafik, dapat dilihat dalam
Gambar 4.8. Sedang isobar tambahan tegangan di bawah luasan beban bujur sangkar
diberikan dalam Gambar 4.6b.
Tambahan tegangan vertikal pada sembarang titik di bawah luasan empat persegi pan
jang dapat ditentukan dengan cara membagi-bagi empat persegi panjang, dan kemudian
menjumlahkan tegangan yang terjadi pada tiap-tiap bagiannya. Sebagai contoh, misalnya
akan ditentukan tambahan tegangan vertikal di bawah titik X (Gambar 4.9). Untuk ini,
dapat dilakukan cara sebagai berikut:
A G D
E H
X
B F c
Gambar 4.9 Contoh hitungan tambahan tegangan vertikal di bawah titik tertentu akibat beban terbagi rata
empat persegi panjang.
Penyelesaian:
Beban total yang didukung kolom-kolom dianggap disebarkan secara sama pada luasan
fondasi pelat, maka
3,5 m 3,5 m
A B C
3,5 m
D F
3,5 m
G H
GambarC4.2
(a) Tambahan tegangan di pusat beban dihitung (titikE) dengan membagi luasan
fondasi menjadi 4 bagian yang sama, dengan ukuran 3,5 m x 3,5 m:
(b) Tambahan tegangan vertikal di titik D dilakukan dengan membagi dua luasan fondasi
nya, yaitu luasan DFCA dan DFIG
DF = 7 m ; AD = 3,5 m
B
m= - - = 0,583
z 6
L 7
n = = - = 1,17
-
z 6
m =7
= 1,17
z6
L . ,., .
n= = 1,17
z
., .
(.f.7)
,J �, ,:r
(H>)
2rr.-
, •\•-
akan dapat dipetfoleh, persamaan tambahan tegangan vertikal di bawah beban terbagi r-ata
berbentuk lingkaran fleksibel, sebagai berikut:
I � r •
\c. - ol
dengan
I=[�-
Foster dan Ahlvin (1954) memberikan grafik faktor pengaruh I untuk tambahan
tegang an vertikal pada sembarfl\g titik cti bawah beban terbag.i rata berbentuk li.ngkaran
fleksibel pada Gainbar 4.11. Faktor garuh I untuk tambahan tegangan cti bawah pusat
beban lingkatfan, cti.nyatakan oleh kurva x/r = 0.
Filktor pengaruh I
(%)
1.. ll
'1 . F�orp81)garu I untuk BIgan vertikal dbswah beb8fl terbag. rae berbentukHngkaran
Ah_lvln" 1
fteksibel (Fosterdan ).
156 Pmurunan
Penyelesaian:
1.em
B A
GsmbsrC4.3
dalam
·
Tabel C4.2.
(4.10)
an ada 9. Panjang satuan untuk menggambar lingkaran tersebut, adalah AB. Lingkaran
lingkaran dibagi-bagi oleh garis-garis, sedemikian hingga sektor-sektor lingkaran yang ter
bentuk mempunyai sudut pusat yang sama. Nilai pengaruh diberikan oleh 1 /n, dengan n
adalah jumlah eleme.n-elemen yang terpotong oleh garis lewat pusat lingkaran dan lingk'ar
an-lingkarannya. Karena terdapat 200 elemen, nilai faktor pengaruh (I) bernilai 1/200 atau
Teknik Fondasi 1 157
Gambar 4.12 Diagram pengaruh Newmarlc untuk tegBl vertikal ddssarlcsn pads tebrl Bousslnesq (Newmarlc, 1942).
0,005. Untuk menentukan besarnya tegangan vertikal pada kedalaman tertentu di bawah
fondasi, dilakukan cara sebagai berikut:
-
(1) Tentukanlah kedalaman (z) yang akan dihi�g tegangannya. = AB. Jadi, jika
Dibuat z
tegangan pada kedalaman yang akan ditinjau pada z = 5 m, panjang AB dalam ling
karan Newmark ekivalen dengan 5 m.
(2) Gambarkan denah fondasi dengan skala panjang sesuai dengan panjang satuan garis
·AB. Artinya, jika panjang fondasi L 15 m dan Jebar B 7,5 m, panjang
= =
t.o = qnl
maan:
dengan:
q = besarnya beban terbagi rata pada dasar fondasi.
n = jumlah elemen yang tertutup denah fondasi.
I = faktor pengaruh, yang untuk grafik yang diberikan dalam'contoh ini, I= 0,005.
Cara Newmark cocok untuk fondasi dengan bentuk dan ukuran- sembarang, sejauh
denah fondasi masih dapat digambarkan pada diagrmnya dengan skala yang memetluhi.
158 Penurunan
Penyelesaian:
Gambar C4.4
Pada Gambar C4.4, skala AB gambar ekivalen dengan z = 6 m. Denah luasan beban
digambar dengan skala garis AB yang dianggap mempunyai panjang 6 m. Karena tam
bahan tegangan yang akan dihitung di bawah titik PP, diletakkan di pusat lingkaran New
mark. Selanjutnya,
Metode ini merupakan salah satu cara pendekatan yang sangat sederhana untuk meng
hitung penyebaran tegangan akibat pembebanan diberikan oleh Boussinesq. Caranya de-
Ttknik Fondasi 1 159
ngan memhuat garis penyeharan behan 2V: 1H (2 vertikal dihanding 1 horizontal). Dalam cara
ini, hehan fondasi Q dianggap didukung oleh piramid yang mempunyai kemiringan sisi 2V:
1H (Gambar 4.13). Dengan cara pendekatan ini, lehar dan panjangnya bertarnhah 1 meter
untuk tiap penamhahan kedalaman 1 meter, atau hila dinyatakan dalam persamaan,
\a I I B-t.-
atau
(. l::bl
dengan:
.10z = tamhahan teganganvertikal pada kedalaman z.
Q = beban total.
q tekanan terhagi rata.
=
L panjang luasan hehan.
=
8 lehar luasan
=
hehan. z =
kedalaman .
/.: ...· ,,
I
Cara ini dapat juga untuk menghitung fondasi berhentuk �emanjang. Tamhahan t�
gangan vertikal pada fondasi memanjang dinyatakan oleh:
. qB
.10 = --
z
8 +z (4.13)
C.ontoh soal. 4.5: "
Luasan behan hetbentuk hujur sangkar berukuran 3 m x 3·m terletak di permukaan. tanah.
Di pusat luasan behan bekerja hehan titik sebesar 10 t Berapa,tambahan tegangan yang
ter jadi·pada kedalaman 4 m, hila dipakai cara penyebar 2V: 1H?
t6(r Pentirunan
Penyelesaian:
' -
I
I
\
� �II \\
'V I I
\
\\
7m
GsmbarC4.5
2
10 = 0,2 t/m
=
z (L+z) (3+4) (3+4)
(B+z)
Penurunan (settlement) yang terletak pada tanah berbutir halus yang jenuh dapat
dibagi menjadi 3 komponen, yaitu: penurunan-segera (immediate settlement), penurunan kon
SOLIDTLSI primer, dan penurunan KONSOLIDASI sekunder. Penurunan total adalah jumlah dari ketiga
komponen penurunan tersebut, atau bila dinyatakan dalam persamaan,
(4 14}
dengan
S = penurunan total.
S; = penurunan segera.
Se = penurunan konsolidasi primer.
55 =penuruna' n sekunder.
: -. � ';\ 1 c'"�' ·c 1.�
PENURUNAN-SEGERA atau disei:Sut juga penurunan elastis adalah penurunan yang dihasilkan
oleh distorsi massa tanah yang tertekan, dan terjadi pada volume konstan. Penurunan pada
tanah-tanah berbutir kasar dan tanah-tanah berbutir halus yang tak jenuh termasuk tipe
penurunan-segera, karena penurunan terjadi segera sesudah penerapan bebannya.
Penurunan KONSOLIDTLSI terdiri dari 2 tahap, yaitu tahap penurunan konsolidasi primer
dan tahap penurunan KONSOLIDTLSI SEKUNDER. Penurunan konsolidasi_ primer aaalah
penurunan
yang'terjadi sebagai hasil dari pengurangan volume tanah·akibat aliran afr meninggalkan
zona tertekan yang di oleh pengurangan kelebihan teklman air pori (EXCESS 'pOre water PRES-
Ttlatik Fondasi 1 161
sure). Besamya penurunan tanah merupakan fungsi dari waktu. Penurunan konsolidasi
sekunder, adalah penurunan ya:ng tergantung dari .waktu juga, namun berlangsung pada
waktu setelah konsolidasi primer selesai, yang tegangan efektif akibat bebannya telah
kon stan.
Besarnya penurunan bergantung pada karakteristik taitah dan penyebaran lekahan
fon dasi ke tanah di bawahnya. Penurunan fondasi bangunan dapat diestimasi dari hasil-
hasil pengujian laboratorium pada contoh-<Jontoh tanah tak terganggu yang diambil dari
pense
boran, atau dari persamaan-persamaan empiris yang dihubungkan dengan hasil
pengujian
di lapangan secara langsung.
4.4.1 Penurunan-Segera
Persamaan penurunan �segera atau penurunan elastis dari fondasi yang terletak di
permuka an tanah yang homogen, elastis, isotropis, pada media semi tak terhingga,
nurunan-s era.
dengC\1\ teka.n.an pada dasar fondasi.
S; =
• q =
B lebar fondasi.
=
NiJai faktor pengaruh bergantung pada lokasi titik yang foiitinjau di mana penurunan
akan dihitung, bentuk dan kekakuan fondasi. Untuk fondasi fle'ksibel, Terzaghi (1943)
me nyarankan nliai untuk menghitung penurunart pada sudut luasan empat persegi
pan
jang, sebagai
I =
1ll. ln
' ]
I' n B 1.1 R
dengan L dan B adalah panjang dan lebar fondasi. Nilai-nilaiI untuk berbagai bentuk
fon dasi, diberikan dalam Tabel 4.1. p
Schleic!ter _(1925) mem� faktor-faktor pengaruh Ip untuk fondasi yang kaku, se
perti yang dalam Tabel �.1. Untuk fondasi-fondasi yang t�rletak di
permukaan (Das, 1983): • ·
si
S; fratn-rnla,flek:�ibet); O,R5 S, Cd1 plf<;at,flekJsibe/
' (kakJr
::
's, (k.lktt = 0,93 O.Rn
5; (di pusRt, fl·•k'llbi!IJ
1 ·(4 l6a) ·
(4.16b)
162 Penurunim
Tabel4.1 Fakwr pengaruh Im (Lee, 1962·dan lp (Schleicher, 1962) untuk fondasi kaku, danfaktcr
pengaruh untukfondasi fleksibel (Terzaghi,1943) (dari Bowles, 1968) . .. ·.
·Peneliti yang lain menggunakan faktor pengaruh fondasi lingkaran yang kaku 0,79 = 1C/4.
Akibat pembebanan eksentris, fondasi yang kaku akan berotasi akibat momen peng
gulingan. Lee (1962) menyarankan nilai faktor pengaruh Im untuk fondasLyang. kaku pada
pembebanan eksentris, atau pembebanan yang menimbulkan momen,._E ota$i fondasi, di-
. .
r.
nyatakan oleh persamaan:
11nr., ,.
I
atau
( l 1.71 I
dengan
9 sudut rotasi fonda,si.
=
fondasi.
B = lebar fondasi.
L = panjang fondasi.
1.1 = angka Poisson (Tabel4.2).
E = modulus elastis tanah (Tabel4.3).
M = momen fondasi.
Im = faktor pengaruh (Tabel 4.1).
. ' ;·I
Perkiraan angka Poisson (p) dapat dilihat pada Tabel4.2. Teriaghi nilai J.i =
unluk'tan�h pasir, da� }i = 0,4
.
0,43 �tuk
-
bariy �
0,3 � 0,35 untuk pas1r dan p 0;4 = lem-
pung. ,.
Modulus elastis E dapat diperoleh dari kurva tegangan-regangan yang diperoleh dari
pengujian triaksial (lihat Mekanika Tanah 2, Hary Christady Hardiyatmo, 1994). Bila contoh
tanahnya terganggu atau rusak, maka modulus elastis (E) menjadi berkurang, dengan
demikian estimasi penurunan-segera menjadi berlebihan.
Modulus elastis (E) tanah dapat pula diperoleh dari pengujian beban pelat (plate load
Teknik Fondasi 1 163
test). Jika modulus elastis tanah granuler diambil dari pengujian beban pelat, nilainya dapat
ditentukan dari persamaan berikut:
(4 IS)
dengan
Ep modulus elastis dari pengujian beban pelat dengan lebar
=
Bp.
E = modulus elastis tanah.
B = l�bar fondasi sebenamya.
Tabel4.2 Perkiraan angkll Poison ij.L) (Bowles, 1968)
Macam tutah JL
Macamtanah
Keras
Berlanau50-20
Tidak padat100-2!50
5
0-1000
Padat
Pr dan
Padat Tklak-padat 8020
Lanau �140
20-20
150-60
14014000
Bowles (1977), memberikan persamaan yang dihasilkan dari pengumpulan data peng
ujian kerucut statis (sondir), sebagai berikut:
E = lO(N + IS)
(k/ftl) {4.20a)
(untuk pasir)
C = 6(N + 5) (k/ft2) (untuk pasir (4.20b)
berlempung)
Jika tebal lapisan tebal lapisan terbatas (H) (Gambar 4.14), dan lapisan yang
penururum-sega
mendasari la pisan tersebut berupa lapisan keras tak terhingga, maka pada sudut luas
an beban terbagi rata empat persegi panjang fleksibel yang terletalc-di permukaan,
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
S ' =· q B l (4.21a)
E r
dengan
'(4:2lb)
{4.22)
Bila fondasi tidak terletak di permukaan, penururum-segera perlu dikoreksi. Fox dan
Bow
les (1977) memberikan koreksi penurutlln-segera yang merupakan fungsi dari DJfB, LIB
dan
Jl, seperti yang disajikan dalam Gambar 4.15. Penuru110n-segera rata-rata, dinyC\takan
oleh
persamaan :
5' = aS
. (4.23)
dengan
a faktor koreksi untuk dasar fondasi pada kedalaman D
=
t
S;' penurunan-segera rata-rata yang telah dikoreksi, fondasi pada kedalaman
=
Nilai F1 dan F2
:X:�
c:
Il
E
7 Il
"0
i
�
..
-
-�
�
Gambar 4.14 Penu�nan-segera pails'Sudut /uasan beban terbagi rata ksibel di permukaan yang terte
tak padl lapisan elastis dengan·dasar keras (Steinbrener, 1934)
PanJang L
;,
Lap1san keras
(a)
DIB
Gambar 4.15 (a) Fondasi pada keda/aman 01
(b) Fa tor koreksi keda/aman untuk penurunan-s era pads fondasi empat persegi panjang
(Fox dan Bowtes, 1977)
dan lingkaran yang terletak pada tanah elastis, homogen, dan isotropis dengan tebal terba
tas, sebagai berikut:
s = qB (untuk J.l =
i J.Llf.lo E (4.24)
0,5} dengan
si = penurunan-segera rata-rata.
J.ll faktor koreksi untuk lapisan tanah dengan tebal terbatas H (Gambar 4.16}.
J.lo faktor koreksi untuk kedalaman fondasi Dt (Gambar 4.16}.
B lebar fondasi empat persegi panjang atau diameter lingkaran.
q tekanan fondasi neto.
E modulus elastis tanah.
Diagram pada Gambar 4.14 dan Gambar 4.16 dapat digunakan untuk modulus E yang
bervariasi dengan kedalamannya. Hitungan penurunan-segera, dilakukan dengan
membagi tanah ke dalam beberapa lapisan yang terbata&. Jika regangan pada tiap
lapisan dapat di hitung, akan dapat diperoleh nilai penurunan-segera totalnya.
1 ,0
0,9
0,8
2 10
0,5
0,1 0,2 0,5 2 5 10 20
IB -
100 1000
H
100
l panjang
50
2,0 l
20
10
:i 1 ,5 lapisan keras
5
1 ,0 2
0,5 1 Bujursangkar
0.0 lingkaran
0,1 0,2 0,5 1 2 5 10 20 50 100
o;a -- 1000
Gambar 4.16 Grafik yang digunakan dalam Persamaan (4.24) (Janbu, Bjerrum dan Kjaemsli (1 956))
lempung jenuh terletak lapisan keras. Beban terbagi rata pada dasar fonda�i 17,6 t /rr . /
Fon dasi terletak pada kedalaman 5 m. Hitung besarnya penurunan-segera dengan cara
(a) Stein brener dan (b) )anbu'dkk. (I,.apisan tanah keras dianggap tidak mengalall!i
penurunan).
" . ,. , "" ,
Penyelesaian:
B= 10m • B, = 5m_ 5m
I
L, = 10m
Fondasi rakit:
• 10m
x 20m q =
Lempung 17.6 Um2 D1=5m
jenuh: E = 60 10m
kglcm• jJ =
H=5m
05,
y•., = 1,8 um •
Lap1san keras
H/Bt=5/5=1
Lt!Bt =10/5=2
2
Tekanan fondasi neto q
n 17,6- (5 x 1,8) = 8,6 t/m . Penururum-segera
=
2
pada pusat
fondasi bila dianggap fondasi di permukaan (E=60 kg/cm =60 t/m2):
qBt
8,6 x5
S . =- x4x0,75F1
J E x4 x-0,75 x 0,13 = 0,03 m
= --
600
(3) Penurunan-segera untuk fondasi yang kaku dan terletak pada kedalaman 5 m:
LlB=
2, dari Gambar 4.16, diperoleh Ill= 0,3. DJIB 0,5; LIB= 2, dari Gambar 4.16, diperoleh
=
IJ.
= 0,9.
Penurunan-segera rata-rata jika fondasi fleksibel dan terletak pada kedalainan 5 in:
qB
09
8,6 X 10
51= 1!11!0- = 0,3 x x 0,039 m 39 m
E
= =
S/ = 0,93 x39 = 36 mm
Penyelesaian:
rn r
27 .u -r. 2' .u m
r-
8e18.30m r 9, 15m
8•18.3m
L 9 15m
·
PasIf
,. ; 0.3
l• = 1.92 tlm'
H,• 36 6m
mo12 = 0, 0011 4 m'/1 ·
Lempung
,. • 0,5 m,,= 0,00041 m'/1
E. 161
•
kgicm'
m. . = 0.0073 m'/I
m,. 3 0 00 m'/1 r
Teknik Fondasi 1 169
Akan dihitung penurunan pada pusat fondasi. Untuk ini, fondasi dibagi menjadi 4 bagian
yang sama, dengan panjang L1 = 54,88/2 = 27,44 m dan lebar B1 = 18,3/2 = 9,15 m.
2
Tekanan fondasi neto qn = 35 - (1,52 x 1,92) = 32,1 t/m
Modulus elastis pasir diestimasi menurut Persamaan (4.20a):
2 2 2
E = 10 (N + 15) = 10 (20 + 15) = 350 k/ft = 171,5 kg/cm = 1715 t/m
Karena hitungan penurunan cara Janbu hanya cocok untuk angka Poisson J.l. = 0,5, dalam
hal ini penurunan-segera dihitung berdasarkan cara Steinbrener.
(1) Penurunan pada lapisan
2
pasir:
2
0,3, J = (1 - 0,3 ) F1 + (1 -J.l. - 2J.J.) F
J.l. = P 2 2
= (1 0,3 ) F1 + (1 - 0,3 -2 x 0,3 ) F2
2
-
= 0,91 F1 + 0,52 F2
2
Penurunan lapisan lempung setebal Hv dengan ll = 0,5 dan E = 161 kg/cm (lihat Gambar
C4.7).
Karena ll = 0,5, maka IP = 0,75F1.
H/B = 6,1 /9,15 = 0,67; L1 /B1 = 3, dari Gambar 4.14, F1 = 0,05, sehingga
9,15 X 32,1
5i = X 4 X 0,038 = 0,028 m
2 610
6 mm
ufohnkdeadsai lsaamngaantfdoanndgaksai ladkcibmasnadnmgagt
ileba
rnc, jyaad,isbeih�indgigaabareikdaunk.Si
e lk petiurunan-segera
an-segera dari Hasil Pengujian di Lapangan
-segera dari hasil peng'!ljian beban pelat
= ( 28 )2
S ( 4. 2 )5
den g an
58 - - x b
S B = penurunan B +b
fondasi.
sb = penurunan pada pengujian beban pelat..
S.::
4q ;untuk 8 2 � 1, 'in
I
S.I =
N 8+1
;untuk8>1,2 m (4.26b)
dengan
intensitas beban'Yang diterapl<ah dalatn kip/ft2 (1 kip/f�
= = 0,49
kg/cm2).
q
B = lebar fondasi dalam ft (1 ft 30,48 cm). =
Si =
penurunan dala m inci(1 inci= 2,54 cm).
