Anda di halaman 1dari 52

REKAYASA FONDASI 2

BAB I
PENDAHULUAN

Sebagian besar pekerjaan pembuatan fondasi suatu bangunan meliputi


pekerjaan penggalian. Bangunan sementara yang dibuat untuk mencegah
kelongsoran tanah di sekitar daerah penggalian maupun terjadinya perembesan
air adalah turap atau bisa juga disebut bendungan elak sementara. Karena
bangunan ini bersifat sementara, maka biayanya harus tidak boleh mahal, mudah
dipasang dan dipindah-pindahkan.

Yang dimaksud dengan turap adalah konstruksi yang dapat menahan


tanah disekelilingnya, mencegah terjadinya kelongsoran, dan biasanya terdiri
dari dinding turap dan penyangganya. Konstruksi turap juga bisa disebut sebagai
suatu konstruksi yang banyak digunakan dalam rekayasa sipil bisa berupa
konstruksi sederhana hingga konstruksi sangat berat. Adapun perbedaan antara
turap dan dinding penahan tanah yaitu, anatar lain :

Sedangkan Zainal dan Ir. Sri Respati. N (1955) mengemukakan bahwa


turap adalah bangunan yang dibuat untuk mencegah kelongsoran tanah disekitar
daerah penggalian maupun terjadinya rembesan air. Turap berfungsi sebagai
bangunan sementara, digunakan sebagai bangunan permanen untuk dok pada
konstruksi pelabuhan. Konstruksi ini terdiri dari dinding turap dan
penyangganya.

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

1.1. Turap dan penggunaannya


Suatu turap terdiri dari sheetpiles yang dipancang berdampingan
secara kontinu ke dalam tanah sehingga membentuk suatu dinding
vertikal untuk menahan tanah yang berbeda elevasinya.
Secara umum turap digunakan untuk :
a. Penahan tanah atau dapat juga menahan air (water front structures)
b. Konstruksi penahan sementara
c. Sebagai konstruksi ringan dimana tanah tidak mampu mendukung
fondasi dari tembok penahan
Penggunaannya yang terbanyak adalah sebagai pelindung atau
konstruksi penahan di daerah pantai. Beberapa contoh penggunaan turap
diperlihatkan oleh gambar berikut :

Gambar 1.1. Contoh penggunaan turap

1.2. Macam-macam Turap


Turap terdiri dari bagian-bagian yang dibuat lebih dahulu
(prefabricated) atau dicetak dahulu (precast) yang dipasang vertikal ke
dalam tanah untuk membentuk suatu dinding vertikal yang menerus.
Dari bahan yang digunakan, turap dibedakan menjadi :

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

a. Turap kayu
Dibuat dari papan ukuran tebal 3,5-5 cm dan lebarnya berkisar
25-30 cm. Umumnya dipakai sementara, tetapi dapat juga dibuat
permanen bila konstruksi berada di bawah muka air atau diawetkan
dengan zat-zat khusus. Kerugiannya ialah :
- Panjangnya terbatas
- Sulit dipancang terutama pada tanah keras
- Tidak tahan lama

Untuk mendapatkan ikatan antara bagian yang berdampingan, dibuat


hubungan lidah dan alur.

Gambar 1.2. Hubungan alur dan lidah pada turap kayu

b. Turap beton
Turap beton jarang dipakai karena kesulitan pembawaan dan
pemancangannya. Umumnya dicetak terlebih dahulu berupa plat lebar
dengan tepi-tepinya dibentuk sebagai alur dan lidah.

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

Dalam merencanakan dimensi maupun penulangannya , tidak saja


diperhitungkan terhadap gaya lateral tanah tetapi turap beton juga harus
mampu menahan tegangan yang terjadi pada waktu diangkut (kurang
lebih mendatar) maupun waktu dipancang. Untuk cetakan beton yang
panjang, titik angkatnya bias dua atau lebih dan harus diberi tanda
sesuai dengan perhitungan yang direncanakan.

c. Turap baja
Turap jenis ini paling umum dipakai karena banyak segi
keuntungannya, antara lain :
- Mudah dipancang sekalipun pada tanah yang keras
- Relatif ringan
- Lebih awet
- Mudah disambung (dapat dibuat panjang sesuai kebutuhan)
- Dapat digunakan berkali-kali

Hubungan antara bagian yang berdampingan dapat berupa :

- Finger and thumb type


- Ball and socket type

Gambar 1.3. Hubungan-hubungan pada turap baja


1.3. Cara penurapan
Dari cara penggunaannya, turap dibedakan menjadi :
a. Turap kantilever
Turap dipancang sampai kedalaman tertentu sehingga berfungsi

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

sebagai kantilever vertikal untuk menahan gaya lateral tanah. Turap


jenis ini hanya dapat digunakan untuk perbedaan elevasi yang tidak
begitu besar dan kestabilannya semata-mata tergantung pada kedalaman
pemancangan.
Momen lentur yang bekerja berbanding lurus dengan pangkat tiga
tinggi dinding di atas dredge line. Defleksi lateral cukup besar. Erosi
pada daerah di muka dinding harus diperhatikan .

Gambar 1.4. Turap kantilever dan turap berjangkar


b. Turap berjangkar
Bila turap kantilever terlalu dalam pemancangannya menjadi
tidak ekonomis, untuk itu dipasang penjangkaran di dekat muka tanah.
Kestabilan turap berjangkar selain didukung oleh pemancangan ke
dalam tanah juga oleh jangkar. Turap jenis ini dapat digunakan untuk
menahan tanah setinggi sampai 10 m, tetapi bila ketinggiannya melebihi
10 m dianjurkan untuk menggunakan dua buah jangkar untuk
mengurangi kedalaman pemancangan.
Pada dasarnya penggunaan jangkar disamping mengurangi
dalamnya pemancangan, juga memperkecil momen lentur dan defleksi
lateral.
c. Turap yang menahan plat
Umumnya digunakan bila ada sepur atau rel dari crane di dekat
daerah penurapan.

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

d. Anak bendungan (Cofferdam)


Turap dipancang dalam susunan berbentuk sel yang diisi dengan
bahan tanah berbutir kasar (pasir atau kerikil) dan menjadi suatu
struktur yang memberi kestabilan oleh dirinya sendiri oleh sebab gaya
gravitasi .
1.4. Gaya-gaya yang bekerja pada turap
Gaya-gaya yang diperhitungkan dalam perencanaan turap ialah :
a. Tekanan tanah lateral (Tekanan aktif dan tekanan pasif)
Tekanan tanah lateral adalah gaya yang ditimbulkan akibat
dorongan tanah di belakang struktur penahan tanah. Bagian bangunan
yang menahan tanah harus direncanakan untuk dapat menahan tekanan
tanah sesuai dengan ketentuan yang ada.
Besarnya tekanan tanah dalam arah lateral ditentukan oleh :
- Besarnya koefisien tekanan tanah aktif, pasif dan keadaan diam
- Besarnya kohesi tanah
- Besarnya beban yang bekerja pada permukaan tanah timbunan

Ada beberapa teori yang dapat digunakan untuk menganalisis


besarnya tekanan-tekanan tanah lateral tersebut. Antara lain teori
Rankine (1857) dan teori Coulomb (1776). Dalam laporan ini
digunakan teori Rankine (1857), beberapa anggapan dalam analisis
tekanan tanah cara Rankine (1857) adalah :

- Tanah adalah bahan yang isotropis, homogen dan tak berkohesi.


