Anda di halaman 1dari 32

TUGAS TERSTRUKTUR

R E K A Y A S A P O N D A S I II
“Perencanaan Sheet Pile”

Dikerjakan Oleh :
YUDIANUS SAMUEL
NIM. D1012141016

Dosen Pembimbing Tugas :


Ir. AHMAD FAISAL, DEA
NIP. 19640505 198903 1002

Dosen Mata Kuliah :


Dr.-Ing.Ir. EKA PRIADI, M.T.
NIP. 19630324 199003 1002

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016/2017
REKAYASA PONDASI II 2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan
Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Desain Rekayasa Pondasi II ini dengan
baik dan tepat pada waktunya.
Desain Rekayasa Pondasi II ini merupakan pemantapan dari dasar teori yang telah
didapatkan pada mata kuliah Rekayasa Pondasi II, serta mata kuliah lainnya yang ada
hubungannya dengan desain ini. Desain ini bertujuan agar mahasiswa Teknik Sipil dapat
memahami langkah-langkah dalam pendesainan suatu pondasi dalam dan dinding penahan
tanah (Sheet Pile).
Penyusunan desain ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan serta petunjuk dosen
pembimbing yang telah memberikan pengarahan selama penyusunan tugas ini. Pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan pengarahan yang
telah diberikan Dosen Pembimbing yakni Bapak Ir. Ahmad Faisal, DEA dan juga kepada
teman-teman yang telah membantu selama menyelesaikan Desain Rekayasa Pondasi II ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan Desain Rekayasa Pondasi II ini masih
terdapat kekurangan-kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan masukan dan kritikan
yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan desain ini di masa mendatang.
Semoga Desain Rekayasa Pondasi II ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Pontianak, 06 April 2017

Penulis

YUDIANUS SAMUEL (D1012141016) i


REKAYASA PONDASI II 2017

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Dasar Teori


Tiang-tiang turap (sheet piles) sering digunakan untuk membangun sebuah dinding
yang berfungsi sebagai penahan tanah, yang bisa berupa konstruksi berskala besar maupun
kecil. Sebagai contoh pada Gambar 1, terlihat konstruksi dinding turap (sheet pile walls) yang
mengarah ke pantai yang dapat berupa sebuah dermaga atau sebuah fasilitas dok kapal.
Dinding turap, oleh karena fungsinya sebagai penahan tanah, maka konstruksi ini
digolongkan juga sebagai jenis lain dari dinding penahan tanah (retaining walls). Perbedaan
mendasar antara dinding turap dan dinding penahan tanah terletak pada keuntungan
penggunaan dinding turap pada kondisi tidak diperlukannya pengeringan air (dewatering).
Terdapat beberapa jenis tiang turap yang biasa digunakan: (a) tiang turap kayu, (b)
tiang turap beton pracetak (precast concrete sheet piles), dan (c) tiang turap baja.

I.1.1. Turap Kayu


Tiang turap kayu digunakan hanya untuk konstruksi ringan yang bersifat sementara
yang berada di atas permukaan air. Tiang turap yang biasa digunakan adalah papan kayu atau
beberapa papan yang digabung (wakefield piles). Papan kayu kira-kira dengan ukuran
penampang 50 mm x 300 mm dengan takik pada ujung-ujungnya seperti terlihat pada
Gambar 2(a). Tiang wakefield dibuat dengan memakukan tiga papan secara bersama sama
dimana papan tengahnya dioffset sejauh 50 - 75 mm seperti pada Gambar 2(b). Papan kayu

YUDIANUS SAMUEL (D1012141016) 1


REKAYASA PONDASI II 2017

juga bisa ditakik dalam bentuk takik lidah dalam Gambar 2(c). Atau pada Gambar 2(d)
dengan menggunakan besi yang ditanamkan pada masing-masing papan setelah tiang
dimasukkan ke dalam tanah.

