Anda di halaman 1dari 63

TUGAS DISTILASI MULTIKOMPONEN

TK2205

Kelompok 09B :

Rahmat Taufik Hidayah 118280087

Rahmat Sanjaya 119280053

Annisa Mifhtanti 119280055

Sipa Anisa Kodriya 119280057

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

SUB JURUSAN TEKNIK PROSES DAN HAYATI

JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2021
KETENTUAN TUGAS

Suatu industri perminyakan ingin membangun sebuah kolom fraksinasi yang


akan digunakan untuk memisahkan 100 kmol/jam umpan yang komposisinya

(dinyatakan dalam fraksi mol) tercantum dalam table berikut:

Komponen Umpanzi,F

C2 0,070
C3 0,150
i-C4 0,200
n-C4 0,210
i-C5 0,240
n-C5 0,100
n-C6 0,030
Jumlah 1,000

Kolom dirancang agar 90% C3 dan 8% n-C4 yang ada dalam umpan keluar
sebagai distilatyang berupa cairan jenuh. Kondisi umpan dan perbandingan
refluks yang ditetapkan untuk masing-masing kelompok dimuat dalam table
berikut ini:

Kelompok
Kondisi umpan(%-mol/%-mol) Perbandingan refluks

09B
20/80cairan/uap 1,25 x Rm
ABSTRAK
Tujuan dari pengerjaan tugas besar ini adalah untuk membuat perancangan kolom
distilasi multikomponen untuk memisahkan suatu campuran dengan komposisi
setiap komponen, kondisi umpan, dan perbandingan refluks yang telah ditetapkan
berdasarkan titik didihnya. Perancangan ini terdiri dari kondensor, tray dan
reboiler. Perhitungan secara manual yang pertama dilakukan dengan metode FUG
yang meliputi metode Fenske, Underwood, Gilliland, dan Kirkbride menggunakan
kondisi temperatur umpan (feed) sebesar 150 C, dengan tekanan rata – rata yang
digunakan sebesar 2500 kPa. Pada metode Fenske, diperoleh jumlah tahap
minimum (Nm) sebesar 7,37625. Lalu pada metode Underwood, diperoleh rasio
refluks minimum yaitu sebesar 1,5958. Sesuai dengan ketentuan tugas yang
diberikan, rasio refluks yang digunakan adalah sebesar 1,9947. Jumlah tahap
teoretis (N) ditentukan dengan metode Gilliland, dan hasil yang diperoleh yaitu 15
dengan tahap pertama ada pada tray teratas pada kolom yaitu kondensor dan
kolom terakhir adalah reboiler. Kemudian pada metode Kirkbride, diperoleh
jumlah tahap setiap section yang menghasilkan tahap untuk enriching section dan
tahap untuk stripping section. Setelah metode FUG dilakukan, maka dilanjutkan
dengan metode Eksak. Metode ini dilakukan agar mengoreksi nilai dari hasil
metode Kirkbride dan juga untuk mengetahui temperatur dan komposisi di setiap
tahap dalam kolom. Berdasarkan metode ini, jumlah tahap pada enriching section
adalah 5 tahap, jumlah tahap pada stripping section adalah 8 tahap (termasuk
reboiler parsial), dan feed masuk pada tahap 6. Kemudian profil temperatur pada
kolom meningkat dari bagian enriching section menuju ke stripping section.
Perhitungan temperatur pada setiap tahap melibatkan nilai K, dan pembacaan
grafik Gilliland. Kedua metode ini mempunyai pengaruh yang cukup besar pada
metode eksak, sehingga diperlukan ketelitian dalam pembacaan setiap nilai pada
grafik nomogram maupun grafik Gilliland. Kesimpulan perancangan ini adalah
didapatkan hasil koreksi laju aliran pada produk atas sebesar 61,60 kmol/jam dan
produk bawah sebesar 38,40 kmol/jam, efisiensi tray menggunakan korelasi
O’Connell sebesar 71,47 %, desain memperhitungkan efisiensi adalah 19 tahap,
dan jumlah tahap teoritis yang diperoleh berdasarkan metode pintas (FUG) adalah
15 tahap dan melalui metode eksak diperoleh 5 tahap pada enriching dan 8 tahap
stripping.
Kata Kunci : Perancangan, kolom, metode, tahap, perhitungan
HASIL RANCANGAN
BAB I

Perhitungan Dengan Metode Pintas (Metoda FUG)

2.1. Metode Pintas (Fenske – Underwood – Gilliland + Kirkbride)


Dalam perancangan tray coloum digunakan 2 perhitungan yamng pertama
yaitu metode pintas.Metode pintas terdiri dari Fenske Underwood Gililland
dengan Kirkbride.Perhitungan tersebut harus dilakukan secara berurut supaya
mendapatkan hasil akhir yang sesuai.Dari Metode pintas ini ditentukan
perbandingan refluks minimum serta jumlah plat secara teori.Akan tetapi terlebih
dahulu dilakukan perhitungan awal seperti lembar data (neraca massa awal), k-
value serta k-fitting dari tiap-tiap temperatur.

2.1.1. Lembar Data


Data dalam persoalan disusun dalam suatu lembar seperti yang disajikan di
Tabel 2.1 di bawah ini.

LK/HK i Komponen xi f xi D xi B fi Di bi
1 C2 0.07 0.11 0.00 7.00 7.00 0.00
2 C3 0.15 0.23 0.00 15.00 15.00 0.00
LK 3 I C4 0.20 0.30 0.03 20.00 19.00 1.00
4 n C4 0.21 0.33 0.00 21.00 21.00 0.00
HK 5 I C5 0.24 0.03 0.61 24.00 1.92 22.08
6 n C5 0.10 0.00 0.28 10.00 0.00 10.00
7 n C6 0.03 0.00 0.08 3.00 0.00 3.00
Jumlah 1.00 1.00 1.00 100.00 63.92 36.08

Pada lembar data dimasukkan komponen yang dipakai, umpan


masuk, fraksi mol distilat, fraksi mol bottom,laju alir
molar,distilat,bottom,nilai k value dari umpan masuk,distilat bottom setiap
komponennya.Dalam lembar data terdapat blok kuning yang merupakan
komponen kunci.Komponen Kunci terdiri dari light key komponen (LK)
dan heavy key komponen (HK).Perbedaan keduanya yaitu komponen HK
lebih banyak terdistribusi daripada komponen LK.

Diketahui dari soal bahwa komponen kunci ialah isobutan dan


isopentana,dimana isobutan adalah LK sedangkan isopentana adalah HK.
Pertama dengan menentukan laju alir distilat dan bottom dimana
diasumsikan komponen yang lebih mudah menguap dibanding LK pada
bottom diisi dengan 0,sedangakan komponen yang sulit menguap dibanding
HK pada distilat diisi dengan 0.Kemudian dapat ditentukan nilai fraksi mol
pada umpan,distilat ataupun bottom.

