Anda di halaman 1dari 46

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas berkat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Lapangan ini. Penyusunan Laporan ini dengan judul “Perencanaan Box Culvert Pada
Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Manado-Bitung STA. 14+900 s/d
STA. 39+900”.
Dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini, penulis banyak
memperoleh bantuan dan sara dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini
penulis ingin sampaikan banyak terimakasih kepada :
1. Bapak Ir. Ever Notje Slat, MT selaku direktur Politeknik Negeri Manado
2. Bapak Noldie Kondoj, ST.MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil
3. Bapak Sudarno, ST.MT selaku Ketua Program Studi Teknik Konstruksi Jalan dan
Jembatan.
4. Bapak Ir.Donny Taju selaku Ketua Panitia Praktek Kerja Lapangan.
5. Bapak Rudolf Mait, ST.,MT dan Bapak Sudarno, ST.,MT selaku Dosen
Pembimbing yang telah menuntun dan memberikan masukan kepada penulis
selama penulisan laporan ini.
6. Dosen-dosen Teknik Sipil yang sudah memberikan teori kepada penulis selama
proses perkuliahan sebelum penulis terjun ke lapangan dalam Kegiatan Praktek
Kerja Lapangan.
7. Pimpinan Perusahan PT. Pembangunan Perumahan Persero beserta stafnya yang
sudah memberikan ilmu selama Praktek Kerja Lapangan.
8. Orang Tua tercinta yang selalu mendoakan, mendukung serta memotivasi dan
memperhatikan penulis.
9. Terima kasih juga kepada teman-teman mahasiswa yang selalu memberikan
masukan serta dukungan kepada penulis dalam penulisan laporan ini.

i
Penulis menyadari bahwa laporan Praktek Kerja Lapangan ini belum sempurna,
untuk itu penulis dengan tulus dan terbuka menerima kritikan dan saran yang bersifat
membangun dengan harapan agar Laporan Praktek kerja Lapangan ini bisa bermanfaat
bagi yang memerlukannya.

Manado, Desember 2019

Penulis

Rivaldo Yosua Terok


116013026

ii
DAFTAR ISI

JUDUL/COVER
HALAMAN JUDUL
LEMBAR ASISTENSI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..... iii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………………. iv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………...………. vi
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………...….. 1
1.1. Latar Belakang ……………………………………………………….….. 1
1.2. Maksud dan Tujuan …………………………………………………..……. 2
1.3. Pembatasan Masalah …………………………………………………...….. 2
1.4. Metodologi Penelitian …………………………………………………...… 3
BAB II DASAR TEORI …………………………………………..………………. 4
2.1 Pengertian Box Culvert ……………………………………………………. 4
2.2 Jenis dan Ukuran Gorong – Gorong Saluran Beton ……………………..… 4
2.3 Jenis – Jenis Box Culvert ………………………………………...…...…… 5
2.4 Perencanaan Box Culvert …………………………………………….……. 7
2.5 Manfaat dan Fungsi Box Culvert ………………………………….………. 13
BAB III PEMBAHASAN …………………………………………………………. 14
3.1 Perencanaan Perhitungan Box Culvert ……………………….……………. 14
3.2 Perhitungan Beban pada Box Culvert ………………….………………….. 16
3.3 Perhitungan Tulangan pada Box Culvert …….…………………….……… 26
BAB V PENUTUP ……………………………………………………………….... 35
4.1. Kesimpulan ………………………………………………..……………….. 35
4.2. Saran …………………………………………………………..…………… 35
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..…. 36
LAMPIRAN ……………………………………………………………………….. 37

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Curah Hujan kota Manado……………………………………….…14


Tabel 3.2 Data Dimensi Box Culvert …………………………………………….... 17
Tabel 3.3 Data Bahan Struktur Beton ………………….………………………..… 17
Tabel 3.4 Data Bahan Struktur Beton ……………………………………………... 17
Tabel 3.5 Data Berat Isi ………………………………………………………….... 18
Tabel 3.6 Data beban Mati Tambahan …………………………………………….. 19
Tabel 3.7 Beban pada Plat Lantai Box Culvert ………………………………….… 25
Tabel 3.8 Beban pada Plat Dinding …………………………………………….…..26
Tabel 3.9 Beban pada Plat Pondasi …………………………...…………………… 26

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Box Culvert untuk Drainase………..…………………………….…… 6
Gambar 2.2 Box Culvert untuk Utilitas …………………………………………… 6
Gambar 2.3 Box Culvert untuk Lorong Bawah Tanah ……………….…………… 7
Gambar 3.1 Rencana Dimensi Box Culver ………………..………………………. 14
Gambar 3.2 Dimensi Box Culvert 2,8 m x 2,8 m x 47 m …………………….…… 16
Gambar 3.3 Berat Sendiri ……………………………………………………..…… 18
Gambar 3.4 Beban Mati Tambahan ……………………………………………….. 19
Gambar 3.5 Beban Lajur …………………………………………………………... 20
Gambar 3.6 Intensitas Uniformly Distributed Load (UDL) …………………….… 20
Gambar 3.7 Grafik Faktor Beban Dinamis (DLA) ……………………………...… 21
Gambar 3.8 Beban Pada Pelat Lantai ……………………………………………. 21
Gambar 3.9 Distribusi Beban Truk (TT) ………………………………..………… 22
Gambar 3.10 Tekanan Tanah (TA) ………………………………………….…….. 24

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup pesat didukung dengan
berkembangnya sektor pemukiman dan perkantoran menuntut penyediaan
infrastruktur transportasi (termasuk jalan dan jembatan) yang memadai. Untuk
meningkatkan laju roda perekonomian Indonesia maka dibangunlah proyek jaringan
jalan tol Manado - Bitung. Pembangunan jalan baru seperti jalan tol yang melintasi
saluran air diharuskan mengembalikan aliran air seperti sediakala. Saluran air
pengganti setidaknya harus sebaik dengan kondisi saluran sebelumnya. Dengan
mempertimbangkan kepraktisan dan kefektifan konstruksi, pengalihan saluran air
melalui Box Culvert merupakan solusinya.
Box Culvert bukan hal yang baru, yang baru hanyalah dimensi dari proyek
tersebut, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Seiring dengan perubahan tersebut
munculah persaingan yang ketat, hal ini yang mendorong para kontraktor mencari
dan menggunakan metode serta teknik yang baik, sehingga penggunaan sumber daya
benar-benar efektif dan efisien. Oleh sebab itu, dalam laporan ini yang akan di bahas
mengenai “Perencanaan Pekerjaan Box Culvert Pada Proyek Pembangunan Jalan
Bebas Hambatan Manado-Bitung STA. 14+900 s/d STA. 39+900”.
Proyek pembangunan Jalan tol Manado – Bitung merupakan jalan tol yang
menghubungkan kota Manado hingga kota Bitung yang berada di provinsi Sulawesi
Utara. Jalan tol ini dibangun untuk menyediakan jalan alternative dari ruas jalan
existing yang masih menjadi satu-satunya jalur penghubung antara kedua kota
tersebut. Pembangunan jalan tol ini diharapkan mendukung peningkatan lalu lintas
pada rute Manado – Bitung, mendukung sector wisata serta pertumbuhan ekonomi di
Manado, Minahasa Utara dan Bitung. Jalan tol ini juga akan menjadi jalan akses
utama ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung dan Pelabuhan Hubungan
Internasional Bitung yang akan dibangun. Proyek pembangunan jalan tol ini
direncanakan sepanjang 39 km dan terbagi menjadi dua tahap yakni (1) Seksi 1:
Manado – Airmadidi dan (2) Seksi 2 : Airmadidi - Bitung.
Khusus pembangunan Jalan Tol Manado–Bitung sepanjang STA. 14+900 s/d
STA. 39+900 paket 2 dipegang oleh kontraktor yang bekerja sama untuk melakukan