- Permukaan bidang longsor bersudut 90° dengan horisontal (dasar
dinding penahan tanah).
- Tanah yang longsor (yang berbentuk baji) merupakan satu kesatuan
(rigid body).
- Sudut tanah timbunan dengan horisontal (β) sama dengan sudut
tekanan tanah aktif dengan normalnya.
- Keruntuhan pada struktur penahan tanah dianggap sebagai masalah
dua dimensi dengan memperhatikan panjang satuan dari dinding
penahan yang panjangnya tak terhingga.

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

Teori dari Rankine (1857) tentang koefisien tekanan tanah aktif


dan pasif dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut :

cos 𝛼 − √𝑐𝑜𝑠 2 𝛼 − 𝑐𝑜𝑠 2 ɸ1


𝐾𝑎 = . cos 𝛼
cos 𝛼 + √𝑐𝑜𝑠 2 𝛼 − 𝑐𝑜𝑠 2 ɸ1

cos 𝛼 + √𝑐𝑜𝑠 2 𝛼 − 𝑐𝑜𝑠 2 ɸ1


𝐾𝑝 = . cos 𝛼
cos 𝛼 − √𝑐𝑜𝑠 2 𝛼 − 𝑐𝑜𝑠 2 ɸ1

Dimana :

Ka : koefisien tekanan tanah aktif

Kp : koefisien tekanan tanah pasif

ɸ1 : sudut kemiringan tanah timbunan

α : sudut geser dalam tanah

b. Tekanan Tanah Lateral akibat permukaan (surcharge)


c. Tekanan Hidrostatis
d. Gaya tumbukan kapal waktu bertambat (untuk konstruksi dermaga)
e. Gaya gempa

1.5. Metode konstruksi


Metode konstruksi dinding turap terdapat beberapa cara, yaitu
pertama dengan meletakkannya di dalam tanah yang terlebih dahulu
digali lalu kemudian diisi kembali dengan tanah isian dan yang kedua
dengan memancangkannya ke dalam tanah, kemudian tanah di depannya
digali. Atau dalam hal konstruksi dermaga, tiang turap dipancangkan
dalam air hingga mencapai tanah, kemudian tanah isian diberikan di
belakangnya. Dalam banyak kasus tanah isian yang diletakkan di
belakang dinding turap biasanya adalah tanah granular. Sementara tanah
di bawah garis penggalian bias tanah pasir atau lempung. Permukaan
tanah pada sebelah dimana air berada biasanya diacu sebagai garis galian

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

(dredge line). Berdasarkan hal ini terdapat dua macam metode konstruksi
dinding turap, yaitu :
a. Struktur urugan (backfilled structure)
b. Struktur galian (dredged structure)

Langkah-langkah pelaksanaan struktur urugan dan struktur galian


diperlihatkan pada gambar di bawah ini :

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

1.5.1. Turap sebagai dinding fleksibel


Berbeda dengan dinding penahan tanah, turap umumnya
terdiri dari bahan yang kekakuannya kecil (low flexural rigidity)
dan adanya jangkar menyebabkan turap melentur tidak sebagai
garis lurus. Akibat lenturan tersebut tekanan tanah yang bekerja
pada dinding turap beralih dari aktif ke pasif dan sebaliknya.
Sesungguhnya tekanan tanah yang bekerja pada dinding
yang fleksibel tidak saja tergantung pada jenis dan sifat tanah
yang ditahannya tetapi juga pada urutan pelaksanaan
konstruksinya (pengangkatan dan pemancangan). Distribusi
tekanan tanah itu dipengaruhi oleh hubungan kedalaman dimana
turap dipancang. Jadi gaya-gaya yang digunakan dalam
perhitungan perencanaan tidak dapat ditentukan dari teori saja
berhubung dipengaruhi oleh cara kontraktor mengerjakan
penurapan. Perencanaan dan perhitungannya sebaiknya
dimodifikasi berdasarkan pengalaman dan hasil-hasil pengamatan
dan pengukuran pada keseluruhan konstruksi.
Teori tekanan tanah klasik dari Rankine dan Coulomb yang
didasarkan pada keadaan gerakan menyeluruh (full mobilization)
dari kekuatan geser tanah akibat beralihnya dinding secara lateral,
tak dapat diterapkan begitu saja. Tekanan tanah pada turap harus
ditentukan dengan melihat keadaan pelenturan dinding turap
(Brinch, Hansen). Pada prakteknya cara-cara empiris atau semi
empiris dikembangkan semuanya menggunakan teori tekanan
tanah klasik.

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

1.5.2. Prinsip umum perhitungan pada perencanaan turap


Sebagai ilustrasi digunakan kasus sederhana sebagai berikut

Gambar 1.5. Prinsip perhitungan turap


Turap dianggap kaku sehingga bila sebuah gaya horisontal
P dikenakan pada bagian atas turap, bagian tersebut bergerak
kearah P sedangkan bagian bawahnya bergerak berlawanan
dengan suatu putaran pada titik stasioner b.
Bagian tanah ob menerima tekanan tanah pasif oleh tanah
sebelah kiri turap sedang bagian eb juga mengalami tekanan pasif
dari bagian tanah disebelah kanannya.
Pada diagram, posisi titik d adalah sedemikian rupa
sehingga turap dalam keadaan setimbang akibat gaya P, diagram
odf dan ecf. Posisi D ini ditentukan dengan cara trial and error.
Dari diskusi di atas dapat kita simpulkan bahwa turap
kantilever memperoleh kestabilannya akibat tekanan pasif di
kedua pihak. Namun demikian, distribusi tekanan tanah pada
tanah berbutir kasar dan tanah berbutir halus berbeda. Untuk itu
analisa pada kedua jenis tanah ini kita pisahkan. Adapun prinsip
perhitungan turap yaitu antara lain :
1. Menentukan kedalaman penanaman turap
a. Jumlah momen ke titik putar sama dengan NOL
b. Menggunakan metode Blumn
c. Berdasarkan zona tekanan aktif dan tekanan pasif dari
buku Braja M. Das.
2. Menentukan Momen Maksimum yang terjadi pada turap
3. Menentukan profil turap yang dipakai

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

BAB II
DINDING TURAP KANTILEVER

Dinding turap kantilever adalah dinding penahan tanah yang tidak


menggunakan jangkar. Dinding turap kantilever diperoleh dengan
memancangkan dinding turap tersebut pada suatu kedalaman tertentu. Kestabilan
dari dinding ini hanya merupakan hasil mobilisasi tekanan tanah lateral pasif
sebagai antisipasi dari tekanan-tekanan yang bekerja pada dinding tersebut
antara lain tekanan aktif dan tekanan residu air.

