Anda di halaman 1dari 25

PERENCANAAN DRAINASE

Perencanaan dilakukan dengan mengambil data curah hujan harian dari BMKG pada periode
selama 10 Tahun (2007 - 2016) untuk Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Kota Bandung dari
Stasiun Geofisika Bandung

Dari data tersebut diambil curah hujan harian maksimum untuk masing-masing tahun dan
diperoleh data sebagai berikut:

Curah Hujan
Tahun
(mm)
2007 69,5
2008 67,8
2009 88,9
2010 122,9
2011 73,5
2012 83
2013 68,4
2014 62
2015 77,7
2016 87,1

Lalu, dihitung juga curah hujan tahunan untuk masing-masing tahun dengan menjumlahkan
curah hujan harian untuk data-data yang tersedia, didapat hasil sebagai berikut:

CURAH HUJAN TAHUNAN


TAHUN (mm/tahun)
2007 2178,2
2008 1978,4
2009 2097,6
2010 3693,7
2011 1788,7
2012 2510,6
2013 2290,1
2014 1955,1
2015 1614,9
2016 2488,9

Maka, selama periode 10 tahun, didapat curah hujan tahunan maksimum = 3693,7 mm/tahun,
dan curah hujan tahunan rata-rata = 2252,62 mm/tahun

PERHITUNGAN CURAH HUJAN HARIAN RENCANA (R24)


Curah hujan harian rencana (R24) dihitung dengan 2 metode, yaitu Metode Gumbel dan
Metode Log Pearson III, lalu diambil hasil yang lebih besar. Periode Ulang (T) = 10 Tahun

1. Metode Gumbel

Data (X) X-Xr (X-Xr)2


Tahun
(mm) (mm) (mm2)
2007 69,5 -10,58 111,94
2008 67,8 -12,28 150,7984
2009 88,9 8,82 77,7924
2010 122,9 42,82 1833,552
2011 73,5 -6,58 43,2964
2012 83 2,92 8,5264
2013 68,4 -11,68 136,4224
2014 62 -18,08 326,8864
2015 77,7 -2,38 5,6644
2016 87,1 7,02 49,2804
Total 800,8 2744,156
Rerata (Xr) 80,08

Jumlah Data (n) = 10


Contoh Perhitungan untuk Tahun 2007:
1) Hitung X rata-rata (Xr)
n
1
Xr= X
n i=1

69,5+ 67,8+88,9+122,9+73,5+83+ 68,4+62+77,7+87,1



10

800,8
=80,08 mm
10

2) Hitung X Xr
X Xr=69,580,08=10,58 mm
3) Hitung (X-Xr)2
2 2 2
(X Xr) =(10,58) =111,94 mm

4) Hitung ( X Xr)2 dari Tahun 2007 2016


( X Xr)2=2744,156 mm 2 (dari Ms . Excel)

5) Hitung Standar Deviasi (S)

S=

( XXr )2
n1
=

2744,156
101
=17,46156 mm

6) Hitung Faktor Frekuensi Gumbel (k)



[ { T 1 )}]
6 0,5772+ln ln
( T


[ { ( )}]
6 0,5772+ln ln 10
101

1,30456
7) Hitung Curah Hujan Harian Rencana (R24) untuk T = 10 Tahun
X T =Xr + S . k
X 10=80,08+ 17,46156 ( 1,30456 )
X 10=102,85971 mm R24 Metode Gumbel

2. Metode Log Pearson III

Data (X) ln X ln X - ln Xr (ln X - ln Xr)2 (ln X - ln Xr)3


Tahun
(mm) (mm) (mm) (mm2) (mm3)
2007 69,5 4,24133 -0,12320 0,015179 -0,0018702
2008 67,8 4,21656 -0,14797 0,021895 -0,0032398
2009 88,9 4,48751 0,12298 0,015124 0,0018600
2010 122,9 4,81137 0,44684 0,199665 0,0892183
2011 73,5 4,29729 -0,06725 0,004522 -0,0003041
2012 83 4,41884 0,05431 0,002949 0,0001602
2013 68,4 4,22537 -0,13916 0,019365 -0,0026948
2014 62 4,12713 -0,23740 0,056358 -0,0133791
2015 77,7 4,35286 -0,01168 0,000136 -0,0000016
2016 87,1 4,46706 0,10253 0,010511 0,0010777
Total 43,64532 0,345706 0,07082653
Rerata (ln Xr) 4,36453

Jumlah Data (n) = 10


Contoh Perhitungan untuk Tahun 2007:
1) Hitung ln X
ln X =ln ( 69,5 )=4,24133 mm
2) Hitung ln X rata-rata (ln Xr)
n
1
ln Xr= ln X = 43,64532
n i=1 10
=4,36453 mm