I.1.2. Turap Beton & Baja


Tiang turap beton pracetak adalah untuk konstruksi berat yang dirancang dengan
tulangan untuk menahan beban permanen setelah konstruksi dan juga untuk menangani
tegangan yang dihasilkan selama konstruksi. Penampang tiang-tiang ini adalah sekitar 500 -
800 mm lebar dan tebal 150 - 250 mm. Gambar 2(e) memperlihatkan diagram skematik
ketinggian dan penampang tiang turap beton bertulang. Tiang turap baja di USA adalah
sekitar 10 - 13 mm tebal. Penampang tiang turap yang berasal dari Eropah bisa lebih tipis
tetapi lebih lebar. Penampang tiang bisa berbentuk Z, lengkung dalam (deep arch), lengkung
rendah (low arch), atau sayap lurus (straight web). Interlok pada tiang turap dibentuk seperti
jempol-telunjuk atau bola-keranjang untuk hubungan yang ketat untuk menahan air. Gambar
3(a) memperlihatkan diagram skematik untuk hubungan interlok jempol-telunjuk untuk
penampang sayap lurus. Sedangkan tipe interlok bola-keranjang untuk penampang Z
diberikan pada Gambar 3(b).

YUDIANUS SAMUEL (D1012141016) 2


REKAYASA PONDASI II 2017

Tabel 1 dan Tabel 2 menunjukkan sifat-sifat penampang tiang turap baja yang
dihasilkan oleh U.S. Steel Corporation. Tegangan lentur rencana yang diijinkan untuk tiang
turap baja diberikan pada tabel di bawah ini:

YUDIANUS SAMUEL (D1012141016) 3


REKAYASA PONDASI II 2017

Tiang turap baja sangat baik digunakan karena daya tahannya terhadap tegangan yang
tinggi selama penyorongan ke dalam tanah yang keras. Tiang ini juga relatif ringan dan dapat
digunakan kembali (penggunaan yang berulang-ulang). Oleh karena itu turap baja sering
dipakai untuk pemakaian sementara. Turap sementara dipakai ketika dilakukan penggalian,
misalnya dalam pembuatan gorong-gorong. Setelah gorong-gorong berada pada kedudukan
yang direncanakan, turap dicabut dan penggalian ditimbun kembali. Konstruksi sementara
sering juga dipakai pada bendungan elak (cofferdam). Bendungan elak ini dibangun untuk
melaksanakan proses dewatering selama konstruksi berlangsung.

I.1.3. Jenis & Metode Konstruksi Turap


Pada prinsipnya, perencanaan dinding turap dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: (a)
dinding cantilever (cantilver walls) dan (b) dinding berjangkar (anchored walls). Turap
dengan dinding cantilever, sebagaimana dinyatakan dalam namanya adalah tiang yang
ujungnya tertahan oleh tanah sehingga seolah-olah tergantung. Stabilitas turap jenis ini sangat
tergantung pada panjang penanaman tiang. Sedangkan turap berjangkar, disamping ujungnya
tertanam, di sekitar ujung lainnya dipasang jangkar yang akan memberikan gaya tarik
melawan kecenderungan tiang turap terdorong ke arah yang berlawanan dengan tanah.

YUDIANUS SAMUEL (D1012141016) 4


REKAYASA PONDASI II 2017

Dalam metode konstruksi tiang turap terdapat beberapa cara, yaitu pertama dengan
meletakkannya di dalam tanah yang terlebih dahulu digali lalu kemudian diisi kembali
dengan tanah isian, dan yang kedua dengan memancangkannya ke dalam tanah, kemudian
tanah di depannya digali. Atau dalam hal konstruksi dermaga, tiang turap dipancangkan
dalam air hingga mencapai tanah, kemudian tanah isian diberikan di belakangnya. Dalam
banyak kasus tanah isian yang diletakkan di belakang dinding turap biasanya adalah tanah
granular. Sementara tanah di bawah garis penggalian bisa tanah pasir atau lempung.
Permukaan tanah pada sebelah dimana air berada biasanya diacu sebagai garis galian (dredge
line). Berdasarkan hal ini terdapat dua macam metode konstruksi turap, yaitu (a) struktur
urugan (backfilled structure) dan (b) struktur galian (dredged structure). Langkah-langkah
pelaksanaan struktur urugan diperlihatkan pada Gambar 4 dan struktur galian pada Gambar 5.