N = jumlah pukulari ·�ada pengujian'spf
P e n g am a ta n m Persamaan (4.26)
me m b e r i ka n n ila i ha siln ya ter la l u t in ggi.
e n u n jupenyesuaian
nyarankan k k a n bPersamaan
a h w a (4.26)
h a suntuk
i l p nil
e nurunan dariu
:U pen f. udianggap
yang n a n lebih
y a n (1977)
Bowles
mendekati ce me
g kenyataan,
n d esebagai
ru n gberikut
a m: a n , k a r en a
S -
2, Sq ·
; unt uk B :5:
i
1,2
�
(4.27a)
I -- m
N
dan
..
N
S
i
=
4
- {4.27b)
q (
B
}2 ;
unt
uk
B>
1,2
m
Teknik Forulslsi 1 171
dengan 8 adalah lebar fondasi (ft), q adalah tekanan fondasi neto dalam, (k/ftl) dan S;
adalah penurunan-segera dalam inci.
Berdasarkan data lapangan dari Schultze dan Sherif (1973), Meyerhof (1974) memberi
kan hubungan empiris untu.k penurunan pada fondasi dangkal sebagai berikut:
tj• /1
2_,'\j (unlul-.: pa"' r dan J.�·rtkil)
� ··
•
( tl" /1 •
dengan
S; = penurunan dalam inci. 2 2
q = intensitas beban yang diterapkan dalam t/tt-2 (t/ft
;,.1 kg/cm ).
8 = lebar fondasi dalam inci.
dengan
C = angka pemampatan (angka·kompresibilitas).
qc = tahanan k�ucut statis.
p0' = tekanan overburden efektif rata-rata atau tegangan efektif di tengah-tengah
lapisan yang ditinjau.
'
Satuan qc dan p0 harus sama. Nilai C ini, disubstitusikan ke dalam persamaan
·
I' ·� ,,
H
(41ll)
dengan
S; = penurunan akhir (m) dari lapisan setebatH (m).
'
p0 = tekanan overburden efektif rata-rata, yaitu tegangan efektif sebehim penerapan
bebannya, drtengah-tengah lapisan.
t.p = 60z = tambahan tegangan vertikal di tengah-tengah lapisan yang' ditinjau oleh
tekanan akibat beban fondasi neto.
memberikan korelasi antara nilai N dan tahanan kerucut statis (qc) yang diperoleh d ari
·
pe-
ngujian ker':cut statis pada tar:ah granul e r, se bagai
..
.
.t
(4.31)
berikut:
dengan ! f, 4
qc
.=
Schmertmann
2.dalam kg/cm (1970), juga memberikan cara untuk menghitung besarnya penurunan
·
p a d a t an a h g r a n u l e r ( b e rb u
s t a ti s. B e sa r n y a p e n u r u n a n -
t ir k as a r ) d e b e r d as a rk an h a s i l
s e e ra ( 5 ; ), d inyata k a n d a la m be n t u k
p e n g u jia n pe n e tr a s i k r u c u t
p e r sa m a an se b a g a i b er i k u t
C
I ",
=
ll2 lj -l ,\..:
(4.32)
den g an
c l = faktor koreksi kedalaman.
c2 faktor rangkak.
=
8 lebar
=
fondasi.
l faktor pengaruh re-gangan lateral (Gambai4.17)
z =
E = modulus elastis
tanah.
A.z ��tebaian lapisan:
= ·
. P,
C1 � I - 05 ,
)
--
l . 1 t () :!
' ' 0 , I"
dengan t
adalHahit uwn ag a n
k tu ya n g d i ti n ja u, d i n y a tak a n d a la m t a h u n
pad p a en
k e ud ru
a la
n man
an d Bi adalah
la k u lebar
k a fond
n d ei.nF gktor
a npengaruh
m e m regangan
p e rhvertikal
at i k a n
(Iz)
.
tahanan kerucut qc sampai
maks im u m ad a lah
z m i nim u m m ksimum ini, dianggap terdapat pada z = 0;58,
l p I akedalaman
d a z = 28. ertmann terse ut se agai dis-
•
. _ •
yang ·d apat dianggap mendekati sama (Gambar ·4.17c). Kurva (28 - 0,6) diletak di
bawah dasar fondasi dan digambar dengan skala tertentu (Gambar 4.17b�. Penurunan
a.ki bat beban dihitung dari hitungan E dan lz yang sesuai untuk tiap lapisannya. Jumlah
penu runan di setiap lapisan, •kemudian dikoieksi terhadap faktor kedalaman (C1)·
dan'faktor rangkak (C2).
.. �· .f
3
�
LL...
4
B
Tahanan kerucut qe (kg/cm2)
0 100
Oibaca 1, pada te
ngah-tengah lapis
Laptsan 1
an menyata
kan pengaruh
regangan vertikal Laptsan 2
rata-rata pada la
pisan yang ditinjau. B/2
Lapisan 3
Tahanan kerucut
rata-rata
Lapisan 4
Lapisan 5
.. ..
0,6 0,8
t/m2.Muka air tanah•terletak pada kedalaman 1 m dari permukaan. Tanah pasir mempu
nyai berat vohurt,e r;, = 1,85 dan 'Ysat = 2 t/m3. Dari hasil pengujian SF'I' diperoleh variasi
nilai N ntm:ata yang'� �ikoreksi seperti p ada:.Gambar C4.8. Tentuk,an penurunan pada
N-SPT Qc (kg/cm')
I,
486496 0 02 0,4
�;_�
_l���
T 0
-· 0
N= 12 ' II
I
Dasar fondas•
:;
B = ,5 � .
-·
-
T--
•
-
- - - ---o 2a·' -
-
-
1
-:-�------
1 m 1,5
.l-- ---- 1,75 ::_ 0.6
:§: 2 ,
- -·
2.0 I --------------2
1.85 -
Yo =
, 043
c 0
Ysar = 2tlm• <1
IIm3 � 3 3, 0
<0 3,5
�
X: 4 N=2A 4,0 40
5,0
GsmbarC4.8
T abel C4.3a
1,5q,
p0' (di tengat C= -
lapisan)
Lapisan Tebal q , (t/m2)
(m) lapisan (H) (t/ m 2) Po'
1-2 1 480
(1)'(1,85) + (0,5)(i) ' = 2,35
306,4
1 640
(1)(1,85) + (1,5)(1) = 3,35
286,6
4-5,5
3-4 1 (1)(1,85) + (2,5)(1) =
4,35
960 331,0'·
1,5. r(1){1,85) �+. (3,75){1 )
960 257,1
Ttlcnik Fondasi 1 175
Hitungan �CJz di bawah pusat fondasi dilakukan dalam Tabel C4.3b. Yaitu, dilakukan de
ngan memba luasan fondasi menjadi 4 bagian yang sama, dengan B1 =1,5/2 .
= 0,75 m=L1
i
•
'
2
q = 30- (1 x 1,85) = 28,15 t m
Hitungan penurunan-segera pada tiap lapisan yang ditinjau, dilakukan pada Tabel C4.3b.
Dalam tabel
H
5. =- In
p '+!J.p
pI
I C,
Tabel C4.3b
c = 1- o,s
1
( )
p '
ct = 1- o,s (281,85
,15
) = 0,97
c = 1 + 0,2 log
2 0,1
p� tel\anan prakonsortdas
=
p (skala log)
Pc'
Besarnya penurunan konsolidasi tanah lempung sangat bergantung pada sejarah geologi
lapisannya, yaitu apakah lempung terkonsolidasi nonnal (nonnally consolidated) atau terkon
solidasi berlebihan (overconsolidated). Cara pendekatan untuk membedakan kedua jenis
tanah
lempung tersebut, dapat dilakukan sebagai berikut:
(1) Dari mengetahui sejarah geologi lapisan tanahnya. Yaitu, dengan meneliti apakah tebal
lapisan tanah waktu lampau pernah terkurangi, atau dengan mengetahui apakah ke
dudukan muka air tanah sekarang lebih tinggi dari waktu yang lampau.
(2) Dengan cara yang diberikan oleh Casagrande (1936), yaitu seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 4.18. Jika Pc' > p0', lempung termasuk jenis terkonsolidasi berlebihan.
= P '
Jika c
p0', lempung termasuk jenis terkonsolidasi nonnal.
(3) Dengan membandingkan kuat geser tanpa-drainase (su = cu) (undrained shear
strength)
yang sesuai dengan karakteristik lempung terkonsolidasi nonnal sehubungan dengan
hubungan kuat geser tanpa-drainase dan nilai indeks plastisitasnya (PI) (Gambar- 4.19).
Jika kuat geser yang diperoleh lebih tinggi dari lempung terkonsolidasi nonnal,
diperkira kan lempung tersebut termasuk jenis terkonsolidasi berlebihan.
(4) Dengan membandingkan angka KOMpresibilitas Cc di bawah tekanan overburden
efektif (p0') dengan perkiraan Cc untuk lempung terkonsolidasi nonnal, yaitu Cc =
p0' kurang dari nilai yang diharapkan untuk lempung
0,009(LL - 10). Jika Cc pada tekanan
terkonsoli dasi nonnal, lempung dapat diharapkan termasuk jenis terkonsolidasi
berlebihan.
(5) Dengan menentukan indeks cair (LI) tanah lempung, yaitu
WN - PL
LI =
LL - PL
dengan
LI = indeks cair.
wN = kadar air asli di lapangan.
PL = batas plastis.
LL = batas cair.
0,9
0,8
0,6
c,}p0' = 0, 11 + 0,0037(PI)
0,4
0,2
I
0, I
tempung erkonsolidasi nonnal mempunyai indeks .cai� (I,J) antara 0,6 sampai -1, dan lem
pung erkonsolidasi lJerlebihan mempunyai i}ldeks cair 0 �pai 0,6. Nilai-nilai
..tq�but, hanya sebagai petunjuk secara kasar.
kurva e-p titik pada kur-va dengan tekanan p0'. Tekanan p0' ini adalah tekanan awal
dan:dipilih
pada
kedalaman contoh tanah yang diuji. Bila contoll tanah yang jenuh tidak mengalami gang
guan, maka e0 wG81dengan w adalah kadar air a�U di lapangan�an
= G5 adalah berat jenis
tanahnya. litik ev
dipilih.Jitik pada kurva..yang telah terkoreksi akibat gangguan cQntoh
tanah, pada tekanan ·P1'.
PenurunankonsoHdilsi primer dihitung dengan menggunakan persamaan-persamaan:
(4.34)
dengan
t.e = perubahan angka pori akibat pembebanan.
e0 = angka pori awal.
e1 = angka pori saat berakhirnya konsolidasi.
H = tebal lapisan tanah yang ditinjau.
ej- e2
c ; pada bagian linier kurva pembebanan (435)
log(p2'/pl')
dan
c =
c4- ; ppasan beban (4.36)
r '
log (p3'lp4 )
..... .
dengan e1 sampai e4 dah fJI sampai p4' adalal\ titik-titik pada.k�rva yang
ditunjukkan pada Gambar ·
�
4.20
Untuk lempung erkonsolidasi nonnal (normally consolidated)
(Ae) per ubahan angka'p_ori 4.21a}, a\
<ibat korisolidasi dinyatakan oleh:
(4.37
179
tfeknikFont/Qsi 1
p,·
C, dan Cc dalam gambar adalah kurva yang telah dikorekst (kurva asli d1
lapangan) e
eo eol·-- Po'
eo
e p,· <Pc' <Pc' <Pt'
Po'
=Pc'
e, c
....c-.� d --:- -
Po'
' 1· •
I
e,
e1 • - i - - - -4- -
I
' ·- I
I
p.• p' (skala log) • ' p' ,(�kala Pc' p' log)
Po log)
(a) (b) (c) . • • 1 •. 1:
Untuk lempung terkcmsolidasi berlebilum (overconsolidlzted), yaitu jika Pc' > p0',
angka pori (&) dip�bapgkan dalarp 2 kondisi, sebagai
perubahan
berikut:
'
(1) Jika p1 <p ( Gambar 4.21b), '
·, · ·
c l · ,.,
J
•
P. o .•
,
1/tf'
180 Penunman
ll.e
Po'+ll.p P/ (4
= c log- +C
, .3
Po' c 9)
pasar
..
m.a.t .
- - '? - -,_
-·. :-:'. -:- -
- -
.. ;;---�--: . -.
. . ... � ..
-- - - - - · -- -
Lempung dibagr
menJadr n laprsan
-- - - - --- -------
•
'- ----- --- ---
.}.pn
- j
. ' . . .. . . .. . . .. .· � . . ., , ; .. .. . . . .
I= 11 fl.e
I Ill
(4 40
•
=
5, �5r = -1 j,H 1
1 l 'i: 0
I
e
e
adalah angka pori awal sebelum tanah dibebani. Prosedur penggambaran kurva -
log p'
Teknik Fondasi 1 181
dengan lempung
untuk LL adalah batas cair dalam persen. Persamaan tersebut sebaiknya tak digunakan
dengan sensitivitas lebih besar dari 4.
e
e ACI!ED
eo
0,42eo - - - - 1 - -
- - -
Po' = Pc' p' (skala log} Po' Pc' p' (skala log}
(a (b)
Gambar 4.23 Koreksi kurva laboratorium akiba t ganggunan contoh tanah (Schmertmann, 1 955).
b.p (1 + eo)
dengan b.e perubahan angka pori, !lp tambahan tekanan akibat beban, e0 angka pori
pada tekanan =
(1) Lapisan tanah dibagi dalam n lapisan dengantebal masing-masing lapisan !lHi.
(2) Hitung tambahan tegangan (b.pi) di setiap tengah-tengah lapisan akibat beban yang
bekerja.
(3) Penurunan konsolidasi dihitung dengan:
i = n
5c = L M
vi b.p i b.H i (4.43)
i 1
dengan MVI adalah MV pada lapisan ke-i.
=
182 Pennrunan
Akibat beban fondasi, lapisan tanah lempung akan mengalami deformasi lateral, dan
kelebihan tekanan air pori yang timbul akan kurang dari tambahan tekanan vertikal akibat
bebannya. Pada kondisi ini, tekanan air pori akan bergantung pada koefisien tekanan pori A.
Skempton dan Bjerrum (1 957) menyarankan koreksi penurunan konsolidasi yang dihitung
berdasarkan pengujian laboratorium dengan menggunakan persamaan:
sc - � s c ( oed)
- (4.44)
dengan Sc (oed! adalah penurunan yang dihitung dari hasil pengujian konsolidasi di laborato
rium Persamaan-persamaan (4.40) dan (4.43), adalah
Se estimasi penurunan konsolidasi
primer yang terjadi di lapangan, � adalah nilai koreksi dari Skempton dan Bjerrum,
dengan
� = A + ( l - A) a (4.45)
Nilai a tergantung dari bentuk fondasi dan koefisien tekanan pori A. Variasi a yang
diberi kan oleh Skempton dan Bjerrum untuk angka Poisson tanah jenuh 11 = 0,5, disajikan
dalam Tabel 4.4. Nilai koreksi � yang disajikan dalam bentuk grafik, diperlihatkan dalam
Gambar 4.24, dengan H adalah tebal lapisan lempung yang mampat dan B adalah lebar
atau diame ter fondasi. Untuk maksud praktis, perkiraan nilai � pada Tabel 4.5 dapat
digunakan.
Tabel 4.4 Perkiraan nilai a untuk koreksi penurunan konsolidasi (Skempton dan Bjerrum, 1957)
a
H/B
Fondasi lingkaran Fondasi memanjang
0 1,00 1,00
0,25 0,67 0,80
0,50 0,50 0,63
1,00 0,38 0,53
2,00 0,30 0,45
4,00 0,28 0,38
10,00 0,26 0,36
00
0,25 0,25
Macam lempung �
0,2-0,5
Teknik Fondasi 1
0,6
- Lingkaran
_ _ Memani!,':lg
Lempung
sangat
Terkonsolidasi berlebihan Terkonsolidasi normal sensitif
= (4.46)
faktor waktu.
panjang lintasan drainase (Ht H/2, untuk drainase dobel clan Ht = H, untuk
=
drainase tunggal).
tebal lapisan lempung yang mampat.
koefisien konsolidasi pada interval tekanan tertentu.
184 Penurunan
Nilai-nilai faktor waktu (Tv) untuk persentase penurunan konsolidasi ( U) rata-rata yang
didasarkan pada teori konsolidasi satu dimensi Terzaghi, diberikan dalam Tabel 4.6. Nilai
nilai pada tabel tersebut dapat dipakai untuk kondisi drainase dobel dan drainase tunggal.
Tabel 4.6 Hubungan faktor waktu (Tv) dan derajat konsolidasi (U)
U% TV
0 0
10 0,008
20 0,031
30 0,071
40 0,126
50 0,197
60 0,287
70 0,403
80 0,567
90 0,848
100 00 •
Tipe kurva variasi kelebihan tekanan pori awal yang digunakan bergantung pada
distri busi tekanan fondasi pada lapisan lempungnya. Tabel 4.6 memberikan kasus-kasus dengan
distribusi tekanan pada lapisan lempung yang terjadi dianggap seragam (Gambar 4.25a dan
4.25b).
Di laboratorium, nilai Cv ditentukan dari penggambaran kurva waktu (t) terhadap pem
bacaan penurunan. Umumnya digunakan dua macam cara, yaitu metode kecocokan
log waktu (loG-TIME fitting METHod) yang disarankan oleh Casagrande dan Fadum (1940)
(Gam bar 4.26a), dan metode akar waktu (square root TIME METHOD) yang disarankan oleh
Taylor
(1948) (Gambar 4.26b).
Metode Casagrande dan Fadum digunakan untuk menghitung nilai Cv sehubungan
dengan derajat konsolidasi U = 50%, dengan pada derajat konsolidasi tersebut Tv = 0,197.
Untuk ini, Cv dinyatakan dalam persamaan:
2
0,197H
1
cV = (4.47a)
dengan Ht adalah panjang lintasan drainase, t50 dan t90 berturut-turut adalah waktu yang
dibutuhkan untuk penurunan konsolidasi 50% dan 90%.
Pada pengujian konsolidasi dengan alat oedometer, distribusi tekanan pada seluruh
kedalaman contoh tanahnya sama. Dari kondisi tersebut, Casagrande (1938) dan Taylor
(1948) memberikan hubungan Tv dengan U rata-rata, sebagai berikut:
Teknik Fondasi 1 185
U) -
Empat persegi panjang
2H
- !t , aliran
H
(b)
(a)
� Lolos air
� Kedap air
gapBilasebagai
dasar bahan
fondasiyang
terletaklolospadaair.lapisan
Karena,lempung, fondasi yang beton
pada kenyataannya terbuatlebih
dari beton diang
meloloskan
air daripada tanah lempung, kecuali jika dasar fondasi beton dilindungi.
Penurunan total pada sembarang waktu t, dinyatakan oleh persamaan:
5 == 5. + U5
l c (4.49)
penurunan
penurunantotalsegera.
saat t tertentu.
St!Sc persentase atau derajat penurunan konsolidasi.
penurunan konsolidasi saat waktu t tertentu.
penurunan konsolidasi primer total.
=
Kecepatantekanan
kelebihan penurunan konsolidasi
air pori primer tergantung
yang timbul pada kecepatan
akibat kenaikan tekanan berkurangnya
oleh beban
bangunan. Kenaikan tegangan efektif di dalam tanah akibat pengurangan volume tanah,
dipengaruhi oleh kecepatan air pori meninggalkan rongga pori lapisan lempung yang
tertekan. Kecepa tan penurunan struktur sebagai akibat berkurangnya volume tanah
dipengaruhi oleh kece patan air pori merembes lewat lapisan lempung menuju ke lapisan
tanah berpermeabilitas tinggi yang memungkinkan terjadinya drainase. Terzaghi
memperhatikan kondisi yang
186 Penurunan
4t
--- -
Ro
6,4
E -- --
Rsc
c
.s
"' I
c
2 5,6
:J I
c
Q) Rtoo + Ro I
Q._ R,, =
2 I
5,2
Rwc
I
I
I
1 ---
I
I
I
4,4 10.000
t10 100 waktu (memt) 1000
6,8
6,0
[_
c
I
"'
c
� 5,6
c
Q)
Q._
11 \
-- -- - -- - -- "\-- I'
5,2
4,8 90 1 1\ Vt
0 Vt90 0 R
(c)
Gambar 4.27 Beberapa sebab yang mempengaruhi kecepatan konsolidasi /apisan lempung.
Terdapat beberapa
lapangan faktorhasil
yanghitungan
menyebabkan kecepatan penurunan konsolidasiTerzaghi.
fondasi
diJika lebarlebih cepat dari kecepatan penurunan yang diberikan
fondasi (B) kurang dari ketebalan lapisan lempung (H), asumsi drainase satu
dimensi tidak lagi realistis, karena kondisi drainase menjadi 3 dimensi (Gambar 4.27a).
Untuk lebar fondasi B yang sangat lebih besar daripada tebal lapisan lempung H, kecepat an
penurunan hanya fungsi dari H. Sedang untuk lapisan lempung yang tebal, kecepatan
penurunan juga tergantung dari lebar fondasi B. Jadi, kecepatan penurunan
konsolidasi selain fungsi dari Cv dan jarak lintasan drainase H, juga
fungsi dari B.
penu Pengaruh dari lebar
runan fondasi pelatfondasi (B) dan lintasan drainase (H) terhadap kecepatan
di 4 lokasi diperlihatkan oleh Butler (1974) dalam Tabel 4.7.
