Anda di halaman 1dari 24

UAS HIDROLOGI - KELAS VB

Nama : Muhammad Naufal Adliy Hamid


NIM : 20643008
Kelas : Rekayasa Jalan dan Jembatan VB
Hari/Tanggal : Senin, 2 Januari 2023

4.1.1 Analisa Hidrologi


Dalam perencanaan jembatan, bentang dan ketinggian jembatan
sangat dipengaruhi oleh aspek hidrologi, misalnya kondisi aliran sungai,
potongan melintang sungai, debit banjir sungai, kedalaman penggerusan
dasar sungai (scouring) menentukan clearence jembatan dari muka air
tertinggi dan lain-lain. Dengan mengetahui hal tersebut kemudian dapat
direncanakan:
1. Freeboard jembatan dari muka air banjir tertinggi
2. Bentang ekonomis jembatan
3. Desain struktur bagian bawah (abutment, pilar dan pondasi)

A. Analisa Frekuensi Curah Hujan


Perencanaan jembatan akan menggunakan stasiun pengamatan
curah hujan yang dekat dengan lokasi perencanaan. Data curah hujan
diambil dengan waktu pengamatan selama 20 tahun, dari tahun 1997
sampai dengan 2016. Metode yang digunakan untuk analisa frekuensi
curah hujan adalah metode Log Pearson Type III dan Gumbel. Debit
banjir rencana ditentukan untuk periode ulang 50 tahun.
Dari data yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika
(BMG) Stasiun Meterologi Samarinda, curah hujan rata-rata dalam
setahun diambil dari data dua puluh tahun yaitu mulai tahun 1997-
2016 adalah sebagai berikut:

4-1
4-2

Tabel 4.1 Data Curah Hujan

No Tahun Curah Hujan (x)

A B C
1 2002 65.000
2 2003 75.000
3 2004 122.000
4 2005 50.000
5 2006 71.000
6 2007 100.100
7 2008 51.000
8 2009 53.900
9 2010 90.300
10 2011 90.300
11 2012 87.000
12 2013 111.000

Analisa frekuensi curah hujan dilakukan dengan menggunakan


metode Log Person Type III, yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.2 Analisa Frekuensi Curah Hujan
2 3
No Tahun Curah Hujan (x) Log X Log X – Log X (Log X - Log X) (Log X - Log X)

A B C D E F G
1 2002 65.000 1.8129 -0.0755 0.005693 -0.00042953
2 2003 75.000 1.8751 -0.0133 0.0002 0.0000
3 2004 122.000 2.0864 0.1980 0.0392 0.0078
4 2005 50.000 1.6990 -0.1894 0.0359 -0.0068
5 2006 71.000 1.8513 -0.0371 0.0014 -0.0001
6 2007 100.100 2.0004 0.1121 0.0126 0.0014
7 2008 51.000 1.7076 -0.1808 0.0327 -0.0059
8 2009 53.900 1.7316 -0.1568 0.0246 -0.0039
9 2010 90.300 1.9557 0.0673 0.0045 0.0003
10 2011 90.300 1.9557 0.0673 0.0045 0.0003
11 2012 87.000 1.9395 0.0512 0.0026 0.0001
12 2013 111.000 2.0453 0.1570 0.0246 0.0039
13
14
15
16
17
18
19
20
∑ 966.60 22.6604 0.0000 0.1885 -0.0033
4-3

Perhitung

Perhitungan curah hujan rencana rata-rata pada studi ini memakai


Metode Log Person Type III. Metode ini lebih fleksibel karena
mempunyai nilai Cs, dan Ck bebas (tidak ada ketentuan mengenai
besarnya harga parameter statistiknya), sehingga dapat dipakai untuk
semua sebaran data hujan. Data diurutkan terlebih dahulu dari data yang
paling besar sampai pada data terkecil. Adapun langkah perhitungan dari
metode ini diuraikan sebagai berikut:
1. Mengubah data curah hujan rerata harian maksimum ke dalam bentuk
logaritma.
2. Menghitung harga rata-rata logaritma
n
∑ Log X
i=1
Log X =
n
Dimana:
Log X = Rata-rata log data curah hujan
n = Jumlah data