1
pembangunan infrastruktur ini. Dan khusus untuk infrastruktur sepanjang STA.
14+900 s/d STA. 39+900 dipegang oleh PT. Pembangunan Perumahan (persero) Tbk
Adapun data rincian proyek pembangunan jalan bebas hambatan Manado – Bitung,
sebagai berikut :
 Nama pekerjaan : PEKERJAAN PEMBORONGAN DAN
PENYUSUNAN DESAIN PEMBANGUNAN
JALAN TOL MANADO – BITUNG STA
14+900 – 39+900
 Provinsi : SULAWESI UTARA
 Lokasi Pekerjaan : KAB.MINAHASA UTARA DAN KOTA
BITUNG
 Nomor Kontrak : 001/KONTRAK-DIR/2016
 Tanggal Kontrak : 1 November 2016
 Nilai Kontrak Awal : Rp.730,863,912,975 (16 Juni 2018)
 Nilai Kontrak Addendum I : Rp. 718,555,287,287 (13 Desember 2017)
 Nilai Kontrak Addendum II : Rp. 724,641,987,915 (13 Agustus 2018)
 Nilai Kontrak Addendum III : Rp. 724,641,987,915 (15 April 2019)
 Penyedia Jasa : PT PP (Persero) Tbk.
 Pemilik Proyek : PT Jasa Marga Manado – Bitung
 Jenis Kontrak : Unit Price
 Waktu Pelaksanaan : 928 (Hari Kalender)

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dibuatnya Laporan Perencanaan Box Culvert ini adalah :
1. Mahasiswa dapat Menghitung Perhitungan dari Debit saluran drainase untuk
box culvert.
2. Mahasiswa dapat Membuat Perencanaan dimensi box culvert.
3. Mahasiswa dapat Menghitung Perhitungan tulangan pada box culvert
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam penulisan laporan ini, pembatasan masalah yang di ambil yaitu:
1. Pembahasan Perencanaan Box Culvert hanya mencakup terhadap Desain
Kekuatan dari Box Culvert saja.

2
2. Pembahasan Perencanaan Box Culvert hanya mencakup terhadap desain
Debit Air Saluran untuk Perencanaan Dimensinya.
1.4 Metodologi Penelitian

Untuk mencapai tujuan dari penulisan laporan ini, maka metode yang
dilakukan antara lain adalah mengikuti proses Pembahasan Perencanaan Pekerjaan
Box Culvert Pada Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Manado-Bitung
STA. 14+900 s/d STA. 39+900, melakukan tanya jawab dengan pihak pelaksana
serta mempelajari kajian-kajian ilmiah yang terkait dengan perencanaan box culvert

3
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Box Culvert


Box Culvert adalah bangunan yang dibangun dibawah jalan atau jembatan
yang dipergunakan sebagai jalur penghubung seperti jalan, saluran air (drainase),
pipa gas, pipa kabel listrik, dan lain sebagainya. Pada dasarnya box culvert adalah
sebuah konstruksi yang menyerupai “pipa” persegi atau persegi panjang yang terbuat
dari beton bertulang guna untuk memperkuat konstruksi memikul beban yang
diatasnya. Pengerjaannya ada berupa cor ditempat dan banyak juga terbuat dari beton
pra cetak (precast). Tipikal perancangan konstruksi box culvert disesuaikan dengan
beberapa hal, seperti ; kondisi lapangan, kegunaan, estetika, kekuatan, dan ekonomis
2.2 Jenis Dan Ukuran Gorong-Gorong Saluran Beton
1. Buis Beton
Buis beton merupakan saluran gorong-gorong yang sudah lama diproduksi
dan digunakan. Buis beton telah dikenal sejak lama, bahkan pada tahun 1984
sudah banyak area konstruksi yang memanfaatkannya. Dulu, proses pembuatan
buis beton dilakukan secara tradisional dengan menyusun 2 lingkaran untuk
membentuk batas luar dan dalamnya. Barulah pada cetakan ini dimasukkan
campuran beton ke dalamnya. Tapi saat ini buis beton diproduksi langsung oleh
pabrik yang berpengalaman, cara pembuatannya sudah mendapat kontrol kualitas
lebih baik dari segi material bahan sampai cetakan yang dipakai. Karena memiliki
bentuk lingkaran yang memanjangkan layaknya sebuah pipa, buis beton kerap kali
disebut pipa beton. Jenis kualitas buis beton ini ada yang dengan atau tanpa besi
tulangan. Buis beton banyak dipakai untuk kebutuhan saluran air, terutama jenis
saluran air bawah tanah yang bagian permukaan atas tanahnya biasa dilalui oleh
kendaraan berat. Anda bisa memesan buis beton tanpa tulangan atau dengan
tulangan tergantung dari keperluan pengaplikasiannya dan ketahanannya.
2. Box Culvert
Seperti namanya, gorong-gorong beton ini memiliki bentuk seperti box
atau segi empat. Semua produksi gorong-gorong beton box culvert di produksi
bersama dengan tulangan sehingga ia terjamin kekuatannya dalam menahan
beban. Dalam pemasangannya, box culvert ini menggunakan bantuan dari spigot
atau spocket sehingga ia dapat menyambung antara box culvert satu dengan

4
lainnya. Selain dipakai sebagai saluran air, box culvert juga bisa digunakan untuk
saluran pembuangan, jembatan, terowongan, dan lorong bawah tanah. Box culvert
dapat diproduksi dengan berbagai dimensi ukuran sesuai kebutuhan anda. Pabrik
beton pada umumnya memproduksi box culvert dengan ukuran standar 40 x 40
cm sampai 200 x 200 cm dengan panjang 100 cm. Jadi jika anda membutuhkan
ukuran lain sebaiknya berkonsultasi dahulu dengan pabrik beton precast.
3. U Ditch
Hampir sama dengan box culvert, saluran air beton ini memiliki bentuk
persegi namun dibagian atasnya lubang. Jadi jika dilihat lagi bentuk U Ditch
nampak seperti huruf U. U ditch precast ini juga bisa diaplikasikan sekaligus
bersama cover u ditch / tutup u ditch yang dijual terpisah. Untuk gorong-gorong
saluran beton u ditch sendiri tersedia ukuran 30 x 30 cm sampai 120 x 120 cm
dengan panjang 120 cm. Jika anda membutuhkan u ditch dengan dimensi lain
maka hubungi langsung pabrik beton untuk lakukan konsultasi. U ditch sangat
cocok digunakan untuk saluran air di area jalan raya, perumahan, atau lainnya.
4. L-gutter
Kreasi saluran beton pracetak selanjutnya setelah U-gutter adalah L-gutter.
Type saluran beton pracetak ini adalah pengembangan dari u-gutter. Jika saluran
sudah tidak bisa didesign lagi menggunakan u-gutter maka design saluran bisa
dipecah menjadi L-gutter dan plat. Tujuan dari pemecahan ini adalah untuk
memudahkan pengangkutan material dan handling. pemasangan saluran beton
pracetak l-gutter. Kerapian pemasangan saluran beton pracetak type ini sangat
tergantung pada rapi tidaknya (kerataan) lantai kerja. L-gutter dan plat disambung
dengan cor beton cast in site sehingga pada ujung kaki l-gutter dan plat harus
dipasang stek besi tulangan. Pada ujung atas badan l-gutter juga perlu dipasang
stek besi tulangan jika direncanakan pemasangan caping (sloof). Caping di atas l-
gutter berfungsi untuk merangkai l-gutter satu dengan lainnya untuk menghindari
pergeseran arah melintang akibat desakan tanah samping. Caping juga berguna
2.3 Jenis Box Culvert
Box Culvert di rancang dengan berbagai fungsi dan kegunaan, yang memiliki
beberapa jenis yang dibedakan berdasarkan jumlah cellnya, seperti Box Culvert 1
cell, 2 cell, dan 3 cell. Cell di sini merupakan lorong atau saluran yang terbentuk

5
melalui keempat sisinya dan diberi penguat di setiap sudut sisinya dengan struktur
berbentuk segi empat. Adapun pembagian Box Culvert menurut fungsinya adalah :
1. Box Culvert untuk Saluran pembuangan Saniter / drainase

