Anda di halaman 1dari 22

TUGAS II

SP HIDROLOGI

DOSEN PENGAMPU :

RISWANDY LOLY PASERU, ST.,MT

Oleh :

Abdullah latif

20160611014121

JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS CENDERAWASIH

FAKULTAS TEKNIK S1 REGULER

JAYAPURA

-2020-
JAWABAN :

1. Pemilihan metode Perhitungan Debit Rencana Metode Analisis Frekuensi debit


banjir:

a. Metode Normal

Dalam pemakaian praktis digunakan rumus umum sebagai berikut :

XT = X + KTS

Keterangan:

XT = hujan rencana dengan periode ulang T tahun



X = nilai rata-rata dari data hujan (X) mm.
S = Standar deviasi dari data hujan (X) mm.
KT = faktor frekuensi, nilainya tergantung dari T (lampiran tabel Variabel Reduksi Gauss)

b. Metode Gumbel
Rumus untuk perhitungan Distribusi Probabilitas Gumbel di bawah ini
XT = X + S x K
dimana :
XT = hujan rencana (mm)_
X = nilai rata-rata dari hujan
S = Standar deviasi dari data hujaN
K = Faktor frekuensi Gumbel : K = Y t – Yn
_______
Sn
Yt = reduced variate (lampiran tabel)
Sn = reduced standar (lampiran tabel)
Yn = reduced mean (lampiran tabel)

Hitung nilai rata-rata ( X )

X = Σ (Xi) n = 1649 n = 164,9


10 10

) Hitung Deviasi Standar (S)


0,5 0,5
_
S = Σ( Xi – X)2 = 26784,9
_______ _______ 10 -1 = 9

S = 54,55

*) Hitung Faktor Frekuensi (K) dan Hujan Rencana (XT)


Dengan jumlah data (n) = 10 maka didapat nilai Sn dan Yn yang diambil dari lampiran :
Sn 0,9971
Yn 0,5070
Nilai Yt yang diambil lampiran
Periode Ulang
Yt
T (tahun)
2 0,3065
5 1,4999
20 2,9702
50 3,9019
100 4,6001

Lalu kemudian hitung hujan rencana untuk periode ulang 2 tahun, 5, 20, 50 dan 100
tahun dengan Yt untuk masing-masing periode ulang dan hasil perhitungannya tertera
dalam tabel di bawah ini;

c. Metode Log Person


Rumus yang digunakan dalam metode Distribusi Probabilitas Log Pearson Type III
adalah sebagai berikut :
Log XT = Log X + (KT x S Log X)
Keterangan rumus :
Log XT = nilai logaritma hujan rencana dengan periode ulang T
Log XT = nilai rata-rata dari log X = Σ Log Xi
0,5
S Log X = Deviasi standar dari Log X =
S Log X = Σ(Log Xi – LogX) 2
_____________
10 -1
KT = Variabel standar, besarnya tergantung koefisien kepencengan (Cs atau G pada tabel
frekuensi KT untuk Distribusi Log Perason Type III)

Contoh Perhitungan!
Untuk contoh perhitungan kita masih gunakan data curah hujan maksimum (Xi) yang
digunakan pada pembahasan sebelumnya dan kita akan coba hitung hujan rencana
periode ulang 2 tahun, 5, 20, 50 dan 100 tahun menggunakan metode Distribusi
Probabilitas Log Pearson Type III

Hitung nilai rata-rata Log X :


____
Log X = Σ Log Xi
______
n

= 21,9711
________
10

n= 2,1971

Hitung S log X (deviasi standar dari Log X)