Contoh Perhitungan:
n
∑ Log X 22,6604
i=1
Log X = = = 1,8884
n 12

Log X – Log X = 1,8129 – 1,8884 = -0,0755 ... dst


( Log X – Log X )2 = -0,07552 = 0,005693 ... dst
( Log X – Log X )3 = 0,07553 = -0,00042593... dst
4-4

3. Menghitung simpangan baku

[ ]
n 0 .5

∑ ( Log X−Log X ) 2

i=1
S=
n−1

Dimana:
Log X = Log data curah hujan
Log X = Rata-rata log data curah hujan
n = Jumlah data
Contoh Perhitungan:

[ ]
n 0 .5

∑ ( Log X−Log X )2 =
[ 0,1885
12−1 ]
0,5
= 0,1309
i=1
S=
n−1
4. Menghitung Koefisien Kemencengan
n
n ∑ ( Log X−Log X )3
i=1
Cs=G =
( n−1 )× ( n−2 ) ×S 3
Dimana:
Log X = Log data curah hujan
Log X = Rata-rata log data curah hujan
S = Standar deviasi
n = Jumlah data
Contoh Perhitungan:
n
n ∑ ( Log X−Log X )
3
12×(−0,0033)
Cs=G =
i=1
¿ = -0,1585
( n−1 )× ( n−2 ) ×S 3 (12−1 ) × ( 12−2 ) ×0,13093
4-5

5. Menghitung Nilai Probabilitas


100 100
Pr = Misalkan untuk Tr 50 tahun = = 2%
Tr 50

6. Mencari nilai Faktor frekuensi K dengan cara interpolasi


Misal untuk periode ulang 50 tahun dengan nilai G = -0,4896 dan Tr
= 50

x1 = 1,72 x1 = -0,1
Tr = 50 G= 1,6866
x2 = 1,663 x2 = -0,2

Dengan cara interpolasi, maka didapat nilai K

K = 1,834 +
[( −0 , 0585
−0,1 )
x ( 1 , 663−1 , 72 )
]
= 1,6866

K × S = 1,6866 × 0,1309 = 0,22077


log X + K × S = 1,8884 + 0,22077 = 2,1091

7. Menghitung logaritma curah hujan rancangan dengan kala ulangnya


XT = 10log X +K ×S
Dimana:
XT = Curah hujan rancangan
Log X = Rata-rata log data curah hujan
S = Standar deviasi
K = Faktor frekuensi
Contoh Perhitungan:
Log X T = Log X + (K × S)
= 1,8884 + 0,22077
= 2,1091
XT = 102,1091
= 128,5677 mm
4-6

Tabel 4.3 Curah Hujan Periode Ulang (50 Tahun)

No Tahun S Log X G Pr(%) K K × Slog X Log X + K × S Log X Xt

1 2 0.1309 -0.1585 50 0.1090 0.01426 1.9026 79.9145


2 5 0.1309 -0.1585 20 0.8570 0.11217 2.0005 100.1243
3 10 0.1309 -0.1585 10 1.190 0.15577 2.0441 110.6963

5 20 0.1309 -0.1585 5 1.3997 0.18322 2.0716 117.9179

7 50 0.1309 -0.1585 2 1.6866 0.22077 2.1091 128.5677

Tabel 4.6 Batas cs dan ck

Metode Syarat Hasil Keterangan

Ck = Bebas 0,24
Log Pearson Tipe III memenuhi
Cs = Bebas -0,63

Dengan demikian, metode Log Pearson Type III dapat


dijadikan perhitungan debit banjir

Tabel 4.7 Rekap Simpangan


Periode Debit Banjir Rencana (Xt)
No
Ulang Log Pearson Type III
1 2 85,71

2 5 103,39

3 10 112,49

4 25 118,66

5 50 127,70

B. Perhitungan Debit Banjir (Metode HSS Nakayasu)


Tujuan dari penghitungan debit banjir adalah untuk mengetahui
besarnya debit air yang melewati anak sungai Mahakam untuk suatu
periode ulang tertentu. Debit banjir rencana digunakan sebagai dasar
untuk menentukan tinggi lantai jembatan terhadap muka air banjir.
4-7

