Anda di halaman 1dari 22

Universitas

Tadulako
Civil
Engineering ‘15
BAB I

KONSTRUKSI TURAP

(Sheet Pile)

1.1 LANDASAN TEORI


A. Pengertian Dinding Turap
Dinding turap adalah dinding vertikal relatif tipis yang berfungsi kecuali
untuk menahan tanah, juga berfungsi untuk menahan masuknya air ke dalam
lubang galian.
Karena pemasangan yang mudah dan biaya pelaksanaan yang relatif murah,
turap banyak digunakan pada pekerjaan-pekerjaan, seperti: penahan tebing galian
sementara, bangunan-bangunan di pelabuhan, dinding penahan tanah, bendungan
elak dan lain-lain. Bila tanah yang ditahan dangkal, maka cukup digunakan turap
kantilever. Namun, bila kedalaman tanah yang ditahan sangat dalam, maka harus
digunakan turap diangker. (Hary Cristady, 2011)

B. Tipe-Tipe Turap
Tipe turap dapat dibedakan menurut bahan yang digunakan. Bahan turap
tersebut bermacam-macam, contohnya: Kayu, beton bertulang, dan baja.

1. Turap Kayu
Turap kayu digunakan untuk dinding penahan tanah yang tidak begitu tinggi,
karena tidak kuat menahan beban-beban lateral yang besar. Turap ini tidak
cocok digunakan pada tanah berkerikil, karena turap cenderung pecah bila
dipancang. Bila turap kayu digunakan untuk bangunan permanen yang berada
diatas muka air, maka perlu diberikan lapisan pelindung agar tidak mudah
lapuk. Turap kayu digunakan pada pekerjaan-pekerjaan sementara, misalnya
untuk penahan tebing galian. Bentuk susunan turap kayu dapat dilihat pada
gambar dibawah :

Planks
piles

Splined Tongue and rouge


piles piles

Gambar 1.1 Tipe-tipe Turap Kayu


Nur Ngaini
1
Universitas
Tadulako
Civil
Engineering ‘15
2. Turap Beton
Turap beton merupakan balok-balok beton yang telah dicetak sebelum
dipasang dalam bentuk tertentu. Balok-balok turap dibuat saling mengkait satu
sama lain seperti pada gambar. Masing-masaing balok, kecuali dirancang kuat
menahan beban-beban yang bekerja pada turap, juga terhadap beban-beban
yang akan bekerja pada waktu pengangkutannya. Ujung bawah turap dibentuk
meruncing untuk memudahkan pemancangan.

500 – 800 mm

Gambar 1.2 Tipe Turap Beton

3. Turap Baja
Turap baja seperti pada gambar sangat umum digunakan, karena lebih
menguntungkan dan mudah penggunannya. Keuntungan-keuntungannya antara
lain sebagai berikut :

a. Turap baja kuat menahan gaya-gaya benturan pada saat pemancangan


b. Bahan turap ralatif tidak begitu berat
c. Turap dapat digunakan berulang-ulang
d. Turap baja mempunyai keawetan yang tinggi
e. Penyambungan mudah, bila kedalaman turap besar

Nur Ngaini
2
Universitas
Tadulako
Civil
Engineering ‘15
Tabel. 1 Tegangan Ijin Baja

Tipe Baja Tegangan ijin (lb/in2 (MN/m2)

ASTM A – 328 25.000 170

ASTM A – 572 30.000 120

ASTM A - 690 30.000 120

(a) (b)

(c)

Gambar 1.3 Tipe Turap Baja

C. Jenis dan Metode Konstruksi Turap


Pada prinsipnya, perencanaan dinding turap dapat dibagi menjadi dua jenis,
yaitu: (a) dinding cantilever (cantilver walls) dan (b) dinding berjangkar
(anchored walls). Turap dengan dinding cantilever, sebagaimana dinyatakan
dalam namanya adalah tiang yang ujungnya tertahan oleh tanah sehingga seolah-
olah tergantung. Stabilitas turap jenis ini sangat tergantung pada panjang
penanaman tiang. Sedangkan turap berjangkar, disamping ujungnya tertanam, di
sekitar ujung lainnya dipasang jangkar yang akan memberikan gaya tarik
melawan kecenderungan tiang turap terdorong ke arah yang berlawanan dengan
tanah.
Dalam metode konstruksi tiang turap terdapat beberapa cara, yaitu pertama
dengan meletakkannya di dalam tanah yang terlebih dahulu digali lalu kemudian
diisi kembali dengan tanah isian, dan yang kedua dengan memancangkannya ke
dalam tanah, kemudian tanah di depannya digali. Atau dalam hal konstruksi
dermaga, tiang turap dipancangkan dalam air hingga mencapai tanah, kemudian
tanah isian diberikan di belakangnya. Dalam banyak kasus tanah isian yang

