Anda di halaman 1dari 62

ASPAL

BAHAN BANGUNAN 3
JAMAL MAHBUB
PENGERTIAN
■ Aspal adalah suatu bahan bentuk padat
atau setengah padat berwarna hitam
sampai coklat gelap, bersifat perekat
(cementious) yang akan melembek dan
meleleh bila dipanasi, tersusun terutama
dari sebagian besar bitumen yang
kesemuanya terdapat dalam bentuk padat
atau setengah padat dari alam atau hasil
pemurnian minyak bumi, atau merupakan
campuran dari bahan bitumen dengan
minyak bumi atau derivatnya (ASTM D 8 –
94).
PENGERTIAN
■ Bitumen adalah suatu campuran dari senyawa-senyawa hidrokarbon yang
berasal dari alam atau dari suatu proses pemanasan, atau berasal dari
kedua proses tersebut; kadang-kadang disertai dengan derivatnya yang
bersifat non logam yang dapat berbentuk gas, cairan, setengah padat atau
padat, yang campuran itu dapat larut dalam karbon disulfida atau CS2 (The
Asphalt Institute).

■ Aspal merupakan salah satu material konstruksi perkerasan lentur . Aspal


merupakan komponen kecil . Umumnya 4 – 10 % dari berat campuran.
Tetapi merupakan komponen yang relatif mahal
PENGERTIAN
■ Aspal umumnya berasal dari salah satu hasil destilasi minyak bumi
(Aspal Minyak) dan bahan alami (Aspal Alam),

■ Aspal minyak (Aspal cemen) bersifat mengikat agregat pada


campuran aspal beton dan memberikan lapisan kedap air. Serta
tahan terhadap pengaruh asam, Basa dan garam,

■ Sifat aspal akan berubah akibat panas dan umur, aspal akan menjadi
kaku dan rapuh pada akhirnya daya adhesinya terhadap partikel
agregat akan berkurang.
Jenis Aspal Menurut Proses Terbentuknya
Aspal Alam Aspal Buatan
■ Diperoleh secara alami langsung ■ Hasil dari proses penyulingan minyak
bumi atau batu bara dan kayu
■ Berupa batuan aspal atau minyak
bumi ■ Aspal Minyak
■ Keluar kepermukaan lalu menguap Merupakan hasil destilasi minyak
minyaknya dan mengeras bumi
■ Aspal Gunung (Rock Asphalt) ■ Tar
ex : Aspal P. Buton Merupakan hasil penyulingan batu
bara dan kayu (tidak umum
■ Aspal Danau (Lake Asphalt)
digunakan, peka terhadap perubahan
ex : Aspal Bermudez, Trinidad temperatur dan beracun)
PROSES
PRODUKSI
ASPAL
ALAM
1. Batuan aspal Buton dihaluskan dan dimasukkan ke
dalam Reaktor. Di dalam Reaktor dicampur dengan
pelarut “D-Solv”, dan diaduk sampai semua
kandungan bitumen yang tersimpan di dalam pori-
PROSES
pori batuan larut secara sempurna. PRODUKSI
2. Apabila ada kandungan air, maka secara otomatis ASPAL ALAM
air akan terpisah, karena air dan pelarut “D-Solv”
tidak dapat bercampur. (BUTON)
3. Kemudian antara larutan bitumen (bitumen yang
sudah larut dalam pelarut “D-Solv”) dan batuan
dipisahkan secara gravitasi.
4. Larutan bitumen dipanaskan untuk menguapkan pelarut
“D-Solv”, dan kemudian pelarut ”D-Solv” ini
dikondensasikan untuk dapat digunakan kembali (daur
ulang) di dalam Reaktor. Sisa yang didapat setelah
semua pelarut “D-Solv” menguap adalah bitumen murni PROSES
atau aspal Buton “full” ekstraksi.
5. Batuan yang sudah dipisahkan dari larutan bitumen,
PRODUKSI
dilakukan pencucian beberapa kali untuk memastikan ASPAL ALAM
semua kandungan bitumen yang masih tersisa di dalam
pori-pori batuan sudah larut semuanya. Kemudian
(BUTON)
batuan dipanaskan untuk menguapkan pelarut “D-Solv”,
dan setelah itu pelarut “D-Solv” dikondensasikan untuk
dapat digunakan kembali (daur ulang) di dalam Reaktor.
Sisa yang didapat setelah semua pelarut “D-Solv”
menguap adalah batuan yang sudah bebas bitumen.
PENAMBANGAN
MINYAK BUMI
PEMOMPAAN
MINYAK BUMI
PENGOLAHAN MINYAK
BUMI
HASIL
PENGOLAHAN
MINYAK BUMI
TINGKATAN HASIL
DESTILASI
MINYAK BUMI
PROSES
PRODUKSI
ASPAL
BUATAN
1. Minyak bumi dilakukan penyulingan (dipanaskan
pada suhu 550oF atau 290oC kemudian PROSES
didinginkan)
2. Dari hasil penyulingan berupa residu minyak berat
PRODUKSI
dilakukan pemanasan Kembali dengan cara ASPAL
menaikkan suhu dan vacuum di dalam menara. BUATAN
3. Hasil dari suhu dinaikkan dan vacuum dinaikkan
diperoleh aspal dengan penetrasi rendah. (MINYAK)
Sedangkan bila suhunya rendah dan vacuum tidak
terlalu tinggi, didapat aspal yang angka
penetrasinya tinggi karena masih tercampur
dengan minyak ringan sebagai pelarutnya.
JENIS ASPAL - Asphaltic base crude oil
Bahan dasar dominan asphaltic

