Anda di halaman 1dari 25

BAB II

STUDI PUSTAKA

.1 Tata Guna Lahan


Tata Guna Lahan merupakan sumber daya alam yang sangat. penting bagi
kehidupan manusia. Dikatakan sebagai sumber daya alam yang penting karena
lahan tersebut merupakan tempat nianusia melakukan segala aktifitasnya.
Pengertian lahan dapat ditinjau dari beberapa segi. Ditinjau dari segi fisik
geografi, lahan adalah tempat dimana sebualh hunian mempunyai kualitas fisik
yang penting dalam penggunaannya. Sementara ditinjaudari segi ekonomi lahan
adalah suatu sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam produksi
(Lichrield dan Drabkin, 1980). Beberapa sifat atau karakteristik lahan yang
dikemukakan oleh Sujarto (1985) dan Drabkin (4980) adalah sebagai berikut:
1. Secara fisik, lahan merupakan aset ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh
kemungkinan penurtman nilai dan harga, dan tidak terpengaruhi oleh waktu,
Lahan juga merupakan aset yang terbatas dan tidak bertambah besar kecuali
melalui reklamasi.
2. Perbedaan antara lahan tidak terbangun dan lahan terbangun adalah lahan
tidak terbangun tidak akan dipengarahi olehkemungkinan penurunan nilai,
sedangkan lahan terbangun nilainya cenderung turun karena penurunan nilai
struktur bangunan yang ada di atasnya. Tetapi penurunan nilai struktur
bangunan juga dapat meningkatkan nilai lahannya karena adanya harapan
peningkatan fungsi penggunaan lahan tersebut selanjutnya.
3. Lahan tidak dapat dipindahkan tetapi sebagai substitusinya intensitas
penggunaan lahan dapat ditingkatkan.
Penggunaan lahan adalah suatu proses yang berkelanjutan dalam
pemanfaatan lahan bagi pembangunan secara optimal dan efisien (Sugandhy,
1989) selain itu penggunaan lahan dapat diartikan pula suatu aktivitas manusia
pada lahan yang langsung berhubungan dengan lokasi dan kondisi lahan (Soegino,
1987
.1.1 Konsep Tata Guna Lahan
Tejoyuwono, mengatakan bahwa Tata Guna lahan adalah merupakan
keseluruhan kemampuan muka daratan beserta segala gejala di bawah
permukaannya yang bersangkut paut dengan pemanfaatannya bagi manusia.
Pengertian tersebut menunjukan bahwa lahan merupakan suatu bentang alam
sebagai modal utama kegiatan, sebagai tempat dimana seluruh makhluk hidup
berada dan melangsungkan kehidupannya dengan memanfaatkan lahan itu sendiri.
Sedangkan penggunaan lahan adalah suatu usaha pemanfaatan lahan dari waktu
ke waktu untuk memperoleh hasil.

.1.2 Penggunaan Tata Guna lahan


Tata Guna Lahan kota terbagi menjadi lahan terbangun dan lahan tak
terbangun. Lahan Terbangun terdiri dari dari perumahan, industri, perdagangan,
jasa dan perkantoran. Sedangkan lahan tak terbangun terbagi menjadi lahan tak
terbangun yang digunakan untuk aktivitas kota (kuburan, rekreasi, transportasi,
ruang terbuka) dan lahan tak terbangun non aktivitas kota (pertanian, perkebunan,
area perairan, produksi dan penambangan sumber daya alam). Untuk mengetahui
penggunaan lahan di suatu, wilayah, maka perlu diketahui komponen komponen
penggunaan lahannya. Berdasarkan jenis pengguna lahan dan aktivitas yang
dilakukan di atas lahan tersebut, maka dapat diketahui komponen-komponen
pembentuk gunalahan (Chapin dan Kaiser, 1979). Menurut Maurice Yeates,
komponen penggunaanlahan suatu wilayah terdiri atas (Yeates, 1980):
1. Permukiman
2. Industri
3. Komersial
4. Jalan
5. Tanah publik
6. Tanah kosong
Sedangkan menurut Hartshorne, komponen penggunaan lahan dapat
dibedakan menjadi (Hartshorne, 1980):
1. Private Uses, penggunaan lahan untuk kelompok ini adalah penggunaan
lahan permukiman, komersial, dan industri.
2. Public Uses, penggunaan lahan untuk kelompok ini adalah penggunaan lahan
rekreasi dan pendidikan.
Jalan Sedangkan menurut (Lean dan Goodall, 1976), komponen penggunaan
lahan dibedakan menjadi
1. Penggunaan lahan yang menguntungkan Penggunaan lahan yang
menguntungkan tergantung pada penggunaan lahan yang tidak menguntungkan.
Hal ini disebabkan guna lahan yang tidak menguntungkan tidak dapat bersaing
secara bersamaan dengan lahan untuk fungsi yang menguntungkan. Komponen
penggunaan lahan ini meliputi penggunaan lahan untuk pertokoan, perumahan,
industri, kantor dan bisnis. Tetapi keberadaan. Guna lahan ini tidak lepas dari
kelengkapan penggunaan lahan lainnya yang cenderung tidak menguntungkan,
yaitu penggunaan lahan untuk sekolah, rumah sakit, taman, tempat pembuangan
sampah, dan sarana prasarana. Guna lahan yang menguntungkan dari suatu lokasi
dapat inempengaruhi guna lahan yang lain. Jika lahan digunakan untuk suatu
tujuan dengan membangun kelengkapan untuk guna.lahan disekitarnya, maka hal
ini dapat meningkatkan nilai keuntungan secara umum, dan meningkatkan nilai-
lahan. Dengan demikian akan memungkinkan beberapa guna lahan bekerjasama
meningkatkan keuntungannya dengan berlokasi dekat pada salah satu guna lahan.
2. Penggunaan lahan yang tidak menguntungkan Komponen penggunaan
lahan ini meliputi penggunaan lahan untuk jalan, taman, pendidikan dan kantor
pemerintahan.Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa guna lahan yang
menguntungkan mempunyai keterkaitan yang besar dengan guna lahan yang tidak
menguntungkan. Guna lahan utama yang dapat dikaitkan dengan fungsi
perumahan adalah guna lahan komersial, guna lahan industri, dan guna lahan
publik maupun semi publik (Chajin dan Kaiser, 1979). Adapun penjelasan masing
masing guna lahan tersebut adalah:
a. Guna Lahan Komersial, Fungsi komersial dapat dikombinasikan dengan
perumahan melalui percampuran secara vertikal. Guna lahan komersial
yang harus dihindari dari perumahan adalah perdagangan grosir dan
perusahaan besar.
b. Guna Lahan Industri, Keberadaan industri tidak saja dapat inemberikan
kesempatan kerja namun juga memberikan nilai tambah melalui landscape
dan bangunan yang megah yang ditampilkannya. Jenis industri yang harus
dihindari dari perumahan adalah industry pengolahan minyak, industri
kimia, pabrik baja dan industri pengolahan hasil tambang.
c. Guna lahan publik maupun semi publik Guna lahan ini meliputi guna
lahan untuk pemadam kebakaran, tempat ibadah, sekolah, area rekreasi,
kuburan, rumah sakit, terminal dan lain-lain.