Gambar 2.1. Dinding Turap Kantilever (Cantilever sheet pile wall)

Dinding turap kantilever biasanya direkomendasikan untuk dinding


dengan ketinggian sedang, berkisar 6 m atau kurang di atas garis galian. Pada
dinding ini, dinding turap berperilaku seperti sebuah balok lebar kantilever di
atas garis galian. Prinsip dasar untuk menghitung distribusi tekanan tanah lateral
dinding turap kantilever dapat dijelaskan dengan bantuan Gambar 2.1, yang
menunjukkan perilaku keruntuhan dinding kantilever yang tertanam pada lapisan
pasir di bawah garis galian. Dinding berputar pada titik O. Oleh karena adanya
tekanan hidrostatik pada masing-masing sisi dinding, maka tekanan ini akan
saling menghilangkan, dengan demikian yang diperhitungkan hanya tekanan

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

tanah lateral efektif saja. Pada Zona A, tekanan lateral hanyalah tekanan tanah
aktif saja yang berasal dari tanah sebelah di atas garis galian. Sementara pada
Zona B, oleh karena pelenturan dinding di daerah ini, maka bekerja tekanan
tanah lateral aktif dari bagian tanah sebelah atas garis galian dan tekanan tanah
pasif di bawah garis galian di sebelah air. Kondisi pada Zona B ini akan
berkebalikan dengan Zona C, yaitu di bawah titik rotasi O. Distribusi tekanan
tanah bersih ditunjukkan pada Gambar 2.1.(a)., namun untuk penyederhanaan
biasanya Gambar 2.1.(b). akan digunakan dalam perencanaan.

Suatu turap kantilever memperoleh kestabilan seluruhnya dari


perlawanan lateral tanah. Turap ditanam secukupnya ke dalam tanah di bawah
dredgeline dan biasanya digunakan untuk menahan tanah pada perbedaan elevasi
yang relative tidak tinggi.

2.1. Turap kantilever pada tanah berbutir kasar


Tekanan tanah terhadap turap kantilver digambarkan sebagai
berikut, dimana turap dianggap cukup kaku.

Gambar 2.2. Defleksi turap kantilever dan distribusi tegangan

Oleh pengaruh tekanan tanah aktif dari timbunan (backfill), turap


akan berotasi sehingga menimbulkan diagram tegangan tanah aktif di
belakang dinding turap (bagian ad) dan diagram perlawanan pasif di
muka dinding (bagian db). Pada titik balik (pivot point) b, diagram
tegangan tanah berbalik dari aktif ke keadaan pasif.

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

Gambar 2.3. Diagram Tegangan untuk Analisis Turap Kantilever

Gambar 2.3. menunjukkan diagram tegangan untuk turap


kantilever yang dipancang pada tanah berbutir kasar (granular soil).
Tinggi tuap diatas dredgeline = H dan dalamnya pemancangan = D.
Permukaan air tanah berada pada kedalaman L1 dari puncak dinding dan
intensitas tekanan aktif pada kedalaman z = L1 dapat dinyatakan sebagai:

p1 = 𝛾.L1.Ka (1)

Dimana:

Ka = koefisien tekanan aktif Rankine = tan²(45 – ϕ/2)

𝛾 = berat volume tanah di atas muka air

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

Gambar 2.4. Dinding Turap Kantilever dengan Muka Air Tanah pada
Pasir

(a) Variasi diagram tekanan bersih

(b) Variasi momen

Dengan cara yang sama, tekanan aktif pada kedalaman z = L1 + L2


(yaitu pada kedalaman muka galian) adalah :

p2 = (𝛾.L1 + 𝛾’.L2).Ka (2)

Perlu dicatat bahwa pada kedalaman garis galian, tekanan hidrostatik dari
kedua arah dinding adalah sama dan oleh karena itu akan saling
menghilangkan.

Untuk menentukan tekanan tanah bersih di bawah garis galian


hingga pada titik rotasi O, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1.
sebelumnya, haruslah dipertimbangkan bahwa tekanan pasif bekerja dari
sebelah kiri (sebelah air) ke arah sebelah kanan (sebelah tanah) dan juga
tekanan aktif bekerja dari sebelah kanan ke sebelah kiri dinding. Untuk
kasus ini, pengabaian tekanan hidrostatik untuk kedua sisi dinding
tekanan aktif pada kedalaman z dapat diberikan sebagai :

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

pa = [γ.L1 + γ’.L2 + γ’(z – L1 – L2)].Ka (3)

Juga, tekanan pasif pada kedalaman z adalah :

pp = γ’.(z – L1 – L2).Kp (4)

Dimana:

Kp = koefisien tekanan pasif Rankine = tan²(45 + ϕ/2)

Maka dengan menggabungkan persamaan (3) dan (4), tekanan lateral


bersih dapat ditentukan sebagai :

p = pa – pp = (γ.L1 + γ’.L2).Ka – γ’(z – L1 – L2).(Kp – Ka)

= p2 – γ’(z – L).(Kp – Ka) (5)

Dimana: L = L1 + L2

Tekanan bersih p menjadi sama dengan nol pada kedalaman L3 di bawah


garis galian;

atau p2 – γ’(z – L).(Kp – Ka) = 0

𝑃2
atau (z – L) = L3 = (6)
𝛾′(𝐾𝑝−𝐾𝑎)

Dari persamaan sebelumnya, terlihat bahwa kemiringan (slope) garis


distribusi tekanan bersih DEF adalah 1 vertikal dengan (Kp – Ka)
horisontal. Sehingga di dalam diagram,

HB = p3 = L4.(Kp – Ka). γ’ (7)

Pada dasar dinding turap, tekanan pasif (pp) bekerja dari kanan ke kiri
dan tekanan aktif bekerja dari kiri ke kanan, sehingga pada z = L + D

pp = (γ.L1 + γ’.L2 + γ’.D).Kp (8)

Pada kedalaman yang sama,

pa = γ’.D.Ka (9)

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

Maka, tekanan lateral bersih pada dasar dinding turap adalah :

pp – pa = p4 = (γ.L1 + γ’.L2).Kp + γ’.D.(Kp – Ka)

= (γ.L1 + γ’.L2).Kp + γ’.L3(Kp – Ka) + γ’.L4.(Kp – Ka)

= p5 + γ’.L4.(Kp – Ka) (10)

Dimana :

p5 = (γ.L1 + γ’.L2).Kp + γ’.L3.(Kp – Ka) (11)

D = L3 + L4 (12)

Untuk kestabilan dinding turap, prinsip statika sekarang dapat digunakan,

Σ gaya – gaya horisontal per satuan panjang dinding = 0 dan Σ momen


per satuan panjang dinding pada titik B = 0

Jumlah dari seluruh gaya-gaya horisontal adalah :

Luas ACDE pada diagram tekanan - luas EFHB + luas FHBG = 0

Atau P – ½.p3.L4 + ½.L5.(p3 + p4) = 0 (13)

Dimana :

P = luas ACDE pada diagram tekanan

Penjumlahan momen ke titik B dari seluruh gaya-gaya menjadi :

P.(L4 + z ) – (½.p3.L4).(L4/3) + ½.L5.(p3 + p4).(L5/3) = 0 (14)

Dari persamaan (13),

(15)

Dengan menggabungkan persamaan (6), (10), (14), dan (15) dan


kemudian menyederhanakan persamaan tersebut secara bersama-sama,
maka akan diperoleh sebuah persamaan berderajat-4 dalam L4.

