Anda di halaman 1dari 16

BAB VIII

STABILITAS LERENG

Suatu permukaan tanah yang miring dengan sudut tertentu terhadap bidang horisontal dan tidak
dilindungi, dinamakan sebagai lereng tak tertahan (unrestrained slope). Lereng ini dapat terjadi secara alamiah
atau buatan. Bila permukaan tanah tidak datar, maka komponen tanah yang sejajar dengan kemiringan lereng
akan menyebabkan tanah begerak ke arah bawah seperti Gambar 8.1. Jika komponen berat tanah tersebut
cukup besar maka kelongsoran lereng dapat terjadi, yaitu : tanah dalam zona (a b c d e a) dapat mengelincir ke
bawah. Dengan kata lain, gaya dorong (driving force) melampaui gaya berlawanan yang berasal dari kekuatan
geser tanah sepanjang bidang longsor.
Faktor yang perlu dilakukan dalam pemeriksaan keamanan lereng alamiah, lereng galian dan lereng
timbunan adalah : menghitung dan membandingkan tegangan geser yang terbentuk sepanjang permukaan retak
yang paling mungkin dengan kekuatan geser tanah yang bersangkutan. Proses ini dinamakan stabilitas lereng
(slope stability analisys).

Gambar 8.1 Kelongsoran lereng

8-1 Angka Keamanan


Umumnya angka keamanan didefinisikan sebagai :

FS  f (8.1)
d
dimana :
Fs = angka keamanan terhadap kekuatan tanah
f = kekuatan geser rata-rata dari tanah
d = tegangan geser rata-rata yang bekerja sepanjang bidang kelongsoran

1
Kekuatan geser tanah terdiri dari dua komponen, yaitu : kohesi dan geseran yang dituliskan sebagai berikut :
f = c +  tan  (8.2)
dimana :
c = kohesi
 = tegangan normal rata-rata pada permukaan bidang longsor
 = sudut geser-dalam tanah

Dengan cara yang sama didapatkan :


d = cd +  tan d (8.3)
dimana :
cd = kohesi
 = tegangan normal rata-rata pada permukaan bidang longsor
d = sudut geser yang bekerja sepanjang garis kelongsoran

Dengan memasukkan persamaan (8.2) dan (8.3) ke persamaan (8.1) didapatkan :


f c   tan
FS   (8.4)
d c d   tand

Dapat diketahui bahwa angka keamanan dalam tanah (Fs) dipengaruhi oleh angka keamanan terhadap kohesi
(Fc) dan angka keamanan terhadap sudut geser (F) sehingga dapat didefinisikan sebagai berikut :
c
Fc  (8.5)
cd
tan
F  (8.6)
tand

Perbandigan persamaan (8.4), (8.5) dan (8.6) menghasilkan harga Fc = F, harga tersebut memberikan angka
keamanan terhadap kekuatan tanah, dengan kata lain :
c tan
Fc  F   (8.7)
c d tand
Atau dapat ditulis :
Fs = Fc = F (8.8)
Fs = 1, maka lereng dalam keadaan akan longsor, umumnya untuk merencanakan stabilitas lereng harga Fs = 1,5.