Dalam tabel tersebut diperlihatkan variasi perbandingan antara Cv di lapangan (Cv(lilp!)
dan Cv di laboratorium (Cvaab!) terhadap tebal lintasan drainase (H) dan lebar
fondasinya (B). Terlihat bahwa, pada stasiun Elstree, nilai banding (Cvaap!)! (Cvaab!) tidak
besar, karena tebal lintasan drainase yang hanya 2,4 m relatif kecil, sehingga kemungkinan
terselipnya lapisan-lapisan pasir atau lanau tipis yang memungkinkan terjadinya drainase
tambahan pada lapisan lempung lebih sedikit.
tanahFaktor lain yangAdanya
lempungnya. mempengaruhi
lapisan tipiskecepatan penurunan
tanah yang lolos air, konsolidasi
seperti lanauadalah
dan pasirhomogenitas
yang
188 Penurunan
terselip di antara
menuju lapisan lapisanlintasan
ini, sehingga lempung 4.27b), memungkinkan adanya drainase
drainase(Gambarmenjadi lebih pendek dari yang diperkira kan
dalam hitungan.
Tabel 4.7 Pengaruh lebarfondasi pada nilai Cv (Butler, 1974)
Penurunan
penurunan konsolidasi
konsolidasi sekunder terjadi pada
primer berhenti. Besartegangan efektif merupakan
penurunannya yang konstan,fungsi
yaituwaktu
setelah(t)
dan kemiringan kurva indeks pemampatan sekunder (Ca)· Persamaan kemiringan Ca
di nyatakan dalam persamaan:
�e
(4.50)
1 +e t1 (4.51)
p
penurunan konsolidasi sekunder .
tebal benda
angka pori uji awalakhir
saat ataukonsolidasi
tebal lapisanprimer.
lempung.
t1 +
saatM.waktu setelah konsolidasi primer berhenti.
Nilai Ca dapat diperoleh dari grafik hubungan angka pori (e) terhadap waktu (t) (Gam bar
4.28).
Hingga sekarang,
konsolidasi sekunder.belum
Pada ada
waktucaraterjadinya
yang tepatkonsolidasi
untuk menghitung
sekunder,besarnya
dua faktorpenurunan
dapat mem-
Teknik Fondasi 1 189
pengaruhi
Dan yangprosesnya. Pertama,vertikal
kedua, regangan pengurangan
akibatvolume tanahtanah
gerakan padasecara
teganganlateral
efektifdikonstan.
bawah
struk turnya. Terzaghi (1948) menyatakan bahwa kedua faktor tersebut dapat menghasilkan
tipe penurunan yang sangat berbeda dari struktur yang satu ke struktur lainnya, dan
besarnya penurunan masih tergantung, antara lain, dari tingkat tegangan dan macam tanah
lem pungnya.
eP - - ----------
I
1 0.
.
I
� --xr-�···--,
t1
0 tz
waktu t (skala log)
Tabel 4.8 Nilai Ca!Cc untuk beberapa MACAM tanah (tfesri dan Godlewski (1 977)
Lanau organik0,035-0,06
Gambut amorphous danfibrous 0,035-0,085
tfuskeg Kanada 0,09 -0,10
Lempung Leda (Kanada)0,03 -0,06
Lempung Swedia post-glacial 0,05 -0,07
Lempung biru lunak (Victoria,B.C.)
0,026
Lanau dan lempung organik 0,04 -0,06
Lempung sensitif, Portland, ME
0,025-0,055
tfud Teluk San Francisco 0,04 -0,06
Lempung varved New Liskeard (Kanada)
0,03 -0,06
Lempung Mexico City 0,03 -0,035
Lanau Hudson River 0,03 -0,06
Lanau lempung organikNew 0,04Hagen
-0,075
190 Penurunan
Beberapa
alami penurunanasumsi yang berkenaan
konsolidasi sekunder dengan kelakuan
telah dibuat. Daritanah berbutiLadd
penelitian r halus dalamdanmeng
(1971a) lain
lainnya, Raymond dan Wahls (1976) menyimpulkan, sebagai berikut:
(1)diperhatikan).
Ca tak tergantung dari waktu (paling tidak selama masa waktu yang
pada
Tabel C4.4a dan hitungan penurunan konsolidasi diberikan dalam Tabel C4.4b.
= 4Iq
2) n
Jarak dari
bawah fondasi
B L
I 4I (tlm
llcr2
Z (m)
- -
Z Z
Lapisan
Se = mv Llp Llh
(m2/t) (t/m2 )
mv til
lempung LlO"z = Llp
(m) (m) (m)
7,62-13,72 0,00145 26,1 6,1 0,231
13,72-19,82 0,00114 19,5 6,1 0,135
19,82-25,92 0,00091 14,5 6,1 0,080
25,92-32,02 0,00073 11,0 6,1 0,049
32,02-38,12 0,00046 8,6 6,1 0,024
Telah dihitung pada Contoh soal 4.7, Si = 236 mm.
Penurunan total adalah jumlah penurunan-segera dan penurunan konsolidasi, jadi
S = Si + Se = 236 + 363 = 599 mm
Penurunan konsolidasi sekunder dalam hal ini tidak diperhatikan.
Contoh soal 4.10:
Fondasi bujurterdiri
berla is yang sangkar 2 m setebal 4 m dengan E =2 m360terletak
dari pasir kg/cmpada, J.llapisan
= 0,3, tanah
dan
x
= 1,80 2t/m . Di 2
bawahnya
Yb
terdapat 3
lapisan
0,5, =lempungprakonsolidasi
setebal 3 m, d engan: E =2 160 kg/cm ,2 = 0,5, = 2 t/m , Cc =
0,03,Crtekanan Pc' = 7,5 t/m , Cv = 0,45 m /tahun, w = 40%, dan G5 =
J.l Ysat
2,67. Di
bawahkelapisan
pada dalamanlempung terdapatpadalapisan
4 m dan fondasi batu1 yang
kedalaman kedap
m. Hitung air. Muka
besarnya penurunanair tanah
akhir
total dan penurunan setelah 3 tahun, bila tekanan pada dasar 2 fondasi q =
18,2 t/m .
Tekanan fondasi neto qn = 18,2- (1 1,8) = 16,42 t/m
Pen y elesaian:
3600
192 Penurunan
q= = 1 8, 2 um• Pasir:
B=2m
4m : · .' .... .. ·.. .
,, .-;_ . .
··• ·· Yb == 1,8 um•
Lempung: E
. .. . .. ... �
:: 0,5
= 1 60 kg/cm2; w = 40 ; Gs = 2,67
3m ll
Ysat == 2 Um'
Gambar C4.9
Ip = 0,75 tf1
H2/B1 = 6/1 = 6; L1 /B1 = 1,
dari Gambar 4.14, diperoleh F1 0,46
Maka,
=
sil
= 1 X 16,4
x 4 x 0,345 = 0,014
1600
Penurunan lapisan lempung tebal H1 = 3 m (di bawah dasar fondasi) dengan = 0,5 dan
E 2 11 =
160 kg/cm .
Maka,
Ip = 0,75 X 0,46 = 0,345
1 X 16,4
X (4 X 0,345 ) = 0,014 m
Sil =
1600
Teknik Fondasi 1 193
2
p0' = (3 x 1,8 ) + (1,5 x 1) = 6,9 t/m
2 2
Karena P c' = 7,5 t/m > p0' = 6,9 t/m , tanah termasuk jenis lempung terkonsolidasi
berlebih an. Untuk ini, dipakai:
' Pa' + l1p
!1e C log P+c C -
log pc'
= p a'
log 6,9 + 1,44
r
c
= 0,03 x log + 0,8 x - = 0,048
Penurunan konsolidasi:
!1e 0,048
1 + e0 =
H
s
= 0,07 m
--
c 1+ 1,068
Penurunan total adalah jumlah penurunan segera pada lapisan pasir dan lempung ditam
bah penurunan konsolidasi pada lapisan lempung. Dengan memberikan faktor koreksi
kekakuan fondasi untuk penurunan segera, maka penurunan total:
Dalamprimer
dasi hal ini, penurunan konsolidasiuntuk
yang dihitung yang diperhitungkan
waktu adalah penurunan konsoli
(t) tak terhingga.
·
Penurunan setelah 3 tahun
Dianggapdrainase
(c.2)
0,45 3 = 0,15 X
32
Jika dianggap U 60%, berlaku Persamaan (4.48a):
<
y,
=(
4x 0,15 0,44 0,6
U =
7t ) <
Jadi,
Derajatanggapan U 60% benar.
konsolidasi rata-rata:
<
mm
Catatan:
Misalnya
demikian, lapisan
lapisanbatu digantikan
lempung akan lapisan kerikilkeyang
terdrainase arah padat
atas danbawah.
dan tidak kedap
Untukair.drainase
Dengandobel
ini, H = H1/2 = 3/2 = 1,5 m.
Jika dianggap U 60%, u berlak
vy),__(4 x 0,60 y,
<
4T
U 1t
) = 0,87 > 0,6 (tidak OK!)
__ 7t
KarenaU > 60%, harus akan digunPersamaan (4.48b):
0,6 = -0,933U) log - 0,085
( 1-
v
T =
1 (- 0 08
-
log (1 --{)'70,933
34 = 0,184 5 - 0 6) -0,734
U) = - -
I
1- ' =
u
= 10
u = 0,816
Teknik Fondasi 1 195
r- pembangunan selesai
2
c:
Q)
c:o
+ /
Waktu (t)
c: Waktu (t)
fO
c:
:>
::;
c:
Q)
0.
Gambar 4.29 Grafik hubungan antara waktu terhadap pengembangan dan penurunan akibat beban ba
ngunan.
196 Penurunan
Sifat khusus dari kurva penurunan terhadap pembebanan selama pelaksanaan hingga
selesainya pembangunan, diperlihatkan dalam G ambar 4.30. Cara pembuatan kurva penu
runan selama pelaksanaan adalah sebagai berikut:
Mula-mula, dibuat kurva penurunan neto, yaitu dengan menganggap beban fondasi di
terapkan secara mendadak. Kurva ini terletak di bawah (kurva OF). Titik C yang merupa
kan penurunan terkoreksi pada akhir pembangunan, dibuat dengan cara menarik garis
dari titik pada absis 0,5t1 tegak lurus absis ke bawah ( 1 OA waktu akhir pelaksanaan). Garis
= =
ini memotong kurva OF pada titik B. Dari B ditarik garis sejajar absis, sehingga
memotong garis AA1 yang merupakan proyeksi titik A ke kurva penurunan OF, di titik C.
Sembarang titik yang lain pada waktu sebelum t1 diasumsikan, misalnya pada waktu .
Dari titik O,St, ditarik garis tegak lurus absis ke bawah hingga memotong kurva OF di D.
Dari D, ditarik garis sejajar absis hingga memotong garis AA1 di E. Perpotongan garis OE
dengan garis tegak lurus absis yang ditarik dari waktu t, memberikan titik yang menunjuk
kan penurunan pada waktu t di kurva terkoreksi. Titik-titik yang lain pada kurva terko reksi
di antara waktu 0 sampai t1 dapat dibuat dengan cara yang sama. Kurva terkoreksi setelah
melampaui titik C, dibuat dengan menarik garis-garis yang panjangnya sama de
ngan panjang garis BC dari titik-titik di sepanjang kurva OF ke kanan, sejajar absis. Ujung
ujung garis ini bila dihubungkan oleh kurva yang ditarik melalui titik-titik yang telah dite
mukan sebelumnya akan membentuk kurva terkoreksi (OG). Penurunan total terkoreksi
dapat diperoleh dengan menambahkan penurunan-segera dengan penurunan konsolidasi
terkoreksi pada Gambar 4.30.
c:
Cl!
.0
Ql
Il
I t,
Waktu {t)
1
I
c: I
�� Penurunan konsolidasi
� terkoreksi
J .
I
Periode pembebanan t1
Dalam hal memprediksi penurunan fondasi, maka harus dibedakan antara fondasi yang
terletak pada tanah pasir dan fondasi yang terletak pada tanah lempung.
Bila fondasi terletak pada tanah granuler seperti pasir dan kerikil, penurunan yang terjadi
adalah berupa penurunan-segera. Penurunan total, berlangsung dan selesai pada waktu se-
Teknik Fondasi 197
1
r:
<0
r:
2
�
r: / .. "
Lempung
�
/'
/'
/
(
I
II
0 50 1 00 .
Lebar fondasi B (cm)
Gambar 4.31 Hubungan antara lebar tondasi bujur sangkar dan penurunan, pada beban per satuan luas
yang sama (Kogler, 1933).
gera setelah
pasir, sebagianbeban diterapkan.
disebabkan olehPenurunan fondasitanah
penggembungan yangdasar
terletakfondasi
pada ketanah-tanah
arah lateral.lanau dan
Lebartanah
sama, fondasidi mempengaruhi
bawah fondasibesarnya penurunan. Pada
akan mendukung tekananbebanlebih per besar
satuan bila
luas lebar
yang
fondasi (B) bertambah. Akibatnya, pada tekanan yang sama, penurunan fondasi bertambah
besar bila lebar fondasi bertambah (Gambar 4.31).
Fondasi
runan, yang penurunan
terutama terletak di tanah pasir akandaripada
tak seragam, lebih banyak dipertimbangkan
daya dukungnya. Pada terhadap penu
tekanan dasar
fondasi yang sama, fondasi yang terletak lebih dalam akan mengalami penurunan yang lebih
kecil, akibat bertambahnya tekanan keliling.
Pasirkondisi
dalam yang terdiri
sangatdaritak butiran
padat. sedang
Getaran dan
yanghalus,
kuat pada
dapat kondisi alamnya,
menyebabkan sering
penurunan
fondasi. Jika fondasi terletak pada tanah pasir yang berkepadatan sedang sampai padat,
atau kerikil, penurunan yang terjadi umumnya kecil.
Untuk mereduksi
perdalam fondasi, penurunan
dapat pulafondasi pada pasir,
dilakukan dengankecuali
jalandapat dilakukanangka
mengurangi denganporimem(e),
yaitu melalui cara pemadatan dan dengan menambah tekanan keliling (confining
pressure) . Pe ngurangan angka pori dapat dilakukan melalui pemadatan dengan mesin
pemadat atau dengan menggunakan metode vibrofiotation.
Jikarelatif
yang tanah padat,
granulerdaya
berupadukung
kerikil yang
yang pada kondisirelatif
diperoleh alam biasanya merupakanfondasi
tinggi. Penurunan lapisan
pada kerikil terjadi segera setelah penerapan bebannya (penurunan-segera). Bila fondasi
diletak kan agak dalam untuk mencegah keruntuhan gesernya, fondasi akan sedikit saja
meng alami penurunan. Jika kerikil dalam kondisi tidak padat, penurunan mendadak terjadi
bila terdapat getaran frekuensi tinggi. Sembarang tipe fondasi dapat digunakan pada kerikil
padat tanpa terjadi penurunan yang berarti.
198 Penurunan
Jika fondasitanah,
kompresi terletaknamun
padajuga
lempung homogen, berat
menyebabkan bangunantanah
luluh lateral tidakdi hanya
bawahmenyebabkan
fondasinya.
Karena itu, satu bagian dari penurunan disebabkan oleh pemendekan lapisan tanah dalam
arah vertikal akibat berkurangnya volume; bagian yang lain merupakan penurunan yang
diakibatkan oleh penggembungan tanah ke arah lateral. Jika tanah dasar fondasi elastik
sempurna dan homogen, penurunan akibat penggembungan tanah akan lebih besar dari pada
pengurangan volumenya. Untuk tanah lempung jenuh, penurunan akibat penggem bungan
arah lateral ini kecil dibandingkan dengan penurunan totalnya.
Penurunan fondasi pada tanah lempung yang jenuh, merupakan jumlah penurunan-se
gera dan penurunan konsolidasi. Penurunan konsolidasi dilakukan dari interpretasi hasil
pengujian konsolidasi. Pada Gambar 4.32 ditunjukkan sebuah fondasi rakit dari beton
yang mendukung bangunannya. Lapisan tanah di dasar fondasi berupa pasir yang
terletak di atas lapisan lempung jenuh setebal 2H. Di bawah lapisan lempung ini,
terletak lapisan pasir. Berat bangunan dianggap disebarkan merata sama ke seluruh
luasan pelatnya. Pada lapisan pasir, penurunan yang terjadi'relatif kecil dibandingkan
dengan lapisan lempung nya. Penurunan di beberapa titik di sepanjang pelat fondasi akan
menunjukkan peleng kungan tanah di dasar fondasi. Untuk hitungan penurunan,
perlu dilakukan hitungan penyebaran bebqn pada tanah di bawah fondasi, dan kemudian
dilakukan hitungan penu runan total. Nilai-nilai penurunan yang diperoleh, tidak hanya
menyatakan penurunan tanah, namun juga menyatakan besar penurunan pelatnya. Pada
intensitas beban yang sama, penurunan fondasi pada tanah lempung yang bentuknya sama,
akan bertambah bila lebar fondasi bertambah (Gambar 4.31). Besarnya penurunan sangat
lebih besar daripada fondasi yangterletak pada tanah pasir.
Umumnya,
langsung relatifkecepatan penurunan
lama. Penurunan tanahkonsolidasi untuk fondasi
lempung, disebabkan pada tanah lempung
oleh berkurangnya kadar air. ber
(a)
Penurunan
(b)
Penyebaran tekanan vertikal pada Potongan A-A
Karenamenuju
tekan permeabilitasnya yang rendah,
ke lapisan pasir terperasnya
yang terletak di atasairdanporiataumeninggalkan
di bawahnya,lapisan yang ter
menyebabkan
proses penurunan berjalan sangat lambat. Untuk sembarang waktunya, penurunan dari
pembebanan yang terbagi rata sama, akan berbentuk cekungan dengan nilai maksimum di
tengah dan berkurang ke arah pinggir fondasi. Bila penurunan konsolidasi diperkirakan
besar, diperlukan untuk mengetahui besar penurunan fondasi pada waktu tertentu selama
proses konsolidasi. Pada hitungan derajat konsolidasi (U), diperlukan ni!ai faktor waktu
(Tv). Untuk ini, perlu diperhatikan bentuk-bentuk penyebaran beban dan tipe
drainasenya (tunggal atau dobel). Seperti yang telah dipelajari, pada waktu
mempertimbangkan kondisi drainase, fondasi yang dibuat dari beton dianggap lapisan yang
lolos air. Bila lapisan lem pung berselang-seling berada di tengah-tengah lapisan yang
berpermeabilitas besar, con tohnya lapisan-lapisan pasir yang tipis atau lensa-lensa pasir,
dan jika lapisan-lapisan pasir ini melebar sehingga dapat memberikan drainase !apisan
lempung, maka hal ini dapat menambah kecepatan penurunan konsolidasi.
Di akibat
samping penurunantanah.
pengeringan tanahSebagai
lempungcontoh,
akibatfondasi
tekanan,yangterdapat pula pada
diletakkan penurunan
tanah
lempung yang dekat dengan permukaan tanah dapat turun akibat pengeringan tanah
di musim panas dan naik atau mengembang di musim hujan, akibat kandungan
kadar air yang bertambah. Untuk itu, kedalaman fondasi yang cukup harus
diberikan untuk menghindari kondisi ini. Hitungan penurunan konsolidasi tidak perlu
dilakukan bila fondasi terletak pada tanah lempung kaku sampai keras. Faktor aman
2,5 sampai 3 yang diperhitungkan terhadap keruntuhan daya dukung, umumnya
cukup memenuhi batas penurunan toleransinya. Untuk jenis bangunan berat,
disarankan selalu mengadakan hitungan penurunan konsoli dasi jika belurn ada
pengalaman yang cukup dalam merancang fondasi pada kondisi yang
sama.
4.8 Penurunan Diizinkan
Beberapa contoh tipe penurunan bangunan diperlihatkan dalam Gambar 4.33. Gambar
4.33a menyajikan penurunan seragam yang banyak ditemui pada bangunan yang
sangat kaku. Gambar 4.33b memperlihatkan bangunan yang miring akibat beda penurunan
ujung ke ujung bangunan yang besar, sehingga bangunan berotasi. Gambar 4.33c
menunjukkan kondisi yang banyak ditemui pada struktur yang mengalami penurunan tak
seragam. Di sini, penurunan berbentuk cekungan seperti mangkuk. Besarnya beda
penurunan pada penurunan tak seragam adalah penurunan terbesar dikurangi penurunan
terkecil atau = Penurunan tak seragam juga dikarakteristikkan oleh nilai banding 8/L,
yaitu penurunan antara dua titik (d) dibagi jarak (L) kedua titik tersebut. Nilai banding
L'iS
bia sanya dinyatakan dalam istilah distorsi kaku (angular distortion). 8/L
Smaks -
Penurunanbergantung
beda
Smil '
.. _ _ _ _ _ ,. ..