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

(16)

Dimana :

(17)

(18)

(19)

(20)
2.1.1. Prosedur menentukan diagram tekanan
Dimana dinding turap kantilever (cantilever sheet pile wall)
direncanakan untuk mampu menahan tegangan efektif dan
tegangan hidrostatik (perbedaan tinggi muka air).
Berdasarkan teori yang diberikan sebelumnya, berikut ini
adalah langkah-langkah prosedur untuk menentukan diagram
tekanan yang dibutuhkan untuk mendapatkan kedalaman
pemancangan dinding turap kantilever dengan muka air tanah
pada tanah pasir berdasarkan buku Braja M.Das, yaitu :
1. Ka = tan² (45o – ϕ/2) (21)
Kp = tan² (45o + ϕ/2) (22)
Beberapa perencana biasanya menggunakan faktor keamanan
dalam menentukan koefisien tekanan tanah pasif dimana
faktor keamanan (FK) = 1,5 – 2,0.
2. p1 = γ.L1.Ka
p2 = (γ.L1 + γ’.L2).Ka

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

Dimana: γ’ = γ sat - γ w
3. L3 = z – L
4. P = gaya luar
P = ½.p1.L1 + p1.L2 + ½ .(p2 – p1).L2 + ½ .p2.L3 (23)
5. Diambil pada titik E
(24)
6. p5 = (γ.L1 + γ ‘.L2).Kp + γ‘.L3.(Kp - Ka)

7.

8.
Dengan cara trial and error dalam menghitung L4
9. p4 = pp – pa = p5 + γ’.L4.(Kp – Ka)
10. p3 = L4.(Kp – Ka).γ’
11. Gaya horisontal = 0 maka P – ½ .p3.L4 + ½ .L5.(p3 + p4) = 0,

12. Maka diagram distribusi tekanan dengan mudah dapat


digambarkan.
13. Menentukan kedalaman teoritis D = L3 + L4. Kedalaman
aktual pemancangan dinding turap dapat ditentukan dengan
menaikkan besaran kedalaman teoritis sebesar 20% – 30%.
2.1.2. Momen lentur maksimum
Variasi diagram momen untuk dinding turap kantilever
diperlihatkan pada Gambar 2.4.(b). Momen maksimum akan
terjadi antara titik E dan F’. Untuk menentukan momen
maksimum (Mmax) per satuan panjang dinding, maka terlebih
dahulu harus ditentukan sebuah titik dimana gaya geser (gaya
lintang) sama dengan nol. Dengan memakai suatu acuan jarak

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

baru z’ (dengan titik asal pada E) untuk gaya geser sama dengan
nol berlaku :
P = ½ .(z’)2.(Kp – Ka).γ’ , atau

(25)
Sekali titik dimana gaya geser sama dengan nol dapat
ditentukan F’’ pada Gambar 2.4.(a), maka besarnya momen
maksimum dapat diperoleh :
Mmax = P.( z + z’) – [½ . ’.z’ 2.(Kp – Ka)].(1/3 . z’) (26)
Ukuran profil dinding turap yang dibutuhkan kemudian
dapat dibuat dengan mengacu kepada tegangan lentur izin bahan

yang digunakan, atau (27)

Dimana :

S = modulus penampang (section modulus) dinding turap yang


dibutuhkan per satuan panjang struktur.
𝜎all = tegangan lentur ijin tiang turap.
2.1.3. Dinding turap kantilever dengan keadaan khusus
Berikut ini dua macam kasus khusus yang berkenaan
dengan tidak adanya muka air tanah dan kantilever bebas akan
memperlihatkan adanya perubahan formulasi matematis atas
besaran-besaran untuk menentukan L4.
2.1.3.1. Dinding turap tanpa muka air tanah
Jika tidak terdapat muka air tanah, maka diagram
tekanan tanah bersih akan menjadi seperti yang
ditunjukkan oleh Gambar 2.5., yang sebenarnya
merupakan modifikasi dari Gambar 2.4.

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

Gambar 2.5. Dinding turap kantilever tanpa muka air


tanah pada pasir

Berikut ini adalah langkah-langkah prosedur untuk


menentukan diagram tekanan yang dibutuhkan untuk
mendapatkan momen maksimum, section modulus sheet
pile dan kedalaman pemancangan dinding turap kantilever
tanpa muka air tanah pada tanah pasir:

1. Ka = tan2(45° – ϕ/2)
Kp = tan2(45° + ϕ/2)
Beberapa perencana biasanya menggunakan faktor
keamanan dalam menentukan koefisien tekanan tanah
pasif dimana faktor keamanan (FK) = 1,5 – 2,0.
2. p2 = γ.L.Ka (28)

3.
4. P = gaya luar
P = ½.p2.L + ½.p2.L3 (29)
5. Diambil pada titik E

(30)

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

6. p5 = γ.L.Kp + γ.L3.(Kp – Ka) (31)

7. (32)

(33)

(34)

(35)

8. (36)
Dengan cara trial and error untuk menghitung L4.
9. p4 = pp – pa = p5 + γ.L4.(Kp – Ka) (37)
10. p3 = L4.(Kp – Ka).γ (38)

11. (39)
12. Maka diagram distribusi tekanan dengan mudah
dapat digambarkan.
13. Mengadopsi axis z’ baru pada titik E untuk geser = 0

P = ½ .(z’)2.(Kp – Ka).γ  (40)

14. M max = P.( z + z’) – [½ .γ.z’ 2.(Kp – Ka)].(1/3 . z’) (41)


15. Dimensi minimum dinding turap
ditentukanberdsrkan section modulus sheet pile.

16. Menentukan kedalaman teoritis D = L3 + L4.


Kedalaman aktual pemancangan dinding turap dapat

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

ditentukan dengan menaikkan besaran kedalaman


teoritis sebesar 20% – 30%.
2.1.3.2. Dinding turap ujung bebas
Pada Gambar 2.6. diperlihatkan sebuah dinding
turap kantilever yang ujungnya bebas tertanam pada pasir
yang menderita beban garis P per satuan panjang dinding.

Gambar 2.6. Free Cantilever Sheet Pile Wall pada pasir


Berikut ini adalah langkah-langkah prosedur untuk
menentukan diagram tekanan yang dibutuhkan untuk
mendapatkan momen maksimum dan kedalaman
pemancangan dinding turap kantilever berujung bebas
pada tanah pasir :
1. Ka = tan² (45° – ϕ/2)
Kp = tan² (45° + ϕ/2)

Beberapa perencana biasanya menggunakan faktor


keamanan dalam menentukan koefisien tekanan
tanah pasif dimana FK = 1,5 – 2,0.

2. Kedalaman pemancangan :

(42)

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

Dengan cara trial & error untuk menghitung D.

3. (43)

4. (44)

5. (45)

2.2. Dinding turap kantilever pada tanah lempung


Dalam beberapa kasus, dinding turap kantilever terletak di lapisan
tanah lempung yang mempunyai kohesi taksalur (undrained cohesion), c
(konsep ϕ = 0). Diagram tekanan bersih akan sedikit berbeda daripada
yang diperlihatkan pada Gambar 2.4.(a). Gambar 2.7. memperlihatkan
sebuah dinding turap yang terletak di lapisan tanah lempung dengan
bahan isian di belakang dinding turap adalah tanah pasir yang terletak di
atas garis galian. Misalkanlah permukaan air terletak pada kedalaman L1
di bawah puncak dinding turap. Sebagaimana sebelumnya, dengan
menggunakan persamaan (1) dan (2), intensitas tekanan tanah bersih p1
dan p2 dapat dihitung, sehingga diagram untuk distribusi tekanan tanah
di atas permukaan garis galian dapat digambarkan.