8-2 Cara Menstabilkan Lereng


Pada prinsipnya, cara yang dipakai untuk menjadikan lereng supaya lebih aman (dari bahaya longsor)
dapat dibagi dalam dua golongan yaitu :
1. Memperkecil gaya penggerak atau momen penggerak
Gaya atau momen penggerak dapat diperkecil hanya dengan cara merubah bentuk lereng yang bersangkutan
dengan cara sebagai berikut :
a) membuat lereng lebih datar, yaitu : mengurangi sudut kemiringan
b) memperkecil ketinggian lereng
Umumnya cara ini hanya dapat dipakai pada lereng yang ketinggiannya terbatas, yaitu : kelongsoran bersifat
“rotational slide”. Cara ini kurang cocok untuk lereng yang tinggi yang kelongsorannya bersifat : translation
slide.
2. Memperbesar gaya perlawanan atau momen perlawanan
Gaya perlawanan atau momen perlawanan dapat ditabah dengan beberapa cara sebagai berikut :
a) Memakai “counterweight”, yaitu : tanah timbunan pada kaki lereng
Dengan menambah tanah timbunan pada kaki lereng sehingga momen perlawanan bertambah besar
dibandingkan dengan momen penggerak dan faktor keamanan mejadi lebih besar. Cara ini mudah
dilakukan asal ada tempat pada kaki lereng yang dipakai untuk keperluan ini dan tipe kelongsoran
berupa “rotational”
b) mengurangi tekanan air pori (u)
Dengan membuat selokan secara teratur (drainage) pada lereng akan dapat mengurangi tegangan air
pori pada tanah. Dengan demikian kekuatan geser tanah () akan naik dan gaya perlawanan
kelongsoran akan naik. Cara ini dapat dipakai dengan baik pada kelongsoran bersifat rotational maupun
translational
c) cara mekanis dengan memasang tiang atau membuat dinding penahan
cara ini dapat dipakai pada lereng atau kelongsoran yang agak kecil. Umumnya pada lereng yang tinggi,
tekanan dari tanah yang longsor sangat besar sekali dibandingkan dengan gaya yang dapat ditahan oleh
dinding atau tiang sehingga dinding atau tiang tersebut tidak akan berpengaruh.
Tiang atau dinding penahan akan berpengaruh bila diletakkan (bekerja) pada sesuatu yang keras/teguh,
misalnya : lapisan batuan di bawah tanah yang longsor. Dinding atau tiang yang dipasang pada tanah
yang masih dapat bergerak tentu tidak akan berpengaruh.
d) cara injeksi
kadang-kadang lereng dapat dijadikan lebih stabil dengan cara diinjeksi, yaitu : bahan kimia atau semen
dipompa melalui pipa supaya masuk ke dalam lereng yang bersangkutan. Cara ini hanya dapat dipakai
bilamana lereng terdiri dari tanah dengan daya rembesan yang tinggi (permeable). Bahan injeksi tidak
dapat dimasukkan ke dalam lereng dari lepung atau lanau karena daya rembesan terlampau kecil.

8-3 Cara Perhitungan Kelongsoran Lereng


Pada prinsipnya, cara yang dipakai untuk perhitungan kelongsoran lereng ada dua, yaitu :
a) Prosedur massa (mass procedure)
Dalam hal ini, massa tanah yang berada di atas bidang gelincir diambil sebagai satu kesatuan. Prosedur
ini berguna bila tanah yang membentuk talud dianggap homogen.
b) Metode irisan (methode of slices)
Pada prosedur ini, tanah yang berada di atas bidang gelincir dibagi menjadi beberapa irisan-irisan
pararel tegak. Stabilitas dari tiap-tiap irisan dihitung secara terpisah. Metode ini lebih teliti karena tanah
yang tidak homogen dan tekanan pori dapat dimasukkan dalam perhitungan.

3
Salah satu prosedur perhitungan metode irisan seperti Gambar 8.2 berikut :

Gambar 8.2 Analisis stabilitas lereng dengan metode irisan dan gaya yang bekerja pada irisan nomor n

Dari gambar di atas dapat di ketahui :


Wn = berat irisan irisan ke-n = An .  = bn.hn.
Pn, Pn+1 = gaya normal yang bekerja pada sisi-sisi irisan
Tn, Tn+1 = gaya geser yang bekerja pada sisi-sisi irisan
R = gaya reaksi sebesar irisan Wn
Nr, Tr = komponen tegak dan sejajar dari gaya reaksi R
Asumsi tegangan air pori (u) = 0, resultante Pn dan Tn = resultante Pn+1 dan Tn+1
Dalam kesetimbangan berlaku :
Nr = Wn . cos n (8.9)

