Anda di halaman 1dari 97

BANJIR RANCANGAN(DESIGN FLOOD)

BANJIR RANCANGAN adalah besaran debit yang


dipakai sebagai dasar perancangan bangunan air
(bendung, bendungan, pengendali banjir, pelimpah,
drainasi, dan bangunan sipil yang terkait dengan
aliran air) atau untuk mengontrol bangunan sipil
terhadap banjir.

Banjir rancangan ini diwakili oleh debit untuk


menghasilkan bangunan yang aman terhadap gaya-
gaya (statis dan dinamis~stabil) dan aman thd
kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh aliran
banjir (Qp, QT)
PERBEDAAN
BANJIR
DAN
GENANGAN

Banjir meluapnya air


Sungai ke darat sedangkan
Genangnan tertahannya
Air yang akan mengalir
Menuju sungai/topografi rendah
BANJIR DAN ROB
SISTEM DRAINASE KOTA SEMARANG

ROB genaganan yang dialibatkan oleh naiknya permukaan air laut


-Terjadi pada kawasan yang lebih rendah darai muka pasang air laut.
-Frekuensi kejadian umumnya tiap hari sesuai pasang air laut
-Bulan pernama rob paling besar.
Banjir Jakarta, apakah banjir:
-100 tahun sekali ?
-1000 tahun sekai,? Atau
-PMF (probability maxsimum flood)
Cara analisis debit banjir tergantung:

1. Data tersedia (pengukuran debit, hujan, DAS, dll.),


2. Tingkat kepentingan bangunan (bangunan
sementara/tetap, keamanan),
3. Dana tersedia.
 Butir (1) dituangkan dalam methode/cara analisis
banjir rancangan,
 Butir (2) dan (3) terkait dengan ketidakpastian,
dituangkan dalam kala ulang, T tahun,
 dalam praktek analisis dilakukan dengan
mengkombinasikan ketiga butir tersebut.
Cara-cara untuk menghitung Banjir Rancangan:

1. Cara Empirik,
2. Cara Rasional,
3. Cara Hidrograf Satuan,
4. Cara Analisis Frekuensi,
5. Teknik Modeling dan Simulasi.
1 Cara Empirik
Didasarkan pada data puncak banjir yang pernah
terjadi pada DAS-DAS yang mempunyai luas
berbeda  dibuat persamaan sederhana [Q = f
(A)]  flood- peak-area relationships

Qp = n Am

n dan m adalah konstanta regresi.


Kalau ada metode lain sebaiknya cara ini
ditinggalkan! Karena sangat kasuistik.
2. Cara Rasional

hujan

tr
debit

Waktu konsentrasi, tc

DAS

waktu
Hidrograf Debit limpasan Rasional
2. Cara Rasional
Rumus Dasar:
QP = c.it,.A
Rasionalterkoreksi/untuk kawasan luas:
QP = Cs.β.C.it,.A
(untuk kawasan yang luas > 50 sq.mile)
dengan:
c = koefisien limpasan, it,T = intensitas hujan
durasi tc dengan kala ulang T tahun, A = luas
daerah.
Syarat berlakunya Rumus Rasional:

1. Debit puncak tercapai apabila durasi hujan (t) sama


dengan waktu konsentrasi (tc),
2. Berlaku untuk luas DAS ≤ 50 sq-mills,
3. DAS tidak mengalami perubahan,
4. Hujan merata keseluruh DAS dengan intensitas konstan,
5. DAS dianggap homogen.

Persamaan Rasional yg dikenal: der Weduwen, Melchior,


Hasper, dll (lihat: KP-01, Perencanaan Irigasi, atau Banjir
Rencana untuk Bangunan Air)

Nilai koefisien aliran, c, dan waktu konsentrasi, tc, dapat


dilihat pada tabel di bawah ini.
Contoh intensitas hujan
untuk kampus Terpadu UII
Waktu konsentrasi (tc):pengamatan debit di titik 2

0
tcs tc = waktu dari titik 0 -1 - 2
1 = tcs + tcc

tcs = waktu dari titik 0 ke 1

tcc = waktu dari titik 1 ke 2


tcc
Rumus empiris: hanya untuk
saluran alam/tdk beraturan:

Melchior

2
CDH
L = panjang saluran (km)
qo=debit limpasan (m3/det.)
H= perbedaan tinggi elevasi hulu dgn hilir USC
Untuk USC: L d an H alam feet
Sumber: Chow et al, 1988
Sumber: Chow et al,
1988
Dalam hal DAS tidak homogen dipakai nilai c rerata.