Nur Ngaini
3
Universitas
Tadulako
Civil
Engineering ‘15
diletakkan di belakang dinding turap biasanya adalah tanah granular. Sementara
tanah di bawah garis penggalian bisa tanah pasir atau lempung. Permukaan tanah
pada sebelah dimana air berada biasanya diacu sebagai garis galian (dredge line).
Berdasarkan hal ini terdapat dua macam metode konstruksi turap, yaitu (a)
struktur urugan (backfilled structure) dan (b) struktur galian (dredged structure).
Langkah-langkah pelaksanaan struktur urugan diperlihatkan pada Gambar 1.4
dan struktur galian pada Gambar 1.5.

Gambar 1.4 Langkah-langkah konstruksi untuk struktur urugan

Gambar 1.5 Langkah-langkah konstruksi untuk struktur galian

Konstruksi dinding turap, yaitu :

1. Dinding Turap Kantilever


Dinding turap cantilever biasanya direkomendasikan untuk dinding dengan
ketinggian sedang, berkisar 6 m atau kurang di atas garis galian. Pada dinding
ini, turap berprilaku seperti sebuah balok lebar cantilever di atas garis galian.
Nur Ngaini
4
Universitas
Tadulako
Civil
Engineering ‘15
Prinsip dasar untuk menghitung distribusi tekanan tanah lateral tiang turap
cantilever dapat dijelaskan dengan bantuan Gambar 1.6, yang menunjukkan
prilaku leleh dinding cantilever yang tertanam pada lapisan pasir di bawah garis
galian. Dinding berputar pada titik O. Oleh karena adanya tekanan hidrostatik
pada masing-masing sisi dinding, maka tekanan ini akan saling menghilangkan,
dengan demikian yang diperhitungkan hanya tekanan tanah lateral efektif saja.
Pada Zona A, tekanan lateral hanyalah tekanan tanah aktif saja yang berasal dari
tanah sebelah di atas garis galian. Sementara pada Zona B, oleh karena
pelenturan dinding di daerah ini, maka bekerja tekanan tanah lateral aktif dari
bagian tanah sebelah atas garis galian dan tekanan tanah pasif di bawah garis
galian di sebelah air. Kondisi pada Zona B ini akan berkebalikan dengan Zona C,
yaitu di bawah titik rotasi O. Distribusi tekanan tanah bersih ditunjukkan pada
Gambar 1.6 (b), namun untuk penyederhanaan biasanya Gambar 1.6 (c) akan
digunakan dalam perencanaan. (Braja M.Das,

Gambar 1.6 Tiang turap cantilever tertanam pada pasir

2. Dinding Turap Diangker


Dinding turap diangker cocok untuk menahan tebing galian yang dalam,
tetapi masih juga bergantung pada kondisi tanah (pada gambar b). Dinding
turap ini menahan beban lateral dengan mengandalkan tahanan tanah dengan
dibantu oleh angker yang dipasang pada bagian atasnya. Kedalaman turap
menembus tanah bergantung pada besarnya tekanan tanah. Untuk dinding

Nur Ngaini
5
Universitas
Tadulako
Civil
Engineering ‘15
turap yang tinggi diperlukan turap baja dengan kekuatan tinggi. Stabilitas dan
tegangan-tegangan pada turap yang diangker bergantung pada banyak faktor,
misalnya kekakuan relatif bahan turap, kedalaman penetrasi turap, kemudah-
mampatan tanah, kuat geser tanah, keluluhan angker dan lain-lainnya. (Harry
Cristadi, 2011)

Untuk

H H H > 11m

Digunakan 2
Batang
Pengikat

(a) (b)
Gambar 1.7 (a) Tipe dinding turap kantilever, (b) Tipe dinding turap diangker.