Gambar 2.1 Box Culvert Untuk Drainase


Box Culvert jenis ini adalah perangkat berupa saluran yang di dalamnya
mengalir limbah saniter, maupun limbah air kotor untuk disalurkan ke sungai
terdekat. Dalam merancang Box Culvert jenis ini yang penting diperhatikan
adalah topografi setempat untuk menghasilkan kemiringan yang optimum,
sehingga jalannya limbah tidak tersendat, jenis box culvert yang digunakan dapat
berupa Precast.
2. Box Culvert untuk Terowongan Utilitas

Gambar 2.2 Box Culvert Untuk Utilitas


Box Culvert Jenis ini fungsinya untuk melindungi berbagai macam
utilitas, seperti utilitas saluran air bersih, utilitas kabel PLN, utilitas kabel
Telepon dan utilitas kabel Telkom. Box Culvert jenis ini biasanya terletak di
bawah tanah dan fungsinya untuk melindungi berbagai utilital tersebut, sehingga
pada umumnya Box Culvert jenis ini berukuran kecil dan menggunakan Box
Culvert precast. Box Culvert jenis ini harus memiliki ketahanan yang baik

6
terhadap air, serangan binatang pengerat dan bukan struktur yang mudah terbakar
mengingat pentingnya utilitas yang ada dalam Box Culvert tersebut.
3. Box Culvert untuk Irigasi
Box Culvert untuk saluran air/irigasi adalah perangkat yang memiliki
kekuatan struktur yang tinggi untuk dapat menyalurkan air yang melewati gorong
–gorong tersebut. Box culvert jenis ini sering didapati di bawah jalan tol yang
melintasi kawasan persawahan yang membutuhkan pengairan yang memadai,
pada menggunakan metoda pengecoran di tempat (cast in place).
4. Box Culvert untuk Lorong Bawah Tanah ( akses lalu lintas )

Gambar 2.3 Box Culvert Untuk Lorong Bawah Tanah


Box Culvert yang digunakan sebagai akses lalu lintas adalah lorong yang
fungsinya menghubungkan jalan lama yang telah dibuat namun jalan tersebut
terhalang oleh struktur lainnya yang berada di atas jalan tersebut, biasanya status
jalan tersebut adalah jalan kolektor yang dilalui kendaraan dengan jumlah yang
besar, selain sebagai penghubung box culvert juga sebagai jalur alternatif untuk
mengurangi kemacetan. Berikut ini terlihat empat buah tipikal underpass yang
telah dimanfaatkan Box tipe lain adalah RC Box Culvert (RCBC) bisa juga
disebut Reinforced Concrete Box Culvert, adalah salah satu produk precast yang
dapat digunakan sebagai Jembatan. Produk ini dapat digunakan dan dirancang
untuk segala jenis pembebanan, baik beban berat maupun ringan. RCBC ini
terdiri dari 2 komponen yaitu Top component dan Bottom component.
2.4 Perencanaan Box Culvert
1. Perencanaan Beban pada Box Culvert
Pada dasarnya pembebanan pada Box Culvert itu sama dengan
pembebanan pada jembatan pada umumnya. Secara Umum beban jembatan

7
terbagi menjadi dua yaitu beban primer dan beban sekunder. Beban Primer seperti
beban mati, beban hidup beban kejut dan lainnya. Sedangkan beban primer seperti
beban gaya rem, beban angin dan lainnya.
Berat Sendiri ( self weight ) adalah berat bahan dan bagian jembatan yang
merupakan elemen struktural, ditambah dengan elemen non-struktural yang
dipikulnya dan bersifat tetap.
Berat sendiri plat lantai, : QMS = h1 * wc
Berat sendiri plat dinding, : PMS = H * h2 * wc
dimana :
h1 = tebal plat lantai
h2 = tebal plat dinding
H = tinggi box culvert
wc = Berat Beton Bertulang
Beban mati tambahan ( superimposed dead load ), adalah berat
seluruh bahan yang menimbulkan suatu beban pada jembatan yang
merupakan elemen non-struktural, dan mungkin besarnya berubah selama
umur jembatan. Jembatan dianalisis harus mampu memikul beban
tambahan seperti :
a. Penambahan lapisan aspal (overlay) di kemudian hari,

b. Genangan air hujan jika sistim drainase tidak bekerja dengan baik,

Beban Q = ( t x specific grafity )

dimana :

t = tebal

Beban Lajur “D” adalah Beban kendaraan yg berupa beban lajur "D"
terdiri dari beban terbagi rata (Uniformly Distributed Load), UDL dan beban
garis (Knife Edge Load), UDL mempunyai intensitas q (kPa) yang besarnya
tergantung pada panjang total L yg dibebani lalu-lintas.

q = 9.0 kPa untuk L<30m

q = 9*(0.5+15/L) kPa untuk L>30m

dimana :

L = Panjang bentang box culvert

8
Beban Truk “T” adalah Beban hidup pada lantai jembatan berupa beban
roda ganda oleh Truk (beban T) yang mempunyai besarannya untuk tiap jenis
kendaraan yang dipakai.
Beban Truk “T” : PTT = (1 + DLA ) * T
dimana :
DLA = Faktor beban dinamis
T = Beban truck
Gaya Rem merupakan pengaruh percepatan dan pengereman lalu-
lintas diperhitungkan sebagai gaya dalam arah memanjang jembatan dan
dianggap bekerja pada permukaan lantai kendaraan. Besar gaya rem
diperhitungkan sebesar 5% dari beban "D" tanpa faktor beban dinamis.
Gaya rem per meter lebar.
Besar Gaya Rem : TTB = 5% * ( q * L + p )
dimana :
q = Beban lajur “D”
L = Lebar box culvert
p = intensitas beban garis
Pada bagian tanah di belakang dinding abutment yang dibebani lalu-lintas,
harus diper- hitungkan adanya beban tambahan yg setara dengan tanah setebal 0.60
m yang berupa beban merata ekivalen beban kendaraan pada bagian tersebut.
Tekanan tanah lateral dihitung berdasarkan harga nominal dari berat tanah w s,
sudut gesek dalam φ, dan kohesi c.
Ka = Tan (45 - ɸ'/2)
QTA1 = 0.60*Ws*Ka
QTA2 = QTA1 + (H*Ws*Ka)
dimana :
Ka = Tekanan tanah aktif
QTA1 = beban tekanan tanah aktif 1
QTA2 = beban tekanan tanah aktif 2
Ws = Berat isi tanah
H = Tinggi box culvert
ɸ = Sudut Geser tanah

9
Daya Dukung Tanah merupakan kemampuan tanah untuk memikul beban
yang ada diatasnya.
Nc = (228 + 4.3*ɸ) / (40 - ɸ)
Nq = (40 + 5*ɸ) / (40 - ɸ)
Ny = (6*ɸ) / (40 - ɸ)
qult = 1.3 *C*Nc + y*Z*Nq + 0.5*y*L*Ny
dimana :
Nc, Nq, Ny = Faktor daya dukung tanah
Qult = Daya dukung maksimum
ɸ = Sudut Geser tanah
Z = Kedalaman pondasi box culvert
L = Lebar dasar pondasi box culvert
C = Kohesi tanah
2. Perencanaan Tulangan pada Box Culvert
Tulangan lentur merupakan tulangan yang berfungsi menahan tarik Oleh
karena itu pada struktur balok, pelat, pondasi ataupun struktur lainnya, selalu
diupayakan dipasang pada serat-serat beton yang mengalami tegangan tarik.