.1.3 Perubahan Guna Lahan


Pengertian perubahan guna lahan secara umum menyangkut transformasi
dalam pengalokasian sumber daya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan
lainnya. Namundalam kajian land economics, pengertiannya difokuskan pada
proses dialih gunakannya lahan dari lahan pertanian atau perdesaan ke
penggunaan non pertanian atau perkotaan. Perubahan guna lahan ini melibatkan
baik reorganisasi struktur fisik kota secara internal maupun ekspansinya ke arah
luar (Pierce, 1981). Perubahan guna lahan. ini dapat terjadi karena ada beberapa
faktor yang menjadi penyebab. Ada empat proses utama yang menyebabkan
terjadinya perubahan guna lahan yaitu (Bourne. 1982):
1. Perluasan batas kota
2. Peremajaan di pusat kota
3. Perluasan jaringan infrastruktur
4. Tumbuh dan hilangnya pernusatan aktivitas tertentu
Menurut Chapin, Kaiser, dan Godschalk perubaban guna lahan juga dapat
terjadi karena pengaruh perencanaan guna lahan setempat yang merupakan
rencana dan kebijakan guna lahan untuk masa mendatang, proyek pembangunan,
program perbaikan pendapatan, dan partisipasi dalam proses pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah dari pernerintah daerah. Perubahan guna lahan
juga terjadi karena kegagalan mempertermukan aspek dan politis dalam suatu
manajemen perubahan guna lahan.
Menurut Chapin, 1996, perubahan guna lahan adalah interaksi yang
disebabkan oleh tiga komponen pembentuk guna lahan, yaitu sistem
pembangunan, sistem aktivitas dan sistem lingkungan hidup. Didalam sistem
aktivitas, konteks perekonomian aktivitas perkotaan dapat dikelompokkan
menjadi kegiatan produksi dan konsumsi. Kegiatan produksi membutuhkan lahan
untuk berlokasi dimana akan mendukung aktivitas produksi diatas. Sedangkan
pada kegiatan konsurnsi membutuhkan lahan untuk berlokasi dalam rangka
pemenuhan kepuasan.

.1.4 Aksesibilitas
Menurut Black (1981) aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau
kemudahan lokasi tata guna lahan berinteraksi satu dengan yang lain, dan mudah
atau sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi.
Pernyataan mudah atau sulit merupakan hal yangsangat subyektif dan kualitatif,
mudah bagi seseorang belum tentu mudah bagi orang yang lain, begitu pula
dengan pernyataan sulit, oleh karena itu diperlukan kinerja kualitatif yang dapat
menyatakan aksesibilitas.
Menurut Black and Conroy (1977) aksesibilitas zona dipengaruhi oleh
proporsi orang menggunakan moda tertentu. Ukuran fisik aksesibilitas
menerangkan struktur perkotaan secara spesial tanpa melihat adanya perbedaan
yngdisebabkan oleh keragaman moda transprtasi yangtersedia, misalnya mobil
dan angkutan umum. Mobil mempunyai aksesibilitas yang lebih baikdari
angkutan umum atau berjalan kaki. Banyak orang didaerah pemukiman
mempunyai akses yang baik dengan mobil atau sepeda motor dan banyak juga
yang tergantung kepada angkutan umum dan jalan.
Pengukuran sikap seseorang atas suatu obyek dipengaruhi oleh stimuli.
Sebagai stimuli adalah peubah-peubah bebasnya (Sudibyo, 1993). Metode
pengukuran sikap diukur dalam mempersepsi sesuatu obyek. Sikap adalah respon
psikologis seseorang atas faktor yang berasal dari suatu obyek, respon tersebut
menunjukkan kecenderungan mudah atau sulit. Dengan demikian maka
pengukuran aksesibilitas transportasi dari seseorang merupakan pengukuran sikap
orang tersebut terhadap kondisi aksesibilitas transportasinya.
Ukuran fisik aksesibilitas menerangkan struktur perkotaan secara spasial
tanpa melihat adanya perbedaan yang disebabkan oleh keragaman moda
transportasi yang tersedia misalnya dengan berjalan kaki, berkendaraan pribadi
atau angkutan umum. Banyak orang di daerah pemukiman baik mempunyai akses
yang baik dengan mobil atau sepeda motor atau kendaraan pribadi, tetapibanyak
pula yang bergantung pada angkutan umum atau berjalan kaki. Jadiaksesibilitas
zona asal dipengaruhi oleh proporsi orang yang menggunakan moda tertentu, dan
harga ini dijumlahkan untuk semua moda transportasi yang ada untuk
mendapatkan aksesibilitas zona (Tamin, 1997).
Menurut Black, 1978 jumlah atau jenis lalu lintas yang dihasilkanoleh setiap
tata guna lahan merupakan hasil dari fungsi parameter sosial dan ekonomi. Jenis
tata guna lahan yang berbeda (pemukiman, pendidikan, komersil) mempunyai ciri
bangkitan lalulintas yang berbeda seperti jumlah lalulintas, jenis lalulintas
(pejalan kaki, truk, mobil), lalulintas pad waktu tertentu (kantor menghasilkan
arus lalulintas pada pagi hari, sedangkan pertokoan menghasilkan arus lalulintas
sepanjang hari)
Menurut Wells, 1975 bangkitan pergerakanmemperlihatkan bnyaknya
lalulintas yang dibangkitkan oleh setiap tata guna lahan, sedangkan sebaran
menunjukkan kemana dan darimana lalulintas tersebut. Tarikan pergerakan adalah
jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona tarikan
pergerakan (Tamin, 2000). Tarikan pergerakan dapat berupa tarikan lalu lintas
yang mencakup lalu lintas yang menuju atau tiba ke suatu lokasi.
Pergerakan lalu lintas merupakan fungsi tata guna lahan yang menghasilkan
arus lalu lintas. Menurut Tamin, 1997 pergerakan Lalu - lintas dalam suatu daerah
kajian tertentu dipengaruhi oleh dua jenis zonayaitu Zona Eksternal dan Zona
Internal. Zona Eksternal adalah Zona yang berada diluar daerah Kajian yang
dianggap sedikit memberi pengaruh dalam pergerakan lalu - lintas dalam suatu
daerah kajian tertentu. Zona internal adalah adalah zona yang berada di dalam
daerah kajian yang dianggap berpengaruh besar terhadap pergeraakan arus lalu
lintas dalam suatu daerah kajian tertentu. Adapun suatu daerah kajian transportasi
dibatasi oleh daerah kajian disekelilinganay (Garis Kordon) dan semua informasi
transportasi yang bergerak didalamnya harusa diketahui.
Di dalam batasannya, daerah kajian dibagi menjadi N subdaerah yang
disebut zona yang masing-masing diwakili oleh pusat zona. Pusat Zona dianggap
sebagai awal pergerakan lalulintas dari zona tersebut dan akhir pergerakan
lalulintas yang menuju zona tersebut Menurut IHT and DTp 1987 dalam Tamin,
1997 kriteria utama yang perlu diperhatikan dalam pembentukan Zona
Transportasi adalah
1. Ukuran zona harus konsisten dengan kepadatan jaringan yang akan dimodel.
Biasanya ukuran zona semakin membesar jika semakin jauh dari pusat kota.
2. Ukuran zona harus lebih besar dari yang seharusnya untuk memungkinkan
arus lalu lintas dibebankan ke atasjaringan jalan dengan ketepatatan yang
disyaratkan.
3. Batas zona harus dibuat sedemikian rupa sehingga konsisten dengan jenis
pola pengembangan untuk setiap zona, misalnya pemukiman, industri dan
perkantoran.
4. Batas zona harus sesuai dengan batas sensus, batas administrasi daerah dan
batas zona yang digunakan oleh daerah kajian.
5. Batas zona harus sesuai dengan batas daerah yang digunakan dalam
pengumpulan data