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

Gambar 2.7. Dinding turap kantilever dengan muka air tanah pada
tanah lempung

Sedangkan diagram untuk distribusi tekanan tanah bersih di


bawah permukaan garis galian dapat ditentukan sebagai berikut :

Pada kedalaman z yang lebih besar dari L1 + L2 dan di atas titik rotasi
(titik O pada Gambar 2.1.(a), tekanan aktif (pa) dari kanan ke kiri dapat
dinyatakan dengan,

pa = γ.L1.Ka + γ’.L2.Ka + γ sat.(z – L1 – L2).Ka – 2.c .√Ka (46)

Dimana: Ka = koefisien tekanan tanah aktif Rankine dengan ϕ = 0, maka


Ka = 1.

Dengan cara yang sama, tekanan pasif (pp) dari kiri ke kanan dapat
dinyatakan sebagai :

pp = γsat.(z – L1 – L2).Kp + 2.c.√Kp (47)

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

Dimana :

Kp = koefisien tekanan tanah pasif Rankine dengan ϕ = 0, maka Kp = 1

Maka tekanan bersih menjadi:

p6 = pp – pa = [γsat.(z – L1 – L2).Kp + 2.c.√Kp]

– [γ.L1.Ka + γ’.L2.Ka + γ sat.(z – L1 – L2).Ka – 2.c.√Ka]

= 4.c – (γ.L1 + γ’.L2) (48)

Pada dasar dinding turap, tekanan pasif dari kanan ke kiri adalah :

pp = γ.L1.Kp + γ’.L2.Kp + γ sat.D.Kp + 2.c. .√Kp (49)

Dengan cara yang sama, tekanan aktif dari kiri ke kanan adalah :

pa = γsat.D.Ka – 2.c. .√Ka (50)

Maka tekanan bersih menjadi :

p7 = pp – pa = γ.L1.Kp + γ’.L2.Kp + γsat.D.Kp + 2.c. .√Kp]

– [γ sat.D.Ka – 2.c. .√Ka]

= 4.c + (γ.L1 + γ’.L2) (51)

Untuk menganalisa kesetimbangan, ΣFH = 0 (yaitu luas diagram tekanan


ACDE – Luas EFIB + Luas GIH = 0) , atau

P1 – [4.c – (γ.L1 + γ’.L2)].D + ½ .L4.[4.c – (γ.L1 + γ’.L2) + 4.c + (γ.L1


+ γ’.L2)] = 0

Dimana : P1 = luas diagram tekanan ACDE

Dengan menyederhanakan persamaan sebelumnya maka diperoleh :

(52)

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

Momen diambil di titik B, ΣMB = 0 atau

(53)

Dimana: z1 = jarak dari pusat tekanan pada diagram ACDE diukur dari
permukaan garis galian.

Dengan menggabungkan persamaan (52) dan (53) didapat :

(54)

Dengan menyelesaikan persamaan ini maka dapat diperoleh D yaitu


kedalaman penetrasi ke dalam lapisan lempung yang dibutuhkan oleh
dinding turap.

2.2.1. Prosedur menentukan diagram tekanan


Berdasarkan teori yang diberikan sebelumnya, berikut ini
adalah langkah-langkah prosedur untuk menentukan diagram
tekanan yang dibutuhkan untuk mendapatkan kedalaman
pemancangan dinding turap kantilever dengan muka air tanah
pada tanah lempung :
1. Ka = tan2(45 – ϕ/2) untuk tanah isian (backfill)
2. P1 = γ.L1.Ka
P2 = (γ.L1 + γ’.L2).Ka
3. Menghitung P1 dan z
P1 = luas diagram tekanan ACDE

Z1 = jarak titik berat diagram tekanan ACDE diukur dari


permukaan dredge line.

4. Menentukan harga Dteoritis :

5. Dengan cara trial & error untuk menghitung Dteoritis.

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

Untuk analisa keseimbangan, Σ FH = 0,


luas diagram tekanan ACDE – luas EFIB + luas GIH = 0, atau

P – [4.c – (γ.L1 + γ’.L2)].D + ½


.L4.[4.c – (γ.L1 + γ’.L2) + 4.c + (γ.L1 + γ’.L2)] = 0 
6. Menghitung p6 dan p7.
p6 = 4.c – (γ.L1 + γ’.L2) p7 = 4.c + (γ.L1 + γ’.L2)
7. Maka diagram distribusi tekanan dengan mudah dapat
digambarkan.
8. Menentukan kedalaman teoritis D = L3 + L4. Kedalaman
aktual pemancangan dinding turap dapat ditentukan dengan
menaikkan besaran kedalaman teoritis sebesar 40% – 60%.
2.2.2. Momen lentur maksimum
Terlihat pada Gambar 2.7., momen maksimum (yaitu
momen di titik dimana gaya geser sama dengan nol) akan terjadi
di antara L1 + L2 < z < L1 + L2 + L3. Dengan menggunakan
sistem koordinat z’ (z’ = 0 pada garis galian) gaya geser menjadi :

P1 – p6.z’ = 0

Atau

(55)

Besarnya momen maksimum kemudian dapat dihitung


dengan rumus :

(56)

Dengan diketahuinya momen lentur maksimum, maka


modulus penampang dapat dihitung dari persamaan (27) untuk
selanjutnya menentukan profil dinding turap yang diperlukan.

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

2.2.3. Dinding turap kantilever dengan keadaan khusus


Berikut ini dua macam kasus khusus yang berkenaan
dengan tidak adanya muka air tanah dan kantilever bebas akan
memperlihatkan adanya perubahan formulasi matematis atas
besaran-besaran untuk menentukan panjang penanaman turap
pada tanah lempung.
2.2.3.1. Dinding turap tanpa muka air tanah
Jika tidak terdapat muka air tanah, maka diagram
tekanan tanah bersih akan menjadi seperti yang
ditunjukkan oleh Gambar 2.8.

Gambar 2.8. Dinding turap kantilever tanpa muka air


tanah pada tanah lempung

Berikut ini adalah langkah-langkah prosedur untuk


menentukan diagram tekanan yang dibutuhkan untuk
mendapatkan momen maksimum, section modulus sheet
pile dan kedalaman pemancangan dinding turap
kantilever tanpa muka air tanah pada tanah lempung :

1. Hitung Ka untuk tanah granular (backfill)


2. p2 = γ.L.Ka
3. Gaya luar

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

P1 = ½ .L.p2 = ½ .γ.L².Ka
4. Menentukan harga D teoritis :

5. Dengan cara trial and error untuk menghitung


Dteoritis.