Sumber: Subramannya, 1986


Nilai C yang tidak homogen

Maka nilai koefisien limpasan adalah merupakan penjumlahan


dari masing-masing sub bagian kawasan, yaitu:

Cj = koef. Limpasan dalam sub-keluasan,


Aj = luasan koef. limpasan yang berbeda, dan
n = jumlah koef. limpasan yang berbeda.

Permukaan tanah: terdapat bangunan, pertanian, jalan, dll.

Bangunan: C = 0,70, luas = 5 Ha.


Lahan pertanian; C = 0,30, luas = 24 Ha.
Jalan aspal; C= 0,80, luas = 2 Ha.

C =((0,70 x 5) + (0,30 x 24) + (0,80 x 2))/31 = 0,397


Latihan
Daerah Aliran Sungai (sub-DAS) terdiri atas pemukiman,
sawah, kebun, ladang, dan hutan berturutan seluas 18,6;
34,3; 6,3; 5,5; dan 3,6 km2. Koefisien aliran, c, berturutan:
0,87; 0,56; 0,48; 0,52; dan 0,35. Waktu konsentrasi (tc)
terhitung pada sub-DAS tersebut sebesar 35 menit. Data
hujan harian maksimum sepanjang 15 tahun berturutan
sebesar: 44,7; 59,6; 51,6; 48; 43,7; 42; 40,4; 81,2; 165;
198; 56,3; 39,4; 50,3; 98; dan 38,5 mm. Dengan cara
rasional hitung banjir rancangan kala ulang 50 tahun untuk
sub-DAS tersebut (intensitas hujan dihitung berdasar cara
Mononobe dengan m = 0,47). Sebaran data hujan dipakai
cara Gumbel’s.

Manonobe:
Banjir Rancangan

ANALISIS FREKUENSI
DEFINISI
Analisis frekuensi adalah salah satu teknik statistik yang
dapat digunakan untuk menentukan kejadian hujan atau
banjir dengan probabilitas tertentu.
Kejadian yang diperoleh disini adalah dalam bentuk data
kejadian.
Probabilitas kejadian bila dikaitkan dengan waktu maka
definisi analisis frekuensi adalah teknik statis tik yang dapat
digunakan untuk memperkirakan nilai kejadian tertentu di
masa yang akan datang.
Waktu yang dimaksud disini misalnya dalam 100 tahun sekali
kejadian akan muncul (terjadi) atau terlampaui dimasa yang
akan datang.
Karena analisis frekuensi berkaitan dengan statistik, maka
diperlukan data untuk menentukan parameter statistik. Data
statistik umumnya dipilih dengan metode tertentu.
METODA PEMILIHAN DATA STATISTIK UNTUK HIDROLOGI

1. Memilih data hanya satu data maksimum tiap


tahun. Data se perti ini disebut seri data tahunan
(annual series)

2. Data maksimum pada tahun tertentu dapat saja sama atau


lebih kecil dari data yang tidak maksimum pada tahun yang
lain. Oleh karena itu, berdasarkan kondisi ini dapat diambil
suatu nilai data tertentu sebagai batas bawah pemilihan data.
Selanjutnya semua data yang lebih besar dari batas bawah ini
dapat dipilih sebagai data untuk ana lisis frekuensi. Seri data
seperti ini disebut seri data durasi parsial (partial-duration
series).

3. Jumlah data minimum yang valid untuk kepentingan analisis


frekuen si adalah 20 data, semakin banyak semakin baik.
Contoh pemilihan data debit banjir sungai Lukulo
Kebumen Jawa Tengah dengan metoda annual series

Jumlah data sangat sedikit < 20 tahun/kejadian

(partial-duration series)
Contoh pemilihan data debit banjir sungai Lukulo Kebumen Jawa
Tengah dengan metoda partial-duration series
Data statistik yang diperoleh dari hasil pemilihan data, umumnya diparame
terisasi dengan x. Bentuk hitungan parameter statistik di lakukan dalam
tabulasi.
Contoh8-1: Dari sebuah DAS diperoleh data tahunan hujan rata-rata seperti pada tabel
berikut.