.1.5 Morabilitas
Dari hasil kajian analisis interaksi antara sistem tata guna lahan dengan
sistem transportasi yang telah digambarkan pada bagian sebelimnya, terlihat
bahwa sistem tata guna lahan yang ditentukan polanya oleh kebijakan pemerintah
suatu wilayah dan bagaimana sistem transportasinya melayani, akan memberikan
tingkat kemudahan tertentu bagi berbagai zona (atau guna-lahan) yang ada
diwilayah tersebut untuk saling berhubungan. Kalau dua buah petak lahan (zona)
mudah dihubungkan, selanjutnya akan terjadi mobilitas yang tinggi antara petak-
petak lahan tersebut, itu berarti bahwa tingka kemudahan (akses) dapat
mempengaruhi (meningkatnya dan menurunkan) mobilitas.

.1.6 Penggunaan Lahan Untuk Transportasi


Penggunaan lahan untuk transportasi di daerah penelitian berupa jalan dan
terminal. Lahan untuk transportasi ini menempati areal yang cukup luas,
mengingat bahwa di Kecamatan Banda Sakti ini berdiri terminal utama Kota
Lhokseumawe atau Halte. Perubahan penggunaan lahan untuk transportasi di
daerah penelitian cukup besar, disamping adanya perluasan jalan-jalan yang telah
ada dan penambahan jalan-jalan di beberapa tempat. Berikut ini adalah teori-teori
yang membahas mengenai hubungan antara pola guna lahan dan transportasi:
Teori Konsentrasi Burgess, Teori Sektor Hoyt, Teori Pusat Kegiatan Banyak
Harris dan Ullman, Teori Sewa Lahan dan Teori Ketinggian Bangunan. Tiga teori
awal merupakan teori pola guna lahan yang diambil dari pendekatan ekologi.
Sedangkan dua teori yang terakhir merupakan teori pola guna lahan dari
pendekatan ekonomi. Yang menarik dari ketiga teori awal adalah ketiganya
bergerak dibidang yang berbeda. Burgess seorang sosiologis, Hoyt adalah seorang
ahli ekonomi pertanahan, sedangkan C.D. Harris and E.L. Ullman adalah
geografer. Tetapi ketiga teori ini dibuat berdasarkan kota yang sama, Chicago.
Chicago sendiri berisikan sebuah distrik pusat bisnis (Central Business District
/CBD) yang juga dikenal dengan ‘Loop’ karena kereta api layang yang melaju
mengelilinginya. Area pemukiman bergerak ke utara, barat, dan selatan.
Sedangkan teori terakhir melihatnya dari sudut pandang ekonomi.

.2 Sistem Transportasi
Menurut Papacosta (1987:3) transportasi didefinisikan sebagai suatu sistem
yang memungkinkan orang atau barang dapat berpindah dari suatu tempat
ketempat lain secara efisien dalam setiap waktu untuk mendukung aktifitas yang
diperlukan manusia. Menurut Nasution (1996:97) berpendapat bahwa transportasi
sebagai perpindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tujuan dan dalam
hubungan tersebut terlihat 3 (tiga) hal berikut:
1. Ada muatan yang diangkut.
2. Tersedia kendaraan sebagai alat angkutannya.
3. Ada jalan yang dilalui.
Proses transportasi merupakan gerakan dari tempat asal dimana
pengangkutan dimulai, ketempat tujuan dimana kegiatan diakhiri. Secara
sederhana transportasi dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan
untuk memindahkan barang atau orang dari suatu kegiatan yang tempat asal ke
tempat tujuan tanpa mengalami kerusakan dan tepat waktu. Produk dari
transportasi adalah jasa angkutan yang dihasilkan dari proses pemindahan tadi dan
dengan menggunakan transportasi dapat menciptakan suatu barang atau komoditi
berguna menurut tempat (place utility) dan berguna menurut waktu (time utility).
Jadi dengan transportasi suatu barang dan komoditi dapat dimanfaatkan. Dengan
demikian maka transportasi memiliki dimensi seperti lokasi (asal dan tujuan), alat
(teknologi), dan keperluan tertentu (Fidel Miro; 1997). Jadi dalam suatu
transportasi selalu berhubungan dengan ketiga dimensi tersebut, Jika salah satu
dari tiga dimensi tersebut tidak ada maka bukanlah transportasi. Untuk lebih
jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Pengertian Transportasi