6. Menghitung p6 dan p7.


p6 = pp – pa = [γ.(z – L).Kp+ 2.c.] – [γ.L.Ka + γ.(z –
L).Ka – 2.c.] = 4.c – γ.L
p7 = pp – pa = [γ.L.Kp + γ.D.Kp + 2.c.] – [γ.D.Ka –
2.c.] = 4.c + γ.L
7. Diagram distribusi tekanan dengan dapat
digambarkan.
8. Momen maksimum (geser = 0) akan terjadi diantara
L < z < L + L3.
Dengan menggunakan sistem koordinat yang baru, z’
(z’=0 pada dredge line) untuk geser = 0.
P1 – p6.z’ = 0 atau

9.

10.
Dimensi minimum dinding turap ditentukan
berdasarkan section modulus sheet pile.
Dimana : S = section modulus dari sheet pile
𝜎all = tegangan lentur dari sheet pile
11. Menentukan kedalaman teoritis D = L3 + L4.
Kedalaman aktual pemancangan dinding turap dapat
ditentukan dengan menaikkan besaran kedalaman
teoritis sebesar 40% – 60%.

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

2.2.3.2. Dinding turap ujung bebas


Pada Gambar 2.9. diperlihatkan sebuah dinding
turap kantilever yang ujungnya bebas tertanam pada
lempung yang menderita beban garis P per satuan panjang
dinding.

Gambar 2.9. Free Cantilever Sheet Pile Wall pada tanah


lempung

Berikut ini adalah langkah-langkah prosedur untuk


menentukan diagram tekanan yang dibutuhkan untuk
mendapatkan momen maksimum dan kedalaman
pemancangan dinding turap kantilever berujung bebas
pada tanah lempung :

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

2.3. Langkah-langkah prosedur dalam perhitungan turap kantilever


Cantilever sheet pile wall direncanakan untuk mampu menahan
tegangan efektif dan tegangan hidrostatik (perbedaan tinggi muka air).
Adapun langkah-langkah prosedur dalam perhitungan turap kantilever
secara umum adalah sebagai berikut :
1. Penggambaran kondisi eksisting
2. Penggambaran rencana diagram distribusi tekanan tanah & beban
surcharge
3. Koefisien tekanan tanah (Ka dan Kp)
4. Tegangan-tegangan ( ’v ; ’h) dan gaya-gaya (P) serta momen (M)
yang bekerja baik pada kondisi aktif maupun pada kondisi pasif
5. Kedalaman pemancangan turap teori dan aktual
Tanah non kohesif Daktural = dinaikkan sebesar 20 - 30% dari Dteori
Tanah Kohesif Daktual = dinaikkan sebesar 40 – 60% dari Dteori
6. Panjang total turap yang diperlukan
7. Maka diagram distribusi tekanan yang sebenarnya dapat digambarkan
8. Momen maksimum (Mmax)
9. Dimensi minimal ditentukan berdasarkan section modulus sheet pile
(S)

Adapun cara menentukan kedalaman turap kantilever berdasarkan


jumlah momen ke titik putar sama dengan nol, yaitu :

D = .........

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

daerah tinggi titik aktif titik pasif luasan titik berat jarak ke C Momen ke C
(m) ton/m2 ton/m2 t/m m m tm
I

II

Sedangkan cara menentukan kedalaman turap kantilever berdasarkan


metode Blumn, yaitu :

T = 1,2 s/d 1,3


Z
T = 1,2 s/d 1,3 Z

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

BAB III
DINDING TURAP BERJANGKAR

Bilamana pemancangan terlalu dalam maka tidak ekonomis. Jika tinggi


material timbunan di belakang turap kantilever lebih dari 6 m maka lebih
ekonomis jika di bagian atas turap kantilever diberi anchor plates, anchor walls
atau anchor piles. Adanya anchor akan mengurangi kedalaman penetrasi sheet
pile dan mengurangi luas permukaan dan tinggi sheet pile yang diperlukan
konstruksi, tetapi tie rod dan anchor harus didesain dengan sangat hati-hati.
Adapun perencanaan turap berjangkar meliputi :

1. Menentukan dalamnya pemancangan


2. Menentukan besarnya gaya pada jangkar
3. Merencanakan profil turap yang ekonomis

Cara analisa adalah berdasarkan keadaaan dan sifat tumpuan pada bagian
bawah pemancangan yang dapat bersifat jepit atau tumpuan. Oleh sebab itu
terdapat dua metode :

1. Free earth support method


2. Fixed earth support method
3.1. Metode perletakan bebas (free earth support)

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

Gambar 3.1. Variasi defleksi dan momen pada dinding turap berjangkar
dengan metode perletakan bebas

3.1.1. Metode perletakan bebas (free earth support) pada pasir


Gambar 3.2. menunjukkan sebuah dinding turap
berjangkar dengan tanah di belakang turap adalah pasir dan juga
tiang turap disorong ke dalam tanah pasir. Batang penguat (tie
rod) menghubungkan dinding turap dengan jangkar ditempatkan
pada kedalaman L1 di bawah puncak turap.

Gambar 3.2. Dinding turap berjangkar pada pasir

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

Diagram distribusi tekanan bersih di atas garis galian akan


sama seperti yang ditunjukkan pada materi dinding turap
kantilever dengan muka air tanah pada pasir.

Pada kedalaman z = L1, p1 = γ.L1.Ka (1)

dan pada z = L1 + L2, p2 = (γ.L1 + γ’.L2)Ka (2)

Di bawah garis galian, tekanan bersih akan sama dengan


nol pada kedalaman z = (L1 + L2 + L3). Hubungan untuk L3
dapat diberikan dengan persamaan :

p2 – γ’(z – L).(Kp – Ka) = 0

atau

(z – L) = L3 =

Pada kedalaman z = (L1 + L2 + L3 + L4), tekanan bersih


dapat diberikan sebagai : p8 = γ’ (Kp – Ka) L4 (4)

Perlu dicatat bahwa kemiringan garis DEF adalah 1


vertikal ke γ’(Kp – Ka) horisontal.

Untuk kesetimbangan dinding turap,

Σ gaya-gaya horisontal = 0, dan Σ momen di titik O’ = 0.

(Catatan: Titik O’ terletak pada batang penguat jangkar)

Dengan menjumlahkan gaya-gaya dalam arah horisontal (per


satuan panjang dinding), Luas diagram tekanan ACDE – luas
EBF – F = 0

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

Dimana F = gaya tarik pada batang penguat per satuan


panjang dinding turap, atau P – ½ L4 – F = 0 Atau F = P – ½
[γ’(Kp – Ka)] L42 (5)

Dimana P = luas diagram tekanan ACDE

Dengan momen pada titik O’, maka :

– P[(L1 + L2 + L3) – ( z + l1)] + ½ [ ’(Kp – Ka)].L42.(l2 + L2 +


L3 + 2/3 L4) = 0

Atau

(6)

Persamaan di atas dapat diselesaikan dengan cara trial and error


untuk mendapatkan kedalaman teoretis (L4).

Maka kedalaman teoretis penetrasi sama dengan Dteori = L3 + L4

Kedalaman teoretis dinaikkan sekitar 30% – 40% untuk


mendapatkan kedalaman yang diaktualkan pada pekerjaan
konstruksi.

Daktual = 1,30 sampai 1,40 Dteori. (7)

Langkah demi langkah pada prosedur yang diajukan sebelumnya,


faktor keamanan dapat dipakaikan pada Kp pada permulaan
perhitungan yaitu, Kp(rencana) = Kp/FK. Jika ini dipakai, maka
tidak perlu penambahan kedalaman teoritis.