YUDIANUS SAMUEL (D1012141016) 5


REKAYASA PONDASI II 2017

I.1.4. Turap Cantilever


Dinding turap cantilever biasanya direkomendasikan untuk dinding dengan ketinggian
sedang, berkisar 6 m atau kurang di atas garis galian. Pada dinding ini, turap
berprilaku seperti sebuah balok lebar cantilever di atas garis galian. Prinsip dasar untuk
menghitung distribusi tekanan tanah lateral tiang turap cantilever dapat dijelaskan dengan
bantuan Gambar 6, yang menunjukkan prilaku leleh dinding cantilever yang tertanam pada
lapisan pasir di bawah garis galian. Dinding berputar pada titik O. Oleh karena adanya
tekanan hidrostatik pada masing-masing sisi dinding, maka tekanan ini akan saling
menghilangkan, dengan demikian yang diperhitungkan hanya tekanan tanah lateral efektif
saja. Pada Zona A, tekanan lateral hanyalah tekanan tanah aktif saja yang berasal dari tanah
sebelah di atas garis galian. Sementara pada Zona B, oleh karena pelenturan dinding di daerah
ini, maka bekerja tekanan tanah lateral aktif dari bagian tanah sebelah atas garis galian dan
tekanan tanah pasif di bawah garis galian di sebelah air. Kondisi pada Zona $B$ ini akan
berkebalikan dengan Zona C, yaitu di bawah titik rotasi O. Distribusi tekanan tanah bersih
ditunjukkan pada Gambar 6(b), namun untuk
penyederhanaan biasanya Gambar 6(c) akan digunakan dalam perencanaan.

YUDIANUS SAMUEL (D1012141016) 6


REKAYASA PONDASI II 2017

Pada bagian berikut akan diberikan sejumlah formula matematis untuk analisis
dinding turap cantilever. Namun perlu diperhatikan bahwa analisis ini berlaku untuk
konstruksi yang sebelahnya menghadap air. Dan permukaan air biasanya akan berfluktuasi
sebagai akibat pasang surut, oleh karena itu harus hati-hati dalam menentukan pengaruh air
pada diagram tekanan bersih.

Turap Cantilever pada Pasir


Untuk mengembangkan hubungan untuk kedalaman penanaman tiang turap yang
dibutuhkan di dalam tanah granular perhatikanlah Gambar 7(a). Tanah yang akan ditahan
oleh dinding turap, berada di atas garis galian, adalah juga tanah granular. Permukaan air
tanah berada pada kedalaman L1 dari puncak tiang. Ambillah sudut gesek pasir sebagai f.
Intensitas tekanan aktif pada kedalaman z=L1 dapat dinyatakan sebagai,

dimana,

YUDIANUS SAMUEL (D1012141016) 7


REKAYASA PONDASI II 2017

Dengan cara yang sama, tekanan aktif pada kedalaman z = L1+L2 (yaitu pada
kedalaman muka galian) adalah sama dengan:

Perlu dicatat bahwa pada kedalaman garis galian, tekanan hidrostatik dari kedua arah
dinding adalah sama dan oleh karena itu akan saling menghilangkan.
Untuk menentukan tekanan tanah bersih di bawah garis galian hingga pada titik rotasi
O, seperti ditunjukkan pada Gambar 6(a) sebelumnya, haruslah dipertimbangkan bahwa
tekanan pasif bekerja dari sebelah kiri (sebelah air) ke arah sebelah kanan (sebelah tanah) dan
juga tekanan aktif bekerja dari sebelah kanan ke sebelah kiri dinding. Untuk kasuskasus ini,
pengabaian tekanan hidrostatik untuk kedua sisi dinding, tekanan aktif pada kedalaman z
dapat diberikan sebagai,

Juga, tekanan pasif pada kedalaman z adalah sama dengan

dimana, Kp= koefisien tekanan passif Rankine = tan2(45+f/2) Maka dengan


mengombinasikan Pers. (3) dan (4), tekanan lateral bersih dapat ditentukan sebagai

YUDIANUS SAMUEL (D1012141016) 8


REKAYASA PONDASI II 2017

dimana L=L1+L2. Tekanan bersih p menjadi sama dengan nol pada kedalaman L3 di
bawah garis galian; atau