D. ANALISIS PERHITUNGAN
1. Turap Kantilever (Cantilever Sheet Pile)
a) Kasus pada tanah pasir.

Gambar 1.8 Turap Kantilever pada pasir

Nur Ngaini
6
Universitas
Tadulako
Civil
Engineering ‘15

Gambar 1.9 Turap Kantilever pada pasir (a) Diagram tekanan tanah dan (b) Variasi momen

Tekanan aktif pada kedalaman z=L1


P1=γ L1 K a (Pers. 9.1, Braja M.Das. Hal
444)

Dimana:

γ = Berat isi tanah

ϕ
K a = Koefisien tekanan tanah aktif Rankine = tan 2(45− )
2

Tekanan aktif pada kedalaman z=L1 + L2


P2=(γ L1 +γ ' L1 ) K a (Pers. 9.2, Braja M.Das. Hal
444)

Dimana:

γ' = Berat isi efektif = γ sat −γ w

Untuk menentukan besarnya tekanan bersih di bawah garis galian dan di atas titik
0, harus dipertimbangkan tekanan tanah aktif dan pasif pada kedua sisi dinding
turap.

Dengan mengabaikan tekanan hidrostatik, tekanan tanah aktif pada kedalaman z,


maka:

Pa = ( L1 + L2 + ’(z – L1 – L2))Ka (Pers. 9.3, Braja M.Das. Hal 444)

Nur Ngaini
7
Universitas
Tadulako
Civil
Engineering ‘15

Tekanan tanah pasif:

Pp = ’ (z – L1 – L2) Kp
(Pers. 9.4, Braja M.Das. Hal 444)

Dimana:
Kp = tan2 (45 + /2)

Untuk mendapatkan tekanan besih (P)


P = Pa – Pp = ( L1 + L2)Ka - Pp = ’ (z – L1 – L2) Kp (Kp – Ka)

P = P2 - ’ (z – L) (Kp – Ka) (Pers. 9.5, Braja M.Das. Hal 444)

Dengan: L = L1 + L2

Tekanan bersih (P) sama dengan nol pada kedalaman L3 dibawah garis galian
(dredged line), sehingga:
P = P2 - ’ (z – L) (Kp – Ka) = 0

Atau:

(z – L) = L3 = P2/(’ (Kp – Ka)) (Pers. 9.6, Braja M.Das. Hal 444)

Dari persamaan sebelumnya, terlihat bahwa kemiringan (slope) garis distribusi


tekanan bersih DEF adalah 1 vertikal dengan (Kp – Ka) horizontal. Sehingga di
dalam diagram:

P3 = L4 (Kp – Ka) ’
(Pers. 9.7, Braja M.Das. Hal 445)

Pada dasar tiang turap, tekanan pasif (Pp) bekerja dari sisi kanan ke kiri dan tekanan
tanah aktif (Pa) bekerja dari sisi kiri ke kanan, sehingga pada z=L+ D .

Pp = ( L1 + ’L2 + ’ D ) (Pers. 9.8, Braja M.Das. Hal 445)

Pada kedalaman yang sama

Pa = ’ D Ka (Pers. 9.9, Braja M.Das. Hal 445)

Nur Ngaini
8
Universitas
Tadulako
Civil
Engineering ‘15
Maka dengan mengombinasikan Pers. 9.8 dan 9.9, tekanan lateral bersih dapat
ditentukan sebagai berikut:

Pp – Pa = P4 = ( L1 + ’L2 ) Kp + ’ D (Kp – Ka)

= ( L1 + ’L2 ) Kp + ’L3 (Kp – Ka) + ’L4 (Kp – Ka)

= P5 + ’L4 (Kp – Ka) (Pers. 9.10, Braja M.Das. Hal 445)

Dimana:

P5 = (( L1 + ’L2 ) Kp + ’L3 (Kp – Ka)


(Pers. 9.11, Braja M.Das. Hal 445)

D = L3 + L4 (Pers. 9.12, Braja M.Das. Hal 445)