Sehubungan dengan perencanaan ini, periode ulang yang digunakan


adalah periode ulang 50 tahunan (Qtr = Q50).
Ada beberapa metode untuk memperkirakan laju aliran puncak/
debit banjir, metode yang dipakai pada suatu lokasi lebih banyak
ditentukan oleh ketersediaan data. Debit banjir rencana dapat
ditentukan berdasarkan data curah hujan dan debit limpasan pada
suatu sungai.
Besarnya debit banjir rencana dapat ditentukan oleh besarnya
curah hujan, waktu terjadinya hujan, luas daerah aliran sungai dan
karakteristik daerah aliran sungai tersebut. Data curah hujan
didapatkan dengan cara pengukuran dengan alat khusus pengukur
hujan (otomatis, biasa dan dengan radar) lalu dilihat intensitasnya,
sedangkan untuk menghitung hujan daerah aliran dari hujan lokal
biasanya memakai metode rata-rata aljabar (untuk daerah datar)
karena hasilnya lebih obyektif. Dalam perhitungan ini metode yang
digunakan untuk menghitung debit banjir ialah dengan menggunakan
HSS Nakayasu.
1. Distribusi Hujan Jam-Jaman
Pola distribusi hujan terpusat di Indonesia berkisar antara
4-7 jam setiap hari dan dalam kajian ini diambil 7 jam, karena data
pengamatan sebaran hujan jam-jaman di daerah sambutan tidak
tersedia maka untuk perhitungan digunakan persamaan Mononobe,
adapun persamaanya adalah sebagai berikut:

( )
R 24 t 2 /3
Rt =
t T
Dimana :
R 24
RO =
t
t = 6 jam
T = 0,5 jam
4-8

( )
R 24 6 2/ 3
Rt =
6 0,5
R0,5 = (R24/6)( 5 , 24 )
R0,5 = 0,8736 R24

()
R 24 6 2/ 3
R1 = = 0,5503 R24
6 1
2. Nisbah Hujan Jam-Jaman
Perhitungan distribusi hujan pada setiap jam kejadian hujan
terhadap curah hujan efektif 1 hari (R24) digunakan persamaan:
Rт = t x Rt – [ ( t−1 ) . R (t −1 ) ]

Rт = t x Rt – [ ( t−1 ) . R (t −1 ) ]
R0,5 = 0,5 . 0,8736 R24 – (0,5 - 1) . R (0,5 - 1)
= 0,4368 R24 – (-0,5) . (-0,8298 R24)
R0,5 = (0,4149 - 0,4368) R24
=0
Tabel 4.8 Rata- Rata Hujan Sampai Jam Ke T (Rt) Dan Hubungan
Pada Jam t (Rt) Serta Distribusi Hujan Harian

T (Jam) Rt RT Rasio % (R) = RT x 100%

A B C D
0.5 0.8736 R24 0.8736 R24 87.3580
1 0.5503 R24 0.5503 R24 55.0321
1.5 0.4200 R24 0.1932 R24 19.3170
2 0.3467 R24 0.1430 R24 14.3040
2.5 0.2988 R24 0.1169 R24 11.6940
3 0.2646 R24 0.1003 R24 10.0339
3.5 0.2387 R24 0.0886 R24 8.8649
4 0.2184 R24 0.0799 R24 7.9880
4.5 0.2019 R24 0.0730 R24 7.3011
5 0.1882 R24 0.0675 R24 6.7456
5.5 0.1766 R24 0.0629 R25 6.2852
6 0.1667 R24 0.0590 R26 5.8964