3) Hitung ln X ln Xr
ln X ln Xr=4,241334,36453=0,1232 mm
4) Hitung (ln X- ln Xr)2
(ln X ln Xr )2=(0,1232)2=0,015179 mm2
5) Hitung (ln X- ln Xr)3
(ln X ln Xr )3=(0,1232)3=0,0018702mm 2

6) Hitung (ln X ln Xr)2 dari Tahun 2007 2016


(ln X ln Xr) =0,345706 mm2 (dari Ms. Excel)
2

3
7) Hitung (ln X ln Xr) dari Tahun 2007 2016
(ln X ln Xr)3 =0,07082653 mm3 (dari Ms. Excel)
8) Hitung Standar Deviasi (S)

S=

( ln Xln Xr)2
n1
=

0,345706
101
=0,19599mm

9) Hitung Skew Coefficient (Cs)


3
n (ln Xln Xr) 10 (0,07082653)
Cs= 3
= =1,306673
(n1)(n2) S ( 101 ) ( 102 ) ( 0,19599)3
10) Hitung Faktor Frekuensi Log Pearson III (k)

Berdasarkan Lampiran Tabel 1 Faktor Frekuensi k


Cs k (T10)
1,3 1,339
1,4 1,337

Dilakukan interpolasi linear antara Cs dan k (pada saat T10) dengan Cs = 1,306673,
maka didapat nilai k = 1,338867

11) Hitung Curah Hujan Harian Rencana (R24) untuk T = 10 Tahun


ln X T =ln Xr + S . k
ln X 10=4,36453+0,19599 ( 1,338867 )
ln X 10 =4,626935 mm
4,626935
X 10=e =102,200355 mm R24 Metode log Pearson III

Maka, dari hasil perhitungan kedua metode diatas (Gumbel & Log Pearson III), curah hujan
harian rencana (R24) yang lebih besar adalah dari Metode Gumbel yaitu sebesar 102,85971
mm.

PERHITUNGAN INTENSITAS HUJAN (I)

Perhitungan berpedoman pada Peraturan Menteri PU 12-2014


Data Perencanaan:
Curah Hujan Harian Rencana (R24) = 102,85971 mm
Length of Overland Flow = 16 m / 2 = 8 m
Average Surface Slopes = 2%
Panjang Saluran Primer (L) = 95 m
Asumsi Kecepatan aliran air (v) = 1 m/s
Menentukan Ti
Dari grafik untuk menentukan Ti, dengan length of overland flow = 8 meter dan average
surface slope = 2%, maka didapat Ti = 4 menit
*Ti = Waktu pengaliran dari tempat terjauh melalui permukaan tanah ke saluran terdekat
Menentukan Tt

L 95
T t = = =95 detik
v 1

*Tt = Waktu pengaliran yang diperlukan air di saluran untuk mengalir sampai ke titik yang
ditinjau

Menghitung Tc
4 95 67
t=T c =T i +T t= + = =0,093056 Jam
60 3600 720
*Tc = Waktu konsentrasi, waktu pengaliran dari tempat terjauh sampai titik yang ditinjau

Menghitung Intensitas Hujan dengan Rumus Mononobe (I)


2
R 24
I = 24
24 t ( ) 3

2
102,85971 24
I=
24 0,093056 ( ) 3

I =173,6521mm / jam

PERHITUNGAN TALANG AIR (GUTTER & LEADER)

Data Bangunan:
Panjang bangunan (L) = 72 m (Lebar Atap)
Lebar bangunan = 14 m
Tinggi bangunan = 44,2 m + 3,2 m (Gable Frame) = 47,4 m
Sudut kemiringan atap = 10
Panjang sisi miring atap = 7 m / cos 10 = 7,108 m

Data Perencanaan:
Saluran drainase = Saluran pipa polos n = 0,013
Air drainase = Air Bersih Batasan kecepatan aliran:
vmin = 0,76 m/s (untuk menghalangi tumbuhnya tanaman air)
vmin = 0,61 ~ 0,91 m/s (untuk menghindari sedimentasi)
vmax = 3 m/s (Peraturan Menteri PU 12-2014 Tabel 17)
Penampang saluran = Setengah Lingkaran (Gutter)
= Lingkaran (Leader)

Perhitungan Debit Atap 1 Sisi

Koefisien Limpasan (C) untuk atap = 1


Intensitas Hujan (I) = 173,6521 mm/jam
Luas 1 sisi atap (A) = 7,108 m x 72 m = 511,775 m2 = 0,0511775 ha
1
Q1 = CIA
2
atap 360