Gaya geser perlawanan berlaku :


 .( Ln ) (c   tan ).( L n )
Tr  d .( L n )  f  (8.10)
Fs Fs

Gaya normal () berlaku :


Nr W cos n
 n (8.11)
L n L n
Kesetimbangan untuk blok ABC pada titik pusat tertentu (O) pada persamaan (8.10) dengan jarak (r) menjadi :
n p n p
1 Wn .r .cos n 
 W .r .sin    F  c 
n n
L n
 tan   ( L n ).(r) (8.12)
n1 n1 s  
atau :
np

  c . L n  Wn .cos  n  tan 
Fs  n 1
np (8.13)
 W .sin 
n 1
n n
Langkah-langkap perhitungan :
1) lereng dibagi menjadi sejumlah segmen-segmen dengan penetapan titik pusat lingkaran (skalatis)
2) diukur harga lebar (b), tinggi (h), sudut kemiringandasar () dan panjang garis longsor (L) lalu dimasukkan
tabel perhitungan untuk tiap segmennya (data : , c dan  dari laboratorium)
3) hitung rumus angka keamanannya, cek apakah dalam angka keamanan yang aman (Fs = 1 atau Fs = 1,5)
4) untuk hasil yang lebih akurat lakukan prosedur tersebut dengan titik pusat yang berbeda.

Contoh analisis stabiltas lereng dengan metode irisan sebagai berikut :

Gambar 8.3 Metode analisis stabilitas lereng dengan metode irisan

Solusi :

5
Soal :

7
Contoh 1 :
Suatu tangki dengan diameter 10 m mengalami beban terbagi rata, q = 150 kN/m². Dasar tangki terletak pada
kedalaman, Df = 1,0 m. Tanah pondasi berupa pasir dianggap homogen, isotropis, sangat tebal dengan berat
volume, b = 16,68 kN/m³, E = 34.335 kN/m² dan  = 0,45. Tentukan penurunan segera yang terjadi di pusat
beban ?
Solusi :
Tekanan pondasi ke tanah (netto) (qn) :
qn = q – Df.b = 150 – (1 . 16,68) = 133,32 kN/m²
Penurunan ditengah-tengah pusat pondasi tangki (Si) :
2.q R 2.133,32.5
Si  n  (1   ²)   (1  0,45²)  0,031 m  3,10 cm
E 34335

b. Pondasi berbentuk persegi panjang :


q B
Si  n  (1   ²).Ip (9.4)
E
dimana :
Si = penurunan segera (m)
qn = tambahan tegangan atau tekanan pondasi neto (kN/m²)
B = lebar area pembebanan (m)
E = modulus elastisitas tanah (modulus young), lihat Tabel 9.1 (kN/m²)
Ip = faktor pengaruh (influence factor) yang tidak berdimensi (lihat Persamaan 9.5 atau Tabel 9.3)
Schleicher (1926) memberikan persamaan faktor pengaruh (Ip) sebagai berikut :

1   1  m²  1  
Ip 
 
 m1 .ln 
 m1
1

 
  ln m1  m1²  1  

(9.5)
   
dimana :
panjang pondasi
m1  , bila m1 = 2, Ip = 0,77 (Ip sudut) (9.6)
lebar pondasi

Tabel 9.3 Faktor pengaruh untuk pondasi (Ip)


Ip
No Bentuk m1 Lentur
Kaku
Tengah-tengah Sudut
1 Bundar - 1,00 0,64 0,79
2 Persegi 1 1,12 0,56 0,88
1,5 1,36 0,68 1,07
2 1,53 0,77 1,21
3 1,78 0,89 1,42
5 2,10 1,05 1,70
10 2,54 1,27 2,10
20 2,99 1,49 2,46
50 3,57 1,8 3,0
100 4,01 2,0 3,43
Grafik 9.2 Faktor pengaruh untuk penurunan di sudut luasan segiempat fleksibel akibat beban terbagi rata
(Terzaghi, 1943)