3. Koefisien Pengaliran (C)


4-9

Koefisien pengaliran adalah koefisien yang menunjukkan


perbandingan antara besarnya jumlah air yang dialirkan oleh suatu
jenis permukaan terhadap jumlah air yang ada. Koefisien
pengaliran merupakan suatu variabel yang didasarkan pada kondisi
daerah pengaliran dan karakteristik hujan pada suatu daerah
(Sosrodarsono S, 1989:38). Harga koefisien pengaliran untuk tiap-
tiap dae
Arah pengaliran tidak akan sama, karena tidak ada
satupun daerah yang mempunyai daerah pengaliran dan
karakteristik hujan yang sama betul. Adapun perhitungan
koefisien limpasan untuk daerah pengaliran yang terdiri dari
beberapa tipe kondisi permukaan yang mempunyai nilai koefisien
yang berbeda, harga koefisien rata-rata ditentukan berdasarkan
pada persamaan:
C 1. A 1+C 2. A 2+C 3. A 3............. Cn. An
C=
A 1+ A 2+ A 3. ............ An
Dimana :
C1,C2,C3,…Cn = koefisien pengaliran yang sesuai dengan tipe
kondisi permukaan.
A1,A2,A3,…As = luas daerah pengaliran yang diperhitungkan
sesuai dengan kondisi permukaan.
Besarnya nilai koefisien limpasan (C) sebagai berikut
Tabel 4.9 Hubungan kondisi permukaan tanah dengan koefisien
limpasan
Kondisi Pemukaan Tanah Koefisien limpasan berdasarkan Kala
Ulang
2 5 10 25 50 100 500
Daerah berkembang:
1. Aspal 0.73 0.77 0.81 0.86 0.90 0.95 1.00
2. Beton 0.75 0.80 0.83 0.88 0.92 0.97 1.00
3. Area Rumput:
a. Kondisi jelek (rumput
penutup 50 %)
4 - 10

- datar, 0-2% 0.32 0.34 0.37 0.40 0.40 0.47 0.58


- sedang, 2-7% 0.37 0.40 0.43 0.46 0.49 0.53 0.61
- curam, lebih 7% 0.40 0.43 0.45 0.49 0.52 0.55 0.62
b.Kondisi terbuka (rumput
penutup 50 – 75 %)
- datar, 0-2% 0.25 0.28 0.30 0.34 0.37 0.41 0.53
- sedang, 2-7% 0.33 0.36 0.38 0.42 0.45 0.49 0.58
- curam, lebih 7% 0.37 0.40 0.42 0.46 0.49 0.53 0.60
c.Kondisi baik, (rumput
penutup berkisar lebih 75
%)
- datar, 0-2% 0.21 0.23 0.25 0.29 0.32 0.36 0.49
- sedang, 2-7% 0.29 0.32 0.35 0.39 0.42 0.46 0.56
- curam, lebih 7% 0.34 0.37 0.40 0.44 0.47 0.51 0.58

Daerah tidak berkembang :


1. lahan yang ditanami:
- datar, 0-2% 0.31 0.34 0.36 0.40 0.43 0.47 0.57
- sedang, 2-7% 0.35 0.38 0.41 0.44 0.48 0.51 0.60
- curam, lebih 7% 0.39 0.42 0.44 0.48 0.51 0.51 0.61
2. lahan ditanami berjarak:
- datar, 0-2% 0.25 0.28 0.30 0.34 0.37 0.41 0.53
- sedang, 2-7% 0.33 0.36 0.38 0.42 0.45 0.49 0.58
- curam, lebih 7% 0.37 0.40 0.42 0.46 0.49 0.53 0.60
3. Hutan
- datar, 0-2% 0.22 0.25 0.28 0.31 0.35 0.39 0.48
- sedang, 2-7% 0.31 0.34 0.36 0.40 0.43 0.47 0.56
- curam, lebih 7% 0.35 0.39 0.41 0.45 0.48 0.52 0.58
Sumber: Applied Hydrologi, Ven Te Chow, Civil Engineering
Series
C=0 , 92