Dalam curve fitting ditentukan terlebih dahulu nilai k-value pada berbagai
temperature misalnya pada 100,120,140,160,180 dan 200°C.K-value ditentukan
dengan menggunakan diagram DePriester,dimana diagram tersebut merupakan
grafik hubungan temperature dengan tekanan dan terdapat berbagai komponen
yang memiliki skala.Tekanan dipakai pada 2500 kPa.Setelah mendapatkan nilai
kvalue maka dilakukan regresi dengan persamaan power yaitu ATB.Dari
persamaan tersebut akan didapatkan nilai A dan B yang digunakan pada tahap
perhitungan selanjutnya.
Diagram DePriester

Tabel Pembacaan nilai K-value komponen proses pada tekanan 2500 Kpa

T (◦C) C2 C3 I C4 n C4 I C5 n C5 n C6
100 3.50 1.60 0.88 0.69 0.35 0.31 0.11
120 4.00 2.00 1.15 0.90 0.49 0.44 0.24
140 4.60 2.40 1.40 1.15 0.66 0.60 0.33
160 5.20 2.80 1.80 1.40 0.85 0.78 0.45
180 5.70 3.30 2.10 1.80 1.00 0.96 0.60
200 6.20 3.70 2.50 2.00 1.20 1.10 0.70
Kurva regresi dan hasil permodelan

Persamaan K-Value untuk masing-masing komponen pada 2500 Kpa

Komponen persamaan garis A B


C2 y = 0.0728x0.8393 0.0728 0.839
C3 y = 0.006x1.2138 0.006 1.2138
iC4 y = 0.0008x1.5081 0.0008 1.5081
nC4 y = 0.0005x1.5758 0.0005 1.5758
iC5 y = 1E-04x1.7831 0.0001 1.7831
nC5 y = 6E-05x1.8643 0.00006 1.8643
nC6 y = 8E-07x2.5948 8E-07 2.5948

2.1.3 Menentukan Temperatur Operasi


Tahap berikutnya yaitu menghitung temperature operasi yang terdiri dari
bubble point dan dew point.Pada perhitungan temperature bubble nilai xi,kid an yi
menggunakan rumus :
𝐾𝑖 = 𝐴𝑇𝐵

Nilai T pada Ki dimasukkan terlebih dahulu Ttebak yaitu 100 kemudian dilakukan
goalseek sehingga didapatkan Tbubble sebesar 173,567°C.

Pada perhitungan Tdew digunakan rumus mencari yi,kid an xi antara lain :

𝐾𝑖 = 𝐴𝑇𝐵

Nilai T pada Ki Tdew dilakukan sama dengan Tbubble yaitu menggunakan


goalseek sehingga didapatkan nilai Tdew sebesar 105,57°C.

Pada perhitungan nilai temperature tersebut didapat dari koreksi nilai sampai nilai
Nm antar koreksi selanjutnya hanya selisih sedikit.

Tabel . Hasil penentuan bubble dan dew temperature umpan

LK/HK T dew T bubble


tebak 105.1577 tebak 173.5677
Yi Ki Xi Xi Ki Yi
0.113623 3.622952 0.031362 1.1E-06 5.5171868 6.09E-06
0.243 1.707 0.142 0.000 3.13630 0.000
29 112 516 304 788 954
L 0.308 0.895 0.344 0.026 1.90736 0.049
K 408 836 268 046 208 68
0.297 0.767 0.387 0.069 1.69014 0.117
572 339 797 48 985 432
H 0.031 0.402 0.077 0.575 0.98445 0.566 A.Iterasi T
Bubble
K 165 851 362 1 785 162
0.005 0.352 0.016 0.250 0.89782 0.225
933 752 818 942 823 303
8.25E- 0.141 5.85E- 0.078 0.51768 0.040
06 047 05 125 321 444
1 1.000 1 0.999
182 982
LK/HK T 173.567
bubble 7
tebak
Xi K Y
i i
1.1E-06 5.51718 6.09E-06
7
0.000304 3.13630 0.000954
8
LK 0.026046 1.90736 0.04968
2
0.06948 1.69015 0.117432
HK 0.5751 0.98445 0.566162
8
0.250942 0.89782 0.225303
8
0.078125 0.51768 0.040444
3
1 0.999982

2.1.4 Koreksi Nilai


Pada perhitungan lembar data masih terdapat nilai-nilai yang belum
pasti maka dari itu dilakukan koreksi berulang supaya mendapatkan nilai
distilat dan bottom sebenarnya yang akan berhenti koreksi jika nilai Nm
memiliki selisih yang sedikit.Dalam hal ini dilakukan 3 kali koreksi dengan Nm
akhir sebesar 7,37625.Nilai-nilai hasil koreksi ini yang kemudian akan
digunakan sebagai acuan untuk melanjutkan perhitungan tahap berikutnya.Pada
perhitungan ini juga didapatkan nilai volatilitas relative komponen pada umpan
distilat ataupun bottom dengan menggunakan rumus :

Persamaan neraca massa:


Laju Alir
Tekanan (kPa) Molar(kmol/h) Temperatur (◦C)
Atas 2500 F 100 Umpan 150
Bawah 2500 D 61.60668921 Atas 100
Rata-rata 2500 B 38.39331079 Bawah 200

2.1.5 Metode Fenske


Metode Fenske bertujuan untuk menentukan jumlah tahap minimum kolom
destilasi sekaligus mengoreksi asumsi terkait distribusi komponen bukan
kunci dalam distilat dan produk bawah. Tahap Minimum (Nm) ditentukan
dengan persamaan :

αLK, ave = ( αLK, D × αLK, B)0,5

Hasil perhitungan tahap minimum sebelum koreksi dengan metode Fenske


disajikan pada tabel di bawah ini :

Parameter Nilai
αLK, D 2.514285714
αLK, B 2.083333333
αLK,ave 2.288688541
dLK/dHK 9.895833333
bHK/bLK 22.08
Nm 6.505945499

Dari data di bawah ini , didapat tahap minimum setelah koreksi dengan Fenske
disajikan pada tabel di bawah ini :

Parameter Nilai
αLK, B 1.93747
αLK, D 2.22374
α I, ave 2.07568
log α I, ave 0.31716
dLK/dHK 9.89583
bHK/bLK 22.08000
Nm 7.37625

2.1.6 Metode Underwood


Dalam metode underwood dihitung nilai dari yang diawali dengan
menebak nilai terlebih dahulu.Selanjutnya dihitung nilai jumlah total Vf
pada setiap komponen menggunakan rumus :

Dari total nilai Vf tersebut akan digoalseek dimana Vf dihasilkan harus 80 yang
diketahui dari soal dan nilai akan didapatkan yang sebenarnya sebesar
1,31.Selanjutnya dihitung nilai V dengan menggunakan rumus :
Nilai 𝑉∞ digunakan untuk menghitung nilai Rm dan R menggunakan rumus :

𝑅 = 1,25 𝑥 𝑅𝑚

Dari kedua persamaan tersebut didapat nilai Rm sebesar 1,596 dan nilai R sebesar
1,995

Hasil perhitungan metode Underwood tahap I disajikan dalam tabel berikut:

∅ 1.3112925
Komponen fi αi,F Vf V~
C2 7 6.363636 8.81679 8.816737
C3 15 3.376623 24.5236 24.5045 i-C4 20
2.077922 54.20929 51.49882 n-C4 21 1.688312
94.03911 82.09353 i-C5 24 1 -77.0979 -6.16783 n-
C5 10 0.909091 -22.6029 -0.82611 n-C6 3 0.506494
-1.88802 -0.00032
Jumlah 79.99999 159.9193

Perhitungan manual

• Menghitung

Nilai tebak diawali dengan 100 dan Vf sebesar 80 yang didapat dari soal.Setelah
dilakukan goalseek maka didapatkan nilai sebesar 1,31.