Pertama cari nilai Cs terlebih dahulu :*) Hitung nilai K T

____
Cs = n x Σ(Log Xi – LogX) 3 10 x 0,00100
_________________ = _________________ S = 0,054

(n-1) (n-2) (S Log X)3 (10-1) (10-2) (0,1369)3


Nilai Cs yang sudah didapat dipakai untuk mencari nilai T pada lampiran Tabel
Frekuensi KT untuk Distribusi Log Pearson Type III, maka didapat :
T = 2 dan Cs = 0,541 maka nilai KT = - 0,018
T = 5 dan Cs = 0,541 maka nilai KT = 0,837
T = 20 dan Cs = 0,541 maka nilai KT = 1,685
T = 50 dan Cs = 0,541 maka nilai KT = 2,108
T = 100 dan Cs = 0,541 maka nilai KT = 2,401
Hujan rencana untuk periode ulang 2 tahun (X2) :
_____
1. Log X2 = Log X + (KT x S Log X) = 2,1971 + (-0,018 x 0,1369)
= 2,1946
X2 = 156,53 mm

Hujan rencana untuk periode ulang 5 tahun (X5) :


_____
Log X5 = Log X + (KT x S Log X) = 2,1971 + (0,837 x 0,1369)
= 2,3116
X5 = 204,92 mm
3. Hujan rencana untuk periode ulang 20 tahun (X 20) :
_____
Log X20 = Log X + (KT x S Log X) = 2,1971 + (1,685 x 0,1369)
= 2,4277
X20 = 267,73 mm
Hujan rencana untuk periode ulang 50 tahun (X50) :
_____
Log X50 = Log X + (KT x S Log X) = 2,1971 + (2,108 x 0,1369)
= 2,4856
X50 = 305,91 mm

Hujan rencana untuk periode ulang 100 tahun (X100) :


_____
Log X100 = Log X + (KT x S Log X) = 2,1971 + (2,401 x 0,1369)
= 2,5257
X100 = 335,50 mm

d. Metode Log Normal


Hujan rencana dengan probabilitas normal
Rumus untuk menghitung hujan rencana dengan probabilitas normal adalah sebagai
berikut :
__
XT = X + KTS

Keterangan rumus :
XT = hujan rencana dengan periode ulang T tahun
_
X = nilai rata-rata dari data hujan (X) mm.
S = Standar deviasi dari data hujan (X) mm.
KT = faktor frekuensi, nilainya tergantung dari T (lampiran tabel Variabel Reduksi
Gauss).
Agar lebih jelas langsung kita masuk dalam perhitungan. Untuk perhitungan kita pakai data curah
hujan maksimum pada pembahasan Distribusi Probabilitas Gumbel. Akan hitung hujan rencana
periode ulang 2 tahun, 5, 20, 50 dan 100 tahun menggunakan metode Probabilitas Normal.
Cara perhitungan nilai rata-rata dan standar deviasi sudah dibahas pada pembahasan
sebelumnya dan sudah terlampir dalam tabel tinggal masukan saja.
*) Kemudian yang dilakukan adalah menghitung nilai KT
Nilai KT berdasarkan nilai T yang diambil dari lampiran tabel Variabel Reduksi Gauss,
nilai T untuk beberapa periode ulang tahun sebagai berikut :
Untuk T = 2 maka nilai KT = 0
Untuk T = 5 maka nilai KT = 0,84
Untuk T = 20 maka nilai KT = 1,64
Untuk T = 50 maka nilai KT = 2,05
Untuk T = 100 maka nilai KT = 2,33

*) Hitung hujan rencana dengan memasukan nilai yang sudah diketahui kedalam rumus
maka ;
Hujan rencana untuk periode ulang 2 tahun (X2) :
__
XT = X + KTS = 164,9 + (0 x 54,55) = 164,9 mm
Hujan rencana untuk periode ulang 5 tahun (X5) :
__
XT = X + KTS = 164,9 + (0,84 x 54,55) = 210,73 mm

Hujan rencana untuk periode ulang 20 tahun (X20) :


__
XT = X + KTS = 164,9 + (1,64 x 54,55) = 254,37 mm

Hujan rencana untuk periode ulang 50 tahun (X50) :


__
XT = X + KTS = 164,9 + (2,05 x 54,55) = 276,73 mm

Hujan rencana untuk periode ulang 100 tahun (X100) :