I I
L .J
_ T �
Cl)
�S Smaks -
= �S = Smaks - Smin
Smin
�s o
�s o Distorsi kaku = -- =
Distorsi kaku = -- = -- --
L L L L
(a)
(c)
(b)
(namun
antara tidak untuk penurunan tak seragam), umumnya dapat diadakan hubungan
penurunan DIIZINKAN dengan penurunan maksimum. Skempton dan MacDonald
(1955) me nyarankan nilai batas-batas penurunan maksimum, seperti yang disajikan
dalam Tabel 4.9. Dalam Tabel 4.9, maksud dari fondasi terpisah (isolated foundation)
adalah fondasi yang berdiri sendiri-sendiri di antara fondasi-fondasi yang mendukung
bangunannya. Terlihat bahwa, pembatasan nilai penurunan fondasi pada tanah pasir
lebih kecil daripada fondasi pada tanah lempung. Hal ini, karena alasan kemampuan
penyesuaian bangunan terhadap penurunan, seiring dengan berjalannya waktu di
atas. Dan lagi, di alam, lapisan tanah
granuler lebih tidak homogen dibandingkan dengan lapisan tanah lempung.
Bjerrum (1963b) menyarankan hubungan antara tipe masalah struktur dan nilai distorsi
kaku (8/L), dengan 8 adalah besar penurunan total dan L adalah jarak antara 2 kolom
atau jarak 2 titik yang ditinjau. Nilai-nilainya diberikan dalam Tabel 4.10. Nilai-nilai
8/L di dalam tabel tersebutdihubungkan dengan tipe kerusakan yang mungkin timbul
untuk ber bagai macam distorsi kaku. Dapat dilihat bahwa kerusakan pada elemen-elemen
bangunan akan terjadi pada distorsi yang lebih besar daripada distorsi yang akan
merusakkan mesin.
Tabel 4.9 Batas penurunan maksimum (Skempton dan MacDonald, 1955)
c
Il 20 •
c 20
2
::l
� ! SO
a. .
100
. 1/ 10 000
1 / 6 000
so •
1/4 000
1/IQOOO
lt6.ooo E
E ::l 1 / 20 00
::l 1 /4,000
E
E "(i
;; 1/2.000
-"
l I
-"
C1! 1 / 1000
E 1 / 1.000 E 1/ 750
g
g 1 / 750
1 / 500 1/ 500
1 / A OO
1 / 300 . 1/400
1 /200 1/ 300
I /1 00 1 /2
. 0 so 100 1 50 20
00 0 20 40 60 80 100
Penurunan tak seragam maksimum (mm)
Penurunan tak seragam maksimum (mm)
(b)
(a)
Tanah lempung Tanah pasir
Gambar 4.34 Hubungan penurunan maksimum, penurunan tak seragam maksimum, dan distorsi kaku mak
simum untuk tanah lempung dan pasir (Bjerrum, 1963a)
Dari hasilmaksimum,
penurunan pengamatan di lapangan,
penurunan Bjerrummaksimum
tak seragam (1963b) memberikan hubungan
hasil pengamatan antara
di lapangan
dan distorsi kaku maksimum. Hubungan-hubungan tersebut, untuk fondasi pada tanah
lem pung diperlihatkan pada Gambar 4.34a, sedang hal yang sama untuk fondasi pada
tanah pasir diperlihatkan dalam Gambar 4.34b. Prosedur menghitung batas nilai 8/L
adalah mula-mula dihitung lebih dulu besarnya penurunan maksimum bangunan yang
diharap kan terjadi (menurut cara yang telah dipelajari). Dari nilai penurunan maksimum
yang te-
202 Penurunan
lah diperoleh,
pung, dihaca4.34hharga
dan Gamhar hilanilai 8/L yang tertera pada G amhar 4.34a hila tanahnya lem
tanahnya pasir.
Tabel 4.10 Hubungan tipe masalah pada struktur dan 8/L (Bjerrum, 1963b)
Batuan,lapisan
bentuk kerikil, tanahnya
dan pasir takkasarheraturan
adalah yang
bahandiselingi
yang baikolehuntuk dasartanah
lapisan fondasi.
lunakNamun, jika
di atasnya,
dapat herakihat kerusakan yang serius pada hangunan. Kerusakan ini timbul, karena hen tuk
lapisan lunak yang tak beraturan, sehingga menyehahkanhesarnya penurunan konsoli dasi
yang tak seragam terjadi pada fondasinya. Gamhar 4.35, menunjukkan contoh-contoh
kemungkinan penurunan hangunan yang diakihatkan oleh kondisi tersehut
(Dunham,
1962).
(1) Gambar 4.35a. Penurunan tak seragam terjadi akihat tehal lapisan lunak yang tak sama
di hawah dasar fondasi. Bangunan harus diletakkan seluruhnya pada tanah
keras (hatu, pasir atau kerikil padat), atau samhungan (joint) harus diherikan pada
garis CD jika dimaksudkan untuk mencegah retakan di hagian D.
(2) Gambar 4.35h dan 4.35c. Di sini tanah lunak akan menyehahkan pelengkungan yang
herpusat di C. Akihatnya, memungkinkan terjadi retakan di lokasi tersehut. Samhung an
(joint) yang dihuat pada CD mungkin tidak efektif. Bangunan yang kecil, mungkin
dapat cukup haik diletakkan di atas tanah lunak. Tetapi, untuk hangunanhesar, umum
nya sulit mampu herkelakuan demikian. Untuk itu, dasar fondasi sebaiknya
dipilih pada lapisan yang keras.
(3) Gambar 4.35d. Penurunan dapat terjadi pada daerah CB. Untuk itu, dapat diheri
sam hungan pada hagian ini atau dihuat hagian CB didukung sepenuhnya oleh
lapisan tanah keras.
(4) Gambar 4.35e. Di sini agak sulit menganalisis akihat adanya lapisan pasir kasar E.
Namun, dapat diharapkan
yang menyeharkan hehan kehahwa lapisanlensa
lunaktanah E dapat herfungsi sehagai pelat
G. Masalahnya adalah pada hagian B,
karena
Teknik Fondasi 1 203
bagian ini akan turun lebih besar dan menyebabkan retakan pada bagian D. Karena
lapisan keras terlalu dalam, kemungkinan-kemungkinan yang lebih baik adalah
sebagai berikut:
(a) Bangunan digeser ke arah lapisan pasir, sehingga seluruh bangunannya terletak
pada lapisan tersebut.
(b) Bangunan dibuat lebar, rendah, dan ringan, dengan demikian dapat menghindari
penurunan yang berlebihan.
(c) Bangunan dibuat terpisah-pisah oleh sambungan. Dengan demikian, deformasi
dapat diharapkan terjadi pada tempat-tempat yang sudah diharapkan sebelumnya.
Sambungan ini harus diberi pengunci, sehingga dapat mentransfer gaya lintang
tanpa adanya perubahan letak ke arah vertikal (penurunan) pada sambungannya.
Lapisan keras
Lapisan keras Lapisan keras
(a)
(b)
(c)
rr;:;r:
Lempung -Q lempoog
(d)
(e) (f)
l e .
�
Lempung
(k)
(5) Gambar 4.35£, 4.35g dan 4.35h. Gambar-gambar ini menunjukkan kondisi kemiringan
bangunan yang mungkin terjadi. Dalam Gambar 5.2£, fondasi sebaiknya didukung oleh
lapisan tanah keras. Untuk kondisi pada Gambar 4.35g dan 4.35h, sebaiknya dipakai
fondasi tiang sampai mencapai tanah keras (lapisan G).
(6) Gambar 4.35i. Di sini bahaya terbesar pada lapisan F yang mungkin bergeser ke arah H,
sehingga bangunan akan miring pada B. Untuk itu, sebaiknya, bangunan digeser ke
arah menjauhi lereng atau dengan menggunakan fondasi tiang sampai lapisan G atau
sampai di bawah G.
(7) Gambar 4.35j, 4.35k dan 4.351. Di sini ditunjukkan kasus-kasus dengan tekanan pada
bagian gedung yang tinggi lebih besar, sehingga penurunan terbesar terjadi pada
bagian ini. Keadaan tersebut, sebaiknya dihindari untuk kondisi tanah dasar yang lunak.
Bentuk struktur harus diubah, yaitu dengan sistem fondasi terapung lfloating foundation)
atau fondasi tiang.
5
P E R T I A N G A N -
D A L A M P E RA N C A
P E RT I M B A G N
N G A N F O ND AS I
Perancangantotal
tegangan daya atau
dukungdigunakan
fondasi padakuattanahgeser
lempung, dilakukan pada tinjauan analisis
tanpa-drainase (cu), dengan CJlu = 0. Kuat
geser tanah yang digunakan dapat diperoleh dari pengujian triaksial atau dari
pengujian tekan bebas. Jika lempung tidak mengandung pasir atau lanau, nilai Cu dapat
diperoleh dari pengujian geser baling-baling (vane shear test) di lapangan. Pengujian,
dilakukan pada tiap tiap kedalaman 30 cm di sepanjang garis vertikal di bawah
dasar fondasi.
Pada pengambilan contoh tanah saat pengeboran tanah, contoh tanah tak terganggu
(undisturbed sample) diambil mulai dari dasar fondasi sampai pada kedalaman minimum
(D1,58), dengan o adalah1 kedalaman dasar fondasi dari muka tanah dan B adalah lebar
t +fondasinya. Contoh-contoh tanah yang diperoleh, selain dipergunakan dalam pengujian
kuat geser tanah, juga digunakan dalam pengujian konsolidasi. Nilai-nilai Cu dari
pe ngujian di laboratorium ataupun di lapangan yang diperoleh dari contoh tanah pada
tiap tiap lubang bor diambil nilai rata-ratanya, dan diambil nilai terkecil untuk
perancangan nya. Nilai daya dukung ultimit dihitung, dan dibagi dengan faktor
aman 3. Cara ini hanya berlaku jika tanah pada lapisan tertekan di bawah dasar fondasi,
tidak lebih lunak daripada
tanah di atasnya.
Daya Ha!
fondasi. dukung ultimit dari
ini kebalikan lempung
fondasiumumnya
pada tanahtak pasir,banyak
yang daya bergantung
dukungnyapada lebar
bertambah
besar bila lebar fondasinya bertambah. Analisis daya dukung diizinkan untuk fondasi
terpisah hanya dapat digunakan jika jarak fondasi besar, sedemikian hingga pengaruh
penyebaran tekanan masing-masing fondasinya tak mempengaruhi satu sama lain. Jika jarak
fondasi kecil, penyebaran tekanan ke tanah di bawahnya akan identik dengan penyebaran
beban kelompok fondasi sebagai satu kesatuan sehingga daya dukung diizinkan harus
dipertim bangkan terhadap pengaruh tekanan kelompok fondasi tersebut. Oleh karena itu,
jika satu lapisan lunak atau lebih terletak di bawah fondasi, hitungan harus
memperhitungkan apa kah tekanan pada tiap-tiap tanah lunak tersebut memenuhi
keamanan strukturnya. Jika tidak, hitungan ulang harus dilakukan sampai tekanan
fondasi pada lapisan lunaknya memenuhi syarat.
geserMengestimasi
tanah ini,kuat bilageser tanahdekat
letaknya lempungdengan
pada kedalaman
permukaanyangtanah, dangkal
akanagakdipengaruhi
sulit. Kuat
oleh perubahan iklim, dan dipengaruhi pula oleh akar tumbuh-tumbuhan. Untuk itu, dasar
fon dasi sebaiknya diletakkan agak dalam, sehingga terhindar dari pengaruh tersebut. Untuk
hitungan daya dukung ultimit, sebaiknya digunakan kuat geser tanah minimum yang
ter letak di bawah dasar fondasinya. Jika kuat geser tanah tiap-tiap lapisan dalam
interval kedalaman 2 /3 8 di bawah fondasi tidak menyimpang lebih dari ±50% dari
nilai rata-rata pada kedalaman ini, nilai rata-ratanya dapat digunakan. Namun, jika
variasinya lebih dari 50%, nilai kuat geser minimum yang digunakan dalam perancangannya.
Jika cara terakhir ini yang dipilih, nilai faktor amannya dapat dikurangi dari nilai
yang biasanya digunakan (Skempton, 1951).
Tanahlanau
material lempung danaluvial
lempungsecara geologissekitar
di daerah merupakan
sungai, endapan
muara, danyangdasar baru,[aut.
yangTanah
terdiriinidari
ter
masuk terkonsolidasi normal (normally consolidated) . Oleh karena itu, kuat gesernya bertam
bah bila kedalamannya bertambah, yaitu lunak pada bagian permukaan, dan kaku
di bagian bawah. Pengaruh cuaca menyebabkan tanah lempung aluvial mempunyai
sifat kaku di dekat permukaan tanahnya. Daya dukung yang sedang, dengan tanpa atau
sedikit
kulit penurunan, dapat diperoleh bila dasar fondasi tak lebar, yang terletak pada lapisan
208 PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN DALAM perancangan fondasi
(tanah permukaan). Pada kondisi ini, tekanan fondasi yang diberikan pada lapisan lunak di
bawahnya tidak besar. Jika fondasinya lebar dan dalam, daya dukung menjadi kecil. Untuk
hal ini, dapat digunakan tipe fondasi rakit mengapung atau fondasi tiang yang menembus
sampai lapisan keras yang dapat mendukung bebannya.
Fondasi yang dirancang pada tanah lempung, harus diperhitungkan pada kondisi ter
jelek, yaitu pada kadar air saat jenuh.
Perhatian harus diberikan pada fondasi yang terletak pada tanah keras, di mana tanah keras
ini terletak pada lapisan lempung lunak. Jika dasar fondasi terletak dekat dengan lapisan
lunak, fondasi akan dapat melesak ke bawah sehingga dapat mengakibatkan keruntuhan. Oleh
karena itu, hitungan daya dukung tanahnya perlu diperhitungkan ter hadap pengaruh
penyebaran beban pada lapisan lunak yang di bawahnya. Hitungan daya dukung, dilakukan
dengan menganggap beban fondasi disebarkan menurut aturan 2V : lH (2 vertikal : 1
horizontal) pada lapisan lunaknya (lihat Persamaan 3.58). Untuk ini, tekanan pada tanah lunak
harus tidak melampaui daya dukung yang d iizinkan dari lapisan lunak nya. Dalam anggapan
tersebut, tanah kuat yang berada di atas berfungsi sebagai fondasi pelat bagi beban
fondasinya. Jika jarak fondasi telapak satu sama lainnya relatif berjauhan, masih dimungkinkan
untuk mengurangi tekanan fondasi pada tanah lunaknya, yaitu de ngan jalan memperlebar
fondasi. Sebaliknya, jika jarak fondasi sangat dekat, penyebaran beban masing-masing
fondasinya akan saling turnpang tindih (Gambar 5.1). Untuk itu, jika dari hitungannya nilai
daya dukung yang diizinkan terlampaui, lebih baik dipakai fondasi rakit atau fondasi
memanjang (jika sumbu kolomnya satu garis). Kalau dengan cara ini daya dukungnya
masih juga tidak memenuhi, dapat dipakai fondasi tiang. Perlu diingat bahwa pada
perancangan masih harus diperhitungkan pula besarnya penurunan, terutama penurunan
konsolidasi yang terjadi harus masih dalam batas toleransinya.
,, ,, , , ,,.
\
I \ I \ I
\ I \
I \
I \
I
' I \
I \ I
I I \ \ I
X
\
\
\
I I I \ II
I \
I \ '
\
\
Gambar 5.1 Tumpang tindih penyebaran tekanan akibat letak fondasi yang berdeka tan.
Nilai-nilai perkiraan daya dukung aman untuk tanah lempung dapat dilihat pada Tabel
3.7. Daya dukung tanah lempung bergantung pada konsistensi atau kuat gesernya. Nilai
pendekatan hubungan antara nilai N dari SPT, konsistensi tanah, dan perkiraan daya aman
Teknik Fondasi 1 209
ditunjukkan dalam Tabel 5.1. Nilai daya dukung ultimit dihitung dengan mengalikan daya
dukung aman pada Tabel 5.1 sebanyak 3 kali. Tanah dengan konsistensi sangat lunak,
penurunan fondasi yang terjadi biasanya besar.
Tabel 5.1 Hubungan nilai N, konsistensi tanah, dan perkiraan daya dukung AMAN untuk Jondasi
pada tanah LEMPUNG (Terzaghi dan Peck, 1948)
2
Daya dukung aman (q5) untuk fondasi (kg/cm )
Konsistensi N
Bujur sangkar Memanjang
Jenis tanah antara pasir dan lempung adalah lanau dan loess. Informasi awal sifat-sifat
tek nis lanau dapat diperoleh dari pengujian SPT. Jika N nilai < 10, lanau akan berupa loess.
N Jika
> 10, lanau dalam kondisi kepadatan sedang atau padat. Loess merupakan tanah yang
tidak baik untuk mendukung fondasi bangunan. Lanau, pada kondisi alamnya, sering
dijumpai dalam kondisi longgar atau tak padat, sehingga jika fondasi diletakkan di atasnya
akan mengalami penurunan yang besar. Beban yang kecil, asalkan tidak merubah susunan
tanah lanaunya, dapat tidak mengakibatkan penurunan yang besar.
Daya dukung diizinkan tanah lanau yang berbentuk tepung batu dapat diperoleh de ngan
prosedur yang sama seperti memperoleh daya dukung tanah pasir. Sedang untuk tanah
lanau plastis, prosedurnya sama seperti tanah lempung. Hitungan daya dukung dilakukan
dengan memasukkan nilai-nilai kuat geser tanah yang diperoleh dari pengujian triaksial pada
contoh tak terganggu. Kecepatan penerapan beban harus sedemikian rupa, sehingga kecepatan
berkurangnya air pori sama seperti kecepatan air pori di lapangan. Jika kemampuan meloloskan air
tanah lanau relatif kecil dan kecepatan pembebanan cepat, pengujian triaksial pada kondisi
terkonsolidasi-tanpa drainase (consolidated undrained) lebih cocok. Sebaliknya, jika tanah
lanau mudah meloloskan air, pengujian triaksial pada kondisi terkonsolidasi-dengan drainase
(consolidated drained) lebih cocok. Pada tanah lanau murni, jika pembebanan berlangsung
lambat, pembebanan dapat mempengaruhi pengurangan kadar air, yang kemudian dapat
menambah kuat geser tanah. Untuk ini, dalam hitungan daya dukung dapat digunakan
parameter kuat geser tegangan efektif.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya penurunan fon dasi
pada tanah lanau, adalah dengan mengadakan pengujian konsolidasi. lnformasi yang bermanfaat
dapat pula diperoleh dari pengujian beban pela't (plate load test) yang dianalisis dengan
teliti.
Loess tidak tepat diklasifikasikan sebagai tanah tak kohesif. Namun, loess adalah
lapisan yang tak padat dari lanau yang tak berkohesi yang sedikit mempunyai rekatan
dengan
210 PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN DALAM perancangan fondasi
Jika tanahuntuk
digunakan fondasi mengandung
mendukung banyakJikabahan
bangunan. organik,
terdapat tanah tersebut
keragu-raguan, harusbahan
kandungan tidak
organik harus diuji di laboratorium. Tanah dengan kandungan bahan organik yang tinggi
bila digunakan untuk mendukung beban fondasi akan menghasilkan penurunan
yang besar.
5.2.5 Fondasi pada Tanah c dan cp
Jeniscampuran
dari tanah yangdarimempunyai
beberapakedua
jenis komponen kuat geser
tanah, seperti: lempungtanahberpasir,
c dan <p, biasanya terdiri
lempung berpasir
berkerikil, lanau berpasir, dan lain-lain. Pada jenis-jenis tanah tersebut, dimungkinkan
untuk mengambil contoh tak terganggu dari lapangan. Oleh karena itu, nilai-nilai
kuat gesernya dapat diperoleh dari pengujian triaksial.c Nilai dan <p yang diperoleh,
dapat digunakan untuk menghitung daya dukung ultimit dengan menggunakan
persamaan-per samaan umum daya dukung ultimit yang telah dipelajari. Nilai daya
dukung diizinkan diperoleh dari hitungan daya dukung ultimit yang dibagi dengan faktor
aman yang sesuai, dengan pertimbangan besar penurunan harus masih dalam batas
toleransi.
5.2.6 Fondasi pada Tanah Timbunan
Tanah antara
timbunan untuklempung plastisbeban
mendukung sampai pasir danDaya
bangunan. kerikildukung
telah tanah
banyaktimdigunakan
bunan bersebagai
gantungtanah
pada
macam tanah dan derajat kepadatannya. Tanah pasir dan kerikil merupakan tanah yang baik
untuk mendukung bangunan, sedang tanah lempung yang dipadatkan sembarangan akan
mempunyai daya dukung yang sangat rendah. Daya dukung timbunan yang dipadatkan
ditentukan sebelum atau sesudah peletakan timbunannya.
akanBiladi daya
timbunkandukung ditentukan
dipadatkan hinggasebelum
90-100%peletakan
berat volumetanah keringtimbunan,
maksimumtanah
denganyang
alat
pe ngujian Proktor atau Proktor dimodifikasi. Jika tanahnya kohesif, contoh tanah yang
mem punyai derajat kepadatan yang dikehendaki, diuji untuk ditentukanc nilai dan <p
dengan alat triaksial. Jika tanahnya berupa tanah granuler, contoh tanah dengan derajat
kepadatan yang dikehendaki, diuji dengan alat triaksial, geser langsung untuk mengetahui
nilai sudut gesek dalam (<p) tanahnya. Pengujian untuk mengetahui kerapatan relatif juga
dapat diker jakan pada contoh tanah. Nilai-nilai kuat geser tanahyang diperoleh, kemudian
digunakan untuk mengetahui daya dukung.