Berdasarkan jenis - Parafin base crude oil


bahan dasarnya Bahan dasar dominan parafin

- Mixed base crude oil


Bahan dasar campuran asphaltic
dan parafin

- Aspal Tiup (Blown Asphalt)


Aspal aspal yang mempunyai sifat tahan terhadap
Minyak pengaruh perubahan suhu

- Aspal keras/panas (Asphalt Cement)


aspal yang digunakan dalam keadaan panas dan
Berdasarkan cair, pada suhu ruang berbentuk padat
bentuknya - Aspal dingin / Cair (Cut Back Asphalt)
aspal yang digunakan dalam keadaan dingin dan
cair, pada suhu ruang berbentuk cair

- Aspal emulsi (emulsion asphalt)


aspal yang disediakan dalam bentuk emulsi dan
digunakan dalam kondisi dingin dan cair
Blown Asphalt ■ Diproduksi melalui cara menyemburkan
udara panas kedalam bejana yang berisi
aspal panas dengan suhu antara 200 s.d.
260ºC (terjadi Polimerisasi)
■ Pada proses ini digunakan bahan katalis
seperti ferri chlorida atau P2O5 untuk
mempercepat reaksi dan akan
menghasilkan aspal yang lebih keras, lebih
kaku dan kenyal dibanding dengan aspal
biasa
■ Tahan terhadap pengaruh perubahan suhu
■ Penggunaan untuk penutup atap (bahan
genteng aspal), kotak baterai, pelapis
kendaraan bermotor, dan bahan perapat/
kedap air atau dapat dipergunakan
sebagai pengisi celah sambungan pada
jalan dan saluran air
■ Hasil proses penyulingan minyak berat (residu)
■ Pada suhu ruang (250–300C) berbentuk padat
■ Jenis aspal yang paling cocok untuk dipakai
sebagai pelapis permukaan perkerasan jalan
(paving asphalt)
Aspal Keras ■ Aspal dengan penetrasi rendah digunakan di
(Asphalt Cement, AC) daerah bercuaca panas, volume lalu lintas tinggi.

■ AC Pen 40/50, penetrasi antara 40 –59 ■ Aspal dengan penetrasi tinggi digunakan untuk
daerah bercuaca dingin, lalu lintas rendah.
■ AC pen 60/70, penetrasi antara 60 –79 ■ Di Indonesia umumnya digunakan aspal
■ AC pen 80/100, penetrasi antara 80 –100 penetrasi 60/70 dan 80/100.