Dari persamaan sebelumnya, kelihatan bahwa kemiringan (slope) garis distribusi


tekanan bersih DEF adalah 1 vertikal dengan (Kp-Ka) horizontal. Sehingga di dalam diagram

Pada dasar tiang turap,


tekanan pasif (pp) bekerja dari kanan ke kiri, dan tekanan aktif bekerja dari kiri ke kanan,
sehingga pada z = L+D

Pada kedalaman yang sama

Maka, tekanan lateral bersih pada dasar turap adalah sama dengan

Dimana,

Untuk kestabilan turap, prinsip statika sekarang dapat digunakan,

Jumlah dari seluruh gaya-gaya horizontal adalah,\


Luas ACDE pada diagram tekanan - luas EFHB + luas FHBG = 0 atau

YUDIANUS SAMUEL (D1012141016) 9


REKAYASA PONDASI II 2017

dimana P = luas ACDE pada diagram tekanan.


Penjumlahan momen ke titik B dari seluruh gaya-gaya menjadi,

Dengan mengombinasikan Pers. (6), (10), (14), dan (15) dan kemudian menyederhanakan
mereka secara bersama-sama, maka akan diperoleh sebuah persamaan berderajat-4 dalam L4.

YUDIANUS SAMUEL (D1012141016) 10


REKAYASA PONDASI II 2017

Berdasarkan teori yang diberikan sebelumnya, berikut ini adalah prosedur langkah
demi langkah untuk menentukan diagram tekanan yang dibutuhkan untuk mendapatkan
kedalaman tiang turap cantilever pada tanah-tanah granular.

Pada metoda sebelumnya, faktor keamanan yang ditunjukkan pada langkah ke-13
dilakukan dengan menaikkan kedalaman aktual sebesar 20 - 30%. Namun ada perencana
yang lebih suka menggunakan faktor keamanan bukan pada hasil akhir tetapi pada awalnya,
yaitu pada koefisien tekanan tanah pasif, dalam hal ini pada langkah ke 1.

Variasi diagram momen untuk dinding turap cantilever diperlihatkan pada Gambar
7(b). Momen maksimum akan terjadi antara titik E dan F’. Untuk menentukan momen
maksimum Mmax per satuan panjang dinding, maka terlebih dahulu harus ditentukan sebuah
titik dimana gaya geser (gaya lintang) sama dengan nol. Dengan memakai suatu acuan jarak
baru z’ (dengan titik asal pada E) untuk gaya geser sama dengan nol berlaku,

YUDIANUS SAMUEL (D1012141016) 11


REKAYASA PONDASI II 2017

Sekali titik dimana gaya geser sama dengan nol dapat ditentukan F’’ pada Gambar
7(a)), maka besarnya momen maksimum dapat diperoleh sebagai,

Ukuran profil tiang turap yang dibutuhkan kemudian dapat dibuat dengan mengacu
kepada tegangan lentur izin bahan yang digunakan, atau

YUDIANUS SAMUEL (D1012141016) 12


REKAYASA PONDASI II 2017

Turap Kantilever pada Pasir dengan Keadaan Khusus


Berikut ini dua macam kasus khusus yang berkenaan dengan tidak adanya muka
air tanah dan kantilever bebas akan memperlihatkan adanya perubahan formulasi matematis
atas besaran-besaran untuk menentukan L4.
 Turap tanpa muka air tanah
Jika tidak terdapat muka air tanah, maka diagram tekanan tanah bersih akan menjadi
seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 8, yang sebenarnya merupakan modifikasi dari
Gambar 7. Berdasarkan gambar ini beberapa besaran juga akan mengalami
perubahan, sehingga

Persamaan untuk memperoleh L4 menjadi,

YUDIANUS SAMUEL (D1012141016) 13


REKAYASA PONDASI II 2017

 Turap ujung bebas


Pada Gambar 9 diperlihatkan sebuah turap kantilever yang ujungnya bebas tertanam
pada pasir yang menderita beban garis P per satuan panjang dinding. Dalam hal ini
persamaan untuk memperoleh kedalaman penanaman menjadi,