Bila daya
seperti halnyadukung ditentukan
pengeboran tanahsetelah
di alampemadatan,
yang akan tanah timbunan
digunakan untukharus dibor danfondasi
mendukung diuji
bangunan. Timbunan yang tak dikontrol kepadatannya harus tak digunakan untuk men
dukung fondasi.
Teknik Fondasi 1 211
Hampir
nyai kuatsemua
desak jenis batu dapat
yang tinggi. Namun,mendukung
jika batuanbebanbangunan denganyang
berupa batu berkapur baik,berlubang
karena mempu
lubang
dan banyak retakan, atau batu yang banyak mengandung bidang-bidang patahan, retakan,
dan pecahan akan membahayakan stabilitas bangunan.
6
FONDASI TELAPAK TERPISAH
DAN FONDASI MEMANJANG
6.1 Pendahuluan
Fondasi telapak terpisah, umumnya, digunakan untuk mendukung sebuah kolom, sedang
fondasi memanjang digunakan untuk mendukung dinding memanjang. Kedua jenis fon
dasi tersebut telah banyak dipakai, karena selain ekonomis juga pelaksanaannya mudah
dan tidak memerlukan peralatan khusus. Pada perancangan, biasanya beban-beban kolom
dianggap sebagai beban titik dan beban dinding dianggap sebagai beban garis per satuan
panjang. G ambar 6.1 menyajikan contoh bentuk-bentuk fondasi yang umum dipakai.
Tulangan
(a)
6.2. Perancangan
Hitungan
yang daya dukung
diperlukan dan penurunan
untuk penentuan fondasi diizinkan
daya dukung telapak terpisah dan fondasi
(qa) dilakukan sepertimemanjang
yang telah
dipelajari dalam Bab 3 dan Bab 4. Pertimbangan-pertimbangan dalam perancangan fondasi
menurut jenis tanah dapat dilihat pada Bab 5.
6.2.2 Perancangan Struktural
Perancangan
terjadi akibatstruktur fondasi didasarkan pada momen-momen dan tegangan geser yang
ekanan-sentuh antara dasar fondasi dan tanah. Oleh karena itu, besar distri
busi tekanan sentuh pada dasar fondasi harus diketahui. Dalam analisis, dianggap bahwa
fondasi sangat kaku dan tekanan fondasi didistribusikan secara linier pada dasar fondasi.
dasiJikadapat
resultan
dianggapbebandisebarkan
berimpit dengan
sama kepusat beratluasan
seluruh luasanfondasi.
fondasi,Pada
tekanan padaini,dasar
kondisi fon
tekanan
yang terjadi pada dasar fondasi adalah
p
q (6. 1)
dengan A
q = - ± ± (6.2)
A IX I
dengan y
q tekanan sentuh, yaitu tekanan yang terjadi pada kontak antara dasar fondasi dan
tanah dasar pada titik (x0, y0).
=
y
..I
--X
(b)
Pada Persamaan (6.2), titik perpotongan sumbu-x dany,dibuat berimpit dengan pusat
berat luasan fondasinya. Untuk fondasi yang berbentuk empat persegi panjang, Persa maan
(6.2), dapat diubah menjadi:
�
= [ 1
6e 1 6e b
J
A ± ±
q
(6.3)
L B
dengan ex = e1 dan ey = eb berturut-turut adalah eksentrisitas searah L dan B, dengan L dan
B berturut-turut adalah panjang dan lebar fondasi. Hitungan distribusi tekanan pada dasar
fondasi dapat pula dilakukan dengan menggunakan grafik pada Gambar 6.3 (Teng, 1962).
Jika beban eksentris hanya pada arah sumbu-x saja dan ex � L/6, Persamaan (6.3) men
jadi
q =
p
[1 ± T
6e
untuk
J � L/6) (6.4)
(e
A
; x
dengan ex adalah eksentrisitas searah sumbu-x (lihat Gambar 6.2). Jika resultan beban P
dan momen tf terletak pada ex > L/6, q dari Persamaan (6.4) menjadi negatif, atau gaya
tarik terjadi pada dasar fondasinya. Tetapi, dalam kenyataan, tegangan tarik tak dapat
berkembang dan tekanan tanah yang terjadi akan seperti pada Gambar 6.4.
Teknik Fondasi 215
1
·u;
Cl!
"C
c
.E
Cl!
'-
.c
Q)
..
';:
.cCl!
�
.£:
�
Cl!
Q)
tl
tl
Cl!
�
· .:
'E
Q)
tl
.:
Q)
11
CQ
-:z,
Q)
:§
z
0,5
Catatan: - Nilai elL = eksentrisitas searah panjang/Panjan g
(1) Kurva penuh adalah nilai K.
�
(2) Tekanan maksimum q. KPIBL (P
, � � beban titik)
Kasus n
G
1
8 . � = KP/BL 4H Kasus iV
8 ::._
L
'f, mo•= �
x dan y dari grafik
_
L L _J
r-elf
Gambar 6.3 Hitungan tekanan maksimum pada dasar fondasi untuk fondasi empat persegi panjang (dari
Teng, 1 962).
216 Fondasi telapak terpisah dan fondasi MEMANJang
8 X
U2 - e ex > U6
Gambar 6.4 Distribusi tekanan pada dasar fondasi bila ex > U6.
2P (6.6)
dan qmaks = Bx
x / 3 = (L /2 - e) (6.7a)
x = 3( L /2 - e) (6.7b)
Diperoleh, tekanan pada dasar fondasi maksimum:
qmaks =
4P
3 B (LX
(6.8)
- 2e )
fondasinya.tekanan
dengan dasar fondasi maksimum pada tanah di salah satu sisi
Besar penurunan sangat penting dipertimbangkan hila fondasi terletak pada
qmaks
tanah pasir dan mengalami pembebanan eksentris. Jika kemiringan fondasi berlebihan,
dapat menye babkan eksentrisitas menjadi bertambah, dengan demikian menambah
yang diikuti oleh luluhnya tanah di tepi fondasi, sehingga dapat mengakibatkan
kerusakan bangunan. Oleh karena itu, sering disyaratkan
qmaks
q ::; q a.
Teknik Fondasi 1 217
U2
Gambar 6.5 Bentuk fondasi untuk mengusahakan resultan gaya aksial dan momen lentur pada pusat
fondasi.
Untukseperti
takkan hehan pada
eksentris yang diakihatkan oleh momen lentur, kolom-kolom dapat dile
Gambar 6.5. Dengan cara ini resultan dari gaya aksial dan momen len
tur akan herada pada pusat fondasinya.
6.2.3 Langkah-langkah Perancangan Fondasi
terhadap
harus tidakkeruntuhan
berlebihan.daya dukung yang sesuai, dan penurunan yang terjadi
(3)memilih
Menentukan kedalaman,
kedalaman tipe, yang
minimum dan dimensi
memenuhifondasinya.
syaratHa!keamanan
ini dilakukan dengandaya
terhadap jalan
dukung tanah yang telah dihitung. Kedalaman minimum harus diperhatikan terhadap
erosi permukaan tanah, pengaruh perubahan iklim, dan perubahan kadar air. Bila
tanah yang lebih besar daya dukungnya berada dekat dengan kedalaman
minimum yang dibutuhkan tersebut, dipertimbangkan untuk meletakkan dasar fondasi
Iebih dalam yang daya dukung tanahnya Iebih besar. Karena dengan peletakan dasar
fondasi yang sedikit lebih dalam akan mengurangi dimensi fondasi, dengan demikian
dapat meng hemat biaya pembuatan pelat betonnya. Namun, ha! tersebut tak
berlaku jika tanah Iebih bawah berupa pasir yang terendam air tanah.
(4) Dengan nilai daya dukung diizinkan yang diperoleh, dihitung besar penurunan
total dan beda penurunan antara kolom satu dengan yang lain, Jika penurunannya
terlalu besar, nilai daya dukung diizinkan harus dikurangi. Jika sampai kedalaman yang
dang kal fondasi masih juga tidak memenuhi syarat daya dukung dan
penurunan, dapat digunakan fondasi tiang atau fondasi sumuran.
(5) Dengan dimensi dan kedalaman fondasi yang telah diperoleh, dilakukan hitungan pe
rancangan struktur fondasi (pelat fondasi). Yaitu, dengan menghitung gaya lintang dan
momen lentur serta kebutuhan tulang betonnya.
Teknik Fondasi 1 219
Tanah
mukaan a- Tanah per
tau tanah mukaan a tau
..... :':
berdaya du · Seton tak tanah
kung rendah bertulang berdaya du
: ·.-·
' • • . ..•
.• • • .
kung rendah
:. ·� f
s
'V/
\.
h :o; s
Unt uk fondasi pada batu:
Tanah: :o; s/2
(2)Dasar
tanahfondasi
akibatharus diletakkancuaca.
pengaruh pada lapisan yang tak dipengaruhi kembang susut
(3) permukaan
Walaupun tanah,
tanah fondasi kuat, dasar fondasi
karena pertimbangan sebaiknya
erosi dan tidak terletak di
penurunan.
(4) Jarak dan beda elevasi antara dasar fondasi yang satu dengan yang lainnya
harus sedemikian besar sehingga tak terdapat pengaruh tumpang-tindihnya tekanan.
Untuk ini, selisih elevasi maksimum dasar fondasi yang satu dengan lainnya diusahakan
semengtengah atautumpang
hindari sama dengan jaraktekanan,
tindihnya antara dua
jugafondasi. Dengan caragangguan
untuk mencegah ini, selaintanah
untukdi
bawah
220 tfondasi telapa terpisah danfondasi
memanjang
dasar fondasi
letaknya lebihyangrendah
letaknya(Gambarlebih tinggi akibat penggalian tanah untuk fondasi yang
6.6c). Dalam praktek, sebaiknya fondasi yang lebih
rendah dibangun lebih dulu.
6.4 Pemilihan Dimensi Fondasi
Ukuran dan
dipertim kedalaman
bangkan fondasi yang
terhadap penurunan ditentukan
toleransi. dari hasil
Bila ternyata dayahitungan
dukungdayadiizinkan
dukung
ultimit yang dibagi faktor aman mengakibatkan penurunan yang berlebihan, dimensi
fondasi diubah sampai besar penurunan memenuhi syarat. Banyak perancang bermaksud
mem perkecil penurunan tak seragam akibat bervariasinya beban hidup dengan mengambil
pro porsi ukuran fondasi sedemikian hingga seluruh fondasi akan mempunyai
tekanan dukung yang sama akibat beban pelayanan (service load). Beban pelayanan adalah
beban nyata yang diharapkan bekerja pada fondasi selama pelayanan normal
bangunannya. Dalam bangunan-bangunan umum, beban ini diambil sebesar beban mati
ditambah setengah dari beban hidup. Persentase beban hidup yang lebih besar
harus diberikan untuk ruang gudang dan lantai-lantai ternpat penyimpanan
yang lain.
Padayang
ukuran tekanan yangakan
berbeda sama,bertambah
penurunanjikafondasi dengan bertambah.
lebar fondasi bentuk yangJika
samafondasi-fondasi
tapi dengan
yang mendukung bangunan mempunyai ukuran yang sangat berbeda, penurunan
tak seragam akibat dari hal ini akan semakin nyata. Untuk kondisi tersebut, Terzaghi dan
Peck (1948) menyarankan untuk menghitung tekanan pada dasar fondasi lebih saksama.
Untuk tanah dasar yang berupa pasir, penurunan tak seragam dapat direduksi
dengan me ngurangi ukuran fondasi-fondasi yang terkecil. Karena, walaupun ukurannya
direduksi, faktor aman terhadap keruntuhan daya dukung diperkirakan masih mencukupi.
Namun, cara demikian tidak berlaku untuk tanah fondasi yang berupa lempung. Karena,
oleh pe ngurangan dimensi fondasi-fondasi terkecilnya, faktor aman terhadap daya dukung
akan kurang dari 3. Jadi, ha! ini akan mengakibatkan persyaratan terhadap stabilitas
daya dukung tidak dipenuhi. Untuk itu, pengurangan penurunan tak seragam pada tanah
lem pung hanya dilakukan dengan menambah ukuran fondasi yang terbesar.
6.5 Pengontrolan selama Pelaksanaan
Fondasi-fondasi
akan dirancang
mendekati kondisi yangdengan menganggap
sama seperti contoh tanahbahwayangtanah di dasar
diambil fondasi
dari pekerjaan
pengebor an atau dari pengujian beban yang dikerjakan. Jika tanah mengandung lensa-
lensa tanah lunak yang tak terdeteksi oleh pengeboran, atau jika tanah menjadi rusak
kondisinya akibat penggalian tanah fondasi, penurunan akan menjadi lebih besar dari yang
diperhitungkan. Untuk menghindari risiko ini, Terzaghi dan Peck (1948) menyarankan
untuk mengadakan pengujian penetrasi sederhana di setiap fondasi sesudah penggalian
selesai. Jika terdapat bagian yang diperkirakan mengakibatkan penurunan yang besar,
perlu diadakan peran cangan ulang. Pertimbangannya, ha! ini lebih ekonomis daripada bila
perbaikan fondasi diadakan setelah pembangunan struktur telah selesai.
Penggalian
karena air dapattanah fondasi harus
menganggu tanahdilaksanakan
dasar fondasi.secara keringberupa
Jika tanah selamalempung,
periode genangan
pelaksanaan,
air
cenderung melunakkan permukaan galian dan dapat mengakibatkan penambahan penu
runan fondasi. Lagi pula, kondisi tanah di bawah muka air tak dapat diperiksa secara lang
sung. Penggalian di dalam air sangat mahal dan merusakkan struktur tanah. Pengecoran
Teknik tfondasi 1 221
beton didilakukan
harus bawah airsistem
mengurangi mutu beton.
pemompaan yangBila
baik.hal demikian tak dapat dihindari,
6.6 Hubun gan Kolom dan Fondasi
Dalam
berotasipraktek,
terhadapkadang-kadang
permukaan atas diinginkan
fondasi.untuktau,memberi
ujung kebebasan
bawah kolomujungdibuat
kolom terjepit
bawah
pada fondasinya. Hal-hal tersebut penting diperhatikan terutama bila kolom menderita
A
momen atau pembebanan eksentris. Jika ujung bawah kolom dipengaruhi oleh
momen lentur, hubungan antara kolom dan fondasi harus cukup kuat untuk
mentransfer tegangan tegangan yang timbul. Jika kolom terbuat dari beton
bertulang, agar kolom terjepit pada fondasi, dibutuhkan tulangan-tulangan yang
menerus dari kolom sampai ke tubuh fon dasinya. Untuk kolom baja, antara kolom dan
fondasi dapat dihubungkan dengan mEmg gunakan baut-baut yang kuat (Gambar 6.7).
Dengankolom
gerakan tanpaakibat
memperhatikan
momen akanfaktor kekuatan
berakibat tekananhubungan
fondasiantara
pada kolom dan fondasi,
tanah tidak simetri.
Umumnya, distribusi tekanan fondasi pada tanah secara pendekatan dianggap
linier, walaupun kenyataannya tidak demikian. Jika fondasi pada pasir mempunyai lebar
yang kecil dan sangat dangkal, fondasi akan mudah beroi:asi akibat tanah di tepi
fondasi me nyisih ke luar. Jika fondasi terletak pada kedalaman yang besar, pasir akan
dipengaruhi oleh tekanan keliling (confining pressure) yang besar akibat berat tanah di
atasnya. Karena itu, bahaya rotasi fondasi menjadi berkurang. Untuk fondasi dengan lebar
kecil yang dangkal dan terletak pada pasir, sebaiknya fondasi tidak dirancang untuk
menjepit kolom.
Sebaliknya, jika
terkonsentrasi padafondasi terletak pada
tepi fondasi. Karenatanah kohesif,besar
sebagian tanahpenurunan
ini mampu fondasi
menahanpada
tegangtanahan
lempung adalah akibat penurunan konsolidasi, momen lentur yang terjadi hanya sesaat tidak
akan mengakibatkan penurunan yang berarti.
- --- � Tulang an
- � --- Tumpuan
Contoh soal 6. 1:
Bangunan
dibangun di bertingkat yang Perancangan
atas tanah pasir. dilengkapi ruang
fondasibawah tanahtersebut
bangunan berukuran 10 m 30 m akan
dipertimbangkan x
222 Fondasi telapa terpisah dan fondasi memanjang
c =0
Y2 = 1 ,65 um•
Pasir sedang
6,0
cp' = 35°
Y3 = 1, 80 um•
Pasir sedang
Y4 9,75
= 1, 70 Um•
Pasir tak padat
0,7 m 0,7
m
Fondasi bujursangkar
Fondasi memanjang
lebar 1 ,4 m 1 ,6 m x 1 ,6 m
82 = 1,6 m
Gambar C6. 1
Teknik Fondasi 1 223
dapat diwakili olehkedalaman potongan penampang bangunan pada Gambar C6.1. Dasar
fondasi ter letak pada m dari permukaan tanah. Beban-beban
dinding P1 dan P sebesar t/m', sedang100 beban kolom P SEBESAR
2,5
t. Beban-
35
beban tersebut sudah termasuk2 beban-bebah lantai, tanah di atas pelat fondasi dan
beban struktur. Garis kerja resultan 3 cm, kebeban-beban
e dinding
arah dalam=
P1 dan P eksentris, dengan
bangunan. Dari beberapa pengujian
20
kerucut statis yang dilakukan pada lokasi bangunan tersebut, kondisi tanah dasar
dapat diwakili oleh hasil pengujian yang ditunjukkan pada Gambar C6.1b.
Data berat volume tanah menurut 3 kedalaman adalah sebagai berikut:
(1) Dari 0-2,5 m: y1 1 ,65 t/m
(2) Dari 2,5-6 m: y2 1,65 t/m
33
=
c = 0.
Muka air tanah
terhadap dayasangat
dukungdalam. Hitung dimensi
dan penurunan fondasi yangpenurunan
(disyaratkan memenuhimaksimum
syarat faktor40aman
mm
dan 8/L< 1 /300). Dalam hitungan daya dukung gunakan persamaan Meyerhof (1963) .
Penyelesaian:
(a} Hitungan dimensi fondasi dan daya dukung
Persamaan daya dukung aman:
(a)
Persamaan daya dukung ultimit neto:
qun = qu - Dfy (b)
Untuk fondasi pada tanah pasir, dengan c = 0 dan <p = 35°, maka
1
d D'yNq+ s yd y0,5 ByN - D1y) + D1y
qs = - q q
Diketahui
(s F
'
<p = 35°,
y
dari Gambar 3.12, diperoleh:
Nq(m) = 33 dan Ny(m) = 48
J
q
qy
--
48
L N ( m)
y
J
s = 1+-
(
B Ny (bs)
-1= 1 + 1 -
( 60
-1
) = 1,25
JJ J
1 0,1 (2,5 X 1,65 ) 0,1
peroleh,
100 = 16,19 + -1,18 + 16,56 B 2
J
B 22 B2
lebar fondasi
sebe- narnya (B). yang digunakan dalam hitungan daya d/
ukung adalah lebar fondasi
Untuk f6ndasi memanjang, sq = sy = 1
d = d = 1+-
0,1
[(-q351 += =-1- -(d10,1q D'yBN3q (2,5
+ d 0,5ByN - D y) +(D y 0,1
x 0,5x x1,65)
1,65 x 33 + 1 + - x 0,5 x B3 x 1,65 x 48 -
s F y y f f
B3 3 J J J
+(2,5 1,65) X
= 13,09 + -
2,24 + 13,31 B
3
13,31 B23 + 13,09 B 3 - 32,76
=0
Diperoleh, B3 1,2 m=
Luasan
dasi perfondasi
meterdibuat simetristerbagi
panjang terhadaprata
resultan beban.35/(1,2
sebesar Jadi, tekanan
1) pada dasar fon
= 29,2 t/m'.
x
Hitungan faktor
diper oleh dari Gambar pengaruh untuk fondasi memanjang dan fondasi bujur sangkar
4.6, dengan Z = kedalaman lapisan yang dihitung dari dasar
fondasi, dan jarak horizontal dari pusat ke pusat luasan fondasi.
=
(m) G b .4 .
q n
6 a
3,77
4,25 1,75 1,46 0 0 10,04
7,875 5,375 4,48 0 0 0,15
10,75 8,25 6,88 0 0 0,09 3,26
226 Fondasi telapak terpisah dan Jondasi
memanjang
/
Tabel C6.1b L\a2di bawah pusa fondasi P1 oleh pengaruh beban fondasi P2 (B2= 1 ,6 m,
2
qn = 34,94 /m )
Tabel C6.1d Tambahan egangan ver ikal di bawah pusa fondasi P1 akiba pengaruh beban-
beban fondasi P1, P2, P3.