__
XT = X + KTS = 164,9 + (2,33 x 54,55) = 292.01 mm

Metode Distribusi Probabilitas Log Normal


Perbedaan metode ini dengan dua metode Probabilitas Normal dalah metode ini
menggunakan fungsi logaritma. logaritma adalah invers dari perpangkatan. Rumus yang
digunakan dalam metode Distribusi Probabilitas Normal adalah sebagai berikut :

Log XT = Log X + (KT x S Log X)

Keterangan rumus :
Log XT = nilai logaritma hujan rencana dengan periode ulang T
_____
Log XT = nilai rata-rata dari log X = Σ Log Xi
______
n
S Log X = Deviasi standar dari Log X
0,5
=
S Log X = Σ(Log Xi – LogX) 2
_____________
10 -1
KT = faktor frekuensi, nilainya tergantung dari T (lampiran tabel Variabel Reduksi
Gauss)
2. Uji Distribusi Probabilitas Metode Chi Kuadrat dan Metode Sminornov
Kolmogorof?
Uji chi kuadrat merupakan pengujian terhadap perbedaan antara data sampel dan distribusi
probabilitas.Uji chi kuadrat dapat dihitung dengan persamaan berikut:

Persamaaan Rumus:

Dengan X2= Nilai chi-kuadrat terhitung, Ei= Frekuensi yang diharapkan sesuai pembagian
kelasnya, Oi= frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama, N=Jumlah sub kelompok dalam satu
grup(jumlah kelas).Nilai Ei dapat dicari dengan persamaan beriku:

Menurut McCuen (2003), jika nilai rerata dan deviasi standardigunakan dalam perhitungan,
maka terdapat dua parameter. Sehingga nilai αuntuk uji chi-kuadrat adalah 2. Tetapi jika nilai
rerata dan deviasi standardidapatkan dari penelitian atau data sebelumnyamaka nilai α untuk uji
chi-kuadrat adalah 0.

Menurut Meyl dkk (2011), pada masing-masing kelas, jumlah data minimum adalah 5. Sehingga
untuk menentukan jumlah kelas (k) dapat dihitung dengan persamaan berikut ini :

K=
dengan n = jumlah data.Pengujian chi-kuadrat selanjutnya membandingkan antara chi-kuadrat
yang didapatkan dengan chi kritik. Nilai chi kritik tergantung dari derajad kebebasan (dk) dan
tingkat signifikansinya.

Uji Smirnov-Kolmogorov

Kelemahan dari uji chi-kuadrat adalah jumlah sampel yang kecil, karena paling tidak
pada masing-masing kelas harus mempunyai frekuensi 5 atau lebih. Uji smirnov-kolmogorov
dapat digunakan untuk menguji sampel yang kecil.

Pada uji smirnov-kolmogorov akan dihitung nilai D, yaitu perbedaan maksimum antara
fungsi kumulatif sampel dan fungsi probabilitas kumulatif. Nilai D tersebut selanjutnya
dibandingkan dengan nilai Dα. Distribusi probabilitas akan diterima jika nilai D lebih kecil dari
Dα.
3. Perhitungan Hujan Rencana dan Intensitasnya:
a. Metode Talbot
Rumus Talbot dikemukakan oleh professor Talbot pada tahun 1881. Rumus ini
banyak digunakan di Jepang karena mudah diterapkan. Tetapan-tetapan a dan b
ditentukan dengan harga-harga terukur.
Berikut adalah rumus dengan metode talbot :

b. Metode Ishiguro
Rumus Sherman dikemukakan oleh professor Sherman pada tahun 1905. Rumus
ini mungkin cocok untuk jangka waktu curah hujan yang lamanya lebih dari 2 jam.
Adapun rumus tersebut :
c. Metode Sherman
Rumus Ishiguro ini dikemukakan oleh Dr. Ishiguro tahun 1953. Adapun rumus
tersebut :

Tabel dibawah ini merupakan hasil perhitungan intensitas curah hujan dengan
menggunakan Metode Van Breen pada berbagai periode ulang (2-100 tahun)
dengan durasi 5 menit sampai dengan 240 menit atau 2 jam.
4. Pemilihan Metode Perhitungan Debit Rencana Metode Empiris:
a. Metode Rasional
Metode Rasional dapat digunakan untuk menghitung debit puncak sungai atau saluran,

namun dengan daerah pengaliran yang terbatas.