YUDIANUS SAMUEL (D1012141016) 14


REKAYASA PONDASI II 2017

Turap Cantilever pada Lempung


Dalam beberapa kasus, tiang turap cantilever harus disorongkan ke dalam lapisan
lempung yang mempunyai kohesi taksalur (undrained cohesion), c (konsep f = 0). Diagram
tekanan bersih akan agak berbeda daripada yang diperlihatkan pada Gambar 7(a). Gambar 10
memperlihatkan sebuah dinding turap yang disorongkan ke dalam lempung dengan bahan
isian di belakang turap adalah tanah granular yang terletak di atas garis galian. Misalkanlah
permukaan air terletak pada kedalaman L1 di bawah puncak turap. Sebagaimana sebelumnya,
dengan menggunakan Pers. (1) dan (2), intensitas tekanan tanah bersih p1 dan p2 dapat
dihitung, sehingga diagram untuk distribusi tekanan tanah di atas permukaan garis galian
dapat digambarkan.

Sedangkan diagram untuk distribusi tekanan tanah bersih di bawah permukaan garis
galian dapat ditentukan sebagai berikut.

YUDIANUS SAMUEL (D1012141016) 15


REKAYASA PONDASI II 2017

Dengan menyelesaikan persamaan ini maka dapat diperoleh D, yaitu kedalaman


penetrasi ke dalam lapisan lempung yang dibutuhkan oleh turap.

YUDIANUS SAMUEL (D1012141016) 16


REKAYASA PONDASI II 2017

Berdasarkan teori yang diberikan sebelumnya, berikut ini adalah prosedur langkah
demi langkah untuk menentukan diagram tekanan yang dibutuhkan untuk mendapatkan
besarnya penetrasi turap pada lapisan lempung.

Dengan merujuk pada Gambar 10, momen maksimum (yaitu momen di titik dimana
gaya geser sama dengan nol) akan terjadi di antara L1 + L2 < z < L1 + L2 + L3. Dengan
menggunakan sistem koordinat z’ (z’ = 0 pada garis galian) gaya geser menjadi,

Dengan diketahuinya momen lentur maksimum, maka modulus penampang dapat


dihitung dari Pers. (23), untuk selanjutnya menentukan profil tiang turap yang diperlukan.

Turap Kantilever pada Pasir dengan Keadaan Khusus


Berikut ini dua macam kasus khusus yang berkenaan dengan tidak adanya muka air
tanah dan kantilever bebas akan memperlihatkan adanya perubahan formulasi matematis atas
besaran-besaran untuk menentukan panjang penanaman turap pada tanah lempung.

YUDIANUS SAMUEL (D1012141016) 17


REKAYASA PONDASI II 2017

 Turap tanpa muka air tanah


Jika tidak terdapat muka air tanah, maka diagram tekanan tanah bersih akan menjadi
seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 11. Berdasarkan gambar ini dapat diperoleh,

 Turap ujung bebas


Pada Gambar 12 diperlihatkan sebuah turap kantilever yang ujungnya bebas tertanam
pada lempung yang menderita beban garis P per satuan panjang dinding. Dalam hal
ini,

YUDIANUS SAMUEL (D1012141016) 18


REKAYASA PONDASI II 2017

I.1.5. Turap Berjangkar


Apabila tinggi tanah di belakang dinding turap cantilever mencapai sekitar 6 m,
maka akan menjadi lebih ekonomis apabila turap itu diperkuat dengan suatu plat jangkar
(anchor plates), dinding jangkar (anchor walls), atau tiang jangkar (anchor piles), yang
letaknya dekat dengan puncak turap. Cara dengan perkuatan jangkar ini disebut dengan tiang
turap berjangkar (anchored sheet piling) atau sekatan berjangkar (anchored bulkhead).
Jangkar akan mengurangi kedalaman penetrasi yang diperlukan oleh turap dan juga akan
mengurangi luas penampang dan berat yang diperlukan dalam konstruksi. Namun, batang
penguat (tie rods), yang menghubungkan turap dengan jangkar dan jangkar itu sendiri harus
dirancang dengan hati-hati.
Ada dua metode dasar dalam membangun dinding turap berjangkar: (a) metode free
earth support (turap bersendi) dan (b) metode fixed earth support (turap terjepit). Gambar 1
memperlihatkan prilaku defleksi turap untuk kedua metode tadi.

