Anda di halaman 1dari 7

2.1.

ANALISA HIDROLOGI

2.1.1. Analisis Curah Hujan Rencana

Dalam analisis frekuensi data hujan atau data debit guna memeperoleh nilai hujan

rencana atau debit rencana, dikenal beberapa distribusi probabilitas kontinu yang sering

digunakan yaitu Gumbel, Normal, Log Normal, dan Log Pearson III ( Kamiana, 2011).

Tabel 2. 1 Persyaratan parameter statistik suatu distribusi

No Distribusi Persyaratan

Cs = 1,14
1 Gumbel
Ck = 5,4

Cs = 0
2 Normal
Ck = 3

Cs = Cv3 + 3Cv
3 Log Normal
Ck =Cv8 + 6Cv6 + 15Cv4 + 16Cv2 + 3

4 Log Pearson III Selain dari nilai diatas


( Sumber : Bambang, T 2008 )

1) Metode Normal

Rumus untuk menghitung hujan rencana dengan probabilitas normal adalah sebagai

berikut (Kamiana, 2011) :

X T = X́ + K T S ( 2.0 )

Dimana :

XT = Hujan rencana (mm)

X́ = Nilai rata-rata dari data hujan (mm)

S = Standar deviasi dari data hujan (mm)

KT = Faktor frekuensi, nilainya tergantung dari T


2) Metode Log-Normal

Rumus untuk menghitung hujan rencana dengan probabilitas log-normal adalah

sebagai berikut:
log X T = log´ X+ ( K T × Slog X ) ( 2.0 )

3) Metode Gumbel

Rumus untuk perhitungan distribusi probabilitas gumbel yaitu:

XT = X + S × K ( 2.0 )

dimana :

XT = hujan rencana (mm)

X = nilai rata-rata dari hujan

S = Standar deviasi dari data hujan

Y t −Y n
K = faktor frekuensi Gumbel : K=
Sn

Yt = reduce variable (lampiran)

Sn = reduce standar (lampiran)

Yn = reduce mean (lampiran)

4) Metode Log-Pearson III

Rumus yang digunakan dalam metode Distribusi Log-Pearson III yaitu :

log X T = log´ X + ( K T × S log X ) ( 2.0 )

Log XT = Nilai logaritmis hujan rencana hujan rencana dengan periode ulang T.

Log´ X = nilai rata-rata dari log X

S Log s = deviasi standar dari log X

KT = Variabel standar,besarnya tergantung koefisien kepencengan ( Cs atau G

)
n
n ∑ ( Log Xi - Log X ) 3
i=1 ( 2.0 )
Cs = 3
( n - 1 ) ( n - 2 ) ( S log X )
2.1.2. Uji Distribusi Probabilitas

Uji distribusi probabilitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah persamaan

distribusi probabilitas yang dipilih dapat mewakili distribusi statistic sampel data yang

dianalisis. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa terdapat 2 metode

pengujian distribusi probabilitas, yaitu Metode Chi-Kuadrat ( x2 )dan metode Smirnov-

Kolmogorof (Kamiana, 2011).

1) Meode Chi-Kuadrat (x2)

Rumus yang digunakan dalam perhitungan dengan Metode Uji Chi-Kuadrat adalah

sebagai berikut (Kamiana, 2011) :

n 2
( OE )
x2 = ∑E f f ( 2.0 )
i = 1 f

Keterangan rumus :

x2 = Parameter Chi-Kuadrat terhitung.

Ey = Frekuensi yang diharapkan sesuai dengan pembagian kelasnya

Of = Frekuensi yang diamati pada kelas yang sama.

n = Jumlah Sub kelompok.

Derajat nyata atau derajat kepercayaan (α ) tertentu yang sering diambil adalah 5%.

Derajat kebebasan (Dk) dihitung dengan rumus :

Dk = K - ( p + 1 ) ( 2.0 )

K = 1 + 3,3 log n ( 2.0 )

Keterangan rumus :

Dk = Derajat Kebebasan.

P = Banyaknya parameter, untuk uji Chi-Kuadrat adalah 2.

K = Jumlah kelas Distribusi.

n = banyaknya data
Selanjutnya distribusi probabilitas yang dipakai untuk menentukan curah hujan

rencana adalah distribusi probabilitas yang mempunyai simpangan maksimum

terkecil dan lebih kecil dari simpangan kritis, atau dirumuskan sebagai berikut :

x2 < x2cr ( 2.0 )

Keterangan rumus :

x2 = Parameter Chi-Kuadrat terhitung.

x2cr = Parameter Chi-Kuadrat Kritis.