ρb = β1* 0.85 * fc’/ fy * 600 / ( 600 + fy )

Rmax = 0.75 * ρb * fy * [1 – ½*0.75* ρb * fy / ( 0.85 * fc’ ) ]


ɸ = 0.8
d = h -d’
Mn = Mu / φ
Rn = Mn*10-6 / (b*d2)
ρ = 0.85 * fc’ / fy * [ 1 - √ * [1 – 2 * Rn / ( 0.85 * fc’ ) ]
ρ min = 0.5 / fy

As = ρ * b * d

s = π / 4 * D2* b / As
dimana :
ρb = Rasio tulangan
Rmax = Koefisien perlawanan maksimum
ɸ = Faktor reduksi kekuatan lentur

10
Mu = Momen rencana ultimit
d = Tebal efektif plat beton
b = Lebar plat beton
Mn = Momen nominal rencana
Rn = Tahanan momen
ρ = rasio tulangan yang diperlukan
ρ min = Rasio tulangan minimum
As = Luas tulangan yang diperlukan
S = Jarak tulangan yang diperlukan
Fy = Tegangan leleh baja
Fc = Kuat tekan beton
β1 = factor bentuk distribusi tegangan
h = Tebal plat beton
D = Diameter tulangan
Gaya geser umumnya tidak bekerja sendiri, tetapi terjadi bersamaan
dengan gaya lentur, torsi atau normal. Besar gaya geser pada balok atau kolom,
umumnya bervariasi sepanjang bentang, sehingga banyaknya tulangan geser pun
bervariasi sepanjang bentang. Biasanya tulangan geser sebagai sengkang.
Vc = (√ fc') / 6 * b * d *10
Faktor reduksi kekuatan geser φ *vc
Vs = Av*Fy*d / Sy
Av = 2*1/4*ℼ*r2
S = Av*fy*d / Vs
dimana :
Fy = Tegangan leleh baja
Fc = Kuat tekan beton
b = Lebar plat beton
d = Tebal efektif plat beton
φ = Faktor reduksi
vc = Kapasitas geser beton
vs = Gaya geser
D = Diameter tulangan
Sy = Jarak tulangan geser arah y

11
Av = Luas tulangan geser
S = Jarak tulangan yang diperlukan
Smin = Jarak tulangan minimum
Smax = Jarak tulangan maksimum
3. Perencanaan Debit Air Saluran pada Box Culvert
Menentukan Dimensi dari box culvert berdasarkan hasil debit saluran air
yang direncanakan. Ada banyak hal-hal yang diperhitungkan seperti data curah
hujan dan muka air tanah.
A =PxL
C = 0.85
K = 43.50
D = Tinggi Titik Tertinggi – Tinggi Titik Terendah
S = (D / L) x 100
- Menentukan Waktu Konsentrasi
Menurut Kirpich
𝐿1.156
tc = 0.945 x 𝐷 0.385

Menurut Giandotti
4𝐴0.5 +1.5 𝐿
tc = 0.8𝐷 0.5

Rata – rata Nilai tc : (tc1+tc2) / 2


- Menentukan Intensitas Hujan Selama Masa Konsentrasi
𝑅24 24
I =( )𝑥( )
24 𝑡𝑐

- Menentukan Debit Rencana


𝐶𝑥𝐼𝑥𝐴
Q = 3.6

4. Perencanaan Dimensi Saluran pada Box Culvert


- Menentukan Dimensi Saluran
Luas Penampang Basah
A = (B x h ) – 2 x (1/2 x y1 x y2)
- Keliling Basah
P = (2h-2y) + (B-2y) + (2 x pjg sisi miring y)
- Jari – Jari Hidrolis
R =A/P

12
- Kecepatan Aliran
V = K x R0.67 x S05
- Debit Maksimum Saluran
Q =AxV
dimana :
A = Luas Drainase Sepanjang Jalan
C = Koefisien Chezy
K = Stickler Coefficient untuk concrete
D = Perbedaan tinggi antara titik tertinggi dengan titik terendah saluran
S = Kemiringan dasar saluran
L = Panjang Saluran
R24 = Curah hujan maksimum dalam 1 bulan
tc = Waktu konsentrasi
I = Intensitas Hujan
Q = Debit Air
A = Luas Penampang basah
P = Keliling basah
R = Jari – Jari hidrolis
V = Kecepatan aliran
h = Tinggi penampang basah
B = Lebar penampang basah
y = tinggi/alas segitiga

2.5 Manfaat Dan Fungsi Box Culvert


a. Box culvert berfungsi sebagai material konstruksi bawah tanah
b. Kedap air tanah
c. Sebagai Drainase
d. Mempercepat Proses Konstruksi

13
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Perencanaan Perhitungan Box Culvert

Gambar 3.1 Rencana Dimensi Box Culvert


1. Data Curah Hujan Kota Manado.
Tabel 3.1 Data Curah Hujan kota Manado
TAHUN
Bulan
2013 2014 2015 2016
Januari 553 296 398 184
Februari 567 112 321 208
Maret 78 115 50 12
April 379 102 53 175
Mei 334 292 155 302
Juni 124 108 239 484
Juli 417 138 11 268
Agustus 251 125 - 39
September 192 42 0 339
Oktober 182 107 3 189
November 282 337 287 369
Desember 357 107 203 702
Ket. Data dalam Satuan mm
Sumber : Badan Pusat Statistik kota Manado.
2. Perhitungan Debit Rencana
a. Input Data
Koefisien Chezy, C = 0.85
Luas Area, A = 0.00094 km2
Stickler Coefficient untuk concrete, K = 43.50

14
Panjang Saluran, L = 0.047 km
Perbedaan tinggi, D = 1.409 m
Kemiringan Dasar Saluran, S = 3.0 %
Curah hujan maksimum dalam 1 bulan, R24 = 705 mm
- Menentukan Waktu Konsentrasi,
Menurut Kirpich :
𝐿1.156
tc = 0.945 x 𝐷 0.385
0.0471.156
= 0.945 x 1.4090.385 = 0.02 detik

Menurut Giandotti :
4𝐴0.5 +1.5 𝐿
tc = 0.8𝐷 0.5
4 𝑥 0.0000940.5 +1.5 𝑥 0.047
= = 0.12 detik
0.8 𝑥 1.4090.5

Rata – rata Nilai tc : (0.02+0.12) / 2 = 0.07 detik


- Menentukan Intensitas Hujan Selama Masa Konsentrasi.
𝑅24 24
I =( )𝑥( )
24 𝑡𝑐
702 24
=( )𝑥( ) = 1466.36 mm/jam
24 0.07

- Menentukan Debit Rencana.


𝐶𝑥𝐼𝑥𝐴
Q = 3.6
0.85 𝑥 1466.36 𝑥 0.000094
= = 0.03255 m3/detik
3.6

3. Perhitungan Dimensi Saluran


- Menentukan Dimensi Saluran
Lebar Saluran, B =2m
Tinggi Saluran, H=2m
Tinggi Muka Air Rencana, h = 0.1 m
Tinggi Segitiga y, y = 0.4 m

- Luas Penampang Basah


A = (B x h ) – 2 x (1/2 x y1 x y2)
= (2 x 0.1) – 2 x (0.5 x 0.4 x 0.4) = 0.04 m2
- Keliling Penampang Basah
P = (2h-2y) + (B-2y) + (2 x pjg sisi miring y)

15
= (2x0.1 – 2x0.4) + (2 x 0.57) = 1.73 m
- Jari – jari Hidrolis
R =A/P
= 0.04 / 1.73 = 0.02310308 m

- Kecepatan Aliran
V = K x R0.67 x S05
= 43.50 x 0.023103080.67 x 30.5 = 6.0333 m/detik