Contoh 2 :
Suatu pondasi kolom berbentuk empat persegi panjang terletak di atas suatu lapisan pasir yang tebal. Dengan
ukuran pondasi panjang (L) = 2,0 m, lebar (B) = 1,0 m, kedalaman pondasi (D f) = 1,0 m, E = 14.000 kN/m² dan
 = 0,40, apabila kenaikan tekanan bersih (q n) pada pondasi adalah 96 kN/m². Hitunglah penurunan segera di
tengah pondasi dengan menganggap pondasi tersebut kaku?
Solusi :
Faktor pengaruh (Ip) :
m1 = L/B = 2/1 = 2 dan untuk pondasi kaku Tabel 9.3  Ip = 1,21
Penurunan pondasi kolom empat persegi panjang tersebut (Si) :
q B 96.1
Si  n  (1   ²).Ip   (1  0,4²).1,21  0,00697 m  6,97 mm
E 14000

9
c. Beban terbagi rata dengan tebal lapisan tanah (H) terbatas :
Steinbrenner (1934) mengusulkan persamaan penurunan segera untuk luasan berbentuk persegi panjang
yang terletak pada lapisan tanah dengan tebal H pada lapisan keras (Gambar 9.1) adalah sebagai berikut :
q
Si  n  Ip . B (9.7)
E
dimana :
Ip  (1   ²).F1  (1    2. ²).F2 (9.8)
F1 dan F2 koefisien menurut Gambar 9.2
Penurunan segera disembarang titik A pada luasan empat persegi panjang, dinyatakan sebagai berikut :
q
Si  n  (Ip1. B1  Ip2 . B2  Ip3 . B3  Ip4 . B 4 ) (9.9)
E

Pondasi Df
LxB

B
H

Lapisan keras

Gambar 9.1 Penurunan segera untuk beban terbagi rata berbentuk empat persegi panjang dengan kedalaman H

Gambar 9.2 Diagram untuk menentukan harga F1 dan F2 (Steinbrenner, 1934)


Bila lapisan tanah bersifat elastis dan pondasi tidak terletak pada permukaan tanah, koreksi besarnya
penurunan perlu dilakukan. Fox dan Bowles (1977) mengusulkan besarnya angka koreksi sebagai berikut :
Si '   .Si (9.10)

dimana :
Si = penurunan elastis segera pada perhitungan dasar pondasi terletak dipermukaan tanah
Si’ = penurunan elastis yang telah dikoreksi
 = faktor koreksi untuk dasar pondasi pada kedalaman Df (lihat Gambar 9.3)
L,B= dimensi pondasi (panjang dan lebar pondasi)

Gambar 9.3 Faktor koreksi kedalaman untuk penurunan elastis pada pondasi empat persegi panjang
(Fox dan Bowles, 1977)

Janbu, Bjerrum dan Kjaernsli (1956) mengusulkan cara menghitung penurunan segera rata-rata untuk
beban terbagi rata elastis berbentuk empat persegi panjang dan lingkaran dengan harga E yang bervariasi
dan angka poisson () hanya = 0,5, adalah sebagai berikut :
qn .B
Si  i . 0 .    0,50 (9.11)
E

dimana :
Si = penurunan elastis segera rata-rata
0 = faktor koreksi kedalaman pondasi (Df), lihat Gambar 9.4
1 = faktor koreksi untuk lapisan tanah tebal terbatas (H), lihat Gambar 9.4
B = lebar beban terbagi rata untuk luasan empat persegi panjang, atau
= diameter lingkaran pada beban lingkaran
qn = tambahan tegangan netto
E = modulus elastisitas tanah