■ AC pen 200/300, penetrasi antara 200-300


Aspal Cair (Cut Back Asphalt)
■ Aspal Cair adalah jenis aspal yang dibuat dari Asphalt Cement yang dicampur
dengan bahan pencair dari minyak bumi yang bersifat mudah menguap, menguap
sedang dan lambat menguap, sehingga aspal akan mengeras apabila di udara
terbuka karena bahan pencairnya menguap.
■ Berdasarkan bahan pencairnya dan kemudahan penguapan bahan pelarutnya,
aspal cair dibedakan atas :
1. RC (Rapid curing cut back )
2. MC (Medium Curing cut back)
3. SC (Slow Curing cut back)
▪ Jenis aspal cair (Cut Back Asphalt), diproduksi dengan tanda huruf dan angka
dibelakangnya yang menunjukkan viskositas kinematiknya, misal : RC800 artinya
jenis Rapid Curing Asphalt dengan viskositas kinematik 800 C.St.
1. RC (Rapid curing cut back )
■ Merupakan aspal keras ■ Sifat Aspal RC
yang dilarutkan dengan
bensin (premium), RC
merupakan cut back
asphalt yang paling cepat
menguap. RC cut back
asphalt digunakan
sebagai Tack coat (Lapis
perekat), Prime Coat
(Lapis resap pengikat)
2. MC (Medium Curing cut back)
■ Merupakan aspal keras ■ Sifat Aspal MC
yang dilarutkan dengan
minyak tanah (Kerosine).
MC merupakan cutback
aspal yang kecepatan
menguapnya sedang.
3. SC (Slow Curing cut back)
■ Merupakan aspal keras ■ Sifat Aspal SC
yang dilarutkan dengan
solar, SC merupakan cut
back asphalt yang paling
lama menguap. SC Cut
back asphalt digunakan
sebagai Prime coat, Dust
laying (lapis pengikat
debu)
Aspal Emulsi (Emultion Asphalt)
■ Aspal emulsi adalah jenis aspal yang dibuat
dari campuran Asphalt Cement dengan air
dan bahan untuk membuat emulsi (emultion
acid).
■ Proses pembuatannya dengan cara
mencampur air panas, aspal panas dan
bahan pembuat emulsi diaduk dalam alat
pencampur (colloid mill) dengan kecepatan
aduk dari 100 sampai dengan 6000 rpm,
akan terbentuklah butiran aspal yang
terdispersi dalam air. Agar dispersi butiran
aspal tidak menggumpal lagi, perlu ditambah
dengan bahan stabilisator emulsi,.
Aspal Emulsi (Emultion Asphalt)
■ Berdasarkan sifat stabilitas emulsi yang mempunyai sifat cepat pecah kemudian butiran
aspal segera melekat pada agregat, ada pulayang pecahnya agak lambat danmlambat
pecah kemudian melekat agregat, maka aspal emulsi dibedakan dalam 3 jenis, yaitu :
1. Rapid Setting, aspal emulsi yang bersifat cepat pecah dan melekat agregat dengan cepat
diproduksi dengan tanda RS, digunakan untuk Tack Coat.
2. Medium Setting, aspal emulsi agak lambat pecah dan agak lambat melekat agregat
diproduksi dengan tanda MS, digunakan untuk Seal Coat.
3. Slow Setting, aspal emulsi lambat pecah dan lambat melekat agregat diproduksi dengan
tanda SS, digunakan untuk Prime Coat.
■ Butiran aspal dapat bermuatan elektron, jika bermuatan elektron negatip disebut dengan
Emulsi Anion dan yang bermuatan positip disebut dengan Emulsi Kation. Sedangkan aspal
yang tidak bermuatan elektron disebut Emulsi Nonionik.
■ Aspal Emulsi anion, cocok untuk agregat yang bermuatan positip yaitu agregat yang
terbentuk dari logam/basa, misal : batu kapur atau dolomite.
■ Aspal Emulsi kation, hanya cocok untuk agregat yang bermuatan negatip yaitu batuan yang
bersifat asam, misal dari jenis silikat.
Aspal Emulsi (Emultion Asphalt)
■ Jenis dan Persyaratan Aspal Emulsi Kationik
Aspal Emulsi (Emultion Asphalt)
■ Jenis dan Persyaratan Aspal Emulsi Anionik
Tar
■ Tar untuk jalan dibuat dari hasil penyulingan ter kasar yang didapat dari hasil pembuatan
kokas, atau penyulingan batu bara secara bertingkat.
■ Jenis dan penggunaan Road Tar, antara lain :
1. RT-1, adalah jenis Road Tar yang paling encer dipergunakan untuk penangkap debu
atau Dust Treatment
2. RT-2 dan RT-3, dipergunakan sebagai bahan pelapis/penutup (laburan permukaan)
3. RT-4, dipergunakan untuk pelapis permukaan atau laburan permukaan jalan
4. RT-5, RT-6 dan RT-7, dipergunakan sebagai pelapis permukaan jalan dan campuran
lapis permukaan.
5. RT-8 dan RT-9, dipergunakan sebagai pelapis permukaan, campuran permukaan jalan
dan lapis penutup atau pelindung.
6. RT-10 dan RT-11, dipergunakan sama dengan RT-8 dan RT-9 tetapi dapat dipergunakan
untuk perbaikan-perbaikan dalam campuran panas.
7. RT-12, dipergunakan untuk lapis penetrasi Makadam, tar beton dan perbaikan
campuran panas.
Jenis Tungku Destilasi Tar
■ Tungku Destilasi Vertikal ■ Tungku Destilasi Horisontal

Hasil didominasi oleh Aromat Hasil Ter didominasi oleh Cresol


yang tidak bermuatan listrik dan Phenol yang bermuatan listrik

Karena tar bermuatan listrik maka kelekatan tar lebih baik terhadap agregat dari pada aspal
Perbandingan Sifat Aspal Dengan Tar
Bitument (aspal) Sifat Tar

Coklat - hitam Warna Coklat - Hitam


Cair - padat Bentuk cair
Larut Dalam CS2/CCl4 larut

Tidak larut Dalam Air Tidak Larut


Berbau biasa Bau Berbau khas (Aromat bersifat harum)

Ada yang bergandengan Aromat tunggal


FUNGSI ASPAL DALAM
PERKERASAN JALAN
■ Sebagai Bahan Pengikat
Memberikan ikatan yang kuat antara
aspal dengan agregat dan antara aspal
itu sendiri
■ Bahan PengisI
Mengisi rongga antara butir-butir
agregat dan pori-pori yang ada antara
agregat itu sendiri.
SIFAT-SIFAT ASPAL
■ SIFAT KIMIA

Aspal merupakan coloidal (campuran koloid) antara asphaltene


(butiran padat) dengan maltene (massa cair)
1. Daya tahan (durabilitas)
Daya tahan aspal adalah kemampuan aspal mempertahankan
sifat asalnya akibat pengaruh cuaca selama masa pelayanan
jalan. Senyawa yang terpenting yaitu maltene

2. Sifat adhesi dan kohesi

Adhesi adalah kemampuan aspal untuk mengikat agregat


sehingga dihasilkan ikatan yang baik antara agregat dengan
aspal.