- Debit Maksimum Saluran


Q =AxV
= 0.04 / 6.0333 = 0.24133185 m3/detik

QSaluran ≥ Qrencana → OK
0.24133185 m3/detik ≥ 0.03255 m3/detik → OK

3.2 Perhitungan Beban pada Box Culvert

1. Data Box Culvert

Gambar 3.2 Dimensi Box Culvert 2.8 m x 2.8 m x 47 m

16
Tabel 3.2 Data Dimensi Box Culvert
DIMENSI BOX CULVERT
Lebar box L= 2.8 m
Tinggi Box H= 2.8 m
Tebal Plat Lantai h1 = 0.4 m
Tebal Plat Dinding h2 = 0.4 m
Tebal Plat Pondasi h3 = 0.4 m
Sumber : Analisa
Tabel 3.3 Data Dimensi Lainnya.
DIMENSI LAINNYA
Tebal Lapisan Rigid ts = 0.3 m
Tebal Lapisan Aspal ta = 0.05 m
Tinggi Genangan Air Hujan th = 0.05 m
Tebal Lapisan Lantai Kerja tk = 0.01 m
Tebal Lapisan Tanah Timbunan tt = 6m
Sumber : Analisa
2. Bahan Struktur
Tabel 3.4 Data Bahan Struktur Beton
Mutu Beton K = 400
Kuat Tekan Beton, fc' = 0.83 * K / 10 = 33,2 Mpa
Modulus Elastik Ec = 0.043 * (Wc)1,5*√fc’ = 27081
Angka Poisson υ= 0,2
Modulus Geser G = Ec / [2*(1 + u)] = 11284
Koefisien muai Panjang untuk Beton, α = 1.0 E-05
Mutu Baja
Untuk baja tulangan dengan, Ø > 12 mm : U - 40
Tegangan Leleh Baja, fy =U*10 = 400
Untuk baja tulangan dengan, Ø ≤ 12 mm : U - 24
Tegangan leleh baja fy =U*10 = 240
Sumber : Analisa

17
Tabel 3.5 Data Berat Isi
Berat Isi / Specific Gravity kN/m3
Berat Beton Bertulang Wc = 25
Berat Beton tidak bertulang (beton rabat) W’c = 24
Berat Aspal padat Wa = 22
Berat Jenis Air Ww = 9,8
Berat tanah dipadatkan Ws = 17,2
Sumber : Analisa

3. Analisis Beban
a. Berat Sendiri (MS)

Faktor Beban Ultimit : Kms = 1.3 (RSNI 02-2005 Tabel 1 hal 8)

Gambar 3.3 Berat Sendiri

Berat sendiri ( self weight ) adalah berat bahan dan bagian


jembatan yang merupakan elemen struktural, ditambah dengan elemen
non-struktural yang dipikulnya dan bersifat tetap. Berat sendiri box
culvert dihitung dengan meninjau selebar 1 m (tegak lurus bid.
Gambar) sebagai berikut :
Berat sendiri plat lantai, : QMS = h1 * wc
= 0,4 x 25 = 10.00 kN/m
Berat sendiri plat dinding, : PMS = H * h2 * wc
= 2,8 x 0,4 x 25 = 28 kN/m
Berat Total = 38 kN/m
Gaya geser dan momen akibat beban sendiri (MS) :
VMS = 1/2*Qms*L
18
= ½ x 38 x 2,8 = 53,20 kN
MMS = 1/8*Qms*L^2
= 1/8 x 38 x 2,8^2 = 37,24 Knm
b. Beban Mati Tambahan (MA)
Faktor beban ultimit : KMA = 1,3 (RSNI 02-2005 Tabel 1 hal 8)

Gambar 3.4 Beban Mati Tambahan


Beban mati tambahan ( superimposed dead load ), adalah berat
seluruh bahan yang menimbulkan suatu beban pada jembatan yang
merupakan elemen non-struktural, dan mungkin besarnya berubah
selama umur jembatan. Jembatan dianalisis harus mampu memikul
beban tambahan seperti :
1) Penambahan lapisan aspal (overlay) di kemudian hari,

2) Genangan air hujan jika sistim drainase tidak bekerja dengan baik,

 Beban Q = ( t x specific grafity )

Tabel 3.6 Data beban mati tambahan

TEBAL BERAT BEBAN


No JENIS
(M) (kN/m3) (Kn/m)
1 Air Hujan 0.05 9.8 0.49
2 Lapisan Perkerasan Kaku (rigid) 0.3 25 7.5
3 Lapisan Perkerasan Aspal 0.05 22 1.1
4 Lapisan Lantai Kerja (LC) 0.1 24 2.4
5 Lapisan Tanah Timbunan 6 17.2 103.2
Beban mati tambahan QMA = 114.69

Sumber : Analisa

19
Gaya geser dan moment akibat beban tambahan(MA):
VMS = 1/2*Qma*L
= ½ x 114,69 x 2,8 = 160.57 kN
MMS = 1/8*Qma*L^2
= 1/8 x 114,69 x 2,8^2 = 112.40 kN).
c. Beban Lalu - Lintas
o Beban Lajur “D” (TD)
Faktor beban ultimit : KTD = 1,8 (RSNI 02-2005 Tabel 1 hal 8)
Beban kendaraan yg berupa beban lajur "D" terdiri dari beban
terbagi rata (Uniformly Distributed Load), UDL dan beban garis
(Knife Edge Load), KEL seperti pd Gambar 1. UDL mempunyai
intensitas q (kPa) yang besarnya tergantung pada panjang total L
yg dibebani lalu-lintas seperti Gambar atau dinyatakan dengan
rumus sebagai berikut :
q = 9.0 kPa untuk L<30m (RSNI 02-2005 ps. 6.3.1)
q = 9*(0.5+15/L) kPa untuk L>30m (RSNI 02-2005 ps. 6.3.1)

Gambar 3.5 Beban Lajur

Gambar 3.6 Intensitas Uniformly Distributed Load (UDL)

20
Untuk panjang bentang, L = 47 M
q = 9*(0.5+15/47) = 7,4 kPa
KEL mempunyai intensitas, p = 49 kN/m (Rsni 02-2005 ps.6.3.1)
Faktor beban dinamis (Dinamic Load Allowance) untuk KEL diambil
sebagai berikut :

Gambar 3.7 Grafik Faktor Beban Dinamis (DLA)


Untuk Faktor beban dinamis (DLA) diambil dengan cara Grafik dan
didapat 40 % dengan panjang bentang 47 meter.
Untuk panjang bentang, L = 47 M
DLA = 0.4 (Grafik DLA)
Beban hidup pada lantai, QTD = 7.4 kN/m
PTD = (1 + DLA)*p
= (1+0,4) x 49 = 68.6 kN

Gambar 3.8 Beban Pada Lantai

21
o Beban Truk “T” (TT)
Faktor beban ultimit : KTT = 1,3 (RSNI 02-2005 Tabel 1 hal 8)
Beban hidup pada lantai jembatan berupa beban roda ganda oleh Truk
(beban T) yang besarnya,
T = 500 kN (RSNI 02-2005 ps. 6.4.1)
Faktor beban dinamis untuk pembebanan truck diambil :
DLA = 0.4
PTT = (1 + DLA ) * T
= (1+0,4) x 500 = 700 kN
Akibat beban "D": MTD = 1/12*QTD*L^2 + 1/8*PTD*L
= 1/12*7,4*2.8^2 + 1/8*68,6*2.8 = 28.83 kNm
Akibat beban "T" : MTT = 1/8*PTT*L
= 1/8 x 700 x 2.8 = 245 kNm
VTT = 1/2 *PTT * L
= ½ x 700 x 2.8 = 980 kN

Gambar 3.9 Distribusi Beban Truk (TT)


Untuk pembebanan lalu lintas digunakan beban "T" yang memberikan
pengaruh momen lebih besar dibandingkan beban "D"
d. Gaya Rem (TB)
Faktor beban ultimit : KTB = 1,8 (RSNI 02-2005 Tabel 1 hal 8)
Pengaruh percepatan dan pengereman lalu-lintas diperhitungkan sebagai
gaya dalam arah memanjang jembatan dan dianggap bekerja pada
permukaan lantai kendaraan. Besar gaya rem diperhitungkan sebesar 5% dari
beban "D" tanpa faktor beban dinamis.
Gaya rem per meter lebar, TTB = 5% * ( q * L + p )
= 5% x (7,4 x 2.8 x 49) = 3.482 kN