1
x 1 x 173,6521 x 0,0511775
360

0,024686 m3 /s
Perhitungan Debit Talang Air Horizontal (Gutter) 1 Sisi

Koefisien Limpasan (C) untuk talang = 1


Intensitas Hujan (I) = 173,6521 mm/jam
Luas selimut gutter (Ag) = (2r) L = (2r) x 72 m = 226,19467 r (dalam m2)
= 0,022619467 r (dalam ha)
1
Q1 = CI A g
2
gutter 360

1
x 1 x 173,6521 x 0,022619467 r
360

0,0109109 r (dalam m3 /s)

Perhitungan Dimensi Talang Air Horizontal (Gutter)

*Debit saluran gutter menggunakan Rumus Persamaan Manning


Kemiringan dasar saluran (So = Sf) diambil = 0,01
Rumus yang digunakan:
1 2
2 r
1 1 A 2 1
A= r ; P= ( 2 r ) ; R= = = r
2 2 P 1 2
( 2 r )
2

Q1 =Q 1 +Q 1
saluran atap gutter
2 2 2

2 1
1
A R 3 S f 2 =0,024686+ 0,0109109r
n

{( )( ) }
1
1 1 2 1 23
r r ( 0,01 )2 =0,024686+ 0,0109109r
0,013 2 2

8
7,6118437 r 3 0,0109109r =0,024686

Dengan Trial & Error, didapat jari-jari pipa gutter (r) = 0,118836 m = 11,8836 cm, maka
diameter pipa gutter minimum (D) = 2r = 23,7672 cm
Maka, digunakan gutter setengah lingkaran dengan diameter 10 inci
D = 25,4 cm, r = 12,7 cm = 0,127 m

Setelah didapat dimensi penampang gutter, maka didapat Debit Gutter pada 1 sisi adalah:
3
Q1 =0,0109109 r=0,0109109 ( 0,127 ) =0,0013857 m /s
gutter
2

Didapat juga Debit yang mengalir di Saluran Gutter pada 1 sisi adalah:
Q1 =Q 1 +Q 1 =0,024686+0,0013857=0,02607 m3 / s
saluran atap gutter
2 2 2

Cek Kecepatan Aliran Air di Saluran Gutter

Q1
saluran
2 0,02607 0,02607
v= = = =1,029 m/s
A 1 2 1 2
r (0,127)
2 2

( v min< v< v max ) OK , dimensi penampang dapat digunakan

Perhitungan Dimensi Talang Air Tegak (Leader)

Debit Total Saluran Gutter pada ke 2 sisi adalah:


3
Qtotal=2 Q 1 =2 ( 0,02607 )=0,05214 m /s=3128,4 L /menit
saluran
2

Kapasitas pipa leader yang digunakan adalah dengan diameter (D) = 3 inci

Persyaratan Jarak dan Kebutuhan Pipa Leader


Jarak maksimum antar pipa leader adalah 75 ft = 22,86 m
Syarat S < 22,86 m
Untuk setiap 150 ft2 = 13,94 m2 luas tangkapan, dibutuhkan 1 inci luas pipa leader
Syarat Rasio Luasan < 13,94 m2/inch2 pipa

Luas Pipa Leader (Apl)


1 2 1 2 2
A pl= D = (3) =7,06858inch
4 4

Luas Tangkapan (At)


Luas 1 sisi atap = 7,108 m x 72 m = 511,775 m2
Luas selimut gutter = (2r) L = (2 x 0,127) x 72 m = 28,7267 m2
A t =2 x luas 1 sisi atap+2 x luas selimut gutter

2 x 511,775+2 x 28,7267
2
1081,00345 m

Rasio Luas Tangkapan (At) terhadap Luas Pipa Leader (Apl)


At 1081,00345
= =152,9308 m2 /inch 2 pipa
A pl 7,06858

Menentukan Jumlah Pipa Leader


At
A pl 152,9308
n= = =10,9706 12 buah pipa leader
syarat 13,94

Rasio Luasan (bila digunakan 12 buah pipa leader)


At
A 152,9308
Rasio luasan= pl = =12,74423 m2 /inch2 pipa<13,94 m 2 /inch2 pipa(OK )
n 12

Jadi, setiap luasan 12,74423 m2, terdapat 1 inch2 luasan pipa setiap, pipa dipasang sebanyak
12 buah dengan masing-masing sisinya dipasang 6 buah pipa leader berdiameter 3 inci.