Untuk kestabilan turap, prinsip statika dapat digunakan,

Σ gaya-gaya hirozontal per satuan panjang dinding = 0 Dan,

Σ Momen per satuan panjang dinding pada titik B = 0

Jumlah dari seluruh gaya-gaya horizontal adalah,

Luas ACDE pada diagram tekanan – Luas EFHB + luas FHBG = 0

atau

1 1
P− p3 L4 + L5 ( P3 + P4 )=0 (Pers. 9.13, Braja M.Das. Hal 445)
2 2

Dari persamaan 9.13:

P 3 L4 −2 P
L5 = (Pers. 9.14, Braja M.Das. Hal
P3 + P 4
445)

Dengan mengombinasikan Pers. (9.7), (9.10), (9.14), dan (9.15) dan kemudian
menyederhanakan mereka secara bersama-sama, maka akan diperoleh sebuha
persamaan berderajat 4 dalam L4.

Nur Ngaini
9
Universitas
Tadulako
Civil
Engineering ‘15
4 3 2
L4 + A1 L4− A 2 L4 − A3 L4− A 4=0 (Pers. 9.16, Braja M.Das. Hal 446)

Dimana:

A1 = P5/(Kp3 – Ka3) 3’ A3 = 6P(2z’ (Kp3 – Ka3) + P5/(3’)2 (Kp3 – Ka3)2

A2 = 8P/(Kp3 – Ka3) 3’ A4 = P (6z P5 + 4P/(3’)2 (Kp3 – Ka3)2

Menghitung Momen Lentur Maksimum

Momen maksimum akan terjadi antara titik E dan F’. Untuk menentukan momen
maksimum Mmax per satuan panjang dinding, maka terlebih dahulu harus
ditentukan sebuah titik dimana gaya geser (gaya lintang) sama dengan nol. Dengan
memakai suatu acuan jarak baru z’ (dengan titik asal E) untuk gaya geser sama
dengan nol berlaku,

z'
¿
¿
1
P= ¿
2

Atau,

z'=
√ 2P
( K P −K a )γ '
(Pers. 9.21, Braja M.Das. Hal 447)

Pada gaya geser sama dengan nol dapat ditentukan F”, maka besarnya momen
maksimun dapat diperoleh sebagai berikut,

M Max =P ( ź+ z' ) −


[ 1 ' '2
2 ][ ]
γ z ( K P− K a)
1
3
z' (Pers. 9.22, Braja M.Das. Hal 447)

Ukuran profil tiang turap yang dibutuhkan kemudian dapat dibuat dengan mengacu
kepada tegangan lentur izin bahan yang digunakan, atau

M Max
S= (Pers. 9.23, Braja M.Das. Hal 447)
σ all

Dimana:

Nur Ngaini
10
Universitas
Tadulako
Civil
Engineering ‘15
S = Modulus penampang (section modulus) tiang turap yang dibutuhkan per
satuan panjang struktur

σ all = Tegangan lentur ijin tiang turap

b) Kasus pada tanah lempung


Dalam beberapa kasus, tiang turap cantilever harus disorongkan ke dalam
lapisan lempung yang mempunyai kohesi taksalur (undrained cohesion), c
(konsep f = 0). Diagram tekanan bersih akan agak berbeda daripada yang
diperlihatkan pada Gambar 7(a). Gambar 10 memperlihatkan sebuah dinding
turap yang disorongkan ke dalam lempung dengan bahan isian di belakang
turap adalah tanah granular yang terletak di atas garis galian. Misalkanlah
permukaan air terletak pada kedalaman L1 di bawah puncak turap.
Sebagaimana sebelumnya, dengan menggunakan Pers. (1) dan (2), intensitas
tekanan tanah bersih p1 dan p2 dapat dihitung, sehingga diagram untuk
distribusi tekanan tanah di atas permukaan garis galian dapat digambarkan.

Gambar 1.10 Tiang turap cantilever tertanam pada lapisan lempung

Sedangkan diagram untuk distribusi tekanan tanah bersih di bawah


permukaan garis galian dapat ditentukan sebagai berikut.