Tentukan parameter statistik , x, S, Cv, Cs dan Ck dari data tersebut.


Cs = 1.0303

Ck = 3.8873
Distribusi statistik yang digunakan dalam analisis frekuensi
data hidrologi adalah Distribusi Normal, Log Normal, Gumbel,
dan Pearson III.
1. DISTRIBUSI NORMAL

Fungsi kerapatan distribusi

Fungsi probabilitas kumulatif

Misal t = (x - )/ maka

t dikenal dengan nama variabel normal standar.


Bila probabilitas suatu kejadian adalah p(t) maka: p(t) = 1 – P(t)
TABEL
DISTRIBUSI
NORMAL

Tabel ini
merupakan
hubungan antara
variabel normal
standar (t) dan
probabilitas
kumulatif, P(t)
dari distribusi
Normal
Hubungan antara probabilitas dan waktu adalah seba
gai berikut:

atau

T = perioda ulang suatu kejadian hidrologi

Dari persamaan di atas ini dapat dibuat tabel hubung


an antara waktu dan probabilitas seperti dibawah ini.
Persamaan dapat dirubah menjadi

x = x + t S. Persamaan disamping ditulis dalam bentuk standar


menjadi:

XT = x + K S
XT = nilai kejadian dengan probabilitas tertentu
x = harga (nilai) rata-rata data
S= diviasi standar
K = faktor frekuensi
Persamaan diatas ini dikenal dengan persamaan freku
ensi standar dari Ven Tee Chow (1964).
Persamaan ini berlaku umum untuk semua distribusi
yang sudah disebutkan di atas yaitu distribusi Normal,
Log Normal, Gumbel dan Pearson III.
Untuk distribusi Normal, nilai K = t (yang dapat ditentukan da
ri tabel sebelumnya). Sedang nilai K untuk distribusi yang lain
akan diberikan dalam pembahasan berikutnya tentang masing-
masing distribusi.

Nilai K = t untuk sebaran Normal disamping dapat


dilihat pada tabel sebelumnya, dapat juga dilihat pada
tabel berikut
Contoh8-2: Diambil data contoh8-1 berikut.

Hasil hitungan parameter statistik adalah : x = 67.2 dan S = 18.8718

Tentukan besarnya nilai kejadian (XT) yang memiliki perioda


ulang 2 th, 5 th, 10 th, 20 th, 25 th, 50 th, 100 th dan 200 th atau
yang memiliki probabilitas 50%, 20%, 10%, 5%, 4%, 2%, 1% dan
0.5% berdasarkan data di atas dan distribusi normal.
Jawab8-2:

Probabilitas kejadian, p = 10% = 0.1

Probabilitas kumulatif kejadian, P = 1- 0.1 = 0.9

Dari tabel normal, untuk P = 0.9 akan didapat t = 1.2816

XT = x + K S
Xp10% = 67.2 + 1.2816 (18.8718) = 91.3855

Xp10% = 91.3855, mengandung arti bahwa, nilai


kejadian hujan X sebesar 91.3855, dapat terjadi
atau terlampaui dengan kemungkinan sebesar
10%.
Oleh karena itu untuk probabilitas 10% akan setara denga
nperioda ulang T = 1/0.1 = 10 tahun sehingga jawaban yang
berkaitan dengan waktu untuk soal ini menjadi:
X10th = 91.3855, mengandung arti bahwa, nilai kejadian hujan X
sebesar 91.3855 kemungkinan akan dapat terjadi atau terlampaui
dalam kurun waktu 10 tahun sekali.
Penyelesaian menyeluruh dari soal ini sesuai dengan pertanyaan menjadi :
2. DISTRIBUSI LOG NORMAL DUA PARAMETER

Fungsi kerapatan distribusi

Fungsi probabilitas kumulatif

XT = x + K S
Parameter statistik yang diperlukan adalah x, S, dan Cv.
Faktor frekuensi K untuk distribisi log normal 2 para
meter dapat juga diturunkan dengan persamaan beri
kut:

 = Cv = koefisien variasi
t = variabel normal standar
Contoh8-3:

Data sesuai dengan contoh8-1, sehingga parameter sta


tistik didapat : x = 67.2, S = 18.8718, dan Cv = 0.2808

Penyelesaian dilakukan dalam tabulasi dan K di hitung


berdasarkan Cv = 0.2808, atau K diambil dari tabel
K dihitung berdasarkan persamaan
3. DISTRIBUSI LOG NORMAL TIGA PARAMETER

Fungsi kerapatan distribusi

Fungsi probabilitas kumulatif

XT = x + K S
Parameter statistik yang diperlukan adalah x, S, dan Cs.
Faktor frekuensi K untuk distribisi log normal 3 parameter dapat
juga diturunkan dengan persamaan beri kut:

a = Cva = koefisien variasi


t = variabel normal standar
Contoh8-4:

Data sesuai dengan contoh8-1, sehingga parameter sta


tistik didapat : x = 67.2, S = 18.8718, dan Cs = 1.0303

Penyelesaian dilakukan dalam tabulasi dan K di hitung


berdasarkan Cs = 1.0303, atau K diambil dari tabel
K dihitung berdasarkan persamaan
4. DISTRIBUSI PEARSON III

Fungsi kerapatan distribusi

Fungsi probabilitas kumulatif

XT = x + K S
Parameter statistik yang diperlukan adalah x, S, dan Cs.
Faktor frekuensi K untuk distribisi Pearson III dapat
juga diturunkan dengan persamaan berikut:

1 = Cs = koefisien variasi
 = Cs/6
t = variabel normal standar

Contoh8-5:

Data sesuai dengan contoh8-1, sehingga parameter sta


tistik didapat : x = 67.2, S = 18.8718, dan Cs = 1.0303
Penyelesaian dilakukan dalam tabulsi dan K di hitung
berdasarkan Cs = 1.0303, atau K diambil dari tabel
K dihitung berdasarkan persamaan
5. DISTRIBUSI LOG PEARSON III

Fungsi kerapatan distribusi

Fungsi probabilitas kumulatif

ln(XT)= xln+ K Sln

Parameter statistik yang diperlukan adalah logarima xln, Sln, dan Csln.
Contoh8-6:

Data sesuai dengan contoh8-1, sehingga parameter sta


tistik didapat : xln = 4.1735, Sln = 0.2631, dan Csln = 0.5595

Penyelesaian dilakukan dalam tabulsi dan K di hitung


berdasarkan Csln = 0.5595, dengan rumus dibawah atau
K diambil dari tabel

dengan  = Csln/6
xln = 4.1735

Sln = 0.2631

Cvln = 0.0526

Csln = 0.5595

Ckln = 2.7827
DISTRIBUSI GUMBEL TIPE I

Fungsi kerapatan distribusi

Fungsi probabilitas kumulatif

XT = x + K S
Parameter statistik yang diperlukan adalah x, dan S
Contoh8-7:

Data sesuai dengan contoh8-1, sehingga parameter sta


tistik didapat : x = 67.2, dan S = 18.8718
Parameter Statistik dalam analisis frekuensi banjir:

1. Rerata Q 2. Standar Deviasi

3. Koefisien 4. Koefisien
Variasi Kemencengan

5. Kurtosis
Hasil parameter Statistik digunakan:

Untuk menentukan jenis Sebaran yang sesuai:

1. Normal,
2. Log Normal 2 Parameter,
3. Log Normal 3 Parameter,
4. Pearson Tipe III,
5. Log Pearson Tipe III,
6. Gumbel’s (Extreme Value Type I).
SKEW COEFFICIENT, g1,
VERSUS COEFFICIENT OF
VARIATION, cv – A GUIDE TO
THE SELECTION OF THE
PROBABILITY DISTRIBUTION

Sumber: GW Keith, 1988


Nilai faktor frekuensi (kT) dipengaruhi oleh Jenis Sebaran (cv, cs, ck)
dan kala ulang (T) dibaca pada Tabel yang sesuai jenis sebarannya
atau dihitung dengan rumus. Rumus untuk beberapa jenis sebaran
sbb:

1. Sebaran Normal: k=z

2. Sebaran Log Normal 2 Paramater:

3. Sebaran Log Normal 3 Paramater:

z = deviasi standar sebaran normal


4. Pearson Type III

5. Log Pearson Type III

cs2 = koef kemencengan dari logaritma data.