Sumber : Fidel Miro, 1997

.2.1 Konsep Transportasi


Konsep transportasi adalah suatu kegiatan perencanaan sistem transportasi
yang sistematis yang bertujuan menyediakan layanan transportasi baik sarana
maupun prasarananya disesuaikan dengan kebutuhan transportasi bagi masyarakat
di suatu wilayah serta tujuan kemasyarakatan yang lain.
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan orang akn pergerakan orang ataupun
barang. Transportasi mencakup bidang yang sangat luas karena hampir seluruh
kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiataan transportasi. Transportasi tumbuh
dan berkembang sejalan majunya tingkat kehidupan dan budaya manusia.
Kehidupan masyarakat yang maju di tandai dengan mobilitas yang tinggi dengan
tersedianya fasilitas dan prasarana yang cukup memadai. Dalam membahas  dan
menelah suatu masalah sangat diperlukan berbagai pemikiran dan konsepsi.
Oleh karena itu didalam penelitian ini digunakan landasan teoritik
mengenai transportasi, maka akan dikemukakan beberapa pendapat para ahli
sebagai berikut : Sebagaimana dikemukakan oleh Widyahartono (1986:15)
mengatakan bahwa transportasi memungkinkan pemindahan sistematis manusia
dan barang dari dari satu tempat ketempat lain. Jelas merupakan hal yang sangat
pokok bagi interaksi dalam sistem distribusi barang.
Pengertian transportasi yang dikemukakan diatas memberikan kerangka
pemahaman atau pemikiran terhadap beberapa teori mengenai transportasi.
Beberapa  diantara teori tersebut disebutkan oleh Siregar (1990:68) mengatakan
bahwa transportasi adalah pemindahan barang dan manusia dari tempat asal
ketempat tujuan. Dari pengertian ini terlihat hal-hal sebagai berikut: a) ada muatan
yang diangkut, b) tersedianya kendaraan sebagai alat angkut, c) ada jalan tempat
dilalui oleh angkut darat tersebut. Selanjutnya, berbicara mengenai transportasi
merupakan sarana yang dapat memindahkan orang maupun barang-barang
keperluan manusia yang tidak terlepas dari adanya faktor ekonomi.
Hal ini dikemukakan oleh Kamaludin (1997:68)  bahwa “transportasi atau
angkutan merupakan sarana ekonomi berfungsi untuk menunjang pemindahan
sesuatu (manusia, hewan dan barang ) dari suatu tempat asal ketempat tujuan
dengan maksud untuk menciptakan kegunaan tempat (place utility) dan kegunaan
waktu (time utility). Berkaitan dengan hal diatas, Kamaludin (1997:68) mengutip
pendapat Bonovia yang mengatakan bahwa ”transportasi memilki fungsi untuk
membawa commodities (barang-barang) dari tempat-tempat dimana marginal
utility-nya ketempat yang marginal utility relatif tinggi ”hal ini mengandung arti
bahwa transportasi merupakan suatu kegiataan produksi karena menciptakan guna
seperti: kegunaan tempat dan kegunaan waktu.
Lebih lanjut Prawiro mengemukakan bahwa dalam menjembatani kegiatan
produksi dan konsumsi, transportasi mempunyai fungsi antara lain: memindahkan
barang dan jasa, barang dan jasa pada saat diperlukan, serta menjaga kemantapan
harga barang yang dipasarkan. Fungsi tersebut pada prinsipnya dilaksanakan oleh
fungsi transportasi dalam menjamin kestabilan dan kemantapan dalam hal barang
dan jasa dari suatu tempat ketempat lain (Nining R,1983:212). Dari  beberapa
pengertian yang dikemukakan tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengakutan atau transportasi ketempat tujuan yang mana dari
pengertian tersebut terlihatnya adanya tiga hal yaitu:   
1. Adanya muatan yang diangkut.
2. Tersedianya kendaraan sebagai alat angkutan
3. Ada jalan dan prasarana lain tempat bergeraknya alat angkutan.
Komponen utama transportasi menurut Morlok (1991) adalah sebagai
berikut : Manusia dan barang (diangkut)

.2.2 Perencanaan Transportasi


Perencanaan transportasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
perencaaan kota. Pertimbangan yang matang sangat diperlukan agar rencana kota
tidak menghasilkan dampak kesemrawutan lalu lintas di masa yang akan datang.
Menurut Tamin (1997: 20), perencanaan transportasi adalah suatu proses yang
tujuannya mengembangkan sistem yang memungkinkan manusia dan barang
bergerak atau berpindah tempat dengan aman, murah dan cepat. Dengan
perencanaan transportasi diharapkan mampu mengurangi dampak pertumbuhan
penduduk, kondisi lalu lintas dan perluasan kota yang menyebabkan terjadinya
perubahan guna lahan. Perencanaan transportasi juga merupakan proses yang
bertujuan untuk menentukan perbaikan kebutuhan atau fasilitas transportasi baru
dan layak untuk daerah tertentu (Catanese, 1992: 367). Dalam perencanaan
transportasi perlu untuk memperkirakan permintaan atas jasa transportasi.
Permintaan atas jasa transportasi baik untuk angkutan manusia ataupun barang
menggambarkan pemakaian sistem transportasi tersebut.

.2.3 Klasifikasi Jalan


Klasifikasi jalan menurut fungsinya sesuai dengan UU no.31 tentang
jaringan jalan adalah sebagai berikut:
1. Jalan arteri, yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri
perjalanan jarak jauh.
2. Jalan kolektor, yaitu jalan yang melayani angkutan pengumpul, dengan
circiri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan
masuk dibatasi.
3. Jalan lokal, yaitu jalan yang melayani angkutan setempat, dengan ciri-ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk
tidak dibatasi.
Selain itu klasifikasi bisa dibedakan lagi dalam sistem jaringan jalan primer
dan sistem jaringan jalan sekunder
1. Sistem jaringan jalan primer diturunkan dari keterkaitan antar kota dalam
suatu wilayah tertentu, dalam hal ini perlu dilihat kedudukan kota terhadap
wilayah yang lebih luas, dan sistem jaringan jalan yang rnenghubungkan
antar kota
2. Sistem jaringan jalan sekunder dilihat dari kegiatan kota secara internal.
Dalam hal ini perlu dilihat bagaimana sistern aktifltas kota, skala pelayanan
kegiatan serta pusat-pusat kegiatan yang ada.

.2.4 Interaksi Tata Guna Lahan – Sistem Jaringan Transportasi


Transportasi dan tata guna lahan berhubungan sangat erat, sehingga
biasanya dianggap membentuk satu land-use transport system. Agar tata guna
lahan dapat terwujud dengan baik maka kebutuhan transportasinya harus
terpenuhi dengan baik.Sistem transportasi yang tidak baik tentunya akan
menghalangi aktivitas tata guna lahannya. Sebaliknya, transportasi yang tidak
melayani suatu tata guna lahan akan menjadi sia-sia, tidak termanfaatkan.
Dengan sistem transportasi atau perhubungan yang baik akan mampu
mengendalikan pergerakan manusia dan atau barang secara lancar, aman, cepat,
murah dan nyaman. Sistem transportasi melayani berbagai aktivitas, seperti
industri, pariwisata, perdagangan, pertanian, pertambangan dan lain-lain.
Aktivitas tersebut dilakukan pada sebidang lahan (industri, sawah, tambang,
perkotaan, daerah pariwisata dan lain sebagainya). Dalam pemenuhan kebutuhan,
manusia melakukan perjalanan antara tata guna tanah tersebut dengan
menggunakan sistem jaringan transportasi sehingga menghasilkan pergerakan arus
lalu lintas.
Pola sebaran geografis tata guna lahan (sistem kegiatan), kapasitas dan
lokasi dari fasilitas transportasi (sistem jaringan) digabung untuk mendapatkan
volume dan pola lalu lintas (sistem pergerakan). Volume dan pola lalu lintas pada
jaringan transportasi akan mempunyai efek timbal balik terhadap lokasi tata guna
lahan yang baru dan perlunya peningkatan prasarana. Secara diagramdigambarkan
oleh Khisty, (1990: 10) dan Setijowarno dan Frazila (2003: 49) sebagai berikut:

Gambar 2.2 Interaksi Guna Lahan – Transportasi


Sumber : Khisty, 1990

.2.5 Kriteria Perencanaan Terminal


Salah satu komponen dalam sistem transportasi adalah terminal. Fungsi
utama dan terminal adalah untuk penyediaan fasilitas masuk dan keluar dan
obyek-obyek yang akan diangkut, penumpang atau barang, menuju dan dan
sistem. Terminal biasanya mudah terlihat dan merupakan prasarana yang
umumnya memerlukan biaya yang besar dan titik dimana kemacetan mungkin
terjadi. Fungsi terminal saat ini dapat ditemui pada hampir setiap lokasi jalan
dimana kendaraan dapat berhenti untuk menaikkan atau menurunkan penumpang.
Tempat henti dibutuhkan keberadaannya di sepanjang rute angkutan umum
agar gangguan terhadap lalulintas dapat diminimalisir. Oleh sebab itu tempat
perhentian angkutan umum harus diatur penempatannya sesuai kebutuhan. Secara
fisik perhentian dapat dilengkapi dengan prasaran berupa shelter atau hanya
dengan rambu. Tujuan diadakannya tempat perhentian sesuai dengan peraturan
Dirjen Perhubungan darat adalah untuk:
1. Menjamin kelancaran dan ketertiban lalu lintas
2. Menjamin keselamatan bagi pengguna angkutan penumpang umum
3. Kepastian keselamatan untuk menaikkan danlatau menurunkan penumpang
4. Kemudahan penumpang dalam melakukan perpindahan moda angkutan
umum atau bus.
Secara umum perhantian angkutan umum dapat dikelompokkan menjadi 3
(tiga) kategori, yaitu:
1. Perhentian di ujung rute (terminal)
Terminal adalah tempat dimana angkutan umum harus memulal atau
memutar untuk mengakhiri perjalannya. Pada lokasi perhentian ini
penumpang harus mengakhiri perjalanannya atau sebal iknya penumpang
memulai perjalanannya.
2. Perhentian terletak di sepanjang rute
Perhentian ml harus disediakan dengan jarak dan jumlah yang memadai,
agar penumpang diberi kemudahan untuk akses dan juga agar kecepatan
angkutan umum dapat dijaga pada batas yang wajar.
3. Perhentian pada titik dimana dua atau lebih lintasan bertemu
Pada perhentian ini, penumpang dapat bertukar angkutan dengan lintasan
rute lainnya. Pergantian angkutan umum pada titik tersebut dapat disebut
transfer.
Adapun persyaratan umum yang harus dimiliki oleh tempat perhentian
adalah sebagai berikut:
a. Berada di sepanjang rute angkutan umum/bus
b. Terletak padajalur pejalan kaki dan dekat pada fasilitas pejalan kaki
c. Diarahkan dekat dengan pusat kegiatan atau pemukiman
d. Dilengkapi dengan rambu petunjuk
e. Tidak mengganggu kelancaran arus lalulintas.
.2.6 Kriteria Penentuan Lokasi Terminal
Terminal merupakan salah satu komponen penting dalarn suatu sistem
transportasi dimana terminal adalah merupakan titik simpul dan suatu kegiatan.
Oleh karena itu dalam penentuan lokasi suatu terminal diperlukan suatu kajian
yang mendalam baik dan sisi lingkungan sekitar maupun dan sisi kota secara
keseluruhan, efektifitas dan efisiensi sistem transportasi dalam suatu lintasan
sangat dipengaruhi oleh kinerja dan terminal. Selain itu keberadaan terminal
diharapkan dapat membantu memacu agar kawasan disekitarnya lebih cepat
mengalami perubahan (berkembang), sehingga banyak terminal-terminal yang ada
di dalam kota dialihkan ke daerah pinggiran dengan harapan dapat memacu
perkembangan kawasan tersebut disamping untuk mengurangi kemacetan.

.2.7 Perencanaan Fasilitas Terminal


Salah satu komponen dalam sistem transportasi adalah terminal. Fungsi
utama dan terminal adalah untuk penyediaan fasilitas masuk dan keluar dan
obyek-obyek yang akan diangkut, penumpang atau barang, menuju dan dan
sistem. Terminal biasanya mudah terlihat dan merupakan prasarana yang
umumnya memerlukan biaya yang besar dan titik dimana kemacetan mungkin
terjadi. Pelabuhan udara, pelabuhan laut dan stasiun KA merupakan contoh
terminal. Tetapi fungsi yang sama juga pada pemberhentian bus lokal pada
persimpangan jalan yang merupakan tempat para penumpang berdiri waktu
menunggu bus. Fungsi terminal saat ini dapat ditemui pada hampir setiap lokasi
jalan dimana kendaraan dapat berhenti untuk menaikkan atau menurunkan
penumpang.
.2.8 Kebutuhan Lahan Parkir
Kebutuhan lahan parkir dapat dilihat pada data supply dan demand pada
lokasi terminal. Survey terhadap supply dan demand daerah parkir yang tersedia
dirangkum dalam bentuk tabel, sedangkan penggunaan ruang parkir (demand)
tergantung dan karakteristiknya sendiri. Karakteristik utama demand adalah
volume kendaraan yang masuk dalam periode tertentu adalah demand tertinggi.
Demand juga terpengaruh oleh durasi, yaitu waktu rata-rata tinggal di ruang
parkir. Oleh karena itu, kapasitas parkir angkutan umum dalam interval waktu
tertentu (per jam) harus lebih besar daripada kebutuhan ruang parkir volume
angkutan masuk terbesar pada interval waktu tertentu pada kondisi jam sibuk.

.2.9 Terminal Barang


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Terminal adalah pangkalan Kendaraan
Bermotor Umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan,
menaikkan dan menurunkan orang dan/atau barang, serta perpindahan moda
angkutan. Fungsi utama dari terminal transportasi adalah untuk menyediakan
fasilitas keluar dan masuk dari obyek-obyek yang akan diangkut, penumpang atau
barang, menuju dan dari sistem (Morlok, 1950: 270).

Gambar 2.3. Alur Proses Terminal


Selanjutnya Warpani (1990: 36) menyebutkan bahwa fungsi lain dari terminal
barang adalah:
1. Menyediakan akses ke kendaraan yang bergerak pada jalur khusus
2. Menyediakan tempat untuk menyimpan kendaraan.
Terminal barang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan
membongkar dan memuat barang serta perpindahan intra dan/atau antar moda
transportasi. Dari uraian tersebut diatas terlihat skala pelayanan yang dimiliki oleh
terminal. Hierarki yang dimiliki oleh terminal tersebut juga bisa dihubungkan
dengan hierarki jalan mengingat terminal juga termasuk infrastruktur dari
angkutan jalan raya. Sebagai bagian dari sistem transportasi fungsi utama terminal
sebagai tempat pergantian moda menunjukkan adanya mobilitas komponen
penggunanya. Karakteristik kawasan Terminal Barang:
1. Kendaraan
Melayani angkutan barang mulai dari kesiapan fisik meliputi pemeliharaan
dan pemeriksaan kendaraan untuk menempuh tujuan tertentu agar muatan
sampai tepat pada waktunya. Aktivitasnya antara lain pada persiapan
kelayakan kendaraan dari segi jumlah muatan dan jarak yang akan ditempuh
maupun manajemen yang melayani semua proses di dalam terminal.
2. Barang
Mobilitas di dalam Terminal Barang sangat tinggi, dalam memenuhi
tujuannya memerlukan sarana yang sangat memadai. Fasilitas yang tersedia
antara lain ruang kedatangan, ruang tunggu, ruang keberangkatan dan ruang
untuk meninggalkan terminal yang terencana agar tidak terjadi
penumpukan.
Transportasi barang pada kenyataannya meliputi proses yang cukup panjang
di Terminal Barang atau asal barang antara lain penimbangan barang, penentuan
cara bongkar muat barang dan penyiapan dokumen-dokumen untuk perjalanan
barang ke tempat tujuan. Fasilitas untuk muatan juga mencakup penyimpanan
muatan dan melindunginya dari kemungkinan rusak, hilang dan perubahan cuaca.
Sebagian dari terminal muatan berfungsi sebagai gudang di mana muatan dapat
disimpan sampai pemiliknya memutuskan untuk mengirimkannya ke tempat
tertentu dengan pertimbangan kebutuhan dan kemungkinan kenaikan harga.