Kohesi adalah kemampuan aspal untuk tetap mempertahankan


agregat tetap pada tempatnya setelah terjadi pengikatan.
SIFAT-SIFAT ASPAL
■ SIFAT KIMIA

3. Kepekaan terhadap temperature

Aspal merupakan bahan yang termoplastis, artinya akan menjadi keras dan kental jika temperatur rendah
dan menjadi cair (lunak) jika temperatur tinggi. Akibat perubahan temperatur ini viscositas aspal akan
berubah seiring dengan perubahan elastisitas aspal tersebut. oleh sebab itu aspal juga disebut bahan
yang bersifat visko elastis. Kepekaan terhadap suhu perlu diketahui untuk dapat ditentukan suhu yang
baik Ketika campuran aspal dicampur dan dipadatkan

4. Kekerasan aspal

Kekerasan aspal tergantung dari viscositasnya (kekentalannya). Aspal pada proses pencampuran
dipanaskan dan dicampur dengan agregatsehingga agregat dilapisi aspal. Pada proses pelaksanaan
terjadi oksidasi yang mengakibatkan aspal menjadi getas (Viskositas bertambah tinggi). Peristiwa tersebut
berlansung setelah masa pelaksanaan selasai. Pada masa pelayanan aspal mengalami oksidasi dan
polimerisasi yan besarnya dipengaruhi ketebalan aspal menyelimuti agregat. Semakin tipis lapisan aspal
yang menyelimuti agregat , semakin tinggi tingkat kerapuhan yang terjadi.
SIFAT-SIFAT ASPAL
■ SIFAT FISIS
1. Kepekatan (konsistensi)
Peranan kepekatan/konsistensi bahan aspal untuk bahan jalan, dua hal penting antara lain :
a. Pengaruh suhu terhadap konsistensi
b. Pertimbangan terhadap sifat kepekatan untuk suhu tertentu, yang dapat dipakai untuk
mengelompokkan/membagi aspal menjadi beberapa macam
Secara umum metode yang dipakai untuk aspal sebagai bahan jalan dikenal 4 cara,
yaitu :
a. Cara uji Penetrasi;
b. Cara uji Viskositas Furol;
c. Cara uji Viskositas Kinematic dan;
d. Cara uji kambangan (floating test).
SIFAT-SIFAT ASPAL
■ UJI PENETRASI
Penetrasi adalah masuknya jarum kedalam aspal ukuran tertentu
dengan pemberat 100 gr, pada suhu 250C dalam waktu 5 detik,
dinyatakan dalam angka satuan 1/100 cm atau 0,1 mm
Cara uji penetrasi merupakan metode uji untuk mengukur kepekatan
aspal yang sudah lama dipergunakan serta untuk mengukur apakah
aspal telah mengalami oksidasi dan penguapan.
Tahapan pengujiannya adalah sbb:
1. Buat BU, banyak BU ¾ tinggi cetakan
2. Rendam BU, dalam air suhu 250C, selama 2 jam.
3. Pasangkan BU ke alat penetrasi, dan sentuhkan ujung jarum ke
permukaan aspal.
4. Setel arloji pengukur ke angka 0 (nol)
5. Dengan beban 50 gr (100gr +asesoris ) lakukan penetrasi selama 5
detik.
6. Putar arloji untuk mengetahui kedalaman penetrasi / nilai
penetrasi.
7. Lakukan pengulangan 3 kali
SIFAT-SIFAT ASPAL
■ UJI VISKOSITAS FUROL
Merupakan salah satu metode uji untuk
mengukur kekentalan/viskositas aspal
secara spesifik.
Uji viskositas furol, mengukur aspal
sebanyak 60 cm³ untuk melalui lubang
pipa sempit yang ukurannya pada suhu uji
tertentu yang dinyatakan dalam detik.
Semakin tinggi angka viskositas Furol pada
suhu tertentu, maka menunjukkan bahwa
aspal yang diuji semakin pekat, demikian
pula sebaliknya.
SIFAT-SIFAT ASPAL
■ UJI VISKOSITAS KINEMATIK
Merupakan salah satu metode uji untuk mengetahui
perbedaan kepekaan aspal terhadap suhu dari berbagai jenis
aspal semen yang rentangannya lebar.
Tahapan pengujian:
1. Masukkan aspal kedalam pipa U besar sampai pada
batas pengisian
2. pipa yang berisi aspal tersebut dimasukkan kedalam