6. Extreme Value Type I (Gumbel’s)


Nilai z (standar deviasi sebaran normal) dihitung
berdasarkan Tabel: Comulative Probability of The Standard
Normal Distribution.  nilai z tergantung T (return period)
yang dipilih.

Ex: T = 100 tahun,  p = 1- 1/100 = 0,99, 


nilai 0,99 diamati dalam tubuh tabel. Dari nilai
tersebut ditarik kekiri dibaca (nilai -,-), kemudian
ditarik keatas dibaca (nilai 0,0-).
Kz = f (cs, T) for Use in Log-Pearson Type III Distribution
Frequency Factor of LPT III for cs negative value

Sumber: Subramannya, 1986


Latihan
Data banjir tahunan maksimum Kali Kulon
terukur di Prapatan sepanjang 24 tahun
berturutan sebagai berikut: 321; 125; 178; 167;
278; 186; 409; 435; 205; 311; 182; 475; 505;
223; 105; 295; 98; 255; 366; 605; 112; 445; 289;
dan 545 m3/detik. Hitung banjir rancangan kala
ulang 25 dan 100 tahun.
1. Hitungan Parameter
Statistik.

Parameter Statistik.

2. Hitungan Banjir Rancangan


Ploting Jenis
Sebaran
Latihan
Dari seri data banjir maksimum tahunan selama
21 tahun sungai Ondar-andir terukur di Wotputih
didapat nilai-nilai parameter statistik sebagai
berikut: Ỗ = 72,25 m3/det; σ = 14,81; cv =
0,2050; cs = 1,1560; dan ck = 4,9870. Hitung
banjir kala ulang 50, 75, dan 100 tahun.
Result of Design
Flood value

0,1,156

0,2050
PENELUSURAN BANJIR
(FLOOD ROUTING)
Maksud: MENGETAHUI PERGESERAN
PUNCAK DEBIT OUTFLOW (keluar) terhadap
kejadian INFLOW (masuk) HIDROGRAF

KATAGORI:
PENELUSURAN HIDROLOGIS  menerapkan
persamaan kontinuitas saja,
PENELUSURAN HIDRAULIS  menerapkan
persamaan kontinuitas dan persamaan gerak
aliran tidak tunak (unsteady flow) secara
bersamaan.
PENELUSURAN HIDROLOGIS
Jenis:
• PENELUSURAN PADA WADUK (RESERVOIR ROUTING)
• PENELUSUARAN PADA SUNGAI (CHANNEL ROUTING)

I
PERSAMAAN DASAR:
Pers Kontinuitas:
STEADY FLOW

Q
I = inflow; Q = outflow; dS = perubahan tampungan;
dt = perubahan waktu
Untuk interval waktu ∆t yang pendek:

Rerata inflow dalam waktu ∆t


Rerata outflow dalam waktu ∆t
Perubahan tampungan

Indeks 1 menunjukkan kondisi awal ∆t


Indeks 2 menunjukkan kondisi akhir ∆t
Unsteady Flow (defferential form):

Persamaan Kontinuitas

T = lebar permukaan air

Persamaan Momentum

v = kecepatan; So =kemiringan dasar; Sf = kemiringan muka air;


g = gravitasi

Saint Vernant (1871)


Penyelesaian (proses) hitungan penelusuran:
1. Analitis  Newton Raphson,
2. Semi Analitis  Modified Pul’s Method,
3. Grafis  dengan bantuan kurva/grafik.