.2.10 Satuan Dimensi Pelaku


1. Angkutan Antar Kota Antar Propinsi, tiap jalan lebar 3 m, panjang bus 11
m, lebar 2,5 m dan tinggi 3 m. Jarak antar bus I m, radius putar 12 m, tinggi
lantai 60 cm, pada kecepatan 20 km/jam dibutuhkan ruang 45 m
2. Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi , tiap jalan lebar 2,7 m, panjang bus
7,5 m, lebar 2,2 m dan tinggi 2,4 m. Jarak antar bus minimal I m, radius
putar 8 m, tinggi lantai 60 cm, pada kecepatan 20 km/jam dibutuhkan ruang
40,5 m2
3. Angkutan umum, tiap jalan lebar 2,5 m, panjang kendaraan 4 m, lebar 1,55
m dan tinggi 1,6 m. Jarak antar kendaraan minimal I m, radius putar 6 m,
tinggi Iantai 60 cm.
4. Manusia berjalan pada 4 km/jam, butuh lebar koridor 60 cm, tiap orang
membutuhkan ruang 1,25 m2.Untuk keadaan diam ukuran menyusut hingga
separuhnya.
Inti dari pendekatan ini adalah menganggap terminal sebagai suatu wadah
barang diam, karena walaupun merupakan fasilitas transportasi terminal
merupakan titik henti.

.3 Pembangunan Kawasan Perdagangan


Dalam  kehidupan  sehari-hari,  pasar  diartikan  sebagai  tempat 
bertemunya  pembeli  dan penjual.  Pengertian  pasar  tersebut  adalah  pengertian 
pasar  secara  konkret. Dalam  ilmu  ekonomi,  pengertian  pasar  tidak  dikaitkan 
dengan  masalah  tempat,  akan  tetapi pengertian  pasar  lebih  dititikberatkan 
pada  kegiatan.  Jika  ada  kegiatan  jual  beli  disebut  pasar,  dan jika  tidak  ada 
kegiatan  jual  beli  disebut  bukan  pasar.  Pasar  dapat  terbentuk  di  mana   saja 
dan kapan  saja,  di  dalam  bis,  di  terminal,  di  halte,  dan  lain-lain.  Bahkan 
transaksi  jual  beli  juga  bisa terjadi  lewat  surat,  TV,  radio,  internet,  dan  lain-
lain.
Pengertian  pasar  menurut  ilmu  ekonomi tersebut  disebut  pasar  abstrak. 
Pasar  sebagai  tempat  transaksi  jual  beli  antara  pedagang  dan  pembeli  dapat 
terbentuk  dengan  adanya  syarat-syarat  sebagai  berikut.
1. Adanya  penjual
2. Adanya  pembeli
3. Tersedianya  barang  yang  diperjualbelikan
4. Terjadinya  kesepakatan  antara  penjual  dan  pembeli.
Pasar  sebagai  tempat  transaksi  jual  beli  antara  penjual  (pedagang)  dan 
pembeli  (konsumen) memiliki  peran  dan  fungsi  penting  dalam  kegiatan 
ekonomi  masyarakat. Adapun  fungsi  pasar  dalam  kegiatan  ada  tiga  macam, 
yaitu:
1. Fungsi  Distribusi
Dalam  kegiatan  distribusi,  pasar  berfungsi  mendekatkan  jarak  antara 
konsumen dengan  produsen  dalam  melaksanakan  transaksi.  Pasar  memiliki 
fungsi  distribusi menyalurkan  barang-barang  hasil  produksi  kepada  konsumen.
Salah  satu  kegiatan  ekonomi  yang  pokok  adalah  kegiatan  distribusi  atau 
kegiatan penyampaian  barang  dan  jasa  hasil  produksi  kepada  konsumen. 
Untuk  melakukan  kegiatan distribusi   tersebut,  dibutuhkan  sarana  dan 
prasarana  di  antaranya  adalah  pasar.
Dalam  fungsi  distribusi,  pasar  berperan  memperlancar  penyaluran 
barang  dan  jasa dari  produsen  kepada  konsumen.  Melalui  transaksi  jual  beli, 
produsen  dapat  memasarkan barang  hasil  produksinya  baik  secara  langsung 
maupun  tidak  langsung  kepada  konsumen atau  kepada  pedagang  perantara 
lainnya.  Melalui  transaksi  jual  beli  itu  pula,  konsumen dapat  memperoleh
barang  dan  jasa  yang  dibutuhkan  untuk  memenuhi  kebutuhannya  secara 
mudah  dan  cepat.  Jika  pasar  dapat  berfungsi  dengan  baik,  maka  kegiatan
distribusi  dapat berjalan  dengan  lancar,  tetapi  jika pasar  tidak  dapat  berfungsi
dengan  baik,  maka  kegiatan distribusi  juga  akan  berjalan  kurang  lancar.
2. Fungsi  Pembentukan  Harga
Sebelum  terjadi  transaksi  jual  beli  terlebih  dahulu  dilakukan  tawar
menawar, sehingga  diperoleh  kesepakatan  harga  antara  penjual  dan  pembeli.
Dalam  proses  tawar menawar  itulah  keinginan  kedua  belah  pihak  (antara
pembeli  dan  penjual)  digabungkan untuk  menentukan  kesepakatan  harga,  atau
disebut  harga  pasar.
3. Fungsi  Promosi
Pasar  merupakan  sarana  paling  tepat  untuk  ajang  promosi,  karena  di
pasar  banyak dikunjungi  para  pembeli.  Pelaksanaan  promosi  dapat  dilakukan
dengan  berbagai  cara, misalnya  memasang  spanduk,  membagikan  leaflet  atau
brosur  penawaran,  membagikan  sampel  atau  contoh  produk  kepada  calon
pembeli,  dan  sebagainya.
.3.1 Bentuk-Bentuk  Pasar
Pasar  merupakan  sarana  kegiatan  ekonomi  yang  paling  penting.
Bentuk-bentuk  pasar  dapat diklasifikasikan  sebagai  berikut.
1. Bentuk  Pasar  menurut  Sifat/Wujud  Barang  dan  Cara  Penyerahannya
Berdasarkan  sifat  barang  dan  cara  penyerahannya,  pasar  dibedakan
menjadi:
a. Pasar  konkret
Pasar  konkret,  yaitu  pasar  di  mana  barang  yang  diperjualbelikan 
benar-benar  ada dan  penjual  dan  pembeli  bertemu  langsung. Ciri-ciri  pasar
konkret:
 Transaksi  dilakukan  secara  tunai
 Barang  dapat  dibawa/diambil  saat  itu  juga
 Barang  yang  diperjualbelikan  benar-benar  ada/nyata
 Penjual  dan  pembeli  bertemu  langsung.
Pasar  konkrit  pada  kenyataannya  dapat  dikelompokkan  menjadi 
berbagai bentuk  yaitu  pasar  konkrit  berdasarkan  manajemen  pengelolaan, 
manajemen pelayanan,  jumlah  barang  yang  dijual,  banyak  sedikit  barang 
yang  dijual,  dan ragam  barang  yang  dijual.