11
Gambar 9.4 Grafik faktor koreksi kedalaman pondasi (Df) dan tebal lapisan tanah terbatas (H)
(Janbu, Bjerrum dan Kjaernsli 1956)
Contoh 3 :
Suatu pondasi kolom berbentuk empat persegi panjang berukuran 18,30 m x 54,88 m. Beban terbagi rata pada
dasar pondasi diperkirakan sebesar 350 kN/m². Pondasi terletak 1 m di bawah permukaan tanah. Tentukan
besarnya penurunan segera di pusat pondasi dengan cara Steinbrenner dengan data sebagai berikut :

Pondasi :
18,3 m x 54,88 m
qn = 350 kN/m² Df = 1 m Lapisan 1 :
27,44 m
H1= 4 m B = 18,3 m b = 18,84 kN/m³
E = 36788 kN/m²
 = 0,5 A

Lapisan 2 :
b = 18,84 kN/m³
H2= 3 m 27,44 m
E = 29430 kN/m²
 = 0,5
Lapisan keras
9,15 m 9,15 m
Ip  (1   ²).F1  (1    2. ²).F2

Solusi :
Tekanan pondasi ke tanah (netto) (qn) :
qn = q – Df.b = 350 – (1 . 18,84) = 331,16 kN/m²
Pondasi dibagi 4 bagian masing mempunyai lebar B = 18,3/2 = 9,15 m dan panjang L = 54,88/2 = 27,44 m
Karena  = 0,5 maka : Ip = (1 – ²). F1 + (1 –  – 2. ²). F2 = (1 – ²). F1 + 0 = (1 – 0,5²). F1 = 0,75 . F1
Penurunan segera pada lapisan 1 (Si) :
L/B = 27,44 / 9,15 = 3
H/B = 3,0 / 9,15 = 0,33
Dari Gambar 9.2 diperoleh harga F1 = 0,03, sehingga :

qn q 331,16
Si   Ip . B  n  (1   ²).F1. B   (0,75).(0,03).(9,15).4  0,007m
E E 36788
Penurunan segera pada lapisan 2 (Si) :
Asumsi 1 : lapisan 2 mempunyai tebal (H) = 7,0 m dengan E = 29.430 kN/m²
L/B = 27,44 / 9,15 = 3
H/B = (7,0 – 1,0) / 9,15 = 0,66
Dari Gambar 9.2 diperoleh harga F1 = 0,05, sehingga :

qn q 331,16
Si   Ip . B  n  (1   ²).F1. B   (0,75).(0,05  0,03).(9,15).4  0,006m XXX = 0,015
E E 36788
Asumsi 2 : lapisan 1 mempunyai tebal (H) = 4,0 m dengan E = 29.430 kN/m²
L/B = 27,44 / 9,15 = 3
H/B = (3,0) / 9,15 = 0,33
Dari Gambar 9.2 diperoleh harga F1 = 0,03, sehingga :

qn q 331,16
Si   Ip . B  n  (1   ²).F1. B   (0,75).(0,05  0,03).(9,15).4  0,006m
E E 36788

13
Sehingga penurunan segera total (lapisan 1 dan lapisan 2) adalah :

Si = Si 1 + Si 2 = 0,007 + (0,015 - 0,006) = 0,016 m = 1,60 cm


Contoh 4 :
Suatu pondasi lentur dengan panjang, L = 40 m dan lebar, B = 10 m terletak pada kedalaman, Df = 3 m.
Tekanan pondasi ke tanah berupa beban terbagi rata netto, qn = 100 kN/m² dengan kondisi lapisan tanah
sebagai berikut, tentukan penurunan segera rata-rata dengan rumus Janbu dkk apabila harga  = 0,5 ?