PENELUSURAN PADA WADUK:


 Masukan  Inflow Hidrograf
 Proses  tampungan, S = S(h); pelepasan
debit, Q = Q(h); perubahan tampungan, ∆S.
 Keluaran  S vs t, Q vs t, H vs t.
Waduk

Inflow (I)

Outflow (Q)

Pertanyaan:
Jika Inflow (I) 10 m3/det, apakah outflow (Q) juga akan 10 m3/det.?
Data yang diperlukan:
1. Hubungan antara volume tampungan dengan tinggi muka
air; S = S (h),
2. Hubungan antara debit outflow dengan tinggi muka air; Q =
Q (h),
3. Inflow hidrograf; I = I (t), dihtung dari teori yang ada
4. Nilai awal: S; I; Q pada t = 0. dapat diketahui
SEMI ANALITIS (MODIFIED PUL’S METHOD)

KONDISI AWAL INTERVAL ∆t, KONDISI AKHIR INTERVAL ∆t,


indeks 1 indeks 2

Bila I; S (h); Q (h) diketahui RUAS KANAN dapat ditetapkan/dihitung


Urutan Kerja (hitungan)
1. Dengan hubungan versus elevasi (h)
1
tampungan, keluaran (Q)
dan elevasi (h) dibuat 2 Q versus elevasi (h)
kurva:
Interval ∆t ditetapkan sama
dengan interval inflow hidrograf

2. Dihitung:
Pada kondisi awal
(awal penelusuran)
KONDISI AKHIR INTERVAL KONDISI AWAL INTERVAL ∆t,
∆t, indeks 2; t = 1 indeks 1; t = 0

3. Berdasar nilai kondisi akhir S2 + (Q2∆t/2) dibaca elevasi (h) dan


outflow (Q),
4. Kurangkan nilai Q2∆t terhadap nilai S2 +(Q2∆t/2) untuk
mendapatkan nilai [S1 – (Q1∆t/2)] periode ∆t berikutnya,
5. Urutan 2, 3, dan 4 diulang hingga inflow hidrograf terakhir
Soal:
Hubungan antara tampungan (S), outflow (Q), dengan
elevasi (h) suatu waduk seperti tabel berikut ini:

Tabel S vs h (data hasil Tabel I vs t (dihitung dari


pengukuran di bendungan) hidrograf aliran)
Penyelesaian
Dibuat:

1 versus elevasi (h)


Tabel S vs h (data hasil
pengukuran di bendungan)
103,5

103

102,5
Elevasi gengan (m)

102

101,5
Grafik 1

101

100,5

100

99,5
3 4 5 6 7 8 9 10
Volume genangan (juta m3)
2. Dibuat hubungan, keluaran (Q) dan
elevasi (h) dibuat kurva: 2 Q versus elevasi (h)

103,5

103

Elevasi genangan (m)


102,5

102

101,5
Grafik 2
101

100,5

100

99,5
0 50 100 150
Debit Outflow (m3/dt.)
PENYELESAIAN LANGSUNG TABEL DI BAWAH INI
Baris Waktu Inflow, I S1 elevasi, h Q outflow
(jam) (m3/dt) (m3/dt) (m3) (m3) (m3) (m3) (m)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
A 0 10 100 0
15 0.324 3.35 3.35 3.67
B 6 20 100.65 13
37.5 0.81 3.57 3.42 4.23
C 12 55 101.4 27
67.5 1.458 4.228 3.80 5.25
D 18 80 101 53
76.5 1.6524 5.254 4.68 6.33
F 24 73 101.96 66
65.5 1.4148 6.33 4.11 5.52
G 30 58 1010.91 57
52 1.1232 5.52 4.1 5.22
H 36 46 10172 45
41 0.8856 5.22 3.99 4.88
I 42 36 101.48 43
31.75 0.6858 4.88 3.9 4.59
J 48 27.5 101.3 37
23.75 0.513 4.59 3.77 4.28
K 54 20 101.1 29
17.5 0.378 4.28 4.05 4.43
L 60 15 100.93 23
14 0.3024 4.43 3.86 4.16
M 66 13 100.77 18
6.5 0.1404 4.16 3.73 3.87
N 72 0 100.65 14
Perhitungan dalam tabel:

Baris A,
Kolom 1: 0 = adalah waktu jam ke 0
Kolom 2: 10 = adalah inflow awal (I) jam ke 0 (aliran base flow)
Kolom 3: 15 = adalah rerata aliran inflow anatara jam ke 0 dan jam ke 6
Kolom 4: 0,216 = adalah rerata volume aliran selama jam ke 0 dan jam ke 6
Kolom 5: 3,35 = volume genangan awal pada saat outflow (Q) 0 m3/det.
Kolom 6: 3,35 = kolom 5 karena aliran keluar masih 0
Kolom 7: 3,57 = kolom 4 + kolom 6
Kolom 8: 100,65 = elevasi dibaca pada genangan sebesar kolom 7
Kolom 9: 13 = debit keluar (outflow) dibaca pada tinggi elevasi genangan kolom 8