tabung besar yang berisi cairan (dipakai minyak ringan
yang jernih)
3. Panaskan sampai mencapai suhu 135⁰C dan pada mulut
tabung besar diberikan tekanan sedangkan pada tabung
kecil dihisap, sehingga aspal akan mengalir melalui
lubang sempit yang mempunyai jarak alir tertentu
4. Waktu aliran dari garis pertama (bagian bawah) sampai
garis kedua (diatasnya) dicatat dalam “detik”
5. Hasil pencatatan waktu dikalikan dengan faktor kalibrasi
dan hasilnya dinyatakan dalam angka satuan C.St
SIFAT-SIFAT ASPAL
■ UJI KAMBANGAN (FLOATING TEST)
Merupakan metode uji untuk mengukur waktu oleh air dapat menembus
sumbatan aspal yang dinyatakan sebagai angka floating (floating value),
Semakin tinggi angka floating-nya berarti aspal yang diuji menunjukkan
semakin kental.
Metode ini dilakukan dengan alasan karena jenis aspal yang memiliki
kekentalan melebihi dari 3000 grade yang tidak bisa diuji dengan metode
uji Viskositas Furol. Demikian halnya aspal yang memiliki kekentalan lebih
dari 300 angka penetrasinya (aspal terlalu cair) yang tidak bisa diuji
dengan metode uji penetrasi
Tahapan pengujian:
1. Masukkan aspal dengan cara menyumbatkan aspal kedalam dasar
cetakan alumunium, kemudian dinginkan.
2. Setelah dingin cetakan yang berisi benda uji diangkat untuk
dimasukkan kedalam bak yang berisi cairan yang sudah diatur pada
suhu 60⁰C
3. Catat waktu yang digunakan oleh air untuk menembus sumbatan
aspal
SIFAT-SIFAT ASPAL
■ SIFAT FISIS
2. Ketahanan Lama
• Aspal sebagai bahan perekat harus mempunyai sifat tetap plastis dan mengikat agregat dengan baik.
• Aspal untuk aspal beton bila terkena pengaruh cuaca dalam lapisan yang sangat tipis cenderung
hilang sifat keplastisanya dan akan menjadi regas karena terjadi perubahan susunan kimia maupun
fisika yang disebut dengan istilah pelapukan
Sifat-sifat yang ada hubungannya dengan ketahanan lama (durabilitas) yang diakibatkan
oleh pelapukan, adalah
a. Titik lembek;
b. Oksidasi dan penguapan;
c. Pengaruh suhu;
d. Pengaruh luas permukaan;
e. Pengaruh sinar matahari;
f. Pengaruh susunan kimia;
g. Aspal yang dibuat dengan proses cracking (cracked asphalt)
SIFAT-SIFAT ASPAL
a. TITIK LEMBEK
• Titik lembek adalah suhu dimana aspal akan melembek
jika terkena panas.
• Titik lembek aspal untuk bahan jalan jenis AC40-50
sampai dengan AC200-300 memiliki titik lembek
berkisar 57⁰C sampai 35⁰C
• Tahapan uji
1. Cetak BU pada ring/cincin di atas kaca
2. Dinginkan BU, Air suling, piknometer dan semua
asesoris sampai suhu 40C
3. Pasang rangkaian peralatan dan BU hingga siap
pemanasan.
4. Lakukan pemanasan dimulai 50C dengan kecepatan
kenaikan 50C permenit
5. Catat suhu pada kelelehan aspal menyentuh ambang
bawah
SIFAT-SIFAT ASPAL
a. TITIK LEMBEK
SIFAT-SIFAT ASPAL
b. OKSIDASI DAN PENGUAPAN
• Oksidasi adalah perusakan secara kimia terhadap aspal akibat serangan oksigen dari udara.
Penguapan terjadi pada penguapan senyawa hydrocarbon yang ringan dari aspal.
• Pengaruh dari kedua peristiwa tersebut dapat mengakibatkan aspal akan mengeras
• Jenis ujinya dengan uji penetrasi atau uji kekentalannya (viskositasnya)

c. PENGARUH SUHU
• Derajad oksidasi dan penguapan akan dipercepat, apabila suhu dinaikkan
• Cara memperkirakan derajad reaksi secara organik dan fisik, biasanya dapat diperkirakan
bahwa setiap kenaikan 10⁰C reaksinya akan berlipat dua kali