• Menghitung V
Maka nilai dari ∑ 𝑉∞ = 159,9193

2.1.7 Metode Gilliland


Metode Gilliland bertujuan untuk menentukan jumlah tahap teoritis. Rumus

absis pada diagram Gilliland ini adalah sedangkan rumus ordinat Gilliland
adalah

. Cara pembacaan Gilliland yaitu hitung nilai absis . Setelah didapat ,


letakkan garis lurus pada nilai absis. Setelah garis lurus terkena garis
lengkung grafik, tambah satu garis ke kiri. Maka , didapatlah nilai ordinat.

Setelah didapat nilai ordinat, maka dapat dilanjutkan dengan menghitung nilai N
seperti tabel di bawah ini :

Parameter Nilai
Absis 0,13
Ordinat 0,49
N 15,42
N (pembulatan) 15
Perhitungan manual gililland :

Rm =

R = 1,25 X Rm = 1,25 x 1,5958 = 1,995

Absis = (R-Rm)/(R+1) = (1,995-1,5958)/(1,995+1) = 0,1332

Ordinat : didapat dari grafik gililland yaitu menghubungkan dengan garis belokan
pada grafik sehingga didapatkan nilai sebesar 0,49.

Nilai N didapatkan dengan mensubstitutsi nilai ordinat = (N-Nm)/(N-1)

Dengan goalseek didapatkan nilai N sebesar 15,424. Dari tabel di atas ,


didapat nilai N (jumlah tahap teoritis ) sebesar 15.

2.1.8 Metode Kirkbride


Metode Krikbride digunakan untuk menentukan jumlah tahap bagian
enriching dan stripping.Penentuan tersebut dilakukan menggunakan
persamaan berikut:

Tabel . Hasil Perhitungan metode Kirkbride


Dengan demikian, dari 13 tahap teoretis, 6 tahap merupakan
bagian enriching dan 7 tahap merupakan bagian stripping
(termasuk reboiler parsial). Hasil ini belum tentu benar,dan
akan dikoreksi pada metode selanjutnya.
BAB II
Perhitungan dengan Metode Eksak (Rigorous)

Untuk menentukan jumlah tahap pada kolom, tempat masuk umpan


ke dalam kolom (feed stage), profil temperatur, serta komposisi fasa cair
dam uap masing- masing komponen yang keluar pada setiap tahap,
digunakan metode eksak karena metode Kirkbride dinilai tidak terlalu
akurat. Perhitungan metode eksak dibagi menjadi 2 bagian, yaitu
rectifying/enriching section dan stripping section.

Prinsip dasar metode eksak adalah menghitung profil tahap


berdasarkan persamaan garis operasi dan kurva kesetimbangan. Setelah
perhitungan dilangsungkan, diperiksa tahap tempat masuknya umpan. Hal
ini dilakukan dengan membandingkan keadaan tahap pada feed serta
keadaan pada tray. Jika sudah memenuhi persyaratan maka perhitungan
dihentikan, namun jika belum memenuhi persyaratan maka perhitungan
dilanjutkan ke tray berikutnya.

Jumlah tahap hasil metode pintas ialah:

N = 15 tahap

= 13 tray (jumlah tahap – 2, karena kolom distilasi mempunyai kondensor


parsial)

T dew = 105,15 ◦C (pada kondensat)

T bubble = 173,56◦C (pada bottom product)

Sehingga ◦C

Penentuan temperatur pada setiap tahapnya dapat dilakukan dengan menggunakan


goalseek.
Kompone
n Zif F D B Xi Yi

0.0000
C2 0.07000 7.00000 6.99996 0.00004 1 0.11362
14.9883 0.0007
C3 0.15000 15.00000 2 0.01168 3 0.24329
19.0000 0.0245
i-C4 0.20000 20.00000 0 1.00000 9 0.30841
18.3324 0.1148
n-C4 0.21000 21.00000 2 2.66758 0 0.29757
22.0800 0.5429
i-C5 0.24000 24.00000 1.92000 0 7 0.03117
0.2434
n-C5 0.10000 10.00000 0.36549 9.63451 0 0.00593
0.0735
n-C6 0.03000 3.00000 0.00051 2.99949 0 0.00001
100.0000 61.6066 38.3933 1.0000
0 9 1 0 1.00000

Kriteria pengecekan persamaan garis operasi dan persamaan kesetimbangan pada


bagian enriching dan stripping ialah sebagai berikut.

2.1 Perhitungan Metode Eksak Bagian Enriching


Algoritma metode eksak untuk tahap-tahap enriching sebagai berikut:

1.Persamaan garis operasi enriching section

Diketahui dari metode singkat R = 1,994


2.Menentukan nilai T dengan menggunakan rumus:

𝑇 = 𝑇𝑑𝑒𝑤 + ∆𝑇

3.Dari persamaan k value didapat nilai K pada T tebakan tersebut dengan


menggunakan persamaan k terhadap T yang telah dibuat dalam metode FUG
bagian curve fitting.

4.Hitung nilai 𝛼𝑖

5.Persamaan kesetimbangan:

Persamaan ini digunakan untuk menentukan nilai kesetimbangan xi,n yang


didapat dari nilai yi,n pada tray tersebut.

6. Pada bagian Rectifying atau enriching, iterasi dihentikan ketika

Untuk perhitungan pada tahap enriching dapat dilihat pada table dibawah
ini.Pada tiap tray akan terdapat suatu komposisi tertentu dan suhu tertentu pula.

Bagian Kondensor:

K HK = 0,402925
Dari iterasi pada tahap kondensor diatas didapatkan suhu kondensor yaitu pada T
=

105,1577˚C, karena tray lebih besar dari feed sehingga perhitungan


dilanjutkan ke tahap berikutnya.

Tray 1

K HK = 0,4973.
110,1577˚C, karena tray lebih besar dari feed sehingga perhitungan
dilanjutkan ke tahap berikutnya.

Tray 2

K HK = 0,5575

Dari iterasi pada tahap tray 1 diatas didapatkan suhu kondensor yaitu pada T =

115,68˚C, karena tray lebih besar dari feed sehingga perhitungan


dilanjutkan ke tahap berikutnya.

Tray 3

K HK = 0,6048
120,94˚C, karena tray lebih besar dari feed sehingga perhitungan
dilanjutkan ke tahap berikutnya.