4. Hujan Netto
Hujan netto adalah bagian hujan total yang menghasilkan
limpasan langsung (Direct run-off). Limpasan langsung ini terdiri
atas limpasan permukaan (Surface run-off) dan Interflow (air
yang masuk ke dalam lapisan tipis di bawah permukaan tanah
4 - 11

dengan permeabilitas rendah, yang keluar lagi di tempat yang


lebih rendah dan berubah menjadi limpasan permukaan).
Dengan menganggap bahwa proses transformasi hujan
menjadi limpasan langsung mengikuti proses linier dan tidak
berubah oleh waktu (Linier and time invariant process), maka
hujan netto (Rn) dapat dinyatakan sebagai berikut
Rn = C x R
Dimana:
Rn = Hujan Netto.
C = Koefisien pengaliran
R = Intensitas curah hujan
Rn =CxR
= 0,92 x 85,71
= 78,8516 mm

Tabel 4.10 Curah hujan netto jam-jaman


No T C (R) = Xᴛ (mm) Rn (mm)
A B C D E=CxD
1 2 0.9200 85.71 78.8516
2 5 0.9200 103.39 95.1219
3 10 0.9200 112.49 103.4866
4 25 0.9200 118.66 109.1672
5 50 0.9200 127.70 117.4836

Tabel 4.11 Sebaran curah hujan netto jam-jaman


I
Waktu Rasio
Xt = 2 Xt = 5 Xt = 10 Xt = 25 Xt = 50
A B C D E F G
0.5 0.8736 68.8832 83.0966 90.4039 95.3663 102.6314
1 0.5503 43.3937 52.3476 56.9509 60.0770 64.6537
1.5 0.1932 15.2318 18.3747 19.9905 21.0879 22.6943
2 0.1430 11.2789 13.6062 14.8027 15.6153 16.8049
2.5 0.1169 9.2209 11.1236 12.1018 12.7660 13.7386
3 0.1003 7.9119 9.5445 10.3838 10.9538 11.7882
3.5 0.0886 6.9901 8.4324 9.1740 9.6775 10.4148
4 0.0799 6.2987 7.5983 8.2665 8.7203 9.3846
4.5 0.0730 5.7570 6.9449 7.5556 7.9704 8.5776
5 0.0675 5.3190 6.4165 6.9807 7.3639 7.9249
5.5 0.0629 4.9560 5.9786 6.5044 6.8614 7.3841
6 0.0590 4.6494 5.6088 6.1020 6.4369 6.9273
Hujan Netto 78.8516 95.1219 103.4866 109.1672 117.4836
Koef. Pengaliran 0.9200 0.9200 0.9200 0.9200 0.9200
Hujan Rencana 85.7083 103.3933 112.4855 118.6600 127.6996
4 - 12

5. Perhitungan debit banjir


a. Data dari analisa peta Google Earth Daerah Pengaliran Sungai
- Luas DAS (A) = 2,09km2
- Panjang Sungai (L) = 1,94 km
Untuk menentukan Tp dan T0,3 digunakan rumus:
Tp = Tg + 0,8 Tr
T0,3 = α x Tg
Tg dihitung berdasarkan rumus :
Tg = 0,40 + 0,058 L, untuk L > 15 km
Tg = 0,21 x L0,7, untuk L < 15 km
Tr = Satuan waktu hujan (Jam)
α = Parameter bernilai antara 1,5 – 3,5
0,25
0,47 ( A × L )
α=
Tg
Harga α itu mempunyai kriteria sebagai berikut :
a. Untuk daerah pengaliran biasa, α = 2
b. Untuk bagian naik hidrograf yang lembut dan bagian
menurun dengan cepat, α = 15
c. Untuk bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian
menurun lambat, α = 3
Dimana:
L = Panjang alur sungai utama terpanjang (km)
A = Luas daerah aliran sungai (km²)
Dalam perhitungan ini, nilai L < 15 km, maka waktu
konsentrasinya adalah:
Tg = 0,21 x L0,7
= 0,21 x 1,9400,7
= 0,33 Jam