YUDIANUS SAMUEL (D1012141016) 19


REKAYASA PONDASI II 2017

Metode free earth support adalah metode dengan kedalaman penetrasi minimum. Di
bawah garis galian, tidak terdapat pivot untuk sistem statik, yaitu sebuah titik perubahan
defleksi. Metode fixed earth support mengharuskan kedalaman cukup untuk memberikan
efek jepitan pada ujung bawah turap. Variasi momen lentur dengan kedalaman untuk kedua
metode juga ditunjukkan dalam Gambar 1.

Metode Free Earth Support pada Pasir


Gambar 2 menunjukkan sebuah turap jangkar dengan tanah di belakang turap adalah
pasir dan juga tiang turap disorong ke dalam tanah pasir. Batang penguat (tie rod)
menghubungkan turap dengan jangkar ditempatkan pada kedalaman l1 di bawah puncak
turap.

Diagram distribusi tekanan bersih di atas garis galian akan sama seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 7 pada Modul I. Pada kedalaman z = L1, p1 = g L1 Ka; dan pada z
= L1 + L2, p2 = (g L1 + g’ L2)Ka. Di bawah garis galian, tekanan bersih akan sama dengan
nol pada kedalaman z = (L1 + L2 + L3). Hubungan untuk L3 dapat diberikan dengan Pers.
(6) pada Modul I, atau

YUDIANUS SAMUEL (D1012141016) 20


REKAYASA PONDASI II 2017

Pada kedalaman z = (L1 + L2 + L3 + L4), tekanan bersih dapat diberikan sebagai,

Perlu dicatat bahwa kemiringan garis DEF adalah 1 vertikal ke g’(Kp - Ka) horizontal. Untuk
kesetimbangan turap, Ʃ gaya-gaya horizontal = 0, dan S momen di titik O’ = 0. (Catatan:
Titik O’ terletak pada batang penguat jangkar.) Dengan menjumlahkan gaya-gaya dalam arah
horizontal (per satuan panjang dinding),

Langkah demi langkah pada prosedur yang diajukan sebelumnya, faktor keamanan dapat
dipakaikan pada Kp pada permulaan perhitungan yaitu, Kp ( rencana) = Kp/FS. Kalau ini
dipakai, maka tidak perlu penambahan kedalaman teoretis. Momen maksimum pada turap
akan terjadi pada kedalaman diantara z = L1 ke z = L1 + L2. Kedalaman z ini merupakan
kedalaman pada gaya geser sama dengan nol, sehingga momen maksimum dapat dihitung
dengan persamaan berikut:

YUDIANUS SAMUEL (D1012141016) 21


REKAYASA PONDASI II 2017

Kalau nilai z telah ditentukan, maka besaran momen maksimum dapat dengan mudah
diperoleh. Prosedur dalam menentukan kapasitas dukung jangkar akan dibicarakan pada
bagian yang akan datang.

Metode Free Earth Support pada Lempung


Gambar 3 menunjukkan sebuah turap berjangkar yang ditanamkan pada lapisan
lempung, sedangkan tanah di belakang turap adalah tanah granular.

YUDIANUS SAMUEL (D1012141016) 22


REKAYASA PONDASI II 2017

Turap adalah lentur. Akibat kelenturannya ini, turap akan meleleh (yaitu berpindah
secara lateral). Pelelehan ini menghasilkan pendistribusian kembali tekanan tanah lateral.
Perubahan ini akan cenderung mengurangi momen lentur maksimum, Mmax, sebagaimana
dihitung dengan prosedur yang telah dijelaskan sebelumnya. Atas dasar alasan inilah, Rowe
(1952, 1957) menggagas sebuah prosedur untuk mereduksi momen maksimum yang
diperoleh dari metode free earth support. Bagian berikut ini akan membicarakan prosedur
reduksi momen yang diajukan oleh Rowe.
 Turap pada pasir
Pada Gambar 4, yang berlaku untuk kasus turap yang tertanam di dalam pasir, notasi
berikut ini akan digunakan:

dimana H dalam m, E = modulus Young bahan tiang dan I = momen inersia


penampang tiang per kaki (foot) dinding.