d. PENGARUH LUAS PERMUKAAN


• Semakin luas bidang permukaan suatu aspal, akan makin cepat aspal mengeras. Dengan
demikian kecepatan oksidasi dan penguapan juga dapat tergantung dari luas permukaan
aspal itu apabila berhubungan dengan udara.
SIFAT-SIFAT ASPAL
e. PENGARUH SINAR MATAHARI
• Sinar gelombang pendek (sinar aktinik) dapat merusak/merubah molekul aspal menjadi air
dan senyawa yang larut dalam air.
• Reaksi akibat sinar matahari hanya terjadi lapisan tipis dipermukaan
f. PENGARUH SUSUNAN KIMIA
• Maltene mempunyai pengaruh sifat aspal yaitu terhadap sifat ketahanan gesek (abrasi).
• Aspal yang memiliki angka Maltene Distribution Ratiolebih besar dari 1,5 mempunyai sifat
kurang tahan terhadap “gesekan”
• Maltene Distribution Ratio yang baik berkisar antara 0,60 sampai 1,14. Apabila kurang dari
0,60, aspal menjadi kurang “kohesif”
g. ASPAL YANG DIBUAT DENGAN PROSES CRACKING (CRACKED ASPHALT)
• Karena banyak mengandung senyawa hydrocarbon yang tidak jenuh, aspal yang dibuat dengan
cara cracking (blown asphalt), akan cepat rusak akibat pengaruh cuaca
• Untuk mengukur aspal yang telah mengalami pecah molekulnya, dapat dilakukan dengan cara
melarutkan aspal kedalam CCl4 yang akan meninggalkan ± 0,50% atau lebih endapan carbon
SIFAT-SIFAT ASPAL
■ SIFAT FISIS
3. DERAJAD PENGERASAN (RATE OF CURING)
• Derajad pengerasan (rate of curing) merupakan waktu yang dibutuhkan aspal untuk mengental
• Derajad pengerasan (rate of curing) dipengaruhi oleh:
a. Penguapan dari bahan pelarut/pengencer;
b. Jumlah pelarut/pengencer dalam aspal cair;
c. Angka penetrasi dari aspal dasar yang dicairkan.
• Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kecepatan pengentalan adalah :
a. Suhu sekeliling;
b. Luas permukaan penguapan atau perbandingan antara luas permukaan dengan volumenya;
c. Kecepatan angin yang melalui permukaan.
SIFAT-SIFAT ASPAL
■ SIFAT FISIS
4. KETAHANAN TERHADAP PENGARUH AIR
• Sifat tahan lama aspal untuk hamparan jalan, tergantung dari kemampuannya dapat melekat dengan
baik pada butir agregat walaupun dalam keadaan basah (ada air).
• Apabila terjadi kehilangan daya lekat aspal terhadap agregat, maka dapat mengakibatkan rusaknya
hamparan jalan.
SIFAT-SIFAT ASPAL
■ SIFAT FISIS LAIN
1. BERAT JENIS
• Berat Jenis aspal keras (AC) biasanya berkisar antara 1,04 sampai dengan 1,02 pada suhu 15⁰C.
• Berat Jenis yang tinggi dicapai pada bitumen yang keras dan yang rendah untuk bitumen yang cair
• Tahapan uji:
1. Panaskan aspal / bitumen ± 50 gr
2. Tuangkan contoh ke dalam piknometer ¾ bagian.
3. Isi bejana dengan air suling hingga bagian atas piknometer yang terendam 40 mm, kemudian rendam dan jepit
bejana dalam bak perendam hingga terendam sekurang kurangnya 100 mm, dan atur suhu 35o C
4. Bersihkan dan keringkan kemudian timdang piknometer dengan ketelitian 1 mg
5. Angkat bejana dari bak perendam , kemudian isilah piknometer dengan air suling dan tutuplah tanpa ditekan
6. Letakkan piknometer kedalam bejana dan tekanlah penutup sahingga kembalikan bejana berisi piknometer
kedalam bak perendam. Diamkan bejana tersebut dalam bak selama 30 menit, kemudian angkat piknometer dan
keringkan dengan lap
7. Biarkan piknometer sampai dingin, waktu tidak kurang dar 40 menit dan timbang beserta penutupnya dengan
ketelitian 1 mg
8. Isilah piknometer yang berisi benda uji dengan air suling dan tutuplah tanpa ditekan, diamkan agar gelembung
udara keluar
9. Angkat bejana dari bak perendam dan letakkan piknometer di dalamnya dan tekanlah tutup hingga rapat. Masukkan
dan diamkan bejana kedalam bak perendam selama 30 menit. Angkat, keringkan dan timbang piknometer
SIFAT-SIFAT ASPAL
■ SIFAT FISIS LAIN
1. BERAT JENIS
SIFAT-SIFAT ASPAL
■ SIFAT FISIS LAIN
2. DUCTILITY (KELIATAN)
• Metode uji untuk mendapatkan gambaran apakah jenis aspal pada
penggunaannya nanti akan mengalami retak-retak.
• Ductility adalah angka perpanjangan dari benda uji luasan 1 cm²
akibat ditarik kecepatan 5 cm permenit pada suhu 25⁰C sampai putus
yang dinyatakan dalam cm panjang
• Tahapan uji:
1. Cetak BU di atas kaca dengan cetakan.
2. Isi bak alat duktilitas dengan air yang di tambah garam sehingga BJ
sama dengan BJ aspal, sampai 1,5 cm diatas dudukan BU.
3. Pastikan Air pada bak, BU dan cetakan pada suhu 250C
4. Letakkan BU pada dudukan penarikan
5. Lakukan penarikan dengan kecepatan 5 cm per menit.
6. Catat pada perpanjangan berapa cm aspal putus.
7. Aspal yang baik akan putus > dari 100 cm
SIFAT-SIFAT ASPAL
■ SIFAT FISIS LAIN
2. DUCTILITY (KELIATAN)
SIFAT-SIFAT ASPAL
■ SIFAT FISIS LAIN
3. TITIK NYALA
• Titik nyala adalah suhu dimana aspal keras akan menyala terkena api yang dinyatakan
dalam derajad celcius
• Untuk menentukan pada suhu berapa aspal itu akan menyala dan untuk menjaga
pada suhu berapa aspal dapat dipanasi tanpa berbahaya.
• Tahapan uji:
1. Isi cawan sampai batas, dengan aspal.
2. Letakkan cawan di atas pemanas, dan pastikan api penguji bisa menyala dan pada
jarak yang benar ( 7,5 cm ).
3. Pasang termometer ¼ garis tengah cawan dari tepi.
4. Nyalakan api dengan kecepatan 150C permenit sampai 560C dibawah titik nyala,
kurangi kecepatan hingga 50C permenit sampai titik nyala
5. Lewatkan nyala api penguji di atas cawan hingga api dapat menyala singkat diatas
aspal (merupakan titik nyala)
6. Lakukan keg.5 tiap kenaikan suhu 20C, sampai api nyala agak lama ( >5 detik )
(merupakan titik bakar)
SIFAT-SIFAT ASPAL
SIFAT-SIFAT ASPAL
■ SIFAT FISIS LAIN
4. UJI KELARUTAN
• Uji kelarutan adalah untuk mengukur kemurnian aspal
• Pengujiannya dengan melarutkan aspal dalam karbon bisulfide (CS2) yang kemudian bagian
yang tidak larut ditimbang
• Cairan pelarut lainnya yang biasa dipergunakan adalah carbon tetra clorida (CCl4) yang cairan
ini tidak mudah terbakar disbanding dengan CS2, meskipun hasilnya agak kurang teliti karena
ada karbon yang seharusnya larut dalam CS2 tidak larut dalam CCl4