.3.2 Bentuk  Pasar  menurut  Luas  Wilayah  Kegiatannya


Berdasarkan  luas  wilayah  kegiatannya,  pasar  dapat  dibedakan  menjadi:
a. Pasar  regional
Pasar  regional  adalah  pasar  yang  daerah  pemasarannya  meliputi
beberapa  negara pada  wilayah  tertentu.  Pasar  ini  biasanya  di  bawah  naungan
wadah  kerja  sama  regional,  misalnya  di  kawasan  Asia  Tenggara  dibentuk
AFTA.
b. Pasar  internasional
Pasar  internasional  adalah  pasar  yang  daerah  pemasarannya  mencakup
seluruh kawasan  dunia.  Pasar  ini  juga  disebut  pasar  dunia,  karena  menjual
produk-produk  yang dibutuhkan  oleh  semua  masyarakat  dunia,  misalnya
pasar  kopi  di  Brasil,  pasar  wol  di Sidney,  Australia.
c. Pasar  lokal
Pasar  lokal  adalah  pasar  yang  daerah  pemasarannya  hanya  meliputi
daerah  tertentu, dan  pada  umumnya  menawarkan  barang  yang  dibutuhkan
masyarakat  di  sekitarnya.  Misalnya  Pasar  Klewer  di  Solo  yang  menyediakan
berbagai  jenis  kain  batik,  karena masyarakat  di  Solo  dan  sekitarnya  banyak
yang  mengenakan  batik.
d. Pasar  nasional
Pasar  nasional  adalah  pasar  yang  daerah  pemasarannya  meliputi
wilayah  satu negara.  Pasar  ini  menjual  barang-barang  yang  dibutuhkan  oleh
masyarakat  Negara  tersebut.

.3.4 Bentuk  Pasar  menurut  Organisasi  Pasar  atau  Hubungan  antara


Pembeli dan  Penjual
Berdasarkan  organisasi  pasar,  pasar  dapat  dibedakan  menjadi:
1. Pasar  Persaingan  Sempurna  (perfect  competition   market)
Pasar  persaingan  sempurna  adalah  pasar  yang  terdapat  banyak  penjual
dan  pembeli,  sehingga  harga  tidak  bisa  ditentukan  oleh  masing-masing
penjual/pembeli. Adapun ciri-cirinya sebagai berikut.
a. Penjual  dan  pembeli  bebas  keluar  masuk  pasar  tanpa  hambatan
b. Pengetahuan  penjual  dan  pembeli  tentang  pasar  sempurna
c. Penjual  dan  pembeli  banyak
d. Barang  yang  diperjualbelikan  bersifat  homogen.
2. Pasar  Persaingan  Tak  Sempurna  (imperfect  competition  market)
Pasar  persaingan  tidak  sempurna  adalah  pasar  dimana  jumlah  pembeli
lebih  banyak dibandingkan  dengan  jumlah  penjualnya,  sehingga  pasar
dikuasai  oleh  satu  atau  beberapa penjual  saja. Adapun ciri-cirinya sebagai
berikut.
a. Terdapat  hambatan  untuk  memasuki  pasar
b. Pengetahuan  pembeli  tentang  pasar  terbatas
c. Jumlah  penjual  sedikit
d. barang  yang  diperjualbelikan  bermacam-macam.
Bentuk  pasar  yang  termasuk  pasar  persaingan  tidak  sempurna,  di
antaranya:
1. Pasar  monopoli
Pasar  monopoli  ialah  pasar  yang  dikuasai  sepenuhnya  oleh  penjual.
Penjual  mempunyai  kekuasaan  yang  mampu  memaksakan  kemauannya,  baik
dalam  bentuk  harga,  volume,  tempat,  maupun  waktu  pembelian  barang  yang
akan  dijualnya.  Karena  penjual  dalam  pasar  monopoli  tidak  mempunyai
pesaing,  ia  dapat  menaikkan  atau  menurunkan  harga  dengan  cara  mengubah
jumlah  barang  yang  ditawarkan. Ciri-ciri  pasar  monopoli,  antara  lain:
a. Terdapat  satu  penjual  dan  banyak  pembeli
b. Harga  ditentukan  secara  sepihak  oleh  penjual
c. Tidak  ada  barang  lain  yang  dapat  menggantikan  barang  yang 
dijualbelikan dengan  sempurna
d. Ada  halangan  yang  kuat  bagi  penjual  baru  untuk  masuk  dalam
pasar.
2. Pasar  duopoli
Pasar  duopoli,  yaitu  pasar  di  mana  penawaran  suatu  barang  dikuasai
oleh dua perusahaan. Ciri-ciri pasar duopoli, yaitu:
a. Terdapat  dua  penjual  dan  banyak  pembeli
b. Harga  ditentukan secara  sepihak  oleh  kedua  penjual  baik  dengan 
kesepakatan  atau tidak.
3. Pasar  oligopoli
Pasar  oligopoli  ialah  pasar  dimana  beberapa  perusahaan  menguasai
penawaran  satu  jenis  barang.  Beberapa  perusahaan  yang  menguasai  pasar  ini
saling memengaruhi  satu  sama  lain.  Sifat  ini  menyebabkan  satu  perusahaan
harus mengambil  keputusan  secara  hati-hati  dalam  mengubah  harga,
mengubah  desain produk  atau  mengubah  teknik  produksi.  Contoh:  penawaran
sepeda  bermotor  yang dikuasai  oleh  beberapa  perusahaan  di  antaranya 
Honda,  Suzuki,  Yamaha,  dan Kawasaki. Ciri-ciri pasar oligopoli, yaitu:
a. Terdapat  banyak  pembeli  di  pasar
b. Hanya  ada  beberapa  penjual
c. Produk  yang  dijual  bersifat  homogen  dan  bisa  juga  berbeda  namun
memenuhi standar  mutu
d. Terdapat  hambatan  untuk  memasuki  pasar  bagi  perusahaan  baru
e. Adanya  saling  ketergantungan
f. Penggunaan  iklan  sangat  intensif.
4. Pasar   monopolistik
Pasar  monopolistik  adalah  suatu  struktur  pasar  di mana  terdapat  banyak
produsen  yang  menjual  produk  yang  sama,  tetapi  dengan  berbagai  macam
variasi. Ciri-ciri pasar monopolistik
a. Terdapat  banyak produsen.
b. Produk  yang  dijualbelikan  sama  (homogen),  tetapi  dengan  berbagai
macam variasi.
.3.5 Bentuk  Pasar  Menurut  Jenis  Barang  yang  Diperjualbelikan
Berdasarkan  jenis  barang  yang  diperjualbelikan,  pasar  dibedakan
menjadi:
a. Pasar  barang  konsumsi
Pasar  barang  konsumsi  adalah  pasar  yang  menjual  barang-barang  yang
secara langsung  dapat  dikonsumsi/dipakai.  Contohnya  pasar  buah,  pasar  ikan,
pasar  pakaian,  dan lain-lain.
b. Pasar  Faktor  Produksi
Pasar  barang  produksi  adalah  pasar  yang  memperjualbelikan  beberapa 
faktor produksi  yang  berguna  bagi  kelancaran  proses  produksi,  seperti 
tembakau,  beras, kopi,  minyak  bumi,  tembaga,  balai  latihan  kerja,  mesin 
cetak,  mesin  tekstil,  dan bursa  efek.  Pada  pasar  ini,  para  pemilik  usaha 
(pengusaha)  berperan  sebagai pembeli,  sedangkan  penjualnya  adalah  pemilik 
faktor  produksi. Berdasarkan  pemilikan  faktor  produksi,  pasar  barang 
produksi  dibedakan menjadi  tiga  macam,  yaitu  pasar  faktor  produksi  alam, 
pasar  faktor  produksi  tenaga  kerja,  dan  pasar  faktor  produksi  modal.