2) Metode Smirnov-Kolmogorof (secara analitis)

Pengujian distribusi probilitas dengan Metode Smirnov-Kolmogorof dilakukan dengan

langkah-langkah perhitungan sebagai berikut :

1. Urutkan data (Xi) dari besar ke kecil atau sebaliknya.

2. Tentukan peluang empiris masing-masing data yang sudah diurut tersebut

P(Xi) dengan rumus tertentu, rumus Weibull misalnya.

3. Tentukan peluang teoritis masing-masing data yang sudah diurut tersebut

P’(Xi) berdasarkan persamaan distribusi probabilitas yang dipilih.

4. Hitung selisih ΔPi antara peluang empiris dan teoritis untuk setiap data yang

sudah diurut:

Δ Pi = P( X i )- P' ( X i ) ( 2.0 )

5. Tentukan apakah ΔPi < ΔP Kritis, jika “tidak” artinya Distribusi Probabilitas yang

dipilih tidak dapat diterima, demikian sebaliknya.

2.1.3. Perhitungan Debit Banjir Rencana

1) Metode Rasional

Metode Rasional merupakan rumus yang tertua dan yang terkenal di antara rumus-

rumus empiris. Metode ini dapat digunakan untuk menghitung debit puncak sungai

atau saluran namun dengan daerah pengaliran yang terbatas.


Supirin (2004) dijelaskan penggunaan Metode Rasional pada daerah pengaliran

dengan beberapa sub daerah pengaliran dapat dilakukan dengan pendekatan nilai C

gabungan atau C rata-rata dan intensitas hujan dihitung berdasarkan waktu

konsentrasi yang terpanjang.

Rumus umum dari Metode Rasional adalah : (Kamiana, 2011)

Q = 0,278 x C x I x A ( 2.0 )

Dimana :

Q = debit puncak limpasan permukaan (m3/det).

C = angka pengaliran (tanpa dimensi)

A = luas daerah pengaliran (Km2)

I = intensitas curah hujan (mm/jam).

Metode Rasional di atas dikembangkan berdasarkan asumsi sebagai berikut:

1. Hujan yang terjadi mempunyai intensitas seragam dan merata di seluruh

daerah pengaliran selama paling sedikit sama dengan waktu konsentrasi (tc)

daerah pengaliran.

2. Periode ulang debit sama dengan periode ulang hujan.

3. Koefisien pengaliran dari daerah pengaliran yang sama adalah tetap untuk

berbagai periode ulang.

Jika persamaan I dipergunakan untuk menghitung debit rencana dengan berbagai

periode ulang maka notasinya sebagai berikut ( Kamiana, 2011):

Q = 0,278 x C x I T x A ( 2.0 )

Keterangan :

QT = debit puncak limpasan permukaan dengan periode ulang T tahun (m 3/det).

C = angka pengaliran (tanpa dimensi)

A = luas daerah pengaliran (Km2)


IT = intensitas curah hujan dengan periode ulang T tahun (mm/jam)

Besarnya nilai tc (waktu konsentrasi) dapat dihitung dengan beberapa rumus,

diantaranya (Kamiana, 2011) :

1. Rumus Kirpich
0,385
0,87 × L2
tc = ( 1000 × S ) ( 2.0 )

Dimana :

tc= waktu konsentrasi (jam).

L= panjang lintasan air dari titik terjauh sampai titik yang ditinjau (Km)

S= kemiringan rata-rata daerah lintasan air

2. Waktu konsentrasi dapat juga dihitung dengan membedakannya menjadi dua

komponen yaitu :

t c = t 0 + t d (menit) ( 2.0 )

Dengan :

2 n
t0 = × 3,28 × L ×
3 √S
dan

Ls
td =
60 × V

Dimana :

n = angka kekasaran permukaan lahan

S = kemiringan lahan.

L = panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan (m)

Ls = panjang lintasan aliran di dalam saluran/sungai (m)

V = kecepatan aliran di dalam saluran (m/detik)


2) Metode Haspers

Q maks = α × β × I × A ( 2.0 )

Dimana :

1 + 0,012 × A 0,7
α =
1 + 0,075 × A 0,7

1 + 3,7 × 100,4 × t
1 A 3/4
= 1 + 2 ×
β t + 15 12

t c = 0,1 × L0,8 × S-0,3

t × R
r =
t + 1 - 0,0008 × ( 260 - R ) × ( 2 - t )2

r
I =
3,6 × t

3) Intensitas Hujan ( I )

Yang dimaksud dengana Intensitas Hujan adalah tinggi curah hujan dalam periode

tertentu yang dinyatakan dalam mm/jam. Untuk menentukan besar intensitas hujan

dipergunakan rumus Mononobe (Joesron Loebis, 1992) yaitu :

R 24 24 23
I = ( )
24 t ( 2.0 )

Dimana :

I = Intensitas hujan (mm/jam)

R24 = Curah Hujan harian maksimum (mm)

T = Waktu Curah hujan (jam)

Anda mungkin juga menyukai