Pada kedalaman z yang lebih besar dari L1 + L2 dan di atas titik rotasi,
tekanan aktif (Pa) dari kanan ke kiri dapat dinyatakan dengan,

Nur Ngaini
11
Universitas
Tadulako
Civil
Engineering ‘15
pa=[ γ L1 +γ ' L2 +γ sat ( z−L1−L2 ) ] K a−2c √ K a

(Pers. 9.40 Braja M. Das. Hal. 453)

Dimana, K a = koefisien tekanan tanah aktif Rankie, dengan ϕ=0 ,


besarnya akan menjadi nol.

Dengan cara yang sama, tekanan pasif ( p p ) dari kiri ke kanan dapat
diberikan sebagai,

p p=γ sat ( z−L1−L2 ) K P +2 c √ K P (Pers. 9.41 Braja M. Das. Hal. 453)

Dimana, Kp = koefisien tekanan tanah pasif Rankie; dengan ϕ=0, besarnya


akan menjadi nol.

Maka, tekanan bersih menjadi

p6= p p −p a=[ γ sat ( z −L1 −L2) + 2 c ]

−[ γ L1 +γ ' L2 +γ sat ( z−L1−L2 ) ] +2 c

'
γ L1 + γ L2
(Pers. 9.42 Braja M. Das. Hal. 453)
¿ 4 c−¿

Pada dasar turap, tekanan pasif dari kanan ke kiri adalah,

p p=( γ L1 +γ ' L2 +γ sat D ) +2 c (Pers. 9.43 Braja M. Das. Hal. 453)

Dengan cara yang sama, tekanan aktif dari kiri ke kanan adalah,

pa=γ sat D−2 c (Pers. 9.44 Braja M. Das. Hal. 454)

Maka tekanan bersih menjadi,

'
p7= p p −p a=4 c +( γ L1 +γ L2) (Pers. 9.45 Braja M. Das. Hal. 454)

Untuk analisis kesetimbangan, Σ F H =0 (yaitu luas diagram tekanan ACDE-


luas EFIB + luas GIH = 0) atau,

1
[ ] [
P1− 4 c−( γ L1 + γ ' L2 ) D + L 4 4 c−( γ L1+ γ ' L2) +4 c+(γ L1+ γ ' L2) =0
2 ]

Nur Ngaini
12
Universitas
Tadulako
Civil
Engineering ‘15
Dimana P1 = luas diagram tekanan ACDE

Dengan menyederhanakan persamaan sebelumnya maka diperoleh

D [ 4 c−(γ L1 +γ ' L2 ) ]−P1


L4= (Pers. 9.46 Braja M.
4c
Das. Hal. 454)

Sekarang ambillah momen di titik B, Σ M B =0 , atau

D2 1 L
'
2 2 3 ( )
P1 ( D+ ź 1 ) −[ 4 c−( γ L1 +γ L2) ] + L4 ( 8 c ) 4 =0

(Pers. 9.47 Braja M. Das. Hal. 454)

Dimana, ź 1 = jarak dari pusat ke tekanan pada diagram ACDE diukur dari
permukaan garis galian.

Dengan mengombinasikan Pers. (9.46) dan (9.47) dapat diturunkan.

P1 ( P1 +12 c ź 1)
D 2 [ 4 c−( γ L1+ γ ' L2) ]−2 D P1−
( γ L1+ γ' L2) +2 c
(Pers. 9.48 Braja M. Das. Hal. 454)

Dengan menyelesaikan persamaan ini maka dapat diperoleh D, yaitu kedalam


penetrasi ke dalam lapisan lempung yang dibutuhkan oleh turap.
[[

Menghitung Momen Maksimum

Dengan merujuk pada gambar 1.10, momen maksimum (yaitu momen di titik
dimana gaya geser sama dengan nol) akan terjadi antara L1 + L2 < z < L1 + L2 +
L3. Dengan menggunakan sistem koordinat z’ (z’ = 0 pada garis galian) gaya geser
menjadi,

P1
P1− p6 z =0
'
atau z'= (Pers.9.49 Braja M. Das. Hal. 455)
p6

Besarnya momen maksimum kemudian dapat dihitung dengan rumus,

' p 6 z' 2
M max=P 1 ( z + ź 1) − (Pers.9.50 Braja M. Das. Hal. 455)
2
Nur Ngaini
13
Universitas
Tadulako
Civil
Engineering ‘15
Dengan diketahui momen lentur maksimum, maka modulus penampang dapat
dihitung dari pers 9.23, Braja M.Das. Hal 447, untuk selanjutnya menentukan profil
tiang turap yang diperlukan.