Tray 4

K HK = 0,6454

Dari iterasi pada tahap tray 1 diatas didapatkan suhu kondensor yaitu pada T =

126,2˚C, karena tray lebih besar dari feed sehingga perhitungan


dilanjutkan ke tahap berikutnya.

Tray 5

K HK = 0,6811
131,46˚C, karena tray lebih kecil dari feed sehingga perhitungan dihentikan.
Jadi,pada tray ke-5 inilah tray umpan(feed).
2.2 Perhitungan Metode Eksak Bagian Stripping
Diketahui dari metode singkat :

Algoritma untuk perhitungan stripping section ialah sebagai berikut:

1.Persamaan garis operasi stripping section

Xi n =
Persamaan ini untuk mendapatkan nilai xi pada tray berdasarkan nilai yi yang
didapatkan dari tray sebelumnya.

2. Menentukan nilai T dengan menggunakan rumus:

𝑇 = 𝑇𝑏𝑢𝑏𝑏𝑙𝑒 − ∆𝑇

Setelah mendapatkan nilai T dari rumus diatas,diperhatikan yi yang nilainya


harus sama dengan 1 sehingga nilai T yang didapatkan dari rumus di goalseek
agar nilai yi sama dengan 1.

3.Dari persamaan k value didapatkan nilai k pada T tebakan tersebut.

4.Hitung nilai 𝛼𝑖
5.Persamaan kesetimbangan :

6. Pada bagian stripping, iterasi dihentikan ketika:

Untuk perhitungan pada tahap stripping dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.Pada tiap tray akan terdapat suatu komposisi tertentu dan suhu tertentu pula.

Reboiler

K HK = 1,02

Dari iterasi pada tahap reboiler diatas didapatkan suhu reboiler T =


173,57˚𝐶,karena

sehingga perhitungan dilanjutkan


ke tahap selanjutnya.

Tray 1
K HK = 1,07

Dari iterasi pada tahap reboiler diatas didapatkan suhu reboiler T =


168,3˚𝐶,karena

sehingga perhitungan dilanjutkan ke


tahap selanjutnya.

Tray 2

K HK = 1,132

Dari iterasi pada tahap reboiler diatas didapatkan suhu reboiler T =


163,7˚𝐶,karena

sehingga perhitungan dilanjutkan ke


tahap selanjutnya.

Tray 3
K HK = 1,19

Dari iterasi pada tahap reboiler diatas didapatkan suhu reboiler T =


158,4˚𝐶,karena

sehingga perhitungan dilanjutkan ke


tahap selanjutnya.

Tray 4

K HK = 1,262

Dari iterasi pada tahap reboiler diatas didapatkan suhu reboiler T =


153,62˚𝐶,karena

sehingga perhitungan dilanjutkan ke


tahap selanjutnya.
Tray 5

K HK = 1.3369

Dari iterasi pada tahap reboiler diatas didapatkan suhu reboiler T =


148,78˚𝐶,karena

sehingga perhitungan dilanjutkan ke


tahap selanjutnya.

Tray 6

K HK = 1,429

Dari iterasi pada tahap reboiler diatas didapatkan suhu reboiler T =


143,7˚𝐶,karena

sehingga perhitungan dilanjutkan ke


tahap selanjutnya.
Tray 7

K HK = 1,578

Dari iterasi pada tahap reboiler diatas didapatkan suhu reboiler T =


135,54˚𝐶,karena

sehingga perhitungan dilanjutkan ke


tahap selanjutnya.

Tray 8

K HK = 1,94

Dari iterasi pada tahap reboiler diatas didapatkan suhu reboiler T =

122,02˚𝐶,karena sehingga
perhitungan dihentikan.Jadi,tray 8 dari tahap stripping adalah tray feed.
Karena selisih diantara lebih kecil di enriching

maka tray feed ialah pada suhu 131,46 ˚𝐶.

2.3 Profil Uap

Tabel Fraksi Uap pada


setiap tahap kolom distilasi:

0.6

0.5
Fraksi mol uap (y)

0.4

0.3

0.2

0.1

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Tahap

C2 C3 I-C4 n-C4 I-C5 n-C5 n-C6

Grafik Profil Fraksi Uap pada Tiap Tahap Distilasi


2.4 Profil Cair

Tabel Fraksi Cair pada setiap tahap kolom distilasi:

0.6

0.5
Fraksi mol cair (x)

0.4

0.3

0.2

0.1

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Tahap

C2 C3 I-C4 n-C4 I-C5 n-C5 n-C6

Grafik Profil Fraksi Cair pada Tiap Tahap Distilasi


2.5 Efisiensi
Kompone µi zi µi zi
n
C2 0.062 0.0 0.00434
7
C3 0.0879 0.1 0.01318
5 5
i-C4 0.1136 0. 0.02272
2
n-C4 0.1181 0.2 0.02480
1 1
i-C5 0.1241 0.2 0.02978
4 4
n-C5 0.1395 0. 0.01395
1
n-C6 0.294 0.0 0.00882
3
µa 0.1176

Volality sebesar 2,07

Rumus yang digunakan:

Sehingga didapat nilai Eo sebesar 70,94% dan N sebesar 19,73.


BAB III

PERANCANGAN KOLOM

3.1. Prosedur Perancangan Tray Column


Metode perancangan plate pada tray column digunakan dengan
melakukan pendekatan trial and error. Hal ini membutuhkan suatu
prosedur perancangan. Prosedur perancangan disusun dalam algoritma
perancangan plate sebagai berikut:
a. Penentuan laju alir uap dan cairan. Laju alir ini diperoleh dari perhitungan
pada tahap metode shortcut (metode FUG) dan eksak (rigorous).
b. Penentuan sifat fisik sistem fluida .dengan menggunakan aplikasi Aspen
Hysys.
c. Penentuan diameter kolom berdasarkan asumsi nilai plate spacing,
persentase flooding, dan downcomer. Batasan asumsi yang digunakan
adalah plate spacing bernilai pada rentang 0,15 s.d. 1 m, persentase
flooding (%f) bernilai antara 80% s.d. 85%, persentase downcomer
menghasilkan bernilai 0,6 s.d. 0,85.
d. Penentuan liquid flow arrangement, aliran harus berada pada daerah single
pass.
e. Provisional plate design yaitu penentuan tebakan plate layout yang
meliputi
f. Pengecekan weeping. Jika tidak lulus uji, maka ulangi perancangan mulai
dari langkah (e)
g. Pengecekan plate pressure drop. Jika pressure drop terlalu tinggi (lebih
dari yang ditetapkan), ulangi perancangan mulai dari langkah (e)
h. Pengecekan downcomer liquid back-up. Jika hasil uji ini didapat hasil
yang terlalu tinggi, ulangi perancangan mulai dari langkah (e)
i. Pengecekan residence time. Jika hasil tidak memenuhi syarat uji, ulangi
perancangan mulai dari langkah (e)
j. Pengecekan entrainment. Jika tidak memenuhi syarat uji, ulangi
perancangan mulai dari langkah (e).
k. Pengecekan perforated area. Jika tidak lulus uji, ulangi perancangan mulai
dari langkah (e).
l. Finalisasi desain dengan menyeketsa plate specification dan plate layout.
1. Penentuan Laju Alir dan Cairan