Diambil nilai tr = 0,5 tg, sehingga nilai tr:


4 - 13

Tr = 0,5 x Tg
= 0,5 x 0,33
= 0,17 Jam
Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir
(jam):
Tp = Tg + 0,8 Tr
= 0,33 + 0,8 x 0,17
= 0,47 Jam
Waktu yang diperlukan untuk penurunan debit puncak
sampai 30 % dari debit puncak (jam):
0,47 ( A × L )0,25 0,47 ( 2,09× 1,94 )0,25
α= = =2,00
Tg 0 ,33
T0,3 = α x Tg
= 2,00 x 0,33
= 0,67 Jam
Waktu yang diperlukan pada penurunan debit puncak sampai
ke debit sebesar 60% dari debit puncak yaitu:
T0,32 = 1,5 x T0,3
= 1,5 x 0,67
= 1,00 Jam
b. Debit puncak banjir akibat hujan satuan
Besarnya banjir yang di akibatkan satuan spesifik curah
hujan dinyatakan dengan rumus:
1 Ro
Qp= ×A×
3,6 (0,3 T p+ T 0,3 )
Dimana:
Qp = Debit puncak banjir (m³/detik/mm)
A = Luas daerah aliran (Km²)
Tp = Tenggang waktu dan permulaan hujan sampai
puncak banjir (jam)
Ro = Curah hujan satuan (mm)
4 - 14

Tο,з = Waktu yang diperlukan pada penurunan debit puncak ke


debit sebesar 30 % debit puncak (Jam)
Maka,
Ro = 1 mm (satuan curah hujan)
1 Ro
Qp= ×A×
3,6 (0,3 T p+ T 0,3 )
1 1
¿ ×2,09 ×
3,6 (0,3 0 , 47+0,67)
= 0,72 m3/det
c. Ordinat HSS Nakayasu
- Persamaan bagian lengkung naik (rising limb) pada
hidrograf satuan Nakayasu adalah:
0  t  Tp
0  t  0,47
t = 0 – 0,46

[ ]
2,4
t
Qa=Qp ×
Tp

[ ]
2,4
0
Q0=0,72× =0 m3 /det
0 , 47

[ ]
2,4
1
Q1=0,72 × =4,4464 m3 /det
0 , 47

- Persamaan bagian lengkung turun (decreasing limb) pada


hidrograf satuan Nakayasu adalah:
Tp  t  (Tp + T03)
0,47  t  (0,47 + 0,67)
0,47  t  1,13
t = 0,48 – 1,13 = 1

Qd 1 =Qp × 0,3
[ ]t −Tp
T 0,3

Q =0,72 ×0,3
[ 1−0 ,47
1 ]=0,2746 m /det
3
1
4 - 15

(Tp + T0.3)  t  (Tp + T0.3 + 1.5 T0.3)


(0,47 + 0,67)  t  (0,47 + 0,67 + 1.5 x 0,67)
1,13  t  2,13
t = 1,3 – 2

Qd 2 =Qp × 0,3
[ t −Tp+0,5 T 0,3
1,5 ×T 0,3 ]

Q1,30 =0,72× 0,3


[ 1,30−0 ,47 +0,5 0,67
1,5×1 ]=0 ,1765 m / det
3

Q2=0,72 × 0,3
[ 2−0 47+0,50,67
1,5×1 ]=0 , 0760 m /det
3

t  (Tp + T0.3 + 1.5 T0.3)


t  (0,47 + 0,67 + 1.5 x 0,67)

t  2,13
t = 2,30 – 24

Qd 3 =Qp × 0,3
[ t −Tp+1,5 T 0,3
2 ×T 0,3 ]