Jarak antar Pipa Leader (S)


L 72
S= = =14,4 m<22,86 m(OK )
n1 61
PERHITUNGAN RAIN WATER HARVESTING TANK

Debit yang masuk pada tank = Debit Total Talang air pada ke 2 sisi
QRWH =Q total=3128,4 L/menit

Jika air hujan ditampung semua dengan asumsi lamanya durasi hujan (t) = 60 menit, maka:
V =Q t=3128,4 L/menit x 60 menit=187704 L=187,704 m 3

Jika air yang ditampung di RWH Tank hanya 80% dari air yang mengalir dari atap, maka:
V =80 ( 187,704 )=150,1632 m 3

Apabila dipasang 2 RWH Tank, maka dapat digunakan dimensi masing-masing tank dengan
panjang (p) = 7 m, lebar (l) = 4,5 m dan tinggi (h) = 2,5 m
3 3
V 2 tank =2 pl h=2 x 7 x 4,5 x 2,5=157,5 m >150,1632m (OK )

PERHITUNGAN DEBIT DRAINASE SALURAN (Q)

Intensitas Hujan (I) = 173,6521 mm/jam


*Rumus yang digunakan adalah Rumus Metode Rational

Saluran 1 (Saluran Tersier)


Saluran Tersier hanya berfungsi untuk mengalirkan air yang jatuh pada salah satu sisi
(panjang dan lebar) masuk ke saluran sekunder (Qsaluran 2)

Koefisien Limpasan (C) untuk dinding bangunan (facade) = 1


Luas 1 sisi panjang dan lebar bangunan = (72 + 14) x 47,4 m = 4076,4 m2 = 0,40764 ha
Luas tangkapan air dari facade (A1) = Luas 1 sisi bangunan
= 0,40764 ha
Debit yang mengalir di Saluran 1
1
Qsaluran1 = CI A 1
360

1
x 1 x 173,6521 x 0,40764
360

0,196632 m3 / s

Saluran 2 (Saluran Sekunder)


Saluran Sekunder hanya berfungsi untuk mengalirkan air dari saluran tersier (Q saluran 1) masuk
ke saluran primer terdekat (Qsaluran 4)
Debit yang mengalir di Saluran 2
Qsaluran 2=Qsaluran1 =0,196632m3 / s

Saluran 3 (Saluran Primer)


Saluran Primer no.3 ini hanya mengalirkan air dari taman yang terletak dibelakang dan
disamping bangunan, karena elevasi taman yang lebih rendah dari lahan parkir

Koefisien Limpasan (C) untuk taman = 0,3


Luas tangkapan air dari taman (A3) = (11 x 22) + (73 x 7) + (11 x 18)
= 951 m2 = 0,0951 ha
Debit yang mengalir di Saluran 3
1
Qsaluran3 = CI A 3
360

1
x 0,3 x 173,6521 x 0,0951
360

0,013762 m3 / s

Saluran 4 (Saluran Primer)


Saluran Primer no.4 ini mengalirkan air yang diteruskan dari saluran sekunder (Q saluran 2) dan
air dari sebagian lahan parkir

Koefisien Limpasan (C) untuk lahan parkir = 0,95


Luas tangkapan air dari lahan parkir (A4) = (84 x 11) + (11 x 15) + (95 x 16)
= 1849 m2 = 0,1849 ha
Debit yang mengalir di Saluran 4
1
Qsaluran 4=Q saluran2 + CI A 4
360

0,196332+ ( 3601 x 0,95 x 173,6521 x 0,1849 )


0,281062 m3 / s

Saluran 5 (Saluran Primer)


Saluran Primer no.5 ini hanya mengalirkan air dari sebagian lahan parkir

Koefisien Limpasan (C) untuk lahan parkir = 0,95


Luas tangkapan air dari lahan parkir (A5) = (95 x 16) + (95 x 15)
= 1472,5 m2 = 0,14725 ha
Debit yang mengalir di Saluran 5
1
Qsaluran5 = CI A 5
360

1
x 0,95 x 173,6521 x 0,14725
360

0,06748 m3 /s

Saluran 6 (Saluran Primer)


Saluran Primer no.6 ini hanya mengalirkan air dari sebagian lahan parkir

Koefisien Limpasan (C) untuk lahan parkir = 0,95


Luas tangkapan air dari lahan parkir (A6) = (95 x 15)
= 712,5 m2 = 0,07125 ha
Debit yang mengalir di Saluran 6
1
Qsaluran 6= CI A 6
360

1
x 0,95 x 173,6521 x 0,07125
360
3
0,03265 m /s

Saluran 7 (Saluran Primer)


Saluran Primer no.7 ini mengalirkan air dari keempat saluran primer lainnya yang
mengumpul (Qsaluran 3 + Qsaluran 4 + Qsaluran 5 + Qsaluran 6) masuk ke saluran kota (diluar lahan)