22
MTB = 1/8*PTB*L
= 1/8 x 3.482 x 2.8 = 1.219 kNm
VTB = 1/2 *PTB * L
= ½ x 3.482 x 2.8 = 4.875 kN
e. Tekanan Tanah (TA)
Faktor beban ultimit : KTA = 1,25 (RSNI 02-2005 Tabel 1 hal 8)
Pada bagian tanah di belakang dinding abutment yang dibebani lalu-lintas,
harus diper- hitungkan adanya beban tambahan yg setara dengan tanah
setebal 0.60 m yang berupa beban merata ekivalen beban kendaraan pada
bagian tersebut.
Tekanan tanah lateral dihitung berdasarkan harga nominal dari berat tanah
w s, sudut gesek dalam φ, dan kohesi c dengan :
Berat tanah dipadatkan, Ws = 17.2 kN/m3
Sudut Gesek dalam, ɸ = 39.3 ̊
Kohesi, C = 0.07 kPa
Faktor reduksi untuk sudut gesek dalam, KɸR = 0.7
ɸ' = (KɸR * tan ɸ)
= (0,7 * tan 39,3) = 0.573
arctan 0,573 = 32.827°
Tekanan tanah aktif Ka = Tan (45 - ɸ'/2)
= Tan (45 – 32,827/2) = 0.3226
Beban tekanan tanah aktif, QTA1 = 0.60*Ws*Ka
= 0,60 x 17,2 x 0,3226 = 3.329 kN/m
QTA2 = QTA1 + (H*Ws*Ka)
= 3,329 + (2,8 x 17,2 x 0,3226)
= 18.865 kN/m
Gaya geser dan moment akibat beban tambahan(TA):
VTA = 1/2*Qma*L
= ½ x 18,865 x 2.8 = 26.41 kN
MTA = 1/8*Qma*L^2
= 1/8 x 18,865 x 2.8 = 18.49 kNm

23
Gambar 3.10 Tekanan Tanah (TA)
f. Daya Dukung Tanah (DDT)
Lebar dasar pondasi box culvert L = 2.8 m
Kedalaman pondasi box culvert Z = 1.0 m
Berat volume tanah Ws/y = 17.20 kN/m2
Sudut gesek dalam ɸ = 39,3°
Kohesi tanah, c = 0.07 kN/m2
Menurut Terzhaghi dan Thomlinson (Pengujian Lab)
Nc = (228 + 4.3*ɸ) / (40 - ɸ)
= (228+4,3 x 39,3) / (40 - 39,3) = 567.13
Nq = (40 + 5*ɸ) / (40 - ɸ)
= (40+5 x 39,3) / (40- 39,3) = 338
Ny = (6*ɸ) / (40 - ɸ)
= (6 x 39,3) / (40 – 39,3) = 337
qult = 1.3 *C*Nc + y*Z*Nq + 0.5*y*L*Ny
= 1,3x0.07x567,13 + 17,20x1x338 + 0,5x17,2x2,8x337
= 13976.48 kN/m2
qa = qult / 3
= 13976,48 / 3 = 4658.828 kN/m2
Faktor reduksi kekuatan, = ɸ= 0.650
Kapasitas dukung tanah, = ɸ*qa
= 0,650 x 4658,828 = 3028.238 kN/m2

24
o Kontrol Kapasitas Daya Dukung Tanah
Ditinjau plat dasar selebar, b = 2.8 m
Panjang bentang box culvert, L = 47 m
Beban Ultimit pada dasar tanah, Pu = 2066.727 kN
Luas dasar pondasi, A=L*b = 131.60 m2
Tegangan ultimit pada dasar pondasi,
Qu = Pu / A
= 2066.727 / 131.60 = 15.705 kN/m2
15.705 < 3028,238 → Qu < kap.dukung, AMAN (OK)

Gaya geser dan moment akibat beban tambahan(TA):


VTA = 1/2*Qma*L
= ½ x 15.705 x 2,8 = 21.99 kN
MTA = 1/8*Qma*L^2
= 1/8 x 15.705 x 2,8 = 15.39 kNm

g. Kombinasi Beban Ultimit


 Mu = Faktor Beban x M
 Vu = Faktor Beban x V
Tabel 3.7 Beban pada Plat Lantai Atas Box Culvert
FAKTOR M Mu
No JENIS BEBAN
BEBAN (kNm) (kNm)
1 BERAT SENDIRI (MS) 1.3 37.24 48.41
BEBAN MATI TAMBAHAN
2 (MA) 1.4 112.40 157.35
3 BEBAN LAJUR 'D'(TD/TT) 1.8 245.00 441.00
4 BEBAN REM (TB) 1.8 1.219 2.194
Mu 648.96
FAKTOR V Vu
No JENIS BEBAN
BEBAN (kN) (kN)
1 BERAT SENDIRI (MS) 1.3 53.20 69.16
BEBAN MATI TAMBAHAN
2 (MA) 1.4 160.57 224.79
3 BEBAN LAJUR 'D'(TD/TT) 1.8 980.00 1764.00
4 BEBAN REM (TB) 1.8 4.875 8.775
Vu 2066.73
Sumber : Analisa

25
Tabel 3.8 Beban pada Plat Dinding
FAKTOR M Mu
No JENIS BEBAN
BEBAN (kNm) (kNm)
1 TEKANAN TANAH (TA) 1.25 18.49 23.11
Mu 23.11
FAKTOR V Vu
No JENIS BEBAN
BEBAN (kN) (kN)
1 TEKANAN TANAH (TA) 1.25 26.41 33.01
Vu 33.01
Sumber : Analisa
Tabel 3.9 Beban pada Plat Lantai Bawah
FAKTOR M Mu
No JENIS BEBAN
BEBAN (kNm) (kNm)
DAYA DUKUNG TANAH
1 (DTT) 1.00 15.39 15.39

Mu 15.39

FAKTOR V Vu
No JENIS BEBAN
BEBAN (kN) (kN)
DAYA DUKUNG TANAH
1 (DTT) 1.00 21.99 21.99
Vu 21.99
Sumber : Analisa
3.3 Perhitungan Tulangan pada Box Culvert
1. Perhitungan Tulangan pada Plat Lantai
- Tulangan Lentur
Momen rencana ultimit plat Mu = 648.96 kNm
Mutu Beton K = 250 kg/cm2
Mutu Baja U = 40
Kuat Tekan Beton, Fc' = 20.75 MPa
Tegangan Leleh Baja, Fy = 400 Mpa
Tebal Plat beton h = 400 mm

26
Jarak tulangan terhadap sisi luar beton, d' = 50 mm
Modulus Elastis Baja Es = 200000
Faktor bentuk distribusi tegangan beton, β1 = 0.85
ρb = β1* 0.85 * fc’/ fy * 600 / ( 600 + fy )
= 0.85* 0.85 * 20.75/ 400 * 600 / ( 600 + 400 ) = 0.022488
Rmax = 0.75 * ρb * fy * [1 – ½*0.75* ρb * fy / ( 0.85 * fc’ ) ]
= 0.75 *0.022488*400* [1 – ½*0.75*0.022488*400 / ( 0.85 *20.75)]
= 5.456106
Faktor reduksi kekuatan lentur,
ɸ = 0.8
Momen rencana ultimit,
Mu = 648.96 kNm
Tebal efektif plat beton,
d = h -d’
= 400 – 50 = 350 mm
Ditinjau plat beton selebar,
b = 47000 mm
Momen nominal rencana
Mn = Mu / φ
= 648.96 / 0.8 = 811.201
Faktor tahanan momen,
Rn = Mn*10-6 / (b*d2)
= 811.201 x 10-6 / (47000/3502) = 0.140895
0.140895 < 5.456106 → Rn < Rmax (OK)
Rasio tulangan yang diperlukan :
ρ = 0.85 * fc’ / fy * [ 1 - √ * [1 – 2 * Rn / ( 0.85 * fc’ ) ]

= 0.85 x 20.75 x / 400 x [1-√[1-2 x 0.140895 / (0.85 x 20.75)]