Kedalaman (m) 2
L'icr2 (t/m )
Tabel C6.2b L\a2 di bawah p_usat fondasi P2 oleh pengaruh beban fondasi P2 1,6
(82 =
m,
qn = 34,94 /m2)
Kedalaman Z Z / B2 X x/B2 ! !
(m) (m) (m) G (t
J. a z l q n J.
b .4 . 6 /
Gz
b 2
m )
4,25 1,75 1,09 0 0 0,4 13,98
7,875 3,36 0 0 0,042 1,47
10,75 8,25 5,16 0 0 0,019 0,66
Tabel C6.2c Tambahan egangan ver ikal di bawah pusa fondasi P2 akiba pengaruh
beban-beban fondasi P 1, P2,P3.
P3
(b.3) Tambahan egangan ver ikal (!J.a2) di bawah pusa fondasi
Hitungannya
P1, karenasama denganfondasinya
susunan hitungan tambahan
simetristegangan vertikal
terhadap P2.di bawah pusat fondasi
(c) Hi ungan penurunan
Karena tanah fondasi berupa pasir, penurunan totalnya hanya berupa penurunan-segera.
Hitungan penurunan-segera akan dilakukan dengan cara De Beer dan Marten.
Tabel C6.3a Hitungan pen ur u na n fondasi P1 = P3
Hitungan2,5-6penurunan
lapisan m: fondasi Pv dapat dilihat pada Tabel C6.3a Sebagai contoh, pada
Jarak tengah-tengah lapisan dari dasar fondasi z = 4,25 m
Po' = (2,5 1,65) + (4,25 x 1,65) 7,01 t/m2
x =
1\p L\a2 = 10,08
= t/m2 (liha Tabel C6.1d)
228 tfondasi telapak terpisah dan fondasi
memanjang
q
c
' 1200
-� = 256, 8
Po 1, 5 X 7, 01
H
t'lp
'
Po + 3, 5 l
-- n
7, 01 + 10, 08 = 0, 012
m
256, 8 7, 01
1 C '
Po
= 0,029 m = 29 mm < 40 mm ( K! )
0
Lapisan H S;
(t/ m (t/ m (t/t'lmp 2)
q c
(m) (m)
P o' c
(m)
Z
2) 2) 3,5
= mm 35 mm 40 mm (OK! )
0,035 = <
Dari hitunganakibat
penurunan di atas diperolehtakpenurunan
penurunan maksimum
seragam antara 35 mm 40 mm. Besarnya beda
fondasi P1 dan P2, atau antara P3 dan P2:
<
8= =
t.S 35 - 29 = 6 mm
Si (P ) - S i (P1 ) =
2
Distorsi kaku, 8/L = 6/5000 = 1/833< 1/300 (OK!)
Dari pertimbangan
dimensi dan kedalaman faktorketiga
amanfondasi
aman terhadap
memenuhidayasyarat.
dukungJadi,
danuntuk
penurunan
dindingtoleransi,
P1 dan
P3, dipakai fondasi memanjang dengan lebar 1,2 m dan untuk kolom P2 dipakai fondasi
bujur sangkar dengan lebar 1,6 m (lihat Gambar C6.1c).
7
FONDASI TELAPAK GABUNGAN
DAN FONDASI TELAPAK KANTILEVER
7.1 Pendahuluan
Jika dua kolom atau lebih letaknya terlalu dekat satu sama lain, lebih baik digunakan fon
dasi telapak gabungan yang menggabungkan kolom-kolom tersebut menjadi satu fondasi
tunggal. Beberapa alasan digunakannya fondasi telapak gabungan, antara lain:
(1) Jika jarak kolom terlalu dekat satu sama lain, sehingga bila dipakai fondasi yang ter
pisah sisi-sisinya akan berimpit.
(2) Jika jarak kolom sedemikian dekat dengan batas tanah pemilikan, atau dibatasi oleh
fondasi bangunan yang telah ada sebelump.ya.
g
(3) Jika perancang bermaksud menanggulan i momen penggulingan yang terlalu besar
pada fondasi.
(4) Jika bangunan-bangunan, seperti: pilar jembatan, pilar akuaduk, terletak pada tanah
ber daya dukung rendah, yang dengan demikian membutuhkan dasar fondasi yang
lebar. Pelebaran luas fondasi dilakukan dengan menggabungkan pilar-pilar menjadi
satu fon dasi.
fondasinya.
Lagi Tetapi, pelaksanaan
pula, kesulitan juga terjadipekerjaan fondasi yang
dalam pemilihan lebarberbentuk
fondasitrapesium relatif daya
untuk analisis sulit.
du kungnya. Oleh karena itu, bentuk trapesium sering diganti dengan bentuk empat
persegi panjang, dengan jalan memperpanjang lebar sisi fondasi pada bagian kolom yang
me nerima beban lebih besar.
G
Batas pemilikan
G1 0
8
ga Fond
bung asi
an
Fondasi rakit
0 �
� g
Gambar 7.1 Contoh penggunaan beberapa jenis fondasi pada suatu bangunan.
Garis
canganbesar
jenis perancangan
fondasi telapak.fondasi
Yaitu,telapak
meliputigabungan,
penentuanpada prinsipnya
besarnya sama seperti
beban-beban peran
yang bekerja
pada fondasi, penentuan daya dukung diizinkan, dan perancangan struktur fondasi.
7.2.1 Daya Dukung Diizinkan
Hitungan dan
panjang dayakantilever
dukung danyangpenurunan fondasiuntuk
diperlukan telapak gabungandaya
penentuan berbentuk
dukungempat per segi(q )
diizinkan
dilakukan seperti yang telah dipelajari dalam Bab 3 clan Bab 4. Pertimbangan-pertimbang ana
dalam perancangan fondasi dilakukan dengan memperhatikan jenis tanah (lihat Bab 5).
7.2.2 Perantfangan Struktural
(1)fon Fondasi
dasi takatau pelat fondasi dianggap
mempengaruhi sangat kaku.
penyebaran Oleh karena itu, pelengkungan
tekanannya.
(2) Distribusi tekanan pada dasar fondasi disebarkan secara linier.
7.2a, menunjukkan denah kolom bangunan dengan kolom bagian luar terletak
padaGambarbatas pemilikan. Dalam hal ini akan digunakan fondasi gabungan empat persegi pan
jang yang menggabungkan kolom luar dan kolom bagian dalam. Pusat berat luasan
fondasi dibuat berimpit dengan resultan bebannya. Oleh karena itu, tekanan pada dasar
fondasi seragam. Panjang L diatur dengan memperpanjang sisi fondasi yang terletak
di bagian dalam bangunan. Lebar fondasi (B) dihitung dengan membagi resultan beban
vertikal de ngan panjang L yang dikalikan dengan daya dukung yang
diizinkan, yaitu
(7. 1)
I
r = fo
U2
U2
I .
c: IV
�
E
Q)
a.
"' IV
1i
ID
(a) (b)
Gambar 7.2 Perancangan fondasi telapak gabungan empat persegi panjang bila resultan beban dibuat ber
impit dengan pusat berat /uasan fondasi.
Jika ruangtrapesium.
gabungan bagian kanan dan kiripanjang
Di sini, kolomnya terbatas, dapat digunakan fondasi telapak
L yang terbatas ditentukan lebih dulu, dan
pusat berat luasan trapesium dibuat berimpit dengan garis kerja resultan beban-
bebannya. Jika adalah letak resultan bebannya terhadap sisi B2, menurut
r
L.P
pl (L - al) + P2a2
r=
(7.2)
232 tfondasi telapak gabungan dan fondasi telapak kantilever
B
l
(� - 1) (7.3)
clan
B2 = c: - Bl (7.4)
A )
qmaks
qa
clengan
r jarak garis kerja resultan P1 clan P2 terhaclap sisi B2.
Bv B2 = berturdt-turut lebar fonclasi, pacla sisi terpenclek clan terpanjang (lihat Gambar
7.3).
L panjang pelat fonclasi.
A luas trapesium.
a v a2 berturut-turut jarak tepi pelat ke pusat kolom P1 clan P2.
q tekanan clasar fonclasi pacla tanah.
qa g
claya dukun cliizinkan.
Untuk fondasi gabungan empat persegi panjang, karena B1 = B2, maka B = AIL.
L
-- � 82
e r
bebansusunan
milih mati, beban hidup, momen
kolom-kolom lentur pada tiap-tiap
yang membutuhkan strukturkolom dangabungan.
fondasi dindingnya. Me
(2) Pada dua kolom atau lebih yang membutuhkan struktur fondasi gabungan, dihitung
jumlah total dari beban-beban kolomnya ("LP).
(3) Tentukan lokasi resultan beban-beban. Jika pada kolom-kolomnya terdapat momen len tur,
pengaruh momen ini harus diperhitungkan terhadap resultan"LP-nya (lihat G ambar
7.3).
(4) Estimasikan nilai daya dukung diizinkan (qa) menurut jenis tanah dasar fondasi.
Untuk itu, nilai-nilai daya dukung aman dalam Tabel 3.7 dan dapat dijadikan
pertimbangan.
(5) Dicoba panjang pelat fondasi L dan hitung luas pelat fondasi yang diperlukan, dengan
A =q (7.5)
-
"LP
a
dengan A= luas fondasi dan qa = estimasi daya dukung diizinkan dari langkah (4).
(6) Hitung lebar fondasi, B1 dan B2, dengan
B 1 = 2AL ( 3r _ (7.6)
1)
dengan r adalah jarak resultan "LP terhadap sisi B2. (7.7)
B2 = ( 2AL ) - B 1
dengan
B1 = sisi trapesium pada bagian yang terbatas oleh batas pemilikan.
B2 = sisi trapesium pada bagian dalam bangunan.
Dalamberbentuk
fondasi Persamaan (7.6), bila r = L/3, maka B1 = 0. Pada kondisi ini, diperoleh
segitiga untuk memenuhi tekanan pada dasar fondasi yang
seragam. Untuk itu, lebih baik jika panjang L ditambah ke arah sisi B2, bilamana r
mendekati atau sama dengan L/3.
(7) Cek daya dukung diizinkan yang diestimasikan pada langkah (4) di atas dengan
daya dukung yang diizinkan (qa) yang didasarkan pada dimensi fondasi yang
ditemukan pada langkah (6). Nilai qa yang diestimasikan harus lebih kecil
daripada qa yang dihi tung pada langkah (7). Pada hitungan cara ini, karena
resultan beban dibuat berimpit dengan pusat berat luasan fondasi, tekanan pada
dasar fondasi seragam, yaitu sama dengan qa. Kemudian lakukan langkah (12),
(13), dan (14). Jika resultan beban tidak ber impit dengan pusat berat luasan
fondasi, maka
(8) Tentukan letak titik berat dari luasan fondasi, dengan
(7.8)
dengan
koordinatr0 adalah jarak titik berat trapesium terhadap sisi B2. Titik awal sumbu-sumbu
x,y dibuat berimpit dengan r0.
234 Fondasi telapak gabungan dan jondasi telapak kantilever
(9)Tentukan besar momen inersia dari luasan fondasi terhadap sumbu y (yaitu
ly}
dengan
mengingat ,
IB Ar
1 == - 2 (7.9)
e = = r0 - r
(11) Tentukan besarnya tekanan pada dasar fondasi, dengan
== -
x 'LP
M
y
o
q A ± -- (7.1 0)
ly
.J
Pusat berat luasan
Gambar 7.4 Perancangan fondasl telapak gabungan berbentuk empat persegi panjang.
(7) Cek
dukungdaya yang
dukungdiizinkan
diizinkan yang diestimasikan pada langkah (4) di atas dengan daya
(qa) yang didasarkan pada dimensi fondasi yang
ditemukan langkah (6). Nilai qa yang diestimasikan harus lebih kecil daripada qa
yang dihitung pada langkah (7).
(8) Hitung besar tekanan pada dasar fondasi, dengan persamaan:
q
� [ 1±
untuk (e ::;, L/6) (7.12a)
==
clan 4LP
q
3B (L -untuk
==
2e)(e > L/6)
x
;
(7.12b)
Lanjutkan
trapesium.langkah hitung an yang sama
seperti langkah (12) sampai (14) pada
fondasi
7.3 Fondasi Telapak Kantilever
Jika fondasi
fondasi terdiriini dari
semacam 2 atau
disebut lebih fondasi telapak yang diikat oleh suatu balok,
fondas i elapak kan ilever (canilever foo ing) atau fondasi
elapak ika (s rap footing). Fondasi telapak kantilever digunakan jika luasan fondasi
yang berada di tepi luas an bangunan yang terbatas oleh batas pemilikan atau oleh
fondasi yang sudah ada sebe lumnya. Yaitu, dengan jalan mengikatnya dengan
fondasi yang berada di dekatnya. Dua fondasi telapak tersebut, diikat oleh balok
yang kaku agar distribusi tekanan pada dasar fondasi ke tanah menjadi seragam.
Ikatan antara
tergantung dariduakondisi
fondasiyang
dapat ada.
dilakukan denganyangbeberapa
Fondasi beradacara,
di dan
tepipemilihan ca ranya
batas pemilikan
dapat diikat ke dinding atau ke kolom yang berada di atas fondasi (Gambar 7.5).
Sebaiknya, fon-
(b)
..
D md mg ·
"
� .
• I I :.
(
a
) alok ikat
(c)
236 Fondasi telapak gabungan dan fondasi telapak
kantilever
dasi
umumtelapak kantilever tak disusun sedemikian hingga prosedur pelaksanaannya tidak
dilakukan.
7.3.1 Daya Dukung DIIZINKAN
Hal-hal
seperti yang
padaperlu diperhatikan
fondasi telapak.dalam penentuan daya dukung diizinkan, sama halnya
7.3.2 Perancangan Struktural
Fondasi telapak
dihubungkan olehkantilever terdiri(Gambardari
suatu balok fondasi yang terpisah satu sama lain yang
7.6). Luas area kedua fondasinya dapat dianggap
2
sebagai problem statikajika daya dukung diizinkan dan dimensi fondasi sudah dipilih atau
diasumsikan.
Titik berat luasan fondasi
ikat
(b)
Hitungan
Tekanan padatekanan pada dasar
dasar fondasi fondasi
terbagi dilakukan
rata secara samadengan memperhatikan
pada fondasi kolom dan
Gambar 7.6.
Ll Rl = (Ll + B l / 2 - al) P l
Diperoleh,
Tekanan pada dasar fondasi kolom P2, dihitung dengan persamaan: (7.15)
(7. 16)
dengan
turut Av A berturut-turut adalah luas dasar fondasi kolom dan dan berturut
adalah tekanan padaq v q2dasar fondasi pada fondasi kolom dan Simbol-simbol
yang lain P1dapatP2,dilihat pada
2 Gambar 7.6.
Dalam perancangan, hasil akhir dan harus lebih kecil daripada
P1 P2.
daya dihitung
diizin kan (qa)· Dari tekanan pada q1dasar q2fondasi yang telah diperoleh, dapat dukung
besarnya momen dan gaya-gaya lintang yang terjadi pada balok ikat dan telapak
fondasinya. Dari sini, kemudian dapat dilakukan hitungan penulangan beton.
7.4 Pemilihan Beban-beban Kolom
Dalamterjadi
yang praktek, lebihbaikjika
besarnya seragamukuran
di bawahfondasi dibuatbeban
pengaruh sedemikian rupa agarbeban
mati ditambah tekanan
hidupsentuh
yang
memang betul-betul mempengaruhi penurunan. Yaitu, dengan membuat pusat luasan fon
dasi berimpit dengan resultan beban-beban kolomnya. Jika fondasi terletak pada tanah
lempung, beban hidup yang diperhitungkan adalah beban yang diperkirakan akan bekerja
dalam periode beberapa tahun. Untuk fondasi pada tanah pasir, ha! ini merupakan
nilai kemungkinan beban maksimumnya.
Walaupun
seragam fondasi telapak
oleh pengaruh gabungan
beban-beban dibuat namun
kolomnya, agar tekanan pada dasar
dalam praktek, fondasi
perancangan
fondasi terse but sering didasarkan pada beban-beban kolom yang ada. Sehingga
akan terdapat eksen trisitas resultan beban terhadap pusat luasan fondasi, dan
distribusi tekanan fondasi menjadi tidak seragam. Oleh karena (qa) itu, daya dukung
diizinkan harus dihitung ber dasarkan pembebanan EKSENTRIS. Selanjutnya, untuk
perancangan struktur fondasi, hitung an gaya-gaya lintang dan momen-momen lentur
harus didasarkan pada tekanan pada dasar fondasi yang tak seragam tersebut.
Contoh soal 7.1:
Dua buah kolom akan digabungkan menjadi sebuah fondasi gabungan (Gambar
C7.1).
Area bangunan sebelah kiri terbatas oleh batas pemilikan. Beban padaP1kolom 80 t
dan
pada kolom P22= 160 t. Fondasi terletak pada tanah lempung jenuh dengan berat
=
volume
rata-rata 2 t/m dan koefisien tekanan pori A 0,9. Dari pengujian tekan-bebas diperoleh
==
2 yang ditunjukkan pada Gambar C6.1. Modulus elastis rata-rata E 200 kg/cm
Cu
seperti =
pada
dayaseluruh
dukung kedalaman lapisan lempung. Hitung dimensi fondasi yang aman terhadap
dan penurunan.
Penyelesaian:
(a) Hi ungan dimensifondasi dan daya dukung
238 Fondasi telapa gabungan dan fondasi telapa ant
80 +
160
L = 6,14 m
L1 = 4 m
0,4 m
mv = 0,001 m2/! 8
7
mv = 0,0012 m2/! 13
15
14
16 7,5 m
10,5 m
Lapisan kerikil berpasir sang at padat
. -
I
(b)
I
L = 6,14 m
Gambar C7. 1
Diinginkan tekanan pada dasar fondasi seragam. Untuk !tu, panjang fondasi yang dibutuh
kan:
L 2 (2,67 + 0,4) 6,14 m
= x =
Teknik tfondasi 1 239
Mula-mula,
lempung,daya dukung diizinkan dimisalkan dengan mempertimbangkan kohesi tanah
q a= 15 t/m2 .
Dicoba kedalaman fondasi Dt= 1,5 m. Terlihat bahwa dalam soal ini Cu di antara dasar
fon dasi sampai 3 m di bawahnya tak banyak bervariasi (lebar fondasi maksimum
diperkirakan 3 m). Untuk hitungan daya dukung, Cu rata-rata akan diambil dari kohesi
rata-rata pada kedalaman tersebut (1 ,5-4,5 m), yaitu
cu = % ( 7 + 6 + 8 7) = 7 tlm
2
+
Dihitung DJI B = 1,5/2,6 = 0,58. Dari Gambar 3.10, diperoleh Ne 7,2 (untuk
fondasi bujur sangkar).
=
2,6 )
N = (0,84 + 0,16 X -
c X 7,2 = 6,53
6,14
-F un
q=
L-P
-+ tekanan akibat berat pelat fondasi + tekanan tanah di atas pelat
A
beton
q=
=240
"
fondasi
( 0,5 x 2,4 ) + (1 x 2) = 18,2 t/m
maka
2,6 X
2
6,14
Tekanan fondasi neto q n = q- o1y = 18,2 - ( 1,5 x 2) 15,2 tlm2
(b. l) Penurunan-segera rata-rata
Karena tanahnya lempung jenuh, maka dapat diperkirakan 1.1 = 0,5. Oleh karena itu, penu
runan-segera rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan persamaanJanbu dkk (1956).
240 Fondasi elapak gabungan danfondasi elapak kan ilever
qB
S -
ll 1 1lo
i E
LIB = 6,14 / 2,6 = 2,36
-
m = 15 mm
S. = 0,85 x 0,9 x
l
2000 = 0,015
danDengan
koreksimenerapkan koreksiD = 1,5;penurunan-segera
kedalaman fondasi, = hila fondasi kaku (Persamaan (4.16a)),
0,58; = 0,5 (dari Gambar 4.15, a =
0,84), maka besar penurunan-segera
DJ IB terkoreksi Sj' = (0,93)(0,84)(15) = 12
f Jl
mm.
(b.2) Penurunan konsolidasi
Distribusi tekanan di bawah fondasi
q BL
dihitung berdasarkan cara penyebaran 2V : 1H.
Untuk soal ini, z = ( B + zn) (L + z) �cr
�p =
dengan qLn = 15,2 t/m2, z = jarak dari dasar fondasi ke tengah-tengah lapisan yang
ditinjau, = panjang fondasi = m, dan lebar fondasi = m. Hitungan penurunan
konsoli dasi (Se) dilakukan
6,14
pada
B Tabel C7.1, dengan
2,6 =
Se(oed) = mv �pH
penurunannya
Teknik Fondasi 1 241
masih
seragam,dalam batas toleransi
penurunan yang terjadi
(S mm). Karena
dip65 ERKIRAKAN
< tekanan sentuh pada dasar fondasi
MENDEKATI seragam, JIKA fondasi KAKU.