Untuk mendesain tray column, dibutuhkan beberapa parameter


yang harus diketahui. Parameter yang wajib diketahui adalah parameter
campuran pada tahap pertama (top) dihitung dari tray teratas, serta
parameter campuran pada tahap ke17 (bottom). Parameter-parameter ini
meliputi viskositas, densitas cairan, densitas uap, serta tegangan
permukaan cairan. Parameter-parameter ini dapat diketahui dengan
bantuan perangkat lunak Aspen Hysys dengan masukan fraksi uap dan
temperatur.
Berdasarkan perhitungan metode pintas dan metode eksak, laju alir
uap dan cairan dapat diperoleh. Laju alir disajikan dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Data laju alir


F 100 Kmol/h
D 61,61 Kmol/h
B 38,39 Kmol/h
L 122.8907957 Kmol/h
V 184.50 Kmol/h
L' 142.8907957 Kmol/h
V' 104.50 Kmol/h

2. Penentuan Sifat Fisik Fluida

Sifat-sifat fisik fluida yang digunakan bisa didapatkan dengan


menggunakan software Aspen Hysys. Sifat fisik fluida yang digunakan ditinjau
berdasarkan parameter temperatur dan komposisi pada masing-masing laju alir.
Hasil penentuan data sifat fisik sistem fluida disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Sifat fisik komponen


ρl

Kolom Atas ρv   426.63 kg/m3


  68.24 kg/m3
Lw 2.03691519 kg/s
6
2.89911866
σ Vw 6 kg/s
ρl 0.00196847
  1 N/m
ρv
  360.9 kg/m3
  85.88 kg/m3
2.13568766
Lw 4 kg/s
Kolom Bawah

σ Vw 2.77304078 kg/s
0.00073754
  8 N/m

3. Asumsi - Asumsi yang Digunakan

Dalam perancangan ini, ada beberapa asumsi asumsi yang digunakan


untuk keperluan perancangan.

Tabel 3.3. Asumsi yang digunakan pada tahap perancangan tray


Parameter Simbol Top Bottom Satuan Syarat Nilai
Plate Spacing lt 0,6 0,9 m 0,15-0,9
%Flooding %f 0,8 0,8   80-85%
%Downcomer Ad/Ac 0,12 0,12   maximal 0,2
%Hole (active
area) Ah/Aa 0,06 0,06   0,06-0,1
Weir Height hw 40 40 mm 30-50
Hole Diameter Dh 2,5 2,5 mm 2,5-12
% Turn Down Lw,min/Lw,max 0,85 0,85    
5 (carbon steel); 3
Plate Thickness Xp 2,5 2,5 mm (stainless steel)
Hole Pitch Ip 6,25 6,25 mm (2,5 sampai 4)*Dh

Asumsi sangat penting menjadi perhatian adalah asumsi yang digunakan saat
menyelesaikan desain menggunakan grafik atau kurva yang disediakan literatur,
misalnya plate spacing, %flooding, %hole, weir height dan plate thickness. Nilai
plate spacing digunakan pada saat menentukan K1 saat proses penentuan diameter
kolom, dimana nilai yang di sediakan di grafik adalah terbatas pada 0,15; 0,25;
0,30; 0,45; 0,60; dan 0,90. Nilai %flooding yang disarankan menurut literatur
adalah dari 80% sampai 85%, namun pada proses penentuan uji entrainment, nilai
%flooding hanya terbatas pada 30%, 35%, 40%, 45%, 50%, 60%, 70%, 80%,
90% dan 95%, sehingga pilihan yang tepat adalah 80%. Selain itu, pada proses
penentuan diameter kolom, nilai K1 yang digunakan akan dikoreksi tergantung
pada %hole yang digunakan, namun nilai koreksi yang tersedia hanya terbatas
pada %hole 0,06; 0,08 dan 0,1; dan setelah melalui proses percobaan, nilai %hole
yang tepat untuk digunakan adalah 0,06. Syarat nilai weir height yang digunakan
berdasarkan literatur adalah dari rentang 40 – 90 mm, namun penggunaan
diagram penentuan diameter kolom mengasumsikan bahwa weir height harus
kurang dari 15% plate spacing dan nilai yang telah kita tentukan telah sesuai.
Nilai plate thickness yang digunakan akan digunakan pada saat penentuan plate
pressure drop. Grafik yang digunakan pada proses ini terbatas pada plate
thickness/hole diameter bernilai 1,2; 1,00; 0.8; 0,6; dan 0,2.

4. Penentuan Diameter Kolom

Langkah pertama dalam menentukan diameter adalah menghitung liquid-


vapor flow factor, FLV, dengan persamaan berikut.
Lw ρv
FLV¿

Vw ρL
Dari hitungan tersebut, diperoleh nilai FLV top sebesar 0,2176 dan bottom
sebesar 0,3723. Selanjutnya, ditentukan nilai konstanta K1 secara grafis
menggunakan nilai FLV dan asumsi plate spacing. Nilai konstanta ini akan
digunakan untuk menentukan flooding velocity. Grafik penentuan konstanta K1
disajikan pada Gambar 3.1 berikut.

Gambar 3.1. flooding velocity, sieve plates.


Penggunaan grafik tersebut mensyaratkan nilai-nilai parameter berikut.
a. Hole size di bawah 6,5 mm.
b. Weir height di bawah 15% plate spacing.
c. Non-foaming system.
d. Rasio hole:active area di atas 0,10. Jika tidak, dilakukan koreksi
sebagai berikut
i. Di atas 0,08, nilai K1 harus dikalikan 0,9.
ii. Di atas 0,06, nilai K1 harus dikalikan 0,8.
e. Tegangan permukaan cairan 0,02 N/m. Jika tidak, nilai K1 harus
σ 0,2
dikalikan ( )
0,02

Berdasarkan pembacaan grafik dan koreksi-koreksi yang diperlukan,


didapatkan nilai K1 untuk bagian top sebesar 0,095 dan bagian bottom
sebesar 0,08. Namun, nilai tersebut masih perlu dikoreksi dengan
pengaruh tegangan permukaan dan ukuran lubang.
σ 0,2
( )
𝐾1,𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 = 𝐾1,𝑔𝑟𝑎𝑓𝑖k
0,02
𝐾1,𝑎𝑐𝑡 = 0.8000𝐾1,𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠i
Hasil koreksi K1 untuk bagian top adalah 0,0760 dan untuk bottom
adalah 0,0640. Hasil koreksi ini digunakan untuk menentukan flooding
velocity. Selanjutnya, nilai flooding velocity untuk masing-masing bagian
ditentukan melalui persamaan sebagai berikut.

Dari flooding velocity, nilai maksimal laju alir nyata ditentukan sebagai
berikut.