Momen maksimum pada turap akan terjadi pada kedalaman


diantara z = L1 ke z = L1 + L2. Kedalaman z ini merupakan
kedalaman pada gaya geser sama dengan nol, sehingga momen
maksimum dapat dihitung dengan persamaan berikut :

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

(8)

Kalau nilai z telah ditentukan, maka besaran momen maksimum


dapat dengan mudah diperoleh.

3.1.2. Metode perletakan bebas (free earth support) pada tanah


lempung
Gambar 3.3. menunjukkan sebuah turap berjangkar yang
ditanamkan pada lapisan lempung, sedangkan tanah dibelakang
turap adalah tanah granular. Diagram distribusi tekanan di atas
garis galian adalah mirip dengan dinding turap kantilever dengan
muka air tanah pada tanah lempung.

Gambar 3.3. Dinding turap berjangkar pada tanah lempung

Distribusi tekanan bersih di bawah garis galian dapat


diberikan sebagai :

p6 = 4c – (γ.L1 + γ’.L2) (9)

Untuk kesetimbangan statik, penjumlahan gaya-gaya dalam arah


horisontal adalah:

F = P1 – p6 . D (10)

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

Dimana:

P1 = luas diagram tekanan ACD

F = gaya jangkar per satuan panjang dinding turap.

Kembali dengan mengambil momen di titik O’

P1.(L1 + L2 – l1 – z1 ) – p6.D.(l2 + L2 + D/2) = 0

Dengan menyederhanakan persamaan di atas maka persamaan


berikut dapat diturunkan,

(11)

Kedalaman teoretis penetrasi, D dapat ditentukan dari persamaan


di atas.

Sebagaimana dalam bagian sebelumnya, momen maksimum


dalam kasus ini akan terjadi pada kedalaman L1 < z < L1 + L2.

Kedalaman dimana gaya geser sama dengan nol (berarti momen


akan menjadi maksimum) dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan :

3.2. Metode perletakan jepit (fixed earth support)


Asumsi-asumsi yang digunakan :
a. Karena diasumsikan ujung bawah dinding turap terjepit sempurna,
kurva perpindahan dinding turap berbelok pada titik I dan lurus pada
titik B.
Dinding turap dipancang cukup dalam sehingga tersedia cukup tanah
dibawah galian dasar (dredge line) yang memberikan kekangan pada
ujung bawah dinding turap.

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

Gambar 3.4. Variasi defleksi dan momen pada dinding turap berjangkar
dengan metode perletakan jepit

3.2.1. Metode perletakan jepit (fixed earth support) pada pasir


Dalam menggunakan metode perletakan jepit (fixed earth
support), diasumsikan bahwa kaki dinding turap tidak
diperbolehkan mengalami rotasi (terjepit), seperti diperlihatkan
pada Gambar 3.4.

Diagram distribusi tekanan lateral bersih untuk kondisi ini


juga diperlihatkan pada gambar yang sama. Di dalam solusi
metode ini, bagian bawah dari diagram distribusi tekanan yaitu
HFH’GB digantikan oleh sebuah beban terpusat P’. Untuk
menghitung L4, sebuah penyelesaian sederhana yang disebut
dengan solusi balok ekivalen (equivalent beam solution)
umumnya digunakan. Untuk memahami solusi balok ekivalen ini,
perhatikanlah titik I, yang merupakan titik perubahan bentuk
defleksi dinding turap. Pada titik ini, kepala tiang dapat
diasumsikan sebagai sendi sehingga momen lentur menjadi nol.
Jarak vertikal antara titik I dan garis galian adalah sama dengan
L5. Blum (1931) telah memberikan solusi matematis antara L5
dan L1 + L2. [Gambar 3.5(d)] adalah hasil plot L5/(L1+L2) vs.
sudut geser tanah (ϕ).

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

Gambar 3.5. Dinding turap berjangkar dengan metode perletakan jepit


(fixed earth spport) pada pasir

Dengan mengetahui nilai ϕ dan L1 + L2, maka besar L5


dapat ditentukan. Bagian turap [Gambar 3.5(c)] di atas titik I
dapat diperlakukan sebagai sebuah balok yang menahan tekanan
lateral tanah melalui gaya jangkar F (kN/m) dan gaya geser P’’

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

(kN/m). Gaya geser P’’ dapat dihitung dengan mengambil


momen di titik O’ (yaitu tepat di kedudukan jangkar). Sekali nilai
P’’ diketahui, maka panjang L4 dapat diperoleh dengan
mengambil momen di titik H (lihat diagram bawah dari [Gambar
3.5(c)]). Kedalaman penetrasi D, kemudian dapat ditentukan
sebagai 1.2 sampai 1.4 (L3+L4).

3.2.2. Prosedur menentukan kedalaman pemancangan


Berikut ini langkah-langkah untuk menghitung kedalaman
pemancangan dinding turap akan diberikan seperti halnya
langkah-langkah yang sudah diterangkan sebelumnya.
1. Menentukan Ka dan Kp
2. Menghitung p1 dan p2
3. Menghitung L3
4. Menentukan L5 dengan menggunakan [Gambar 3.5(d)]
5. Menghitung p2’’ [Gambar 3.5(c)]
6. Menggambarkan distribusi tekanan untuk bagian turap yang
berada diatas I, seperti diperlihatkan pada [Gambar 3.5(c)].

Untuk diagram yang digambar pada Langkah 6, ambil momen di


titik O’ untuk menghitung P’’.

7. Dengan mengetahui P’’, gambarkan diagram distribusi tekanan


untuk bagian turap yang berada di antara titik I dan H, seperti
pada [Gambar 3.5(c)]. Perlu dicatat bahwa dalam diagram ini
p2’’’ adalah sama dengan γ' (Kp – Ka)(L4).
8. Untuk diagram pada Langkah 8, ambillah momen di titik H
untuk menghitung L4.
9. Menghitung D = 1,2 hingga 1,4 Dteori.
3.3. Macam – macam penjangkaran
Jangkar yang digunakan pada turap secara umum dapat di bagi
sebagai berikut :
1. Plat dan balok (balok berat) jangkar
2. Batang penguat di belakang turap (tie backs)

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

3. Tiang jangkar vertikal


4. Balok jangkar yang didukung oleh tiang-tiang miring (tekan dan
tarik)

Plat dan balok jangkar biasanya terbuat dari beton jadi


[Gambar3.6.a]. Jangkar dihubungkan ke turap dengan menggunakan
batang penguat (tie rods). Sebuah waling wale ditempatkan pada bagian
depan atau belakang turap untuk memudahkan penempatan batang
penguat pada dinding turap. Untuk mencegah batang penguat berkarat,
biasanya batang ini dilapisi dengan cat atau bahan-bahan dari aspal.

Pada waktu pemasangan batang-batang penguat di belakang


turap, batang atau kabel ditempatkan di dalam lubang-lubang yang dibor
terlebih dahulu [Gambar 3.6.b], lalu digruting dengan beton (kabel
biasanya berkekuatan tinggi atau tendon baja prategang). Gambar 3.6.c
dan 3.6.d menunjukkan tiang jangkar vertikal dan balok jangkar dengan
tiang-tiang miring.