Q2,30 =0,72× 0,3


[ 2,30−0 , 47+1,50,67
2 × 0,67 ]=0 ,0556 m /det
3

Q24=0,72× 0,3
[ 24−0 , 47+1,5 0,67
2 ×0,67 ]=0,000 0 m /det
3

Berdasarkan hitungan waktu Qp, Qa, Qd1, Qd2 dan


Qd3. Didapatkan tabel serta grafik hidrograf nakayasu,
dimana nantinya tabel ini akan menjadi acuan untuk
menghitung debit banjir berdasarkan metode hidograf
nakayasu.

Tabel 4.12 Ordinat Hidrograf Nakayasu


4 - 16

Waktu Hidrograf Debit Saluran Q


Ket.
(Jam) (m3/detik)
A B C
0.00 0.0000
Qa
0.30 0.2472
0.47 0.72 QP
1.00 0.2746 Qd1
1.30 0.1765
Qd2
2.00 0.0760
2.30 0.0556
3.00 0.0296
3.30 0.0226
4.00 0.0120
4.30 0.0091
5.00 0.0049
5.30 0.0037
6.00 0.0020
6.30 0.0015
7.00 0.0008
7.30 0.0006
8.00 0.0003
8.30 0.0002
9.00 0.0001
9.30 0.0001
10.00 0.0001
10.30 0.0000
11.00 0.0000
11.30 0.0000
12.00 0.0000
12.30 0.0000
13.00 0.0000
Qd3
13.30 0.0000
14.00 0.0000
14.30 0.0000
15.00 0.0000
15.30 0.0000
16.00 0.0000
16.30 0.0000
17.00 0.0000
17.30 0.0000
18.00 0.0000
18.30 0.0000
19.00 0.0000
19.30 0.0000
20.00 0.0000
20.30 0.0000
21.00 0.0000
21.30 0.0000
22.00 0.0000
22.30 0.0000
23.00 0.0000
23.30 0.0000
24.00 0.0000
4 - 17

Berdasarkan tabel 4.12 didapatkan grafik


perbandingan antara waktu dengan debit.
Grafik 4.1 Hidrograf Debit Banjir

Tabel 4.13 Debit Banjir Periode 50 Tahun


4 - 18

Periode Ulang
Jam
Q50
0.00 0.0000
0.30 0.0000
0.47 0.0000
1.00 0.0000
1.30 0.0000
2.00 0.0000
2.30 0.0000
3.00 0.0000
3.30 0.0000
4.00 0.0000
4.30 0.0000
5.00 0.0000
5.30 0.0000
6.00 0.0000
6.30 0.0000
7.00 0.0000
7.30 0.0000
8.00 0.0000
8.30 0.0000
9.00 0.0000
9.30 0.0000
10.00 0.0000
10.30 0.0000
11.00 0.0000
11.30 0.0000
12.00 0.0000
12.30 0.0000
13.00 0.0000
13.30 0.0000
14.00 0.0000
14.30 0.0000
15.00 0.0000
15.30 0.0000
16.00 0.0000
16.30 0.0000
17.00 0.0000
17.30 0.0000
18.00 0.0000
18.30 0.0000
19.00 0.0000
19.30 0.0000
20.00 0.0000
20.30 0.0000
21.00 0.0000
21.30 0.0000
22.00 0.0000
22.30 0.0000
23.00 0.0000
23.30 0.0000
24.00 0.0000
4 - 19

Grafik 4.2 Hidrograf Banjir Periode 50 Tahun

Tabel 4.14 Debit Puncak Banjir Hidrograf Satuan Nakayasu

Periode T QMaks
No
Ulang (jam) (m3/dt)

5 50 0,47 89,74

Berdasarkan tabel tersebut didapatkan debit


maksimum (debit rencana) yang terjadi dengan kala ulang

50 tahun sebesar 89,74 m3/detik.