Selanjutnya, dihitung laju alir volumetrik uap maksimum dengan


persamaan berikut.

Dari nilai Vm, dapat ditentukan net area sebagai berikut.

Selanjutnya, luas penampang kolom ditentukan sebagai berikut.

Terakhir, diameter kolom dapat ditentukan dengan rumus luas lingkaran.


Seluruh tahap perhitungan di atas dirangkum pada Tabel 3.4. berikut.
Tabel 3.4. Hasil perhitungan diameter kolom
Parameter Simbol Top Bottom Satuan Keterangan
Liquid Vapor
FLV 0,2176 0,3723   Eq. 11.82
Flow Factor
K1 K1 0,065 0,0800   Figure 11.29
Faktor Koreksi
  0,8 0,9   Tergantung %Hole
K1
K1
K1 terkoreksi 0,0520 0,0720    
terkoreksi
flooding vapor
uf 0,1336 0,1718 m/s Eq. 11.81
velocity
%f %f 0,8 0,8   Asumsi
Max vapor
uv 0,1069 0,1374 m/s uv=uf*%f
velocity
Max vapor
konversi satuan kg/s ®
volumetric Qv 0,0430 0,0418 m3/s
m3/s
flowrate
Net area An 0,4022 0,3043 m2 A=Q/v
2
Column area Ac 0,4571 0,3458 m  
Downcomer
Ad 0,0548 0,0415 m2 Ad=Ac*%downcomer
area
Column Diameter kolom
Dc 0,7631 0,6638 m
diameter miminum

5. Penentuan Pola Aliran Cairan

Penentuan liquid flow arrangement dilakukan secara grafis


menggunakan nilai diameter kolom dan laju alir volumetrik cairan
maksimum. Laju alir volumetrik cairan maksimum dihitung sebagai
berikut:

Dengan persamaan tersebut, nilai Lm untuk bagian top sebesar 0,0012


m3/s dan bagian bottom sebesar 0,0046 m3/s. Dengan demikian, liquid
flow arrangement dapat ditentukan dengan Gambar 3.2. berikut.
Gambar 3.2. selection of liquid-flow arrangement.

Dari gambar di atas, maa dapat di simpulkan bahwa pola aliran


cairan yang sesuai dengan perancangan ini adalah single pass. Maka tidak
perlu dilakukan modifikasi atau perubahan ketentuan tugas perancangan
tray column.

6. Penentuan Provisional Plate Design

Untuk menentukan desain provisional plate, terlebih dahulu


dilakukan pemilihan kolom berdasarkan diameternya. Diameter kolom
minimal bagian atas adalah 0,7631 m dan untuk bagian bawah sebesar
0,6638 m. Maka, dapat digunakan kolom komersial yang memiliki
diameter atas sebesar 0,8382 m dan 0,8382 m untuk bagian bawah.
Diameter kolom yang digunakan berguna untuk menentukan luas
penampang kolom (Ac), luas downcomer (Ad), net area (An), dan active
area (Aa). Penentuan keseluruhan luas ini menggunakan Persamaan 1.43.

Selanjutnya, ditentukan dimensi weir. Panjang weir (weir length,


lw) ditentukan secara grafis menggunakan nilai rasio A d/Ac dan diameter
kolom. Grafik penentuan weir length disajikan pada Gambar 3.3. berikut.
Gambar 3.3. Relation between downcomer area and weir length

Dengan diameter kolom bagian top 0,8382 m dan bottom 0,8382 m, dapat
ditentukan weir length sebesar 0,6370 m untuk top dan 0,6370 m untuk
bottom. Adapun nilai weir height, hole diameter, dan plate thickness
berupa asumsi seperti ditetapkan pada tabel 3.3. Rangkuman provisional
plate design disajikan pada Tabel 3.5. berikut.
Tabel 3.5. Provisional Plate Design
Satua
Parameter Simbol Top Bottom Keterangan
n
Column diameter
Dc,min 0,7631 0,6638 m    
minimum
Column diameter Ukuran
Dc 0,8382 0,8382 m
comercial komersial
Column area Ac 0,5518 0,5518 m2    
2
Downcomer area Ad 0,0662 0,0662 m    
2
Active Area Aa 0,4194 0,4194 m Aa=Ac-2Ad
%Hole Ah/Aa 0,0600 0,0600   First trial 10%
Ah Ah 0,0252 0,0252 m2 Ah=%Hole*Aa
%Downcomer Ad/Ac 0,1200 0,1200   Asumsi
%Weir length lw/Dc 0,7600 0,7600   Figure 11.33
Weir length lw 0,6370 0,6370 m    
40,000 40,000
Weir height hw mm Asumsi
0 0
Hole diameter Dh 2,5 2,5 mm Asumsi
Plate thickness Xp 2,5 2,5 mm Asumsi
7. Uji Weeping

Untuk melakukan pengujian weeping, terlebih dahulu ditentukan


maximum liquid rate dengan Persamaan 1.44.

Setelah itu, dapat dilakukan penentuan minimum liquid rate


dengan penentuan %turndown awal sebesar 85%. Nilai dari minimum
liquid rate pada bagian atas dan bawah dapat diperoleh dengan Persamaan
1.45.

Berikutnya dapat ditentukan weir crest (how) untuk masing-masing


bagian pada laju maksimum dan minimum dengan Persamaan 1.46.

Setelah weir crest diperoleh, laju alir minimum dapat ditentukan


dengan penjumlahan weir height (hw) dengan how,min. Hasil laju alir
minimum kedepannya berguna untuk menentukan parameter K2 dengan
menggunakan Gambar 3.4. berikut.

Gambar 3.4. Weep-Point correlation (eduljee, 1959).

Dari pembacaan grafik di atas, nilai K2 pada top sebesar 30,04 dan
pada bottom sebesar 30,05. Nilai tersebut digunakan untuk menentukan
minimum vapor velocity dengan persamaan berikut.
Minimum vapor velocity yang ditemukan dari persamaan di atas
kemudian dibandingkan dengan minimum vapor velocity nyata, 𝑢ℎ,𝑚𝑖𝑛,𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎.
Rancangan dinyatakan lolos uji weeping jika nilai 𝑢ℎ,𝑚𝑖𝑛,𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎 lebih besar
dari 𝑢ℎ,𝑚𝑖𝑛. Minimum vapor velocity nyata dihitung dengan persamaan di
bawah ini.