Debit yang mengalir di Saluran 7


Qsaluran7 =Qsaluran 3+Q saluran4 + Qsaluran5 +Qsaluran 6

0,013762+0,281062+ 0,06748+0,03265

0,395 m3 /s
PERHITUNGAN DESAIN SALURAN

Data Perencanaan:
Saluran drainase = Saluran dengan perkerasan beton seluruhnya n = 0,015
Air drainase = Air Bersih Batasan kecepatan aliran:
vmin = 0,76 m/s (untuk menghalangi tumbuhnya tanaman air)
vmin = 0,61 ~ 0,91 m/s (untuk menghindari sedimentasi)
vmax = 3 m/s (Peraturan Menteri PU 12-2014 Tabel 17)
Penampang saluran = Persegi Panjang
*Debit saluran menggunakan Rumus Persamaan Manning

Desain Saluran 1 & 2


Debit drainase (Qsaluran 1 = Qsaluran 2) = 0,196632 m3/s
Untuk Q < 3 m3/s Nilai rasio b/y = 2
Untuk Q < 1 m3/s Tinggi Jagaan (Tj) = 0,4 m
Kemiringan dasar saluran (So) = 0,005 (So = Sf untuk Desain Saluran Aliran Beraturan)

Menentukan Tinggi Air di Saluran (y)


2 A 2 y2
b=2 y A=by =2 y ; P=b+ 2 y =4 y ; R= = =0,5 y
P 4y
2 1
1
Q=V A Q= R 3 S f 2 A
n
2 1
1
0,196632= x ( 0,5 y )3 x ( 0,005 )2 x 2 y 2
0,015
y=0,2786 m
Maka, b = 2y = 2(0,2786) = 0,5572 m

Menentukan Dimensi Saluran (b dan h)

Diambil lebar saluran (b) = 0,6 m, maka hitung ulang tinggi air di saluran (y)
Dengan Trial & Error dengan b = 0,6 m, didapat y = 0,25906 m
Tinggi saluran (h) = y + Tj = 0,25906 + 0,4 = 0,65906 m 0,7 m
Cek Kecepatan Aliran Air di Saluran 1 & 2
2 1 2 1
1 3 2 1
v = R Sf = x 0,5 x 0,25906 x 0,005 2 =1,2068 m/s
( ) 3
( )
n 0,015
( v min< v< v max ) OK
Jadi untuk Saluran 1 dan 2, dipakai lebar saluran (b) = 0,6 m dengan kedalaman (h) = 0,7 m

Desain Saluran 3
Debit drainase (Qsaluran 3) = 0,013762 m3/s
Untuk Q < 3 m3/s Nilai rasio b/y = 2
Untuk Q < 1 m3/s Tinggi Jagaan (Tj) = 0,4 m
Kemiringan dasar saluran (So) = 0,02 (So = Sf untuk Desain Saluran Aliran Beraturan)

Menentukan Tinggi Air di Saluran (y)


2
A 2y
b=2 y A=by =2 y 2 ; P=b+ 2 y =4 y ; R= = =0,5 y
P 4y
2 1
1
Q=V A Q= R 3 S f 2 A
n
2 1
1
0,013762= x ( 0,5 y )3 x ( 0,02 ) 2 x 2 y 2
0,015
y=0,07924 m
Maka, b = 2y = 2(0,07924) = 0,15848 m

Menentukan Dimensi Saluran (b dan h)

Diambil lebar saluran (b) = 0,2 m, maka hitung ulang tinggi air di saluran (y)
Dengan Trial & Error dengan b = 0,2 m, didapat y = 0,0636 m
Tinggi saluran (h) = y + Tj = 0,0636 + 0,4 = 0,4636 m 0,5 m
Cek Kecepatan Aliran Air di Saluran 3
2 1 2 1
1 1
v = R3 Sf 2= x ( 0,5 x 0,0636 ) 3 x ( 0,02 ) 2 =0,9463 m/s
n 0,015
( v min< v< v max ) OK
Jadi untuk Saluran 3, dipakai lebar saluran (b) = 0,2 m dengan kedalaman (h) = 0,5 m
Desain Saluran 4
Debit drainase (Qsaluran 4) = 0,281062 m3/s
Untuk Q < 3 m3/s Nilai rasio b/y = 2
Untuk Q < 1 m3/s Tinggi Jagaan (Tj) = 0,4 m
Kemiringan dasar saluran (So) = 0,004 (So = Sf untuk Desain Saluran Aliran Beraturan)

Menentukan Tinggi Air di Saluran (y)