= 0.000354
Rasio tulangan minimum,
ρ min = 0.5 / fy
= 0.5 / 400 = 0.00125

27
Rasio tulangan yang digunakan,
ρ = 0.00125
Luas tulangan yang diperlukan,
As = ρ * b * d
= 0.00125 x 47000 x 350 = 20562.50 mm2
Diameter tulangan yang digunakan,
D = 13 mm
Jarak tulangan yang diperlukan

s = π / 4 * D2* b / As
= 3.14 / 4 x 132 x 47000 / 73524.52 = 303.23 mm
Jarak Tulangan Minimum,
smin = 25 mm (PBI 1971 N.1.-2 ps, 8.16.2.(b))
Jarak Tulangan Maksimal,
smax = 150 mm (SNI 03-2847-2002 ps.9.6.1)
Digunakan Tulangan, D 13 - 150
- Tulangan Geser
Gaya geser ultimit rencana, Vu = 2066.73 kN
Kuat tekan beton, fc' = 20.75 Mpa
Tebal efektif pelat beton d = 350 mm
Ditinjau pelat selebar b = 2800 mm
Vc = (√ fc') / 6 * b * d *10
= (√20.75) / 6 x 2800 x 350 x 10 = 12488.886 kN
Faktor reduksi kekuatan geser
φ = 0.75
φ *vc = 9366.665 kN
Gaya geser yang dipikul oleh tulangan geser :
Vs = Av*Fy*d / Sy
= 265.33 x 400 x 350 / 150 = 247641.33 kN
Untuk tulangan geser digunakan besi tulangan :
D = 13 mm
Jarak tulangan geser arah y,
Sy = 150 mm

28
Luas tulangan geser,
Av = 2*1/4*ℼ*D2
= 2 x ¼ x 3.14 x 13 = 265.33 mm2
Jarak tulangan geser yang diperlukan ,
S = Av*fy*d / Vs
= 263.33 x 400 x 350 / 247641.33 = 150 mm
Jarak Tulangan Minimum,
smin = 25 mm (PBI 1971 N.1.-2 ps, 8.16.2.(b))
Jarak Tulangan Maksimal,
smax = 150 mm (SNI 03-2847-2002 ps.9.6.1)
Digunakan Tulangan, D 13 - 150
2. Perhitungan Tulangan pada Plat Dinding
- Tulangan Lentur
Momen rencana ultimit plat Mu = 23.11 kNm
Mutu Beton K = 250 kg/cm2
Mutu Baja U = 40
Kuat Tekan Beton, Fc' = 20.75 MPa
Tegangan Leleh Baja, Fy = 400 Mpa
Tebal Plat beton h = 400 mm
Jarak tulangan terhadap sisi luar beton, d' = 50 mm
Modulus Elastis Baja Es = 200000
Faktor bentuk distribusi tegangan beton, β1 = 0.85
ρb = β1* 0.85 * fc’/ fy * 600 / ( 600 + fy )
= 0.85* 0.85 * 20.75/ 400 * 600 / ( 600 + 400 ) = 0.022488
Rmax = 0.75 * ρb * fy * [1 – ½*0.75* ρb * fy / ( 0.85 * fc’ ) ]
= 0.75 *0.022488*400* [1 – ½*0.75*0.022488*400 / ( 0.85 *20.75 )]
= 5.456106
Faktor reduksi kekuatan lentur,
ɸ = 0.8
Momen rencana ultimit,
Mu = 23.11 kNm
Tebal efektif plat beton,
d = h -d’

29
= 400 – 50 = 350 mm
Ditinjau plat beton selebar,
b = 47000 mm
Momen nominal rencana
Mn = Mu / φ
= 23.11 / 0.8 = 28.887
Faktor tahanan momen,
Rn = Mn*10-6 / (b*d2)
= 28.887 x 10-6 / (47000/3502) = 0.005017
0.005017 < 5.456106 → Rn < Rmax (OK)
Rasio tulangan yang diperlukan :
ρ = 0.85 * fc’ / fy * [ 1 - √ * [1 – 2 * Rn / ( 0.85 * fc’ ) ]

= 0.85 x 20.75 x / 400 x [1-√[1-2 x 0.005017 / (0.85 x 20.75)]


= 0.000013
Rasio tulangan minimum,
ρ min = 0.5 / fy
= 0.5 / 400 = 0.00125
Rasio tulangan yang digunakan,
ρ = 0.00125
Luas tulangan yang diperlukan,
As = ρ * b * d
= 0.00125 x 47000 x 350 = 20562.50 mm2
Diameter tulangan yang digunakan,
D = 13 mm
Jarak tulangan yang diperlukan

s = π / 4 * D2* b / As
= 3.14 / 4 x 132 x 47000 / 20562.5 = 303.23 mm
Jarak Tulangan Minimum,
smin = 25 mm (PBI 1971 N.1.-2 ps, 8.16.2.(b))
Jarak Tulangan Maksimal,
smax = 150 mm (SNI 03-2847-2002 ps.9.6.1)
Digunakan Tulangan, D 13 - 150

30
- Tulangan Geser
Gaya geser ultimit rencana, Vu = 33.01 kN
Kuat tekan beton, fc' = 20.75 Mpa
Tebal efektif pelat beton d = 350 MM
Ditinjau pelat selebar b = 2800 MM
Vc = (√ fc') / 6 * b * d *10
= (√20.75) / 6 x 2800 x 350 x 10 = 12488.886 kN
Faktor reduksi kekuatan geser
φ = 0.75
φ *vc = 9366.665 kN
Gaya geser yang dipikul oleh tulangan geser :
Vs = Av*Fy*d / Sy
= 265.33 x 400 x 350 / 150 = 247641.33 kN
Untuk tulangan geser digunakan besi tulangan :
D = 13 mm
Jarak tulangan geser arah y,
Sy = 150 mm
Luas tulangan geser,
Av = 2*1/4*ℼ*D2
= 2 x ¼ x 3.14 x 13 = 265.33 mm2
Jarak tulangan geser yang diperlukan ,
s = Av*fy*d / Vs
= 263.33 x 400 x 350 / 247641.33 = 150 mm
Jarak Tulangan Minimum,
smin = 25 mm (PBI 1971 N.1.-2 ps, 8.16.2.(b))
Jarak Tulangan Maksimal,
smax = 150 mm (SNI 03-2847-2002 ps.9.6.1)
Digunakan Tulangan, D 13 - 150
3. Perhitungan Tulangan pada Plat Pondasi
- Tulangan Lentur
Momen rencana ultimit plat Mu = 15.39 kNm
Mutu Beton K = 250 kg/cm2
Mutu Baja U = 40

31
Kuat Tekan Beton, Fc' = 20.75 MPa
Tegangan Leleh Baja, Fy = 400 Mpa
Tebal Plat beton h = 400 mm
Jarak tulangan terhadap sisi luar beton, d' = 50 mm
Modulus Elastis Baja Es = 200000
Faktor bentuk distribusi tegangan beton, β1 = 0.85
ρb = β1* 0.85 * fc’/ fy * 600 / ( 600 + fy )
= 0.85* 0.85 * 20.75/ 400 * 600 / ( 600 + 400 ) = 0.022488
Rmax = 0.75 * ρb * fy * [1 – ½*0.75* ρb * fy / ( 0.85 * fc’ ) ]
= 0.75 *0.022488*400* [1 – ½*0.75*0.022488*400 / ( 0.85 *20.75 )]
= 5.456106
Faktor reduksi kekuatan lentur,
ɸ = 0.8
Momen rencana ultimit,
Mu = 15.39 kNm
Tebal efektif plat beton,
d = h -d’
= 400 – 50 = 350 mm
Ditinjau plat beton selebar,
b = 47000 mm
Momen nominal rencana
Mn = Mu / φ
= 15.39 / 0.8 = 19.238
Faktor tahanan momen,
Rn = Mn*10-6 / (b*d2)
= 19.238 x 10-6 / (47000/3502) = 0.003341
0.003341 < 5.456106 → Rn < Rmax (OK)
Rasio tulangan yang diperlukan :
ρ = 0.85 * fc’ / fy * [ 1 - √ * [1 – 2 * Rn / ( 0.85 * fc’ ) ]