Jadi, dari tinjauan FAKTOR aman terhadap KERUNTUHAN daya DUKUNG dan penurunan
toleransi, dimensi (2,6 m 6,14 m) dan KEDALAMAN fondasi (DJ = 1,5 m) yang
DIPAKAI, memenuhi syarat.
x
Beban-beban KOLOM P1 = 150 t dan P2 = 400 t dengan garis KERJA beban TERLETAK di
pusat masing-masing KOLOM. Tanah dasar fondasi berupa pasir, dengan berat volume
yang dapat dianggap sama di seluruh KEDALAMA 3 nnya, yaitu y = 1,87 t/m . Data
pengujian SPT. Nilai-nilai
diperLIHATKANN pada
yang tercantum pada gambar tersebut sudah MERUPAKan
Gambar C7.2
N
BERAPAKAH
aman daya dimensi dandanpenurunan?
KEDALAMAN fondasi yang memenuhi syarat FAKTOR
terhadap
TERKOREKSI. DUKUNG
Penyelesaian:
�.
N-SPT
E
Q) 0
c.
N= 10
\0!� �
..
� 5
�
Sm Pasir tak padat
l
_
N = 10
. .
Lapisan batu 13 u_
5,275 m
82 = 3,30 m
82 = 3,30 m
Gambar C7.2 Gambar fondasi pada pemisalan awa/ (81 = 2,25 m, 82 = 3,30 m, Dt= 1,5 m).
242 tfondasi telapak gabungan dan fondasi telapak
kantilever
kedalaman B. Untuk ini, dipakai nilai N dari kedalaman 1,5-5 m, yaitu N = 35. Daya
dukung diizinkan untuk penurunan maksimum 1 inci, dengan N 35, B = 3,5 m, dari Gam
bar 3.29, qa = 35 t/m .
2 =
- 168,2
= --
B 12 2'25 2
Untuk N 35, B1 = 2,25 m, dari Gambar 3.29, diperoleh
2 33,2 t/m2 (OK!)
=
qa 38 t/m > q 1
= =
Pada luas fondasi 3,30 m 3,30 m untu2k kolom P2 terseb.ut, tekanan yang terjadi pada dasar
fondasinya terbagi rata sebesar 35 t/m qa-
x
Karena di bawah kedalaman 5 m terdapat lapisan pasir tidak padat yang mudah mam pat
setebal 8 m (N-rata-rata 10), diperlukan pengecekan terhadap penurunan yang terjadi.
=
Teknik Fondasi 1 243
Tekanan akibat6/2berat3balok
panjang =
ikat pada dasar masing-masing pelat fondasi (balok dengan
m) sangat kecil, sehingga dapat diabaikan.
Dalampelatsoalfondasi
berat ini (lihatyang
juga Contoh soal 7.1) terlihat bahwa pengaruh tambahan tekanan, bila
relatif tidak tebal diperhitungkan, sangat kecil. Sehingga, dalam
hitungan tekanan fondasi neto sering dianggap bahwa berat volume beton sama dengan
berat volume tanah.
Penurunan total kedua fondasi merupakan penurunan-segera, karena tanahnya berupa
pasir.
Hitungan
pada tambahan tegangan vertikal di bawah pusat fondasiP1,kolom dilakukan
Tabel C7.2a sampai Tabel C7.2c.
Pada tabel-tabel tersebut dan tabel-tabel sesudahnya,
z = kedalaman tengah-tengah lapisan dari dasar fondasi.
x= jarak dari pusat luasan fondasi P1 ke pusat luasan fondasi P2 atau sebaliknya.
Hitungan penurunan-segera menurut cara De Beer dan Marten, dikerjakan pada Tabel
C7.2d. Dalam penyelesaiannya, dipakai hubungan tahanan kerucut stabs dan nilai N-SPT yang
disarankan qc 4N. dilakukan sebagai berikut:
Meyerhof: penurunan,
Prosedur hitungan
=
Misalnya
(tebal pada Tabelmampat
lapisan C7.2d, untuk hitungan kompresi lapisan tanah kedalaman 1,5--5 m
= H 3,5 m).
D i tengah-tengah lapisan tersebut terdapat tambahan tegangan vertikal �O"z �P
t/m16,9.2
= =
dariTekanan
mukaoverburden
tanah: efektif di tengah-tengah6,08
p0' 3,25 1,87
= x =
2
lapisan,
t/m yaitu pada kedalaman 3,25 m
244 Fondasi elapak gabungan dan fondasi elapak kan ilever
c 2 2
4
3,5ln 6,08 + 10,013 6,9 m
345,4 08
=
6,
Tabel C7.2a bcr2 di bawah pusat fondasi kolom P1 oleh pengaruh beban P1 (B1 = 2,25 m, qn1
2
33,47 t/m )
bazlqn 1
Gb. 4.6b
Lapisan X x/B1 z z/B1 bcr
(m) (m) (m) (t/m�)
Tabel C7.2b bOz di bawah pusat fondasi kolom P 1 oleh pengaruh beban P2 (B2 = 3,30 m, qn2 =
·
bOz/ qnz
b Oz
Gb. 4.6b
Lapisan X x/B2 z z/Bz
(m) (m) (m) ( /m2)
t
m=
50 mm > 40 mm (tidak memenuhi)
Dengan cara yangpada
runan-segera sama, fondasi
tambahan tegangan vertikal pada
dilakukan tf2
di bawahTabelpusat fondasi dan penu
C7.3a sampai Tabel C7.3d.
tfabel C7.3a LlO'z di bawah pusat fondasi kolom P2 oleh pengaruh beban P1 (B1 = 2,25 m, qn1 =
33,2
tfabel C7.3b LlO'z di bawah pusatfondasi kolom P2 oleh pengaruh beban P2 (B2 = 3,30 m, qn2 = 35 t!
2
m )
qc = 4N ' !lp C=
qcfpo
Lapisan Kedalaman Po H S l·
(m)
.:10'z
2 2 2
==
Penurunan maksimum fondasi telapak menurut Tabel 4.9 adalah 40 mm. Oleh karena ==
itu, fondasiharus
fon dasi yang diperkecil
dirancang belum memenuhi
dengan syarat. Untuk lebar
jalan menambah itu, tekanan pada dasar
fondasi.
246 Fondasi elapak gabungan dan fondasi elapak kan ilever
8.1 Pendahuluan
Fondasiyangrakitberbentuk
struktur (raftfoundation atau mat foundation), didefinisikan sebagai bagian bawah dari
rakit melebar ke seluruh bagian dasar bangunan. Bagian ini ber
fungsi meneruskan beban bangunan ke tanah di bawahnya. Fondasi rakit digunakan bila
lapisan tanah fondasi berdaya dukung rendah, sehingga jika digunakan fondasi telapak
akan memerlukan luas area yang hampir memenuhi bagian bawah bangunannya. Terzaghi
dan Peck (1948), menyarankan bahwa bila 50% luas bagian bawah bangunan terpenuhi
oleh luasan fondasi, lebih ekonomis jika digunakan fondasi rakit karena dapat menghemat
biaya penggalian dan penulangan beton.
8.2 Daya Dukung Diizinkan
Fondasi
daya rakit sama
dukung hanyalah merupakan
seperti hitungan fondasi yang lebar.
daya dukung fondasiOlehtelapak.
karenaDaya
itu, hitungan-hitungan
dukung diizinkan
(qa), ditentukan dari daya dukung ultimit dibagi faktor aman yang sesuai dan
penurunan yang terjadi harus masih dalam batas toleransi. Analisis-analisis daya dukung
telah dipela jari dalam Bab 3, sedang analisis penurunan telah pula dipelajari dalam Bab 4.
Pertimbang an-pertimbangan perancangan dengan memperhatikan jenis tanah dapat dilihat
pada Bab
5. Besarnya tekanan fondasi neto qn pada dasar ruang bawah tanah, adalah tekanan fondasi
total q dikurangi tekanan total akibat berat tanah yang terdapat di atas dasar fondasinya.
Pengurangan tekanan fondasi neto akibat gesekan antara dinding ruang bawah dan tanah
di sekelilingnya, sebaiknya tidak diperhitungkan dalam hitungan.
Area yang tertutup
bangunannya. Olehfondasi
karenarakititu,adalah
jika sama
daya dengan
dukungataudiizinkan
sedikit lebih besar darijalan
terlampaui, luas
keluarnya adalah dengan memperdalam fondasi atau memperdalam ruang bawah
tanahnya.
8.2.1 Daya Dukung
(a) Fondasi Rakit pada Tanah Pasir
Karena area
fondasi rakit fondasi rakit yang
yang terletak padasangat
tanahluas
pasir,dibandingkan
faktor amandengan fondasi
terhadap telapak, untuk
keruntuhan daya
du kungnya selalu besar. Denganbertambahnya lebar rakit atau bertambahnya kerapatan
rela tif tanah, maka daya dukung bertambah dengan cepat. Oleh karena itu, untuk fondasi
rakit yang terletak pada tanah pasir, kemungkinan terjadinya keruntuhan terhadap
daya dukung sangat kecil.
248 Fondasi pelat
dengan N adalah jumlah pukulan dalam pengujian SPT. Nilai qa yang diperoleh pada
dapat agak ditambah bila terdapat lapisan batu kurang dari O,S lebar fondasi
Per samaan (8.1)
rakit. Sebaliknya, nilai qa harus dibagi 2 jika muka air tanah pada dasar fondasi atau
lebih tinggi lagi. Untuk muka air tanah terletak di tengah-tengah antara dasar
fondasi dan B di bawah dasar fondasi, dapat dilakukan reduksi qa antara 0 sampai 50%.
Perlu diperhatikan, nilai N yang digunakan harus dikoreksi terhadap faktor pasir halus
yang terletak di bawah muka air tanah dan faktor tekanan overburden
efektif.
dasiJikarakit.N 5,Jika
pasirpada
< sangat
tanahtidak padat.
tersebut akanOleh karenafondasi
diletakkan itu, tidak
rakit,baik untukharus
tanahnya mendukung fon
dipadat kan
lebih dulu hingga nilai N mencapai 10, atau digunakan fondasi tiang.
(b) Fondasi Raki pada Tanah Lempung
Hitungandilakukan
dapat daya dukung
denganultimit fondasi rakitPersamaanpadaBila
menggunakan tanahtanah
lempung jenuh homogen
lempungnya berlapis,
dapat digunakan persamaan-persamaan daya dukung untuk tanahberlapis yang telah
(3.31).
penambahan kedalaman, daya dukung ultimit bertambah oleh akibat beban terbagi
rata {p0 = D!f). Untuk mengurangi tekanan akibat berat bangunan pada tanah, lebar
fondasi harus ditambah. Karena penam bahan lebar fondasi tidak mungkin karena
terbatasnya luas tanah untuk bangunan, maka hila fondasi rakit terletak pada tanah
lempung yang lunak, untuk mengurangi tekanan tanah yang besar pada tanah
dasar fondasi, fondasi harus diperdalam. Untuk ini dapat dipakai jenisfondasi
mengapung (floatingfoundation).
8.2.2 Penurunan
Walaupun hal-halpenurunan
tetapi karakter yang mempengaruhi
kedua fondasikeamanan fondasi rakit dandiperlihatkan
berbeda. Perbedaannya fondasi telapak
dalamsama,
Gambar
Zona tanah tertekan oleh fondasi rakit yang mengalami penurunan ber
kembang ke dalam tanah lebih besar daripada fondasi telapak. Permukaan penurunan fon
8.1.
dasi rakit bila tanahnya kohesif dan homogen akan berupa cekungan dengan nilai
pe nurunan maksimum pada bagian tengah rakit fondasinya. Sedang pada fondasi telapak,
penurunan yang terjadi relatif seragam dan besarnya penurunan kurang dari penurunan
fondasi rakit, pada tekanan fondasi persatuan luas yang sama.
(a) Fondasi Raki pada Tanah Pasir
Karenapada
terjadi dimensi
zonafondasi rakitdalam.
yang relatif yang Oleh
besar,karena
tekanan fondasi pada
itu, pengaruh tanahlensa-lensa
adanya pasir di pasir
bawahnya
Teknik Fondasi 1 249
yang tak padat-yang tersebar secara acak pada lapisan pasir--diperkirakan mendekati
sama pada seluruh bagian rakit. Pada tekanan yang sama, penurunan tak seragam
fondasi rakit akan lebih kecil dibandingkan dengan penurunan pada fondasi telapak.
Pengalaman menunjukkan bahwa pemberian tekanan fondasi rakit 2 kali tekanan
fondasi telapak, tidak mengakibatkan penurunan tak seragam yang membahayakan.
"'
Tekanan
Tekanan
(a) (b)
Gambar 8.1 Perbedaan distribusi tekanan antara fondasi telapak dan fondasi rakit pada tanah di bawahnya
(a) Sekelompok fondasi telapak
(b) Fondasi rakit
Pengalaman dan teori menunjukkan bahwa penurunan dari beban yang uniform pada
tanah pasir, menghasilkan penurunan yang sama ke seluruh luasan fondasi, asalkan dasar
fondasi terletak pada kedalaman lebih dari 2,5 m dari permukaan tanah. Jika kedalaman
fondasi rakit dangkal, bagian terluar dari sisi fondasi akan turun lebih besar daripada
bagian tengahnya.
a
Jika qdidasarkan pada Persamaan (8.1), dan jika N > 5, penurunan tak seragam di an
tara kolom-kolom yang berdekatan pada fondasi rakit pada tanah pasir diperkirakan
akan kurang dari 3/4", asalkan dasar fondasi terletak pada kedalaman lebih dari 2,5 m
(Terzaghi dan Peck, 1948).
Jika fondasi terletak pada tanah lempung, tekanan fondasi maksimum yang diizinkan
harus memperhatikan pula persyaratan penurunan. Hitungan penurunan dapat didasar
kan pada anggapan bahwa lapisan lempung yang dibebani dalam kondisi ditahan secara
lateral. Dari hasil hitungannya, untuk beban yang uniform, bentuk penurunan akan berupa
cekungan dengan nilai maksimum di tengah-tengah, karena tekanan konsolidasi semakin
ke tepi semakin berkurang. Tetapi, kemiringan permukaan penurunannya sangat kecil, se
hingga perbedaan penurunan antarkolom sangat kecil dibanding dengan selisih penu runan
antara bagian paling tepi dan pusat fondasinya. Karena luas fondasi rakit yang besar dan
penurunan bertambah hila ukuran rakitnya bertambah, maka harus selalu diketahui apakah
besar penurunan masih dalam batas toleransi.
250 Fondasi pela
Perbedaan penurunan dari luasan yang tertutup oleh fondasi rakit, umumnya menun
jukkan variasi dari kompresibilitas tanah. Penun.man yang tak sama dari fondasi rakit per
inci dari penurunan maksimumnya, tidak lebih dari 1h. kali penurunan fondasi telapak pada
tekanan per satuan luas yang sama. Hal ini disebabkan oleh distribusi acak dari zona
mudah mampat di bawah fondasinya, ditambah oleh pengaruh kekakuan rakit fondasi dan
rangka bangunannya (Gambar 8.2). Oleh karena itu, jika penurunan tak seragam yang
ditoleransikan pada fondasi telapak adalah 3/4", tekanan tanah yang diizinkan pada fon dasi
rakit dapat dipilih sedemikian rupa sehingga penurunan maksimumnya 2" (tidak 1"
seperti pada fondasi telapak) (Terzaghi dan Peck, 1948).
'I I
I
Ruang
bawah tanah
-r:J------
- --
\
�
� �· �
I
Leooa p";'
\\ Zona mampat f �
/
'.. .. //
_ _ ___
Gambar 8.2 Penyebaran Jensa-Jensa tanah pasir Jonggar di bawah tondasi bangunan yang sangat lebar.
8.3 Perancangan
Terdapat beberapa cara untuk merancang fondasi rakit_ Salah satu caranya adalah
dengan menganggap rakit sebagai material yang sangat kaku dan distribusi tekanan yang
timbul akibat beban fondasinya dianggap linier dengan pusat tekanan berimpit dengan
resultan beban-bebannya.
Penentuan kedalaman fondasi dilakukan dengan coba-coba. Gambar 8.3 menunjukkan
bangunan dengan memakai fondasi telapak dan fondasi rakit. Jika digunakan fondasi tela
pak, kedalaman fondasi (Dj) diukur dari permukaan dasar rakit sebelah dalam sampai ke
dasar fondasi. Sedang bila dipakai fondasi rakit, kedalaman fondasi diukur dari permu kaan
tanah bagian luar sampai ke dasar fondasinya. Sesudah kedalaman ditentukan, gaya gaya
yang bekerja pada rakitnya dihitung.
Beban-beban yang harus digunakan dalam hitungan tekanan tanah yang menekan rakit
fondasi (te anan sentuh) yang harus dicek terhadap daya dukung yang diizinkan (qa) adalah
beban mati yang benar-benar aktif, dikurangi dengan beban terbagi rata akibat berat
tanah di atas dasar fondasi. Bila tekanan pada tanah akibat b ebannya terlalu tinggi,
fondasi perlu
diperdalam. Setelah kedalaman fondasi sudah ditentukan, dilakukan hitungan gaya-gaya
yang bekerja pada pelat dasar rakit.
Teknik FONDASI 1 251
Gambar 8.3 Kedalaman dan lebar fondasi untuk fondasi telapak dan fondasi ral<ft.
Beban kolom dan beban dinding maksimum dihitung dengan memberikan reduksi pada
beban hidup yang disesuaikan dengan peraturan muatan. Sesudah itu, ditentukan letak
resultan beban-bebannya. Berat rakit fondasi dapat tidak dimasukkan dalam hitungan
struktur rakitnya, karena di setiap titik pada rakit didukung tanah secara langsung oleh
tanah bawahnya sehingga tak menimbulkan momen lentur.
Penyebaran tekanan pada dasar fondasi, dihitung dengan persamaan:
J:.P J:.P eyy r,p exx
-
±
(8.2)
q =
±
dengan A I
X
r,p
A = jumlah total beban fondasi.
x, y luas total rakit fondasi.
berturut-turut koordinat pada sembarang titik pada rakit arah sumbu x-y yang
dibuat lewat pusat berat luasan fondasinya.
Ix, Iy =
momen inersia terhadap sumbu-x dan sumbu-y.
q =
r,p (l 6e1 ± 6 eb
) (8.3)
BL L B
±
dengan
LB panjang rakit.
= lebar rakit.
eksentrisitas resultan beban arah L dan B.
Hitungan qmaks dapat d ilakukan dengan menggunakan diagram pada Gambar 6.3.
Jika fondasi terletak pada tanah lunak, beban eksentris dapat menyebabkan selisih penu
runan pada sudut-sudut luasan fondasinya. Tekanan vertikal pada sembarang lapisan di
bawah tiap-tiap sudut rakit tersebut, dapat dihitung dengan menggunakan lingkaran New
mark (Gambar 4.12).
Dalam bentuk yang paling sederhana, fondasi rakit terdiri dari pelat beton bertulang
yang mendukung kolom-kolom dan dinding-dinding bangunannya dengan besar beban
dan jarak kolom-kolom yang relatif sama. Pelat, umumnya dirancang sebagai pelat lantai
252 Fondasi pelat
kontinu yang terbalik yang didukung oleh kolom dan dinding, dengan tanpa adanya de
fleksi ke atas dari pelat. Tekanan tanah terhadap rakit dianggap seragam, yaitu sama de ngan
jumlah beban-beban dibagi luas rakit. Dari sini, kemudian dihitung besar gaya lin tang dan
momen lentur, untuk kemudian dirancang penulangan betonnya.
Jika beban-beban kolomnya berlainan sehingga dalam tiap bagian luasan fondasinya
mendukung beban yang tak sama, sering dilakukan dengan cara membagi-bagi luasan fon
dasi ke dalam beberapa bagian dengan tekanan tanah pada tiap-tiap bagiannya dihitung
dari berat bangunan dibagi luas masing-masing bagian. Pemisahan tiap-tiap bagiannya
dihubungkan oleh sambungan pelaksanaan (construction joint) untuk mengizinkan
terjadi nya penurunan pada bagian tertentu, dengan tanpa membahayakan bagian
bangunan yang
lain. Sambungan pelaksanaan yang melintasi bagian pelat dan bangunan atas, diberikan
pada bagian bangunan dengan beda tekanan yang besar. Cara ini terutama digunakan pada
fondasi rakit yang terletak pada tanah pasir.
Jika beban-beban kolom kira-kira disebarkan secara sama, atau jika tanah bawahnya
diperkirakan dapat menimbulkan penurunan tak seragam yang besar, maka untuk fondasi
rakit yang lebar, pelatnya harus diperkuat guna mencegah deformasi yang berlebihan.
Kekakuan yang diberikan oleh fondasi pelat dapat mengurangi penurunan yang tak
seragam pada kolom-kolomnya. Perkuatan fondasi dapat dilakukan dengan menggunakan
balok-balok "T" yang digabungkan dengan pelat fondasi (Gambar 8.4). Atau dengan cara
lain, yaitu dengan menggunakan jenis fondasi rangka kaku (rigid FRAME foundation) atau
de
ngan membuat struktur atas yang kaku. Semakin luas fondasi, semakin mahal tuntutan
untuk membuat perkuatan-perkuatan struktur atasnya agar menjadi kaku. Oleh karena itu,
untuk fondasi rakit yang sangat besar, lebih baik jika digunakan fondasi tiang.