2. Turap Angker
a. Kasus pada Pasir
 Free earth support pada tanah pasir

Diagram tegangan tanah sama dengan turap kantilever. Jangkar dipasang pada
kedalaman l1 di bawah muka tanah.

σ ' 1 =γ L1 K a

σ ' 2 =( γ L1+ γ ' L2 ) K a

σ '2
L 3= '
γ ( K p−K a )

Nur Ngaini
14
Universitas
Tadulako
Civil
Engineering ‘15
Pada kedalaman z = L1 + L 2 + L 3 + L 4

σ ' 8=γ ' ( K p −K a) L4 (Pers. 9.65, Braja M.Das. Hal 462)

Syarat kestabilan :

Jumlah gaya horisontal, ∑ H =0


Jumlah Momen , ∑ MO '=0

Catatan : Titik rotasi O’ berada pada di bawah batang jangkar.

Luas diagram tegangan ACDE – luas EBF – F = 0

Dimana F adalah tegangan dalam batang jangkar / satuan panjang dinding.

P–½ L4 . σ ' 8−F=0

' 2
F = P – ½ γ ( K p −K a ) L4 (Pers. 9.66, Braja M.Das. Hal
462)

Dimana, P = luas diagram ACDE.

∑ M =0

(Pers. 9.67, Braja M.Das. Hal 462)

Dengan cara coba-coba, didapat L4

Didapat kedalaman teoritis, Dteoritis = L3 + L4

Daktual= 1,3 s/d. 1.4 Dteoritis

Momen maksimum teoritis terletak antara z =L1 danz =L1 + L2

Nur Ngaini
15
Universitas
Tadulako
Civil
Engineering ‘15
Jumlah gaya geser di atas z=0 untuk posisi momen maksimum. Jadi :

(Pers. 9.69, Braja M.Das. Hal 463)

Dari persamaan ini, didapat z untuk selanjutnya menghitung momen maksimum.


Setelah z didapat, hitung momen maksimum untuk desain turap.

 Fixed earth support pada tanah pasir

Ketika menggunakan turap berjangkar dengan kaki pile terjepit, tidak berputar
digunakan solusi balok ekivalen untuk menghitung L3 dan D. Analog dengan
balok lentur RSTU.T~Fdan S~I (Titik balik).

Ps~P’(Ps=reaksi tumpuan di S jika dipotong RS.)

Gambar Balok kantilever ekivalen

Nur Ngaini
16
Universitas
Tadulako
Civil
Engineering ‘15

Gambar Diagram Tekanan Tanah Lateral Metode Tumpuan Tanah Bebas

untuk turap pada tanah berpasir.

Langkah perhitungan.

1. Tentukan L5 sebagai fungsi dari sudut gesek ϕ , sbb :

2. Hitung panjang span balok ekivalenL’ =l2+L2+L5

3. Hitung beban total span ,W=luas bidang tegangan padaO’s/d.I

4. Hitung momen maksimum,Mmax, =1/8WL’

5. Hitung P’dengan mengambil momen terhadapO’

1
P’ = (momen dari area ACDJI terhadap O’)
L'

(Pers. 9.82, Braja M.Das. Hal 477)

6. Hitung D dengan rumus :

(Pers. 9.83, Braja M.Das. Hal 477)

Nur Ngaini
17
Universitas
Tadulako
Civil
Engineering ‘15
7. Hitung beban jangkar, F, per satuan panjang dinding dengan (ambil momen
tehadap I

1
P’ = (momen dari area ACDJI terhadap I)
L'

b. Kasus pada Lempung

Gambar 1.11 Tiang turap cantilever tertanam pada lapisan lempung

Gambar 1.11 menunjukkan turap angkur yang tertanam pada tanah lempung dan
tanah asli berbutir dibelakang dinding turap. Diagram distribusi tekanan tanah di
bawah dasar galian seperti pada gambar 1.7. Dari persamaan 9.42 distribusi
tekanan bersih di bawah garis galian (dari z=L1 + L2 ke z=L1 + L2+ D
adalah,
'
σ 6 =4 c−(γ L1 +γ L2)