= 0.85 x 20.75 x / 400 x [1-√[1-2 x 0.003341 / (0.85 x 20.75)]


= 0.000008

32
Rasio tulangan minimum,
ρ min = 0.5 / fy
= 0.5 / 400 = 0.00125
Rasio tulangan yang digunakan,
ρ = 0.00125
Luas tulangan yang diperlukan,
As = ρ * b * d
= 0.00125 x 47000 x 350 = 20562.50 mm2
Diameter tulangan yang digunakan,
D = 13 mm
Jarak tulangan yang diperlukan
2
s = π / 4 * D * b / As
= 3.14 / 4 x 132 x 47000 / 20562.5 = 303.23 mm
Jarak Tulangan Minimum,
smin = 25 mm (PBI 1971 N.1.-2 ps, 8.16.2.(b))
Jarak Tulangan Maksimal,
smax = 150 mm (SNI 03-2847-2002 ps.9.6.1)
Digunakan Tulangan, D 13 - 150
- Tulangan Geser
Gaya geser ultimit rencana, Vu = 33.01 kN
Kuat tekan beton, fc' = 20.75 Mpa
Tebal efektif pelat beton d = 350 MM
Ditinjau pelat selebar b = 2800 MM
Vc = (√ fc') / 6 * b * d *10
= (√20.75) / 6 x 2800 x 350 x 10 = 12488.886 kN
Faktor reduksi kekuatan geser
φ = 0.75
φ *vc = 9366.665 kN
Gaya geser yang dipikul oleh tulangan geser :
Vs = Av*Fy*d / Sy
= 265.33 x 400 x 350 / 150 = 247641.33 kN

33
Untuk tulangan geser digunakan besi tulangan :
D = 13 mm
Jarak tulangan geser arah y,
Sy = 150 mm
Luas tulangan geser,
Av = 2*1/4*ℼ*D2
= 2 x ¼ x 3.14 x 13 = 265.33 mm2
Jarak tulangan geser yang diperlukan ,
s = Av*fy*d / Vs
= 263.33 x 400 x 350 / 247641.33 = 150 mm
Jarak Tulangan Minimum,
smin = 25 mm (PBI 1971 N.1.-2 ps, 8.16.2.(b))
Jarak Tulangan Maksimal,
smax = 150 mm (SNI 03-2847-2002 ps.9.6.1)
Digunakan Tulangan, D 13 - 150
Dari perhitungan box culvert di atas dengan dimensi 2800 x 2800 x 47000
mm dengan mutu beton K = 250, mutu tulangan baja BJTD = 40, dan selimut beton
= 5 cm diperoleh Tulangan pada Plat Lantai untuk Tulangan Lentur yaitu D 13 – 150
dan Tulangan Gesernya D 13 – 150, pada Plat Dinding untuk Tulangan Lentur yaitu
D 13 -150 dan Tulangan Gesernya D 13 – 150, pada Plat Pondasi untuk Tulangan
Lentur yaitu D 13 – 150 dan Tulangan Gesernya D 13 – 150.
Dan untuk dimensi saluran 2800 x 2800 x 47000 mm memenuhi syarat untuk
kemampuan menampung debit air yang terjadi berdasarkan curah hujan tiap
detiknya.
Dikarenakan pada tiap membuat Perencanaan box culvert tulangan yang
dipakai selalu berpatokan pada beban yang paling terbesar maka, dari itu diambil
tulangan pada Plat Lantai. Dan untuk tulangan pada plat dinding dan pondasi
tulangannya mengikuti pada tulangan plat lantai.

34
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Box Culvert yang umumnya kita sebut sebagai gorong – gorong
merupakan industri penunjang bahan bangunan yang saat ini
sangat dibutuhkan untuk berbagai macam proyek pengaliran.
2. Penggunaan Box Culvert dapat diaplikasikan dalam berbagai proyek
pengaliran air, seperti mengalirkan air dibawah jalan, jalan kereta api
maupun digunakan untuk mengalirkan sungai kecil/sebagai bagian
drainase ataupun selokan jalan
3. Dimensi dari box culvert yang dibuat tergantung pada debit air yang akan
dialirkan melalui box culvert tersebut. Untuk PT. Pembangunan
Perumahan Persero membuat box culvert dengan dimensi sesuai standart
yang telah mereka miliki yaitu digunakan dimensi dengan ukuran 2 x 2 x
47 m dengan mutu beton K = 250, mutu tulangan baja BJTD = 40, dan
selimut beton = 5 cm.
4. Pemakaian Tulangan pada Box Culvert 2 x 2 x 47 m, jarak tulangan yang
didapat sebenarnya melebihi standar jarak maksimal menurut “PBI 1971
N.1.-2 ps, 8.16.2.(b)” yaitu 150 mm, Maka dari itu jarak tulangan tetap
mengikuti syarat maksimal sesuai aturan yaitu dipakai, jarak tulangan 150
mm diameter 13 mm.
5. Pemakaian Tulangan Sesuai dengan pemakaian yang dilapangan atau
sesuai gambar kerja yang ada. Dan jika ada perbedaan pada perencanaan
box culvert 2 x 2 x 47 maka hanya berbeda saja pada pengambilan data
seperti : faktor beban, kuat tekan beton, berat jenis ataupun metode
perhitungan tersebut.
4.2 Saran
Box Culvert hendaknya dimanfaatkan lebih banyak lagi untuk
keperluan konstruksi pengaliran air di seluruh Indonesia. Mengingat
Indonesia mempunyai sumber daya alam dan manusia yang potensial, box
culvert sebaiknya dikembangkan dalam inovasi produksi dan
pemasarannya,baik antar pulau maupun antar negara. Sehingga dapat menjadi
lahan potensial untuk meningkatkan pemasukan Negara.

35
 Penggunaan Box Culvert kiranya dapat diaplikasikan dalam berbagai
proyek.
 Saat Melakukan Perencanaan Debit air harus benar-benar memperhatikan
curah hujan dan tinggi muka air tanah.
 Dalam perencanaan box culvert hendaknya digunakan factor keamanan
yang tinggi.

36
DAFTAR PUSTAKA

Asroni, Ali. 2010. Balo Pelat Beton Bertulang. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Badan Standar Nasional. 2002. Baja Tulangan Beton. SNI 07-2052-2002

Badan Standar Nasional. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung. SNI 03-2847-2002

Badan Standarisasi Nasional, 2005. Standar Pembebanan Untuk Jembatan, SNI


T-02- 2005, Jakarta.

Badan Pusat Statistik Kota Manado. Data Curah Hujan Kota Manado menurut
Bulan.

Bowles E. Joseph, 1982, Foundation Analysis an d Design, McGraw-Hill


International Book Company.

Cook, Ronald A. 2002. Design Live Loads on Box Culvert. University of Florida

Harto Sri, 1993, Analisis Hidrologi, PT Gramedia Pusataka Utama, Jakarta

Iqbal, Agus. Dasar-dasar Perencanaan Jembatan Beton Bertulang. Jakarta

Jurnal Karya Teknik Sipil, Volume 7, Nomor 01, Tahun 2018.

Nawy, Edward G., 1998. Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar, Refika
Aditama, Bandung

Pedoman Perencanaan Sistem Drainase Jalan Pd T-02-2006-B

Permen Nomor : 12/PRT/M/2014. Penyelengaraan Sistem Drainase Perkotaan

Sosrodarsono Suyono, Kensaku Takeda, 2002, Bendungan Type Urugan,


Pradnya Paramita
Triatmodjo Bambang, 2000, Hidraulika II, Penerbit Beta Offset.

37
LAMPIRAN

38
39
40
41

Anda mungkin juga menyukai