Rumus umum dari Metode Rasional adalah :

Q = 0,278 x C x I x A ...............................

Keterangan :
Q = debit puncak limpasan permukaan (m3/det).
C = angka pengaliran (tanpa dimensi)
A = luas daerah pengaliran (Km2)
I = intensitas curah hujan (mm/jam).
jika persamaan diatas digunakan untuk menghitung debit rencana dengan periode ulang
tertentu, maka persamaan tersebut menjadi :

QT= 0,278 x C x IT x A ................................

Dengan melihat kenyataan di lapangan dimana sangat sulit menemukan daerah


pengaliran yang homogen (tidak melulu aspal semua atau hutan semua, pasti merupakan
gabungan atau heterogen), nilai C dapat dihitung dengan persamaan berikut
......................................

Cara lain menghitung debit rencana adalah mensubtitusikan persamaan II dan III
sehingga menjadi seperti ini :

Q = 0,278 x IT x (Σ Ai x Ci) .......................................

Keterangan :
Ci = Koefisien limpasan sub daerah pengaliran ke i
Ai = luas sub daerah pengaliran ke i
N = jumlah sub daerah pengaliran
b. Metode Weduwen
Metode ini berasal dari kecenderungan curah hujan harian yang dikelompokkan atas
dasar anggapan bahwa curah hujan memiliki distribusi yang simetris dengan durasi curah
hujan lebih kecil dari 1 jam dan durasi curah hujan lebih kecil dari 1 sampai 24 jam (
Melinda, 2007 )
Perhitungan intensitas curah hujan dengan menggunakan Metode Haspers & der
Weduwen adalah sebagai berikut :

dimana :
I : Intensitas curah hujan (mm/jam)
R, Rt : Curah hujan menurut Haspers dan Der Weduwen
t : Durasi curah hujan (jam)
Xt : Curah hujan harian maksimum yang terpilih (mm/hari)

dengan nilai contoh yang sama, akan tetapi dengan ditambah dengan durasi 60 menit :
c. Metode Melchior
Metode Melchior
Metode Melchior ini digunakan untuk memperkirakan debit banjir rancangan untuk DAS
yang luasnya lebih dari 100 km2. Adapun prosedur perhitungannya menurut Subarkah
[10] adalah sebagai berikut:
-Lukis elips yang mengelilingi DAS dengan sumbu panjang (kira-kira) 1,5 kali sumbu
pendek dan hitung luasnya dengan rumus:
𝑛f =0,25 .𝜋𝜋 .𝐿𝐿1 .𝐿
Mengukur luas Daerah Aliran Sungai dengan planimeter (km 2)
Menghitung rata-rata kemiringan dasar sungai dengan rumus:
𝐼𝐼=𝐻𝐻0,9 . 𝐿
d. Metode Hidrograf Satuan

Hidrograf satuan adalah grafik suatu limpasan air yang diakibatkan oleh
satu satuan hujan efektif yang terjadi secara merata di seluruh Daerah Aliran
Sungai (DAS) dengan intensitas tetap selama satuan waktu tertentu. Keterbatasan
data observasi sering dijumpai pada DAS.HSS Nakayasu merupakan suatu cara untuk
mendapatkan hidrograf banjir rencana dalam suatu DAS, dengan mempertimbangkan
karakteristik atau parameter daerah aliran sungai tersebut. Berikut adalah grafik
hidrograf banjir dengan periodeperulangan :
5. Perhitungan Debit Rencana Metode Lengkung Debit/Duracition curve?