YUDIANUS SAMUEL (D1012141016) 23


REKAYASA PONDASI II 2017

Prosedur untuk menggunakan diagram momen reduksi (Gambar 4) adalah sebagai


berikut:

YUDIANUS SAMUEL (D1012141016) 24


REKAYASA PONDASI II 2017

 Turap pada lempung


Momen reduksi untuk turap yang tertanam pada lempung dapat dihitung dengan
menggunakan Gambar 5, dengan notasi sebagai berikut:

YUDIANUS SAMUEL (D1012141016) 25


REKAYASA PONDASI II 2017

Metode Computational-Pressure-Diagram pada Pasir


Metode Computational-Pressure-Diagram (CPD) adalah sebuah metode desain
sederhana yang digunakan sebagai alternatif penggunaan metode free earth support pada
pasir (Nataraj and Hoadley, 1984). Pada metode ini diagram tekanan bersih pada Gambar 2
diganti dengan diagram tekanan berbentuk persegi seperti diperlihatkan pada Gambar 6. Pada
gambar ini lebar diagram tekanan tanah aktif di atas tanah galian dinyatakan dengan pa dan
lebar diagram tekanan tanah pasif di bawah garis galian dinyatakan dengan pp, dan
besarannya adalah sebagai berikut,

YUDIANUS SAMUEL (D1012141016) 26


REKAYASA PONDASI II 2017

YUDIANUS SAMUEL (D1012141016) 27


REKAYASA PONDASI II 2017

Metode Fixed Earth Support pada Pasir


Dalam menggunakan metode fixed earth support, diasumsikan bahwa kaki tiang
turap tidak diperbolehkan mengalami rotasi (terjepit), seperti diperlihatkan pada Gambar 7(a).
Diagram distribusi tekanan lateral bersih untuk kondisi ini juga diperlihatkan pada gambar
yang sama. Di dalam solusi metode ini, bagian bawah dari diagram distribusi tekanan -yaitu
HFH’GB- digantikan oleh sebuah beban terpusat P’. Untuk menghitung L4, sebuah
penyelesaian sederhana yang disebut dengan equivalent beam solution (solusi balok ekivalen)
umumnya digunakan. Untuk memahami solusi balok ekivalen ini, perhatikanlah titik I, yang
merupakan titik perubahan bentuk defleksi tiang turap. Pada titik ini, kepala tiang dapat
diasumsikan sebagai sendi sehingga momen lentur menjadi nol [Gambar 7(b)]. Jarak vertikal
antara titik I dan garis galian adalah sama dengan L5. Blum (1931) telah memberikan solusi

YUDIANUS SAMUEL (D1012141016) 28


REKAYASA PONDASI II 2017

matematis antara L5 dan L1 + L2. [Gambar 7(d)] adalah hasil plot L5/(L1+L2) vs. sudut
gesek tanah, f.

Dengan mengetahui nilai f dan L1 + L2, maka besar L5 dapat ditentukan. Bagian
turap [Gambar 7(c)] di atas titik I dapat diperlakukan sebagai sebuah balok yang menahan
tekanan lateral tanah melalui gaya jangkar F (kN/m) dan gaya geser P’’ (kN/m). Gaya geser
P’’ dapat dihitung dengan mengambil momen di titik O’ (yaitu tepat di kedudukan jangkar).
Sekali nilai P’’ diketahui, maka panjang L4 dapat diperoleh dengan mengambil momen di
titik H (lihat diagram bawah dari [Gambar 7(c)]). Kedalaman penetrasi D, kemudian dapat
ditentukan sebagai 1.2 sampai 1.4 (L3+L4).

YUDIANUS SAMUEL (D1012141016) 29


REKAYASA PONDASI II 2017

Berikut ini langkah-langkah untuk menghitung kedalaman penanaman turap akan


diberikan seperti halnya langkah-langkah yang sudah diterangkan sebelumnya

YUDIANUS SAMUEL (D1012141016) 30

Anda mungkin juga menyukai