Hasil perhitungan pengujian weeping ini disajikan dalam Tabel 3.6. beriut.
Tabel 3.6. Data Pengujian Weeping
Parameter Simbol Top Bottom Satuan Keterangan
Max liquid rate Lw 1,5000 1,9696 kg/s    
%Turn down   0,8500 0,8500      
Min liquid rate Lw,min 1,2750 1,6741 kg/s    
27,853 mm
Max weir crest how,max 22,8736 Eq 11.85
3 liquid
24,993 mm
Min weir crest how,min 20,5249    
2 liquid
head of clear liq on 64,993 mm
hw+how,min 60,5249    
plate 2 liquid
30,050
Konstanta K2 30,0400   Figure 11.32
0
Min vapor vel thr hole uh(min) 1,2367 1,1749 m/s Eq 11.84
Actual min vapor bergantung pd turn
uh(min)nyata 1,4526 1,4128 m/s
velocity down, Ah, Vm
Weeping jika actual <
Weeping   LOLOS LOLOS  
uh

8. Penentuan Plate Pressure Drop

Perhitungan pressure drop dilakukan dengan menjumlahkan dry


plate drop, hd; head fluida di atas pelat, hw + how; dan residual loss. Hilang
tekan di dry plate dapat diperkirakan dengan persamaan aliran melewati
orifices.

Dimana nilai C0 yang merupakan fungsi ketebalan pelat, diamater


lubang, dan rasio lubang terhadap perforated area. Rasio lubang terhadapt
perforated area dapat didekati dengan nilai rasio lubang terhadap luas
pelat, yaitu 0,06. C0 didapat melalui grafik di bawah ini:
Gambar 3.5. Discharge coefficient, sieve plates (Liebon et al.,
1957).

Dari gambar di atas didapatkan nilai C0 sebesar 0,815. Kemudian


Hasil dari orifice coefficient ini digunakan untuk menentukan dry plate
pressure drop dengan menggunakan Persamaan 1.50.

Dari rumus di atas didapat dry plate head sebesar 29,4876 mm


untuk pelat atas dan 31,6982 mm untuk pelat bawah. Langkah berikutnya
adalah penentuan residual head dengan Persamaan 1.51.

Dari rumus di atas didapat residual head sebesar 28,2741 mm


untuk pelat atas dan 28,9352 mm untuk pelat bawah Langkah terakhir
adalah penentuan total pressure drop menggunakan Persamaan 1.52.

Total pressure drop yang diperoleh untuk plat atas sebasar


118,2866 mm, dan plat bawah sebesar 125,6267 mm. Total pressure drop
tersebut harus dibandingkan dengan total pressure drop reference yang
diizinkan. Total pressure drop reference adalah 150 mm liquid. Jika plate
pressure drop kurang dari total pressure drop reference maka dapat
dikatakan lolos uji. Hasil perhitungan ditunjukkan pada Tabel 3.7 berikut.
Tabel 3.7. Penentuan Plate Pressure Drop
Parameter Simbol Top Bottom Satuan Keterangan
Max vapor vel thr hole uh 1,7089 1,6621      
Plate thickness/hole
  1,0000 1,0000      
diameter
%perforated area Ah/Ap 0,0600 0,0600   didekati dengan Ah/Aa
Orrifice coeff C0 0,8150 0,8150   Figure 11.36
dry plate head hd 29,4876 31,6982 mm Eq 11.88
residual head hr 28,2741 28,9352 mm Eq 11.89
total pressure drop ht 118,2866 125,6267 mm Eq 11.90
Plate pressure drop   LOLOS LOLOS   Lolos jika < 150

9. Pengujian Downcomer Liquid Backup

Pengujian dilakukan dengan menentukan tinggi dari bawah apron


hingga di atas pelat (hap). Apron height adalah pengurangan 5 s.d. 10 mm
dari weir height. Apron height yang dipilih sebesar 10 mm. Langkah
selanjutnya adalah penentuan area under apron dengan menggunakan
Persamaan 1.53.

Selanjutnya, dilakukan penentuan head loss pada downcomer dengan


menggunakan Persamaan 1.54.

Dari data yang telah diperoleh, downcomer backup (hb) dapat ditentukan
dengan Persamaan 1.55.

Pengujian downcomer backup dilakukan dengan membandingkan nilai hb


terhadap syarat uji. Jika hb lebih kecil dari syarat uji maka nilai
downcomer backup dinyatakan lolos uji.

Hasil perhitungan downcomer liquid backup dapat dilihat pada Tabel 3.8.
berikut.
Tabel 3.8. Pengujian Downcomer Liquid Backup
Satua
Parameter Simbol Top Bottom Keterangan
n
30,000
Apron Height hap 30,0000 mm hap=hw-(5 to 10 mm)
0
Area under Apron Aap 0,0191 0,0191 m2 Eq 11.93
Minimum area Am 0,0191 0,0191 m2    
head loss downcomer hdc 5,2322 9,4474 mm Eq 11.92
downcomer backup hb 0,1840 0,2001 m Eq 11.91
0.5(plate spacing+hw) 0.5*(lt+hw) 0,4200 0,4700 m    
Downcomer liquid
  LOLOS LOLOS   lolos jika > hb
backup

10. Penentuan Waktu Tinggal pada Downcomer

Pengujian residence time (waktu retensi) dapat dihitung dengan


menggunakan Persamaan 1.56.

Uji ini dinyatakan lolos jika nilai residence time berada di atas 3 s. Dari
hasil perhitungan, kolom bagian atas memiliki residence time sebesar
3,5918 s dan bagian bawah sebesar 3,4869 s. Maka nilai tersebut dapat
dinyatakan lolos uji.

11. Pengecekan Entrainment

Uji entrainment dilakukan untuk menentukan nilai uv. Selanjutnya


dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai %flooding hasil
perhitungan. Jika %flooding hasil perhitungan lebih besar dibandingkan
tebakan, pengujian dapat ditolak. Penentuan nilai uv dan %flooding
diperoleh menggunakan Persamaan 1.57 dan Persamaan 1.58.

Jika %flooding dapat diterima, langkah selanjutnya adalah uji


entrainment. Pengujian entraiment dilakukan dengan hubungan F LV dan
%flooding melalui Gambar 3.6. Untuk bagian atas, didapat nilai ψ =
0,0043 dan bagian bawah ψ = 0,0091. Dari hasil pengujian ini, bagian atas
dan bagian bawah memenuhi uji entrainment (nilai entrainment kurang
dari 0,1). Maka nilai tersebut dapat dinyatakan lolos uji.
Gambar 3.6. Entrainment correlation for sieve plates (Fair, 1961).