2 A 2 y2
b=2 y A=by =2 y ; P=b+ 2 y =4 y ; R= = =0,5 y
P 4y
2 1
1
Q=V A Q= R 3 S f 2 A
n
2 1
1
0,281062= x ( 0,5 y )3 x ( 0,004 ) 2 x 2 y 2
0,015
y=0,33214 m
Maka, b = 2y = 2(0,33214) = 0,66428 m

Menentukan Dimensi Saluran (b dan h)

Diambil lebar saluran (b) = 0,7 m, maka hitung ulang tinggi air di saluran (y)
Dengan Trial & Error dengan b = 0,7 m, didapat y = 0,3154 m
Tinggi saluran (h) = y + Tj = 0,3154 + 0,4 = 0,7154 m 0,75 m
Cek Kecepatan Aliran Air di Saluran 4
2 1 2 1
1 3 2 1
v = R Sf = x 0,5 x 0,3154 x 0,004 2 =1,2307 m/ s
( ) 3
( )
n 0,015
( v min< v< v max ) OK
Jadi untuk Saluran 4, dipakai lebar saluran (b) = 0,7 m dengan kedalaman (h) = 0,75 m
Desain Saluran 5
Debit drainase (Qsaluran 5) = 0,06748 m3/s
Untuk Q < 3 m3/s Nilai rasio b/y = 2
Untuk Q < 1 m3/s Tinggi Jagaan (Tj) = 0,4 m
Kemiringan dasar saluran (So) = 0,01 (So = Sf untuk Desain Saluran Aliran Beraturan)

Menentukan Tinggi Air di Saluran (y)


2 A 2 y2
b=2 y A=by =2 y ; P=b+ 2 y =4 y ; R= = =0,5 y
P 4y
2 1
1
Q=V A Q= R 3 S f 2 A
n
2 1
1
0,06748= x ( 0,5 y ) 3 x ( 0,01 ) 2 x 2 y 2
0,015
y=0,1638 m
Maka, b = 2y = 2(0,1638) = 0,3276 m

Menentukan Dimensi Saluran (b dan h)

Diambil lebar saluran (b) = 0,3 m, maka hitung ulang tinggi air di saluran (y)
Dengan Trial & Error dengan b = 0,3 m, didapat y = 0,17925 m
Tinggi saluran (h) = y + Tj = 0,17925 + 0,4 = 0,57925 m 0,6 m
Cek Kecepatan Aliran Air di Saluran 5
2 1 2 1
1 3 2 1
v = R Sf = x 0,5 x 0,17925 x 0,01 2 =1,335 m/ s
( ) 3
( )
n 0,015
( v min< v< v max ) OK
Jadi untuk Saluran 5, dipakai lebar saluran (b) = 0,3 m dengan kedalaman (h) = 0,6 m
Desain Saluran 6
Debit drainase (Qsaluran 6) = 0,03265 m3/s
Untuk Q < 3 m3/s Nilai rasio b/y = 2
Untuk Q < 1 m3/s Tinggi Jagaan (Tj) = 0,4 m
Kemiringan dasar saluran (So) = 0,01 (So = Sf untuk Desain Saluran Aliran Beraturan)

Menentukan Tinggi Air di Saluran (y)


2 A 2 y2
b=2 y A=by =2 y ; P=b+ 2 y =4 y ; R= = =0,5 y
P 4y
2 1
1
Q=V A Q= R 3 S f 2 A
n
2 1
1
0,03265= x ( 0,5 y ) 3 x ( 0,01 ) 2 x 2 y 2
0,015
y=0,12477 m
Maka, b = 2y = 2(0,12477) = 0,24954 m

Menentukan Dimensi Saluran (b dan h)

Diambil lebar saluran (b) = 0,3 m, maka hitung ulang tinggi air di saluran (y)
Dengan Trial & Error dengan b = 0,3 m, didapat y = 0,104625 m
Tinggi saluran (h) = y + Tj = 0,104625 + 0,4 = 0,504625 m 0,55 m
Cek Kecepatan Aliran Air di Saluran 6
2 1 2 1
1 3 2 1
v = R Sf = x 0,5 x 0,104625 x 0,01 2 =0,9325 m/s
( ) 3
( )
n 0,015
( v min< v< v max ) OK
Jadi untuk Saluran 6, dipakai lebar saluran (b) = 0,3 m dengan kedalaman (h) = 0,55 m
Desain Saluran 7
Debit drainase (Qsaluran 7) = 0,395 m3/s
Untuk Q < 3 m3/s Nilai rasio b/y = 2
Untuk Q < 1 m3/s Tinggi Jagaan (Tj) = 0,4 m
Kemiringan dasar saluran (So) = 0,003 (So = Sf untuk Desain Saluran Aliran Beraturan)