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

3.4. Langkah-langkah prosedur dalam menghitung turap berjangkar


Adapun langkah-langkah prosedur dalam perhitungan turap kantilever
adalah sebagai berikut :
1. Kedalaman pemancangan (Do)
2. Dimensi dinding turap
- Dicari Mmax
- Dianggap sheet pile di tumpu pada dua titik perletakan

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

rol (kondisi1), sendi (kondisi 2 Metoda Free Earth Support )


dan jepit (kondisi 3 Metoda Fix Earth Support )

3. Menentukan letak tumpuan jangkar (a)


- Diasumsikan a = 0.3 – 0.45 (H + Dteori) dari ujung atas turap
- Bila dijumpai mat maka letak jangkar ditempatkan lebih kurang
0.30 m di atas muka air rata-rata. Hal ini agar spy konstruksi
jangkar tdk cepat rusak akibat karat dan jangkar umumnya
menderita beban tarik.
4. Dimensi batang jangkar (tie rod)
Umumnya tie rod dibuat dari baja sehingga diperlukan luas tie rod
(As). Gaya jangkar sama dengan rekasi tumpuan di A (F). Beban
pada batang jangkar (F) = Fa x b (jarak).

5. Letak papan jangkar


- Umumnya berada diluar daerah longsoran aktif

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

- Kedalaman papan angker berada dibwh top-soil & tidak


dipengaruhi cuaca
- Kedalaman papan angker minimum 0.80 m
6. Konstruksi penjangkaran

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

BAB IV
DIMENSI TURAP

Untuk menentukan dimensi turap kita harus terlebih dahulu mencari


momen maksimum (Mmax). Kemudian dengan rumus dibawah ini kita akan
mendapatkan nilai section modulus (s).

𝑀𝑚𝑎𝑥
𝑠=
𝜎̅

Dimana : 𝜎̅ = tegangan ijin baja.

Berdasarkan nilai section modulus kita dapat menentukan profil baja


yang akan digunakan untuk dinding turap yang kita desain. Dibawah ini
merupakan contoh table profil baja tipe Z beserta tegangan ijinnya (𝜎̅) .

Type of Steel Allowable stress

ASTM A-328 170 MN/m2

ASTM A-572 210 MN/m2

ASTM A-690 210 MN/m2

Tabel 4.1. Tegangan ijin baja (𝜎̅)

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

Tabel 4.2. Dimensi profil turap baja

Apabila menggunakan dinding turap dari beton untuk menentukan


dimensinya adalah sebagai berikut :

4.1. Section Modulus for Concrete


Mmaks dari perhitungan turap = Mlayan
Multimit = 1,60 x Mmaks x lebar dinding turap
Mtahanan = ϕ . Mn
Dimana : Mn = momen nominal = momen teoritis

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

Φ = 0,80 ( balok lentur tulangan tangkap )


Mtahanan > Multimit
S = Mnperlu/f’c
S = 1/6.b.t2

4.2. Perhitungan Papan Turap


Data papan turap :
Mutu beton K … : fck’ = kgf/cm2 = MPa
Konversi ke kuat tekan silinder :
𝑓𝑐𝑘′
fc’ = [0,76 + 0,2 log (15 𝑀𝑃𝑎)] 𝑓𝑐𝑘′ = MPa
0,05
β1 = 0,85 - 7𝑀𝑃𝑎(fc’ – 30 MPa) Jika 30 MPa < fc’ < 58 MPa

= 0,65 Jika fc’ ≥ 58 MPa


Regangan tekan beton maksimum : 𝜀 c = 0,003
Berat volume beton berulang : γc = ….. kN/m3
Modulus elastistias beton : Ec = 4700√𝑓𝑐 ′ . 𝑀𝑃𝑎 = ….. MPa
Mutu baja tulangan : fy = ….. MPa
Modulus elastisitas baja : Es = …… MPa
Tebal papan turap : ……. mm
Lebar papan turap : ……. mm
Papan turap bertulang rangkap dengan diameter ϕp : ……. mm
Jumlah tulangan tarik : ntar = …… batang
Luas tulangan tarik : As = ntar . 0,25 . 𝜋 . ϕp2 = ……
mm2
Jumlah tulangan tekan : ntar = ntekan
Selimut beton : d’ = selimut beton + ϕbeugel + 0,5
ϕp
Tebal efektif papan turap : d = tpt – d’ = ……. mm
Jarak bersih tulangan :
𝑏𝑝𝑡 −(𝑛𝑡𝑎𝑟 −1)ϕp−2d′
𝑆𝑝𝑡 = = ….. mm > 25 mm (OK!)
𝑛𝑡𝑎𝑟 −1

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

4.3. Analisis Perhitungan


Asumsi : tulangan tekan belum leleh pada momen ultimit
(0,85.fc’.bpt.β1).c2 + (600MPa.As’ – As.fy).c – 600MPa.d’.As’ = 0
Diperoleh : c = …… mm > d’ = …… mm (tulangan ganda)
Tegangan pada tulangan tekan :
𝑐−𝑑′
fs’ = . 600 𝑀𝑃𝑎 = ….. MPa < fy = 400 MPa (OK!)
𝑐

Tinggi blok tekan beton : a = β1.c = ….. mm


Cek keseimbangan :
Ts = As . fy = ….. kN
Cs = As’.fs’ = …… kN
Cc = 0,85.fc’.a.bpt = ….. kN
ΣN = 0  Ts – Cs – Cc ≈ 0 (OK!)
Momen nominal : Mn.pt = cc.(d – 0,5a) + Cs.(d – d’) = …. kNm
Momen tahanan : MR.pt = 0,8. Mn.pt = ……. kN.m
Mmaks = …… (dari hasil perhitungan turap)
Momen rencana :
Mu.pt = 1,6.Mmaks.bpt = …… kN.m < MR.pt = ….. kN.m (OK!)

4.4. Alternatif menggunakan Turap Precast Prestressed


a. Precast prestressed concrete flat sheet pile
𝑀𝑢.𝑝𝑡
Momen nominal yang diperlukan sebesar Mn perlu = = …..
0,8

Gunakan turap rata beton prategang pracetak (precast prestressed


concrete flat sheet pile) ukuran 50 x 32 tipe G yang misalnya
mempunyai momen nominal sebesar 26,62 ton.

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

b. Precast prestressed concrete corrugated sheet pile


𝑀𝑢.𝑝𝑡
Mn perlu = = …..
0,8

Misalkan momen retak untuk momen nominal sebesar Mn perlu =


24,379 ton.m sebesar
24,379−22,18
(10,68 − 9,48) = 10,074ton .m
24,379−22,18

c. Gunakan turap bergelombang beton prategang pracetak (Precast


prestressed concrete corrugated sheet pile) tipe W-325A 1000 yang
mempunyai momen retak sebesar 11,40 ton.m

Catatan :

Cara menentukan dimensi turap pada dinding turap berjangkar sama


seperti cara untuk menentukan dimensi turap pada dinding turap
kantilever.

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA
REKAYASA FONDASI 2

MARSUDI UTOMO | D1011141035


TEKNIK SIPIL | UNIVERSITAS TANJUNGPURA

Anda mungkin juga menyukai