Pondasi :
10 m x 40 m
3m qn = 100 kN/m² Df = 3 m
– 3,0 m Lapisan 1 :
B = 10 m E = 20.000 kN/m²
10 m
– 13 m
Lapisan 2 :
5m E = 30.000 kN/m²
– 18 m
Lapisan 3 :
10 m E = 40.000 kN/m²
– 28 m
Lapisan keras

Solusi :
Faktor koreksi kedalaman pondasi (0) :
D/B = 3 / 10 = 0,3
L/B = 40 / 10 = 4
Dari Gambar 9.4a diperoleh harga 0 = 0,96

Penurunan segera pada lapisan 1 (Si) :


L/B = 40 / 10 = 4
H/B = 10 / 10 = 1
Dari Gambar 9.4b diperoleh harga 1 = 0,55, sehingga :

qn .B 100.10
Si (1)  i . 0   0,55.0,96   0,026m
E 20000
Penurunan segera pada lapisan 2 (Si) :
Asumsi 1 : lapisan 2 mempunyai tebal (H) = 15,0 m dengan E = 30.000 kN/m²
L/B = 40 / 10 = 4
H/B = (10 + 5) / 10 = 1,5
Dari Gambar 9.4b diperoleh harga 1 = 0,67, sehingga :

qn .B 100.10
Si (2)  i .  0   0,67.0,96   0,022m
E 30000
Asumsi 2 : lapisan 1 mempunyai tebal (H) = 10,0 m dengan E = 30.000 kN/m²
L/B = 40 / 10 = 4
H/B = (10) / 10 = 1
Dari Gambar 9.4b diperoleh harga 1 = 0,55, sehingga :

qn .B 100.10
Si (3)   i .  0  0,55.0,96   0,018m
E 30000
Penurunan segera pada lapisan 3 (Si) :
Asumsi 1 : lapisan 3 mempunyai tebal (H) = 25,0 m dengan E = 40.000 kN/m²
L/B = 40 / 10 = 4
H/B = (10 + 5 + 10) / 10 = 2,5
Dari Gambar 9.4b diperoleh harga 1 = 0,88, sehingga :

qn .B 100.10
Si (4)  i .  0   0,88.0,96   0,022m
E 40000
Asumsi 2 : lapisan 1 dan 2 mempunyai tebal (H) = 15,0 m dengan E = 40.000 kN/m²
L/B = 40 / 10 = 4
H/B = (10 + 5) / 10 = 1,5
Dari Gambar 9.4b diperoleh harga 1 = 0,67, sehingga :

qn .B 100.10
Si (5)  i .  0   0,67.0,96   0,016m
E 40000
Sehingga penurunan segera total (lapisan 1, lapisan 2 dan lapisan 3) adalah :
Si = Si (1) + (Si (2) – Si (3)) + (Si (4) – Si (5)) = 0,026 + (0,022 – 0,018) + (0,022 – 0,016) = 0,036 m = 36 mm

d. Penurunan segera pada pondasi kaku :


Menurut Schleicher (1926) penurunan segera pada pondasi kaku yeng terletak di permukaan sekitar 7 %
lebih kecil dari penurunan rata-rata dari pondasi lentur dengan dimensi yang sama, sehingga besarnya
penurunan di permukaan kaku adalah sama dengan besarnya penurunan pondasi lentur dikalikan dengan faktor
0,93 dengan lebih detail sebagai berikut :
Si (kaku) = 0,93 x Si (rata-rata lentur)
Si (rata-rata lentur) = 0,85 x Si (di pusat lentur)
Si (kaku) = 0,80 x Si (di pusat lentur)

9-2 Penurunan Konsolidasi (ConsolidationSettlement)


Penurunan akibat beban adalah jumlah penurunan total (S) dari penurunan segera (Si) dan penurunan
konsolidasi (consolidation settlement), sedangkan penurunan konsolidasi masih dibedakan lagi menjadi penurun-
an konsolidasi primer (Sc) dan penurunan konsolidasi sekunder (Ss) atau dapat dinyatakan sebagai berikut :
S = S i + Sc + Ss

15

Anda mungkin juga menyukai