Baris B,
Kolom 1: 6 = adalah waktu jam ke 6
Kolom 2: 20 = adalah inflow jam ke 6 (soal)
Kolom 3: 37,5 = adalah rerata aliran inflow anatara jam ke 6 dan jam ke 12
Kolom 4: 0,816 = adalah rerata volume aliran selama jam ke 6 dan jam ke 12
Kolom 5: 3,57 = volume genangan awal pada saat jam ke 6.
Kolom 6: 3,42 = kolom 5 – (rerata aliran keluar dengan debit 13 m3/dt selama 6 jam)
Kolom 7: 4,23 = kolom 4 + kolom 6
Kolom 8: 101,4 = elevasi dibaca pada genangan sebesar kolom 7
Kolom 9: 27 = debit keluar (outflow) dibaca pada tinggi elevasi genangan kolom 8
PENELUSURAN SECARA GRAFIS

Dimulai pada I = 10 m3/detik, 


Q = 10 m3/detik,
 h =100,50 m,
 dibaca S + Q∆t/2,
 ditambah (I1+I2)∆t/2,
 dibaca elevasi h,
 dibaca outflow Q.
Penelusuran pada Sungai
(channel routing)
Pada penelusuran waduk,
Sb
tampungan merupakan fungsi
outflow (Q), sedangkan pada sungai,
tampungan (S) merupakan fungsi
inflow dan outflow secara
Sp bersamaan.
Aliran sungai sesungguhnya adalah
“gradually varied flow”, namun
untuk analisis disederhanakan,
dengan membagi tampungan
menjadi:
1. Tampungan prismatik,
2. Tampungan baji (segitiga)
Sp = f (Q);
Sb = f (I)

Dengan anggapan Sp = f(Q), Sb = f(I), persamaan


penelusuran (tampungan):

S = k [ x Im + (1 – x) Qm]
Dengan: m = konstanta; k = konstanta waktu
penampungan; x = faktor sungai (kesesuaian
inflow~outflow)

Nilai k dan x tergantung dari kemampuan sistem tampungan sungai akibat aliran
masuk dan keluar. Nilai k dan x dihitung/ditetapkan secara grafis pada kurva
tampungan (S) dengan fungsi [xI + (1-x)Q]. Nilai k adalah kemiringan grafik,
sedangkan nilai x dicoba-cobakan agar grafik hampir berimpit.
PERSAMAAN MUSKINGUM
Dengan anggapan m = 1, 

S = k [xI + (1 – x)Q]
Dari persamaan kontinuitas sebelumnya:

Persamaan Muskingum pada intrval waktu


∆t:

S2 – S1 = k [x(I2 - I1) + (1 – x)(Q2 - Q1)]


Substitusi menghasilkan persamaan penelusuran sungai:

Q2 = c0 I2 + c1 I1 + c2 Q1

Nilai ∆t yang baik:


k > ∆t > 2kx,
Dengan: bila ∆t < 2kx 
nilai c0 negatif

c0 + c1 + c2 = 1
Soal:
Suatu sungai mempunyai karakter konstanta waktu tampungan (k) = 12 jam
dengan x = 0,20. Terjadi aliran pada titik hulu sebagai berikut:

Waktu (jam) 0 6 12 18 24 30 36 42 48 54
I (m3/jam) 10 20 50 60 55 45 35 27 20 15

Dengan penelusuran tentukan aliran di bagian hilir.

Penyelesian:
c0 = (-12.0,20 + 0,50.6)/(12 – 12.0,20 + 0,50.6) = 0,048
c1 = 0,429; c2 = 0,523
c0 + c1 + c2 = 0,048 + 0,429 + 0,523 = 1,00
Tabel hitungan:

Q2 = c0 I2 + c1 I1 + c2 Q1

Dari hitungan puncak outflow


= 49,61 m3/detik, terjadi
reduksi debit puncak = 10,39
m3/detik, penggeseran waktu
puncak = 12 jam

Anda mungkin juga menyukai