Menentukan Tinggi Air di Saluran (y)


2 A 2 y2
b=2 y A=by =2 y ; P=b+ 2 y =4 y ; R= = =0,5 y
P 4y
2 1
1
Q=V A Q= R 3 S f 2 A
n
2 1
1
0,395= x ( 0,5 y ) 3 x ( 0,003 ) 2 x 2 y 2
0,015
y=0,39826 m
Maka, b = 2y = 2(0,39826) = 0,79652 m

Menentukan Dimensi Saluran (b dan h)

Diambil lebar saluran (b) = 0,8 m, maka hitung ulang tinggi air di saluran (y)
Dengan Trial & Error dengan b = 0,8 m, didapat y = 0,3965 m
Tinggi saluran (h) = y + Tj = 0,3965 + 0,4 = 0,7965 m 0,8 m
Cek Kecepatan Aliran Air di Saluran 7
2 1 2 1
1 3 2 1
v = R Sf = x 0,5 x 0,3965 x 0,003 2 =1,2415 m/s
( ) 3
( )
n 0,015
( v min< v< v max ) OK
Jadi untuk Saluran 7, dipakai lebar saluran (b) = 0,8 m dengan kedalaman (h) = 0,8 m
HASIL DESAIN SALURAN
PERHITUNGAN PENULANGAN SALURAN

Spesifikasi dan Dimensi Saluran:


Spesifikasi Material
o Mutu beton (fc) = 30 Mpa
o Mutu tulangan (fy) = 240 MPa
o Diameter tulangan = 10
Dimensi Saluran
o B = 800 mm
o H = 800 mm
o t1 = t2 = 170 mm
o A1 (Luas bagian samping) = 2 x (H + t2) x t1 = 0,3298 m2
o A2 (Luas bagian bawah) = B x t2 = 0,136 m2

Data-Data lain dalam Perencanaan:


Tebal timbunan tanah (h1) = 10 cm = 0,1 m
Lebar tempat kendaraan (L) =5m
Lebar pijakan ban (L1) = 20 cm = 0,2 m
Berat jenis tanah (s) = 1,636 ton/m3
Sudut geser dalam () = 19,3
Koefisien bentuk muatan hidup (i) = 0,2
Beban kendaraan bus (P) = 8 ton
Berat jenis beton (c) = 24 KN/m3
Berat jenis perkerasan aspal (b) = 22 KN/m2

Beban-Beban Rencana
Beban Tetap
o Berat sendiri saluran
o Berat perkerasan jalan
o Berat air di saluran
o Berat tekanan tanah
Beban Tidak Tetap
o Beban lintas (kendaraan)

Beban Tekanan Tanah


Gaya tanah aktif:

1sin 1sin 19,3


K a= = =0,503178
1+ sin 1+sin 19,3
1 1
Pa= s K a H 2= x 1,636 ton/m3 x 0,5032 x 0,8 2
2 2
0,2 6344 ton=2,6344 KN

Beban Akibat Berat Kendaraan (P)

2P 2x8
P1+i= ( 1+i )= ( 1+0,2 )=3,84 ton/m
L 5

w 1=2 h1+ L1 =2 x 0,1+0,2=0,4 m

P 1+i 3,84
P v 1= = =9,6 ton/m2 =96 KN / m2
w1 0,4

1 1
P= K a H P v 1= x 0,503178 x 0,8 x 96=1 9,322 KN
2 2

Berat Sendiri Saluran Bagian Samping

Q1= A1 x c =0, 3298 x 24=7,9152 KN /m

Berat Sendiri Saluran Bagian Bawah

Q2= A2 x c =0, 136 x 24=3,264 KN /m

Berat Air Saluran ; Tinggi air (y) = 0,4 m

Q3=9,81 KN /m3 x 0,8 x 0, 4=3,1392 KN /m

Momen Pada Dinding Samping Saluran

0,8
M =P l=( 2, 6344+19,322 ) =5,855 KNm
3

Momen Pada Pelat Bawah Saluran

1 2
M =5,855+ ( 3,264+ 3,1392 ) 0,8 =6,3673 KNm
8
Penulangan Saluran

Tulangan Utama

10
d=1 7 075 =90 mm
2

Mu 6,3673 106
As= = =344,7747 m m2
f y 0,95 d 0,9 240 0,95 90

As f y 344,7747 240
a= = =3,245 mm
0,85 f ' c b 0,85 30 1000

Mu 6,3673 106 2 '