Fondasi rakit sering dirangkaikan dengan ruang bawah tanah (BASEMent). Perluasan ba
ngunan ke bawah akan mereduksi tekanan fondasi neto, sehingga mengurangi penurunan-
Lantai 1
"'-
Fondasi rakit
beton bertulang
(a) Perkuatan fondasi dengan balok-balok "T".
nya.
tanah,Bangunan
dibangun bawah
dengan tanah yang lantai
cara menggali tanahfondasinya terletak beberapa
sampai mencapai kedalamanmeter
dasardi fondasi.
bawah
Berat tanah yang tergali untuk ruang bawah tanah ini, setiap pengurangan tekanan
per satuan luas sebesar 20,5 kg/cm , kira-kira setara dengan bangunan kantor
berlantai 3 sam pai 4. Jadi bangunan sebesar ini dapat didukung oleh ruang bawah
tanah yang tanah dasarnya berupa lempung sangat lunak dan mudah mampat, yang
secara teoretis beban tersebut tak akan mengakibatkan penurunan.
ngan Penurunan fondasi rakit didengan
nilai maksimum bebanSelisih
tengah. terbagi penurunan
rata sama akan berbentuk
antara cekungan
tepi dan de
tengah
fondasinya, secara kasar kira-kira dari penurunan maksimum. Jika bangunannya
sendiri fleksibel, penurunan yang tak seragam tersebut dapat dieliminasi dengan membuat
lh
m.a.t · m.a.t
Gambar 8.5 Tiga cara untuk merancang fondasi rakit pada tanah /unak (Terzaghi dan Peck, 1 94 8).
(a) Struktur sangat kaku mampu memberikan penurunan yang seragam.
(b) Struktur fleksibel mampu m enga/ami defleksi yang besar tanpa mengalami kerusakan.
(c) Struktur fleksibe/. Terjadi penurunan seragam ofeh variasi kedalaman ruang bawah
tanah.
254 tfondasi pelat
Jika strukturnya
besarnya beban yang fleksibel, reaksipadanya.
bekerja tanah di Momen
seluruh rakit secara
lentur, padakasar
kondisiakanini,sama
akandengan
kecil.
Namun, karena beban terkonsentrasi di bagian tengah, akan terjadi penurunan tak seragam
yang besar akibat dari beban yang terlalu besar di tengah. Beda penurunan ini tak dapat
dihin dari walaupun, misalnya, berat bangunan sama dengan berat tanah yang digali
untuk fon dasi. Untuk fondasi pada, tanah pasir, beda penurunan ini kecil, sehingga
tak membahayakan bangunan. Oleh karena itu, bangunannya dapat dirancang
seperti Gambar 8.5b. Sebaliknya, hila bangunan terletak pada tanah lempung, penurunan tak
seragam aki bat perbedaan pembebanan antara bagian tengah bangunan dan pinggir akan
besar. Untuk menanggulangi kondisi ini, disarankan merancang fondasi bangunan dengan
meng gunakan fondasi tiang atau bentuk bangunan diubah seperti yang diberikan
pada Gambar 8.5c. Jika dipilih seperti Gambar 8.5c, kedalaman ruang bawah tanah harus
dirancang sedemikian rupa sehingga penurunan struktur bagian tengah dan sayap
mendekati sama.
8.4 Pengembangan Tanah Akibat Penggalian Tanah Fondasi
Jika
kan ruang bawahrembesan
terhadap tanah dibangun di bawah
air yang masukmukake airruang
tanah,tersebut.
perhatian khusus harus diberi
Jika debit rembesan kecil, drainase dapat dilakukan melalui selokan pembuang. Cara
yang
bawah umumlantai
dipakai(Gambar
adalah8.6).dengan memasang pipa-pipa drainase di dekat fondasi atau di
Betondengan
diolah berkualitas
baik padatinggi waktu
yang padat, mempunyai
pengecoran. Rembesan derajatairkekedapan air yangbesar,
yang tak begitu tinggiyang
jika
meresap melalui fondasinya, dapat diuapkan dengan cara pemanasan dan ventilasi yang
baik.
Teknik tfondasi 1 255
Rembesan
lantai dapat oleh pengaruh
direduksi dengankapiler yang lewat
memoleskan tembok
material kedapruangair,bawah
sepertitanah
aspal,dandi
permukaannya. Bermacam-macam bahan campuran kini telah banyak tersedia untuk
mengurang; perme abilitas beton dengan jalan memoleskan pada bagian dalam
bangunannya.
(b)
(a) Penutup kedap air
Penutup kedap air
Lantai
Filter
Filter
Pipa drainase
Lantai Pipa drainase
(c)
dasar fondasinya. Bahan membran, dapat berupa aspal. Penahan air harus dipasang di
seluruh bangunan yang berada di bawah muka air tanah. Untuk itu, perlu di-buatkan lan tai
dasar untuk peletakan lapisan membran, sebelum lantai dasar bangunannya sendiri dicor.
Gambar 8.7 menunjukkan penempatan Iapisan membran bila ruang bawah tanah dipakai
fondasi telapak. Di sini, rakit lantai dasar bangunan hanya digunakan untuk mena han
tekanan air ke atas bukan bagian dari fondasi yang mendukung bangunan.
Selama pelaksanaan
Sesudah pelaksanaan
Muka air tanah pada kedalaman normal
Lantai kerja
Pelat dirancang hanya
untuk menahan air
� ·. ,-.
Gambar 8.7 Detail fondasi telapak pada tanah pasir bila ruang bawah tanah terletak di bawah muka air
tanah.
256 Fondasi pelat
Kedalaman
(m2/t)
m v
(m)
0 - 4,5 0,002
4,5 - 10,5 0,001
10,5- 16,5 0,0005
16,5-22,5, 0,0002
22,5- 28,5 0,0001
Modulus elastis untuk kedalaman 3-4,5 m adalah 400 t/m 2, sedang modulus
elastis rata-rata pada dari kedalaman 4,5-28,5Eum= adalah 21000 t/m . Koefisien
konsolidasi tanah lempung rata-rata2 Cv = 18,25 Emu /tahun, dan koefisien tekanan pori
0,8. Muka air tanah pada kedalaman 3 m. Selidiki apakah kedalamanAdan luas fondasi =
bangunan tersebut memenuhi syarat faktor aman terhadap daya dukung dan
=
penurunan toleransi.
Penyelesaian:
6 4,5
14
mv = 0,001 m•tt 11
10
12 10,5
14
mv = 0, 0005 m•tt Cv = 18,25 m2/tahun Kedalaman
10
1
1 6,5
mv = 0,0002 m2/t
11
10
mv = 0,0001 m•tt 1222 ,5
. · ..... .. ·· 13
. . ..·.. . .· 12
.. .. .....
10 28,5
Pasir sangat padat .
. · · . · :. ....
: :- �
.·
00•• 14
Gambar CB. 1
Teknik tfondasi 1 2 57
t/m2.
Pada
lapis hidari
tungan
Vesicdaya(lihat
dukung
Babakan digunakan persamaan daya dukung tanah lempung ber
3.2.11.1).
Daya dukung ultimit neto (Persamaan (3.54b)):
dengan
c1 = 6 Ht/madalah
2 ). tebal lapisan lempung atas yang terletak di bawah dasar fondasi (dengan
Dari Tabel 3.5b, diperoleh Nm = 7,6 (diinterpolasi, atau dengan melihat Gambar 3.20)
Daya dukung aman, dengan F = 3:
1
q = - (c 1N m ) o1y
1 7, 6) (3 2) = 21, 2 tlm > q = 11 tlm2 (OK! )
2
s
F + =
3 - + x
(6 x
Karena
rata darilempung
Janbujenuh, = 0,5. Untuk ini dapat dipakai persamaan penurunan-segera rata
dkk. (1956).
l.l
3/20 = 0,15
Dari Gambar 4.16,diperoleh Ill = 0,08, llo 0,97
5 X 20 0,0194 m
=
5 . = 0,08 X 0,97 X --
1
400 =
258 Fondasi pelat, .
5x
0,5 X 0,97 X
S . 1 = 20 -- = 0,049 m
l
1000
Penurunan lempung setebal H1 = 4,5 - 3 = 1,5 m, bila dianggap lapisan mempunyai modu
2
lus elastis E = 1000 t/m :
LIB = 1; HdB = 1,5/ 20 = 0,08; Dt!B = 3/20 = 0,15
Dari Gambar 4.16, diperoleh Ill = 0,08 dan !la = 0,97
5x
S i2 = 0, 08 X 0, 97 X
20 = 0, 0078 m
1000
2
t/m :
Si = Si1 - Siz = 0,049 - 0,0078 = 0,041 m
Dengan memperhatikan koreksi kekakuan fondasi yang diambil sebesar 0,80, maka S / =
0,80 x 0,041 = 0,033 m = 33 mm.
Kedalaman fondasi sangat kecil dibanding dengan lebarnya, maka a = 1, atau tidak ada
reduksi penurunan-segera.
2
dengan qn = 5 t/m dan Z = jarak tengah-tengah lapisan terhadap dasar fondasi. Hitungan
penurunan konsolidasi dilakukan dalam Tabel C8.2. Sebagai contoh, pada lapisan 3-4,5 m:
(2) �0' - 2 2
z 5 x 20
(20 + 0,75 )
= 4,65 t/m 2
Penurunan konsolidasi:
Sc(oed) = 0,014 + 0,02 + 0,0065 + 0,0018 + 0,0006 = 0,043 m
Koreksi penurunan bila koefisien tekanan pori A = 0,8 untuk fondasi bujur sangkar,
dapat dilakukan sebagai berikut:
Diameter ekivalen fondasi bujur sangkar bila dianggap sebagai fondasi lingkaran:
2 2 �
nD 0,25 = B , diperoleh D = 20 ( 4/n)
= 22,56 m
Penurunan lapisan pasir sangat padat di bawah lapisan lempung dapat diabaikan karena
sangat kecil.
S = S/ + S, = 33 + 36 = 69 mm
1 2,75 2 X 0,848
= 18,25 = 7,5 tahun
260 Fondasi pelat
st S/ + US C ( dengan = 90%)
=
u
33 + 0,9 x 36 65,4 mm
=
=
Umumnya, waktu awal terjadinya konsolidasi, yaitu t = 0, dianggap terjadi pada per-
·
(c) Kesimpulan
Bowles, J.E., Foundation Analysis and Design, McGraw-Hill Kogakusha, Ltd., Tokyo, Japan, 1977.
Capper,
Lon- P.L., Cassie,
don, W.F. and Geddes, J.D., Problem in Engineering Soils, E Spon, Ltd.,
& FN
Costet,
Das, B.M., J., Sanglerat,
1980.
G., Cours Pratique de tfecanique des Sols, Dunod, Paris, 1969.
Advanced Soil tfechanics, McGraw-Hill, New York, 1983.
Dunham,
Com C.W.,1962.
pany, Foundation of Stucture, 2th eds., McGraw-Hill Book Co., Inc. Kogakusha
�iroud, J.P., Tran-Vo-Nhiem Obin, J.P., tfecanique des Sols Tables pour Le Calcul des
&
Hardiyatmo,
Hardiyatmo, Hary HaryChristady,
Christady, tfekanika Tanah 1,PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1 992
tfekanika Tanah 2, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1 994
Holtz, R.D. andCliffs,
Englewood Kovacs, NewPT W.D., An Introduction to Geotechnical Engineering, Prentice-Hall, Inc.,
Jersey,
Lambe, T.W. and Withman, R.V., Soil tfechanics, John Wiley and Son, Inc., New York, 1
1981.
Lehr, H., Exemple De Calculs Pour Les Projets De Fondations, Editions Eyrolles, Paris,
1960.
Peck,York,R.B.,1953.
Hanson and Thomburn, T.H., Foundation Engineering, John Wiley and Son, Inc., New
PerlCom
off, W.H. andNew
pany, Baron,York,
W., SoilMechanics: Principles and Applications, The Ronald Press
Ramiah, B.K. and Chickagappa, L.S., Handbooks of Soil tfechanics and Foundation
1976
Simon,
Ltd., N.E. and 1977.
London, Menzies, B.K., A Short Course in Foundation Engineering, Butterworth Co.,&
Smith, G.N., Element of Soil tfechanicsfor Civil and tfining Engineers, Granada, London,
1982.
Sower,
Co., G.B.
New and
York, Sower, G.F., An Introductory Soil tfechanics and Foundations, The Macmillan
Teng, W.C.,K.,
Terzaghi, Foundation Design, Prentice Hall, Englewood Cliffs. New Jersey., 1962.
1961.
tanah kering, 4
faktor daya dukung
bor cuci, 38
Terzaghi, 72, 73T
bor putar, 39 Vesic, 94T, 1 20G
bor tangan, 37 faktor gesekan dinding (/ 76T
boring log, 46 faktor pengaruh (/), 151G, 5), 152, 1 55G,
Boussinesq, analisis, 150G 162T Lee, 161
butiran Schleicher, 161
klasifikasi, 10
faktor waktu (Tv ), 199
koefisien gradasi (Cc), 10
fondasi dalam, 62
koefisien keseragaman (Cu), 10
fondasi dangkal, 62
ukuran efektif, 10
fondasi memanjang, 57, 62, 63G, 212
Button, analisis, 118
fondasi mengapung, 210
fondasi pada lanau, 209
Caqout, analisis, 93, 95 fondasi pada lereng, 114
Casagrande, diagram plastisitas, 23G
fondasi pada /oess, 209
contoh tanah
fondasi rakit, 57, 62, 63G, 247
contoh inti batu, 36
pada tanah lempung, 249
contoh kontinu, 36
264 Indeks
fondasi sumuran, 62, 63G kepadatan relatif (Re), 5
fondasi telapak, 57, 62, 63G, 206 kerapatan relatif (Dr), 4
gabungan, 229 Kerisel, analisis 93, 95
ikat, 229, 235 keruntuhan fondasi
kantilever, 229, 235· keruntuhan geser lokal, 48, 64, 72
terpisah, 212 keruntuhan geser umum, 48, 64, 72
fondasi tiang, 62, 63G keruntuhan penetrasi, 64
keruntuhan geser lokal, 48, 64, 72
gradien hidrolik kritis (ic), 16 keruntuhan geser umum, 48, 64, 72
keruntuhan penetrasi, 64
Hansen, analisis, 95 klasifikasi butiran, 10
hidrometer, 11 klasifikasi tanah, 27, 28-29T
hitungan penurunan, 160 sistem Unified, 27
konsolidasi, 180G koefisien daya dukung Mandel & Salencon,
konsolidasi primer, 178 129T
Schmertmann, 172 koefisien gradasi (Cc) butiran, 10
koefisien keseragaman (Cu) butiran, 10
indeks cair (LI), 24 koefisien konsolidasi (Cv)
indeks pemampatan (Cc), 178 metode akar waktu, 184, 186G
indeks pemampatan kembali (Cr), 1 78 metode kecocokan log-waktu, 184, 186G
indeks plastis (PI), 25 kohesi efektif (c'), 13
intensitas pembebanan kotor (q), 78 kohesi tanpa-drainase, 13
isobar tegangan, 150G komponen penurunan
penurunan konsolidasi primer, 1 60
penurunan konsolidasi sekunder, 160
Janbu, persamaan daya dukung, 109
penurunan segera, 160
jenis fondasi
kompresibilitas, 24
fondasi dalam, 62
kondisi dengan-drainase, 13, 83
fondasi dangkal, 62
kondisi drainase dobel, 1 85G
fondasi memanjang, 62, 63G
kondisi drainase tunggal, 185G
fondasi rakit, 62, 63G
kondisi tanpa-drainase, 13
fondasi sumuran, 62, 63G
konsistensi, 21
fondasi telapak, 62, 63G
konsistensi tanah lempung, 208, 209T
fondasi tiang, 62, 63G
konsolidasi, 55
jenis tanah
konsolidasi tanah
tanah berbutir halus, 12
berlebihan, 25
tanah granuler, 12
normal, 25
tanah kohesif, 12
kuat geser
tanah non-kohesif, 12
tanah, 11
tanah tak kohesif, 12
tanpa-drainase, 22, 24, 177
pada tanah lempung, 207
kadar air (w), 3 kuat geser tekan-bebas (qu), 20, 21T, 48
kecepatan penurunan konsolidasi, 183, 199
primer, 185 lebar fondasi fiktif (Bf), 126
kelebihan air pori, 176 Lee, 161
kelebihan tekan pori awal, 184, 1 85G lempung
kondisi drainase dobel, 185G angka kompresibilitas (Cc), 177
kondisi drainase tunggal, 185G kuat geser tanpa-drainase, 177
Teknik Fondasi 1
265
terkonsolidasi berlebihan, 177, 178, 179
maksimum, 200
terkonsolidasi normal, 177, 1 78, 179, 207
tak seragam, 67
lingkaran Newmark, 1 56 segera, 160
lubang cobaan, 36-37
Bjerrum, 165, 166G
Bowles, 165G
Mandel, persamaan daya dukung, 128 dari pengujian beban pelat, 170
metode penyebaran 2V : 1H, 158 dari pengujian penetrasi kerucut statis
Meyerhof, analisis, 97, 132 (sondir), 171
modulus elastis (E), 144, 162, 1 63T, 1 63 dari pengujian SPT
Fox, 165G
Newmark, lingkaran, 156 Janbu, 165, 166G
nilai banding area (Ca), 41 Kjaernsli, 165, 166G
nilai banding kebebasan dalam (Ci), 41 koreksi, 1 64
nilai banding kebebasan luar (C1), 42 pada tanah pasir, 1 96
nilai N pada tanah lempung, 209T Steinbrener, 165T
nilai SPT, 47 penyelidikan dengan pencucian, 38
permeabilitas, 14
Peck, 132 persamaan daya dukung
pembebanan eksentris, 1 03 Boussinesq, 150G
pembebanan miring, 106 Button, 118
pen.gujian beban pelat, 50, 138, 139, 209 Caqout, 93, 95
pengujian geser baling-baling, 46, 48, 51 de Beer, 95
pengujian kerucut statis, 46, 50G Hansen, 95
pengujian kuat geser Kerisel, 93, 95
pengujian geser baling-baling, 13, 14G Mandel, 128
pengujian geser-langsung, 13, 14G Meyerhof, 97, 132
pengujian tekan-bebas, 13, 14G, 48 Prandtl, 93, 95
pengujian triaksial, 13, 14G Reissner, 93, 95
pengujian SPT, 46, 47, 132, 206 Salencon, 1 28
pengujian tanah Skempton, 87, 88G
pengujian beban pelat, 46, 138, 139, 209 Terzaghi, 83, 93
pengujian geser baling-baling, 46, 48, 51 Tsheng, 124
pengujian penetrasi kerucut statis, 46, Vesic, 93, 94T, 95, 118-119
50G plastisitas, 21
pengujian SPT, 46, 47, 132, 206 Prandtl, analisis, 93, 95
pengujian tekan-bebas, 13, 14G, 48, 207
penurunan, 142
Reissner, analisis, 93, 95
diizinkan, 200
ruang bawah tanah, 252
hitungan. LIHAT hitungan penurunan.
komponen. Liha komponen penurunan.
konsolidasi, 258 Salencon, persamaan daya dukung, 128
konsolidasi primer, 160, 1 76 Schleicher, 161
konsolidasi sekunder (Ca), 160, 188 sedimentasi, 11
Godlewski, 1 90 sensitivitas, 24
Mesri, 1 90 tanah lempung, 24T
Raymond, 190 Skempton, analisis, 87, 88G
Wahls, 190 sudut gesek dalam (q>'), 83
konsolidasi selama pelaksanaan, 196G efektif (q>'), 13
266
Indeks
tabung contoh, 36
tabung belah standar, 47 tegangan efektif, 13, 16
belah, 44 tegangan efektif (o'), 16, 17G, 18
berpiston, 43 tegangan netral, 16
berpiston mengapung, 44 tegangan utama mayor, 13, 20
berpiston tetap, 44 tegangan utama minor, 13, 20
tekan terbuka, 42 tekan-bebas, 55
tambahan tegangan, 143 tekanan fondasi
tanah neto (qn), 78
anorganik, 23 total (q), 78
berbutir halus, 12 tekanan intergranuler, 13, 16
gambut, 26 tekanan keliling, 83, 131, 221, 254
gradasi baik, 9 tekanan overburden
gradasi buruk, 10 efektif (p0'), 131, 134, 135, 1 72, 1 76
granuler, 12 total (p), 77
kohesif, 12 tekanan pori, 16
lanau, 26 tekanan prakonsolidasi, 180
lempung jenuh tekanan sentuh, 143
konsistensi, 49 Terzaghi
kuat geser tekan-bebas (qu), 49 persamaan daya dukung, 83, 93
nilai N, 49 persamaan untuk fondasi rakit, 132
loess, 26 Tsheng, analisis, 1 24
non-kohesif, 12
organik, 26 Vesic
tak kohesif, 12 analisis, 118-119
faktor daya dukung, 94T
Taylor, metode untuk koefisien konsolidasi, persamaan daya dukung, 93, 94T, 95
1 84
TENTANG PENULIS