Lengkung aliran debit (Discharge Rating Curve), adalah kurva yang menunjukkan
hubungan antara tinggi muka air dan debit pada lokasi penampang sungai tertentu.
Debit sungai adalah volume air yang melalui penampang basah sungai dalam satuan
waktu tertentu, biasanya dinyatakan dalam satuan m3/detik atau l/detik.
6. Perhitungan Debit Rencana Metode Mock
Metode Mock merupakan model neraca air yang dapat menghitung debit bulanan dari
data curah hujan, evapotranspirasi, kelembaban tanah dan tampungan air tanah. Model
neraca air Mock memberikan metode perhitungan yang relative sederhana untuk berbagai
macam komponen berdasarkan riset DAS di seluruh Indonesia(KP-01,2010).

Pengalihragaman Hujan

Debit Metode MockMetode Mock memperhitungkan data curah hujan, evapotranspirasi,


dan karakteristik hidrologi daerah pengaliran sungai. Hasil dari permodelan ini dapat
dipercaya jika ada debit pengamatan sebagai pembanding. Oleh karena keterbatasan data
di daerah studi maka proses pembandingan hanya dilakukan pada tahun 2002 –2011.
Untuk itu diperlukan pendekatan parameter hidrologi yang lebih cermat sehingga hasil
simulasi dapat diterima dengan tingkat akurasi sedang tetapi masih dapat digunakan
untuk analisa selanjutnya.

Data dan asumsi yang diperlukan untuk perhitungan Metode Mock adalah sebagai berikut
(KP-01,2010):

 Data Curah Hujan

Data curah hujan yang digunakan adalah curah hujan bulanan. Stasiun curah hujan
yang dipakai adalah stasiun yang dianggap mewakili kondisi hujan di daerah
tersebut.

 Evapotranspirasi Terbatas (Et)

Evapotranspirasi terbatas adalah evapotranspirasi actual dengan


mempertimbangkan kondisi vegetasi dan permukaan tanah serta frekuensi curah
hujan.Data yang diperlukan untukmenghitung evapotranspirasi terbatassebagai
berikut (KP-01,2010):

 Curah hujan bulanan (P)


 Jumlah hari hujan bulanan (n)
 Jumlah permukaan kering bulanan (d)
dihitung dengan asumsi bahwa tanah dalam suatu hari hanya mampu menahan air
12 mm dan selalu menguap sebesar 4 mm.
 Exposed surface (m%) ditaksir berdasarkan peta tata guna lahan atau dengan
asumsi:m = 0% untuk lahan dengan hutan lebat,m = 0% pada akhir musim hujan
dan bertambah 10% setiap bulan keringuntuk lahan sekunder,m = 10% -40%
untuk lahan yang tererosi, danm = 20% -50% untuk lahan pertanian yang
diolah.Nilai m tergantung pada jumlah hari hujan.
Apabila jumlah hari hujan ≥ 8 maka dikatakan sebagai bulan basah, dan nilai m
mengalami penurunan sebesar 10%. Apabila jumlah hari hujan < 8 maka
dikatakan sebagai bulan kering, dan nilai m naik 10%.
 Luas Daerah Aliran Sungai (DAS)
Semakin besar DASkemungkinan akan semakin besar pula ketersediaan debitnya.
 Kapasitas Kelembaban Tanah (SMC)
Soil Moisture Capacityadalah kapasitas kandungan air pada lapisan tanah
permukaan (surface soil) per m2. Besarnya SMC untuk perhitungan ketersediaan
air ini diperkirakan berdasarkan kondisi porositas lapisan tanah permukaan dari
DAS.
Semakin besar porositas tanah, akan semakinbesar pula SMC yang ada. Dalam
perhitungan nilai SMC diambil antara 50 mm sampai dengan 200 mm.

Persamaan yang digunakan untuk besarnya kapasitas kelembaban tanah:

SMC (n) = SMC(n-1) + IS (n)

(2.2)WS = As-IS

(2.3)dengan:

SMC= kelembaban tanah,

SMC (n)= kelembaban tanah periode ke n,

SMC (n-1) = kelembaban tanah periode ke n-1,

IS = tampungan awal (initial storage) (mm),

AS= Air hujan yang mencapai permukaan tanah.

Anda mungkin juga menyukai