As= = =333,5492mm /m
a 3,245
( )
f y d
2 (
0,9 240 90
2 )
A s 333,5492
n= = =4,247 5 buahtulangan
A b 0,25 10 2

1000 1000
s= = =250 mm
n1 51

Jadi, digunakan tulangan utama 10 250 mm

Tulangan Pembagi

Tulangan pembagi digunakan jarak maksimum, yaitu 300 mm

Jadi, digunakan tulangan pembagi 10 300 mm


PERHITUNGAN SUMUR RESAPAN

Perencanaan berpedoman pada SNI 03-2453-2002 mengenai Tata Cara Perencanaan Sumur
Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan

Persyaratan Teknis

Kedalaman M.A.T. berdasarkan data borlog adalah berada di elevasi -8,9 m


Kedalaman Air Tanah memenuhi persyaratan teknis mengenai kedalaman air tanah minimum
yaitu 1,5 meter pada musim hujan.
Permeabilitas Tanah = 3 cm/jam memenuhi persyaratan teknis mengenai stuktur tanah yang

dapat digunakan harus mempunyai nilai permeabilitas 2,0 cm/jam = 0,48 m/hari

(permeabilitas tanah sedang)


Jarak minimum penempatan sumur resapan air hujan terhadap bangunan adalah 3 meter yang
diukur dari tepi ke tepi (Tabel 1)

Perhitungan Sumur Resapan Air Hujan

Data Perencanaan:
Penampang sumur resapan = Lingkaran
Diameter sumur resapan (D) = 100 cm = 1 m
Kedalaman sumur resapan (H) = 300 cm = 3 m Kedalaman yang direncanakan (Hrencana)
Hrencana < Kedalaman M.A.T. (OK)

Perhitungan sumur resapan air hujan terbagi atas:

1. Volume andil banjir yang akan ditampung sumur resapan (Vab)


Ctadah =0,95

A t =2 x luas 1 sisi atap+2 x luas selimut gutter =1081,00345 m2


2
A tadah=20 A t =0,2 ( 1081,00345 ) =216,20069 m
2
R=80,8 mm/hari=80,8 L/m /hari
V ab=0,855 C tadah A tadah R
0,855 x 0,95 x 216,20069 x 80,8
14189,20804 L=14,1892 m3
dimana : Ctadah = koefisien limpasan dari bidang tanah
: Atadah = luas bidang tanah (m2)
: R = tinggi hujan harian rata-rata (L/m2/hari)
2. Volume air hujan yang meresap (Vrsp)
R 0,92 ( 80,8 )0,92
t e=0,9
60( ) (
=0,9
60 )
=0,853 jam

1 4 1 4 2
A h= D = ( 1 ) =0,7854 m
4 4
A v = D H= x 1 x 3=12,5664 m2

A total= A h+ A v =0,7854 +12,5664=13,3518 m2


Asumsi: dinding sumur tidak kedap air, maka K yang digunakan adalah Krata-rata
K tanahkelanauan=K v =3 cm/ jam=0,72m/hari
K h=2 K v =2 ( 0,72 ) =1,44 m/ hari
K v Ah + K h A v
K ratarata =
A total
0,72 ( 0,7854 )+ 1,44 ( 12,5664 )

13,3518
1,39765 m/hari
te
V rsp = A K
24 total
0,853
x 13,3518 x 1,39765
24
0,66325 m3
dimana : te = durasi hujan efektif (jam)
: Ah = luas alas sumur dengan penampang lingkaran = D2 (m2)
: Av = luas dinding sumur dengan penampang lingkaran = D H (m2)
: Atotal = luas dinding sumur + luas alas sumur (m2)
: K = koefisien permeabilitas tanah (m/hari)
: Kv = koefisien permeabilitas pada dinding sumur (m/hari)
: Kh = koefisien permeabilitas pada alas sumur (m/hari)
: Krata-rata = koefisien permeabilitas tanah rata-rata (m/hari)
3. Volume penampungan air hujan (Vstorasi)
V storasi =V abV rsp
14,1892m0,66325
3
13,52595 m

Penentuan Sumur Resapan Air Hujan

1. Kedalaman total sumur resapan air hujan (Htotal)


V storasi
H total=
Ah

13,52595
=17,2217 m
0,7854

2. Jumlah sumur resapan air hujan (n)


H 17,2217
n= total = =5,7406 6 buah sumur resapan
H rencana 3
Jadi, digunakan 6 buah sumur resapan air hujan dengan diameter (D) = 1 meter dan
kedalaman (H) = 3 meter, dengan anggapan sumur resapan hanya menerima 20% air
hujan yang tidak mampu lagi ditampung oleh rain water harvesting tank

Anda mungkin juga menyukai