4 - 20

C. Perhitungan Muka Air Banjir


Data-data:

Gambar 4.2 Luas DAS dan Panjang Sungai (dari google earth pro)

Luas DAS (A) = 2,09 km2


Panjang Sungai (L) = 1,94 km
Perbedaan Ketinggian (H)= 80 – 68
= 12 m

1. Kemiringan Dasar Sungai (i)


H
i=
L
Dimana:
H = Perbedaan ketinggian (m)
L = Panjang sungai (m)
Maka
H 12
i= = =0,0 062
L 1941.4
4 - 21

2. Waktu Konsentrasi (tc)


L
tc= 0,6
72 ×i
Dimana:
L = Panjang sungai (m)
i = Kemiringan Dasar Sungai
Maka
L 1,94
tc= 0,6
= 0,6
=0,57 Jam
72 ×i 72× 0,0 062

3. Intensitas Curah Hujan (I)

( )
R 24 24 2
I= 3
24 tc
Dimana:
R24 = Curah hujan maksimum harian Xt (mm)
tc = Waktu Konsentrasi (Jam)
Maka

( ) ( )
R 24 24 23 167,91 24 23
I= = =0,0235 mm/det
24 tc 24 0,57

4. Muka Air Banjir


Data-data:
Debit Rencana (Qr) = 910,08 m3/det
Kemiringan dasar sungai (i) = 0,0062
Kecepatan Aliran (V)

[ ]
0,6
H
V =72×
L
Dimana:
H = Perbedaan ketinggian (m)
L = Panjang sungai (m)
Maka
4 - 22

[ ] [ ]
0,6 0,6
H 12
V =72× =72× =3,40 m/det
L 1941,38

Luas Penampang Basah (A)


Qr
A=
V
Dimana:
Qr = Debit rencana (m3/det)
V = Kecepatan aliran (m/det)
Maka
Qr 318,8476
A= = =93,67 m2
V 3,40

a. Perhitungan muka air banjir (cara 1)

Gambar 4.4 Penampang sungai cara 1

Panjang aliran sungai (L) = 1941,38 m


Beda elevasi (H) = 67 m
Luas penampang basah (A) = 93,6717 m2
Lebar dasar Sungai (b) =2m
Lebar dinding sisi kiri (c) = 10 m
Lebar dinding sisi kanan (d) = 11 m

Maka
a+b
A= y
2
4 - 23

(cy +b+ dy)+b


A= y
2
(10 y+ 2+ 11 y )+ 2
A= y
2
21 y +4
A= y
2
1 0,5 y 2+2 y− A=0

Sehingga didapat nilai dari persamaan tersebut


a = 11
b =2
c = -140,22

Dengan Persamaan Rumus, maka y dapat dicari dengan


−b ± √ b −4 ac
2
y=
2a
y = -3,0836 m
y = 2,8931 m (menentukan)
Jadi tinggi muka air banjir = 2,8931 m

b. Perhitungan muka air banjir (cara 2)

Gambar 4.5 Penampang sungai cara 2


a = 23 m
b =2m
A = 93,67 m2
y = 1,9751 m (cara coba-coba)
4 - 24

Syarat:
A = ay2 +by
93,67 = 23(1,97512) + 2(1,9751)
93,67 = 93,67 ……OK

Jadi tinggi muka air banjir = 1,98 m

Dari dua metode tersebut, dipilih cara 1 sebagai


pertimbangan untuk merencanakan tinggi muka air banjir
dikarenakan pada cara 2 sama seperti keadaan asli di lapangan
pada saat ini, dari pengamatan visual di lapangan, ternyata
tinggi muka air banjir mencapai ± 2,70 m dari dasar sungai,
jadi cara 1 ditetapkan sebagai tinggi muka air banjir rencana
yaitu h = y = 3,5604 m

Elevasi MAB = Elevasi dasar sungai + y


= 106 + 1,9751
= 107,9751
≈ 107,9751 m

107,698m

Gambar 4.6 Elevasi MAB

Anda mungkin juga menyukai