.3.6 Peranan Pasar


Pasar  mempunyai  peranan  yang  sangat  penting  bagi  perekonomian.
Berikut  ini beberapa  peranan  pasar.
1. Peranan  Pasar  bagi  Produsen
Pasar  mempunyai  peranan  yang  sangat  penting  bagi  produsen  yaitu
membantu  memperlancar  penjualan  hasil  produksi  dan  dapat  pula  digunakan
sebagai  tempat  untuk  mempromosikan  atau  memperkenalkan  barang  dan  jasa
hasil  produksi.  Selain  itu  produsen  juga  dapat  memperoleh  barang  atau  jasa
yang  akan  digunakan  untuk  keperluan  proses  produksi.
2. Peranan  Pasar  bagi  Konsumen
Pasar  mempunyai  peranan  yang  sangat  penting  bagi  konsumen,  karena
konsumen  mudah  untuk  memperoleh  barang  atau  jasa  yang  dibutuhkan.
Apabila pasar  semakin  luas,  konsumen  akan  semakin  mudah  memperoleh
barang  atau jasa  yang  dibutuhkan.
3. Peranan  Pasar  bagi  Pembangunan
Peranan  pasar  bagi  pembangunan  adalah  menunjang  kelancaran 
pembangunan  yang  sedang  berlangsung.  Upaya  dalam  meningkatkan 
pembangunan,  pasar  berperan  membantu  menyediakan  segala  macam  barang
dan  jasa  yang  bermanfaat  bagi  pembangunan.  Pasar  juga  dapat  dijadikan
sumber  pendapatan  pemerintah  untuk  membiayai pembangunan  melalui  pajak
dan  retribusi.
4. Peranan  Pasar  bagi  Sumber  Daya  Manusia
Kegiatan  perdagangan  di  suatu  pasar  membutuhkan  tenaga  kerja  yang
tidak  sedikit.  Semakin  luas  suatu  pasar,  semakin  besar  tenaga  kerja  yang
dibutuhkan.  Dengan  banyaknya  tenaga  kerja  yang  dibutuhkan,  berarti  pasar
turut  membantu  mengurangi  pengangguran,  memanfaatkan  sumber  daya
manusia,  serta  membuka  lapangan  kerja.

.3.7 Hubungan Antara Pasar Dengan Distirbusi


Pasar  merupakan  bagian  dari  kegiatan  distribusi  yang  berfungsi 
menyalurkan atau  menyampaikan  barang  dari  produsen  kepada  konsumen
melalui  para  pedagang. Barang-barang  yang  dihasilkan  oleh  produsen  bukan
untuk  dikonsumsi  sendiri, tetapi  perlu  disebarluaskan  kepada  masyarakat 
umum.  Pasar  dalam  kegiatan  distribusi  memiliki  peranan  yang  cukup
penting. Berikut ini fungsi hubungan antara pasar dengan distribusi.
1. Fungsi  Pertukaran
Keterkaitan  antara  pasar  dengan  distribusi  berfungsi  sebagai pertukaran.
Orang-orang  yang  menjual  barang  di  pasar  akan  berperan  sebagai  pedagang
sekaligus  penyalur  barang  ke  konsumen.  Para  pedagang  tentunya  akan
memilih barang-barang  yang  disenangi  oleh  pembeli.  Apabila  barang-barang
tersebut digemari  oleh  pembeli maka  barang-barang  yang  ditawarkan  akan
laku  terjual. Dengan  demikian  kegiatan  distribusi  akan lancar  dan   pedagang
pun  akan mendapat  keuntungan.
2. Fungsi  Penyediaan  Fisik
Pasar  dan  distribusi  mempunyai  fungsi  penyedia  fisik,  artinya  pasar
akan  menyediakan  barang-barang  yang  dibutuhkan  oleh  konsumen.   Barang-
barang tersebut  akan  diperoleh  dari  produsen  melalui  distributor.  Barang-
barang  akan dikumpulkan  untuk  kemudian  dijual  ke  konsumen.  Barang-
barang  yang  dijual oleh  pedagang  tidak  akan  habis  dalam  waktu  sehari.
Pedagang  akan  menyimpan  sisa  barang  yang  dijualnya  di  gudang  sebagai
persediaan  untuk dijual  kembali  di  hari  berikutnya.  Dengan  demikian  fungsi
ini  berkaitan  dalam  hal  pengumpulan,  penyimpanan,  pemilihan,  dan
pengangkutan.
3. Fungsi  Penunjang
Fungsi  penunjang  antara  pasar  dengan  distribusi  dilakukan  untuk
membantu  dan  menyempurnakan  fungsi  pertukaran  dan  penyediaan  fisik
agar dapat   berjalan  dengan  baik.  Pasar  dan  distribusi  dapat  digunakan
sebagai  sarana  penunjang  dalam  memperkenalkan  barang-barang  yang
dihasilkan  oleh produsen.  

Anda mungkin juga menyukai