Nur Ngaini
18
Universitas
Tadulako
Civil
Engineering ‘15
Kesetimbangan statis gaya horizontal adalah

P1−σ 6 D=F (Pers. 9.84 Braja M. Das. Hal. 482)

Dimana,

P1 = Luas diagram tekanan ACD

F = Gaya angkur per satuan panjang dinding turap

Keseimbangan momen terhadap titik O’ yaitu

D
(
P1=( L1 + L2−l 1− ź 1 )−σ 6 D l 2+ L2 +
2)=0

Dari persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi,

L
(¿ ¿ 1+ L2−l 1− ź 1)=0
2
σ 6 D +2 σ 6 D ( L1 + L2−l 1 ) −2 P1 ¿

(Pers. 9.85 Braja M. Das. Hal. 485)

Dari persamaan 9.85 dapat dihitung kedalaman teoritis (D)

Menghitung Momen Maksimum

Momen maksimum pada kasus ini terjadi pada kedalaman L1< z< L1 +L2 .
Kedalaman terjadinya momen maksimum dimana gaya geser = 0, dapat ditentukan
berdasarkan persamaan 9.69.

 Perhitungan Tahanan tanah ultimate dari angkur “Plates and beam”


Teng (1962) memberikan metode untuk menentukan tahanan ultimate angkur
yang terletak dekat permukaan  tanah pasir

H/h  1,5 – 2 in (lihat gambar 1.12)

Pu

Nur Ngaini
19
Universitas
Tadulako
Civil
Engineering ‘15

Gambar 1.12 Tahanan tanah ultimate dari angkur

Metode Ovesen dan Stormann (1972) digunakan untuk menentukan daya


dukung ultimit.

W = H . t .  concrete

1
W + γ H 2 Ka sin φ
2
1
γ H2
Kp sin  = 2

Berdasarkan dari grafik 6.37 (b) untuk  = 30° dan Kp sin  = 0,0502, sehingga
diperoleh nilai Kp cos  = 3,552.

1
Pu = 2  H2 (Kp cos  – Ka cos )

Asumsi tanah pasir dengan  = 30° adalah loose sand (Cov = 14).

[ ]
Cov+1
H
Cov+
P’u (s) = n P’u

Be = 0,19 (H + h) + B

Pu = P’u (s) . Be

P ' u (s)
P all = Fs  diambil Fs = 2 - 4.
P all
s’ = F

 Menentukan Jarak antar angkur dan panjang pengangkuran Turap


1. Hitung tekanan tanah yang diijinkan (Pall)
Pu
Pall ¿ Dimana : Pu = tahanan ultimate dari angkur
FS
FS = faktor keamanan

2. Menghitung spasi antar angker


Pall
S’ =
T

Nur Ngaini
20
Universitas
Tadulako
Civil
Engineering ‘15
3. Menentukan panjang pengangkuran Turap

Gambar 1.13 Sketsa penempatan angkur

a. Hitung besar sudut ϕ1dan ϕ2


ϕ
ϕ1= 45 +
2
ϕ
ϕ2= 45 -
2

b. Hitung panjang a’ dan b’


L+ D
Tan ϕ1=
a'
H
Tan ϕ2 =
b'

c. Hitung panjang pengangkuran = a’ + b’


W = H . t .  concrete

1
W + γ H 2 Ka sin φ
2
1
γ H2
d. Kp sin  = 2

Nur Ngaini
21
Universitas
Tadulako
Civil
Engineering ‘15
d. Berdasarkan dari grafik 6.37 (b) untuk  = 30° dan Kp sin  = 0,0502,
sehingga diperoleh nilai Kp cos  = 3,552.
1
Pu = 2  H2 (Kp cos  – Ka cos )

f. Asumsi tanah pasir dengan  = 30° adalah loose sand (Cov = 14).

[ ]
Cov+1
H
Cov+
P’u (s) = n P’u

P ' u (s)
e. P all = Fs  diambil Fs = 2 - 4.

P all
f. s’ = F

g. Be = 0,19 (H + h) + B
h. Pu = P’u (s) . Be
i. P all = F . Fs . S’
j. Check:
Pu
P all >1

Nur Ngaini
22

Anda mungkin juga menyukai