5. UJI PENYULINGAN
• Uji penyulingan dimaksudkan untuk memisahkan
bahan-bahan lainnya yang dapat dipisahkan dari
aspal, misalnya jenis pelarut yang berbeda tingkat
penguapannya.
• Selain itu penyulingan kadar air dapat dilakukan
dengan cara ini
UJI ASPAL EMULSI
■ Beberapa pengujian aspal emulsi, untuk mengetahui sifat, mutu dan kemampuannya sebagai
bahan perekat, antara lain:
1. Uji Pecahnya Emulsi (Demulsibilty Test)
2. Uji pengendapan (settlement test)
3. Uji kehalusan (sieve test)
4. Uji pencampuran (mixing test)
5. Uji kelekatan dan ketahanan air (aggregate coating water resistance test)
6. Uji penyulingan
7. Uji muatan listrik pada partikel emulsi
8. Uji pH (keasaman atau kebasaan)
UJI ASPAL EMULSI
1. Uji Pecahnya Emulsi (Demulsibilty Test)
■ Untuk mengetahui cepat lambatnya aspal emulsi pecah/terurai bila berhubungan dengan batuan
■ Bahan pemecah: CaCl2
2. Uji pengendapan (settlement test)
■ Untuk mengetahui kestabilan aspal emulsi apakah dalam penyimpanan telah mengalami proses
pengendapan
3. Uji kehalusan (sieve test)
■ untuk mengetahui apakah aspal emulsi betul-betul mempunyai butir aspal yang terbagi dalam
butiran kecil atau tidak ada butiran aspal yang telah menggumpal
■ Aspal emulsi yang baik tembus ayakan no, 20 mesh (0,84 mm)
4. Uji pencampuran (mixing test)
■ untuk menguji kemampuan aspal jenis Slow Setting yang mempunyai sifat lambat pecah,
mengenai kemampuannya diaduk dengan berbagai macam agregat
■ Bahan: tepung semen jenis-III
UJI ASPAL EMULSI
5. Uji kelekatan dan ketahanan air (aggregate coating water resistance test)
■ untuk melihat kemampuan aspal emulsi dapat melekat dengan baik pada agregat serta lekatan
itu tetap kuat walaupun ada gangguan pengaruh air.
6. Uji penyulingan
■ untuk mengetahui residu aspal, kadar air dan kadar minyak pelarut
7. Uji muatan listrik pada partikel emulsi
■ untuk mengetahui apakah partikel emulsi bersifat Anion (muatan negatip) atau kation (muatan
positip)
8. Uji pH (keasaman atau kebasaan)
■ untuk mengetahui derajad keasaman dari emulsi Kation pada jenis Slow Setting (SS-K), karena
ada persyaratan untuk pH bagi jenis ini
Aspal / Bitumen untuk Konstruksi Jalan
•Aspal beton campuran panas (Hot Mix Asphaltic Concrete)
Camp. •Aspal beton campuran dingin (Cold Mix)
Dengan
Pengolah •Aspal beton yang dicampur sambil berjalan (Travel Mixing
Plant)
•Campuran aspal beton yang dikerjakan langsung diatas Jalan
(Road Mix Metode)
Berdasarkan
Kelas
Campuran

Campuran
Aspal Beton
Yang •Pelapisan /perbaikan permukaan jalan (Surface Treatment)
Dikerjakan •Konstruksi Penetrasi Makadam
Langsung
Setempat
ASPAL BETON CAMPURAN PANAS
(HOT MIX ASPHALTIC CONCRETE)
■ Dibuat dalam suatu unit pengolah, dimana aspalnya dipanaskan
sampai suhu ± 135⁰ C dan agregatnya dipanasi ± 150⁰ C, kemudian
dicampur menjadi satu lalu diangkut ke tempat pekerjaan dan
dihamparkan serta dipadatkan/digilas pada suhu minimum 107⁰ C
■ Lapisan seringkali dibuat 3 lapis, yaitu
1. Lapis hitam (Black Base), dimana lapis yang menggunakan
agregat dengan butir maksimum 1 1/2 inchi (37,5 mm) dan
jumlah aspalnya minimum;
2. Lapis antara, dimana lapis yang menggunakan agregat dengan
butir maksimum 1 inchi (25,4 mm) dan jumlah aspalnya sedang;
3. Lapis permukaan, dimana lapis yang menggunakan agregat
dengan butir maksimum 3/4 inchi (19 mm) dan jumlah aspalnya
optimum.
■ Penggunaan : untuk konstruksi jalan lalu lintas berat, jalan Tol,
landasan pacu pesawat terbang dan lain sebagainya
Hot Mix Asphalt Production
ASPAL BETON CAMPURAN
DINGIN (COLD MIX )
■ Aspal beton yang dibuat dari campuran agregat dan
aspal cair (Cut Back Asphalt) yang dicampur dalam
keadaan dingin
■ Pembuatan campuran dilakukan setempat dimana
perbaikan jalan akan dilakukan dan biasanya dalam
kondisi cuaca panas dan kering.
■ Penggunaan : untuk pekerjaan perbaikan permukaan
jalan, karena jika menggunakan Hot Mix diperkirakan
mahal atau kurang ekonomis
ASPAL BETON YANG DICAMPUR
SAMBIL BERJALAN (TRAVEL
MIXING PLANT)
■ Aspal beton yang dibuat dibuat dengan cara
menggunakan suatu alat pencampur yang dapat
berjalan
■ Pembuatan campuran dilakukan dengan agregatnya
dalam keadaan kering dengan suhu udara biasa dan
aspalnya menggunakan aspal cair atau aspal
(Asphalt Cement) yang dipanasi terlebih dahulu.
■ Agregat yang akan dipakai harus bergradasi baik
diisikan ke mesin pengaduk, kemudian aspal cair
dalam jumlah tertentu dimasukkan dan diaduk serta
dapat langsung dihamparkan / digilas
CAMPURAN ASPAL BETON YANG DIKERJAKAN
LANGSUNG DIATAS JALAN (ROAD MIX METHODE)
■ Agregat yang akan dipakai dihamparkan terlebih dahulu diatas jalan ditimbun berbentuk jalur,
kemudian disiram aspal cair atau aspal panas dalam jumlah yang diperkirakan
■ Dibelakang alat penyiram bergerak motor grader untuk mengaduk sampai homogen, setelah itu
dihamparkan dan digilas/dipadatkan.
■ Penggilasan dilakukan jika bahan yang menguap telah kurang dari 25%, dan kadar air agregat tidak
lebih dari 2%.
Pelapisan/Perbaikan Permukaan Jalan
(Surface Treatment)
■ Tujuan:
1. Mendapatkan lapis gesek pada permukaan jalan;
2. Mempertinggi daya tahan slip (gelincir);
3. Memperbaiki sifat pembiasan cahaya;
4. Membuat batas jalan;
5. Perbaikan lapisan permukaan jalan lama yang
retak-retak
Konstruksi Penetrasi Makadam
■ Diperkenalkan oleh John Loudon McAdam (1815)
■ Tujuan: agar jalan dapat menahan beban lalu-
lintas yang lebih berat, sehingga jalan menjadi
lebih kuat dan stabil
■ Pembuatannya dengan cara menghamparkan
agregat yang ukuran butirannya seragam antara
2 sampai 4 cm di atas permukaan jalan,
kemudian disiramkan aspal cair atau aspal panas
yang dicairkan di atas hamparan. Setelah itu
ditaburkan agregat berukuran kecil sebagai
pengunci/pengisi rongga sambil diikuti
penyiraman sedikit aspal cair/panas dan
selanjutnya digilas

Anda mungkin juga menyukai