Data hasil perhitungan disajikan dalam tabel 3.9. berikut ini:


Tabel 3.9. Pengujian Entrainment
Botto
Parameter Simbol Top Keterangan
m
0,106
Max vapor velocity (based on net area) un 0,1374 un=Vm/An
9
0,800
%flooding hitungan %f hitungan 0,8000 un/uf
0
0,004
Fractional entrainment  0,0091 Figure 11.31
3
Entrainment   LOLOS LOLOS  lolos jika <0.1

12. Trial Layout


plate layout dapat ditentukan melalui grafik pada Gambar 3.7.
berikut.
Gambar 3.7. Plate Layout Top

Lw/Dc merupakan hasil bagi weir length dengan diameter kolom,


yaitu bernilai 0,76. Diperolah sudut dari grafik sebesar 100 o dan Lh/Dc
sebesar 0,175. Kemudian, dapat dicari nilai mean length unperforated,
unperforated area, mean length calming zone, calming zone area, dan
perforated area. Nilai perforated area digunakan untuk mencari nilai Ip/dh
dari grafik kolerasi di bawah ini:

Gambar 3.8. Plate Layout Bottom


4,0. Data hasil perhitungan disajikan dalam tabel 3.10 berikut.
Tabel 3.10. Trial Layout
S B S
Ke
Par i o a
T ter
am m t t
o an
ete b t u
p ga
r o o a
n
l mn
0 0
%w lw
, ,
eir /
7 7      
len D
6 6
gth c
0 0
As
cho 5 5
um
rd 0 0
si
(juri L , , m
(=
ng) h 0 0 m
wes
hei 0 0
=w
ght 0 0
cz)
0 0 Fig
%ch L
, , ur
ord h/
1 1   e
hei D
7 7 11.
ght c
5 5 34
Ang  1 1   Fig
le c 0 0 ur
sub 0 0 e
ste , , 11.
nde
d 0 0
by 0 0 34
cho 0 0
rd
8 8 8
0 0 0
, , ,
         
0 0 0
0 0 0
0 0 0
(Dc
-
Mea lh/
n 10
leng 1 1 00
th,
le
, , )*p
unp
erfo
1 1 m i*(
s
rate 0 0 18
d 1 1 0-
edge tet
strip a)/
18
0
Are
a of
unp
0 0
erfo
, ,
rate A m les*
0 0 2
d es wes
5 5
edg
5 5
e
stri
p
Me
an
len 0 0 (lw
gth, , , +w
cal lcz 0 0 m cz)/
min 5 5 10
g 1 1 00
zon
e
Are A 0 0 m lcz*
a of cz , , 2 wcz
cal 0 0
min
g 0 0
zon 3 3
e
Are 0 0
Aa-
a of , ,
A m Aes
perf 3 3 2
p -
ora 6 6
Acz
tion 2 2
0 0
A
, ,
%H h/
0 0      
ole A
7 7
p
0 0
Fig
3 3 2
ur
, , ,
      e
4 4 8
11.
5 5 5
35
Lol
os
L L jik
Kesi
O O a
mp
  L L   2.5
ula
O O <
n
S S lp/
dh
<4
4 4
, ,
Are
9 9
a of A
1 1
one 1,      
E E
hol h
- -
e
0 0
6 6
5 5
Nu
1 1
mb
2 2
er N
6 6      
of h
, ,
hol
0 0
es
2 2
    P 5 5      
e 1 1
m
b
2 2
u
7 7
l
, ,
a
0 0
t
0 0
a
n

13. Pemilihan jenis Reboiler


Beberapa tipe-tipe reboiler yang umum digunakan ialah horizontal
thermosyphon reboiler, kettle reboiler, serta internal reboiler. Masing-masing
tipe memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Reboiler jenis
thermosyphon horizontal bersifat lebih ekonomis dalam berbagai aplikasi
dibandingkan dengan tipe lainnya, seperti reboiler jenis kettle dan internal
reboiler yang harganya lebih mahal. Namun reboiler jenis thermosyphon
horizontal tidak cocok pada fluida dengan viskositas tinggi atau operasi
vakum tinggi dan tidak bekerja secara normal pada tekanan di bawah 0,3 bar
(30 kPa). Berbeda halnya dengan reboiler jenis kettle yang cocok untuk
digunakan pada kondisi operasi vakum (temperatur operasi rendah) dan untuk
tingkat tinggi penguapan hingga 80% dari umpan. Kekurangan pada reboiler
jenis kettle ialah memiliki koefisien perpindahan panas yang lebih rendah
daripada jenis lain.
Gambar 3.9 Horizontal Thermosyphon Reboiler

Kondisi operasi yang digunakan pada perancangan kali ini ialah dengan
tekanan 2500 kPa serta pada operasi vakum yang normal, temperatur tidak terlalu
tinggi dan tidak terlalu rendah, serta menggunakan fluida yang viskositasnya tidak
tinggi. Pada tekanan operasi yang cukup tinggi akan mengakibatkan koefisien
perpindahan panas yang cukup tinggi juga sehingga reboiler jenis kettle kurang
cocok untuk digunakan. Adapun kesimpulannya, jenis reboiler yang paling cocok
untuk digunakan pada perancangan kali ini ialah reboiler jenis thermosyphon
horizontal.
14. Pemilihan jenis kondensor
Beberapa tipe condenser yang umum digunakan ialah horizontal in-shell
condensers, vertical in-shell condensers, horizontal in-tube condensers, dan
internal condensers. Pada setiap tipe kondensor memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Kelebihan pada kondensor jenis horizontal in-
shell ialah memiliki transfer panas yang baik pada shells nya dan tipe ini
paling umum digunakan daripada tipe lainnya, seperti vertical in-shell
condensers. Kekurangan dari kondensor jenis ini ialah memungkinkan untuk
adanya pressure drop yang cukup tinggi. Pada kondensor tipe horizontal in-
tube sering digunakan pada aliran single pass atau U-tube, dan pada
pengaturan multipass juga digunakan. Namun pada pengaturan multipass
apabila campurannya bersifat multikomponen maka dapat menyebabkan
masalah.

Gambar
Kondisi operasi pada perancangan kali ini ialah dengan tekanan yang
cukup tinggi yaitu 2500 kPa dan temperatur yang tidak terlalu tinggi dan tidak
terlalu rendah. Perancangan diharapkan berada pada aliran single pass, tanpa
terjadi flooding (banjir). Pada kondensor jenis internal sangat umum
digunakan pada proses distilasi, namun memiliki koefisien transfer panas yang
kecil. Dengan demikian kondensor yang paling cocok untuk digunakan pada
perancangan kali ini ialah kondensor jenis horizontal in-shell.

15. Pemilihan Tutup Kolom


Beberapa tipe tutup kolom yang umum digunakan ialah hemispherical,
ellipsoidal, dan torispherical. Setiap tipe tutup kolom memiliki kekurangan
dan kelebihan masing-masing. Tipe torispherical sangat umum digunakan
untuk operasi dengan tekanan mencapai 15 bar (1500 kPa). Tipe
torispherical dapat digunakan pada operasi dengan tekanan tinggi, namun jika
di atas 10 bar maka estimasi baiayanya harus dibandingkan dengan tutup tipe
ellipsoidal. Untuk tekanan di atas 15 bar, tipe ellipsoidal baik untuk
digunakan karena estimasi biayanya lebih hemat dibandingkan dengan tipe
torispherical. Tipe hemispherical memiliki bentuk yang sangat kuat dan dapat
digunakan pada perancangan dengan kondisi operasi bertekanan tinggi, dapat
menahan tekanan hingga dua kali lebih besar dibanding torispherical dengan
tebal yang sama. Namun biaya yang dibutuhkan untuk pemasangan
hemispherical bernilai lebih tinggi dibandingkan dengan tipe torispherical.
Gambar 3.11. Domed heads (a) Hemisperical (b) Ellipsoidal (c) Torispherical.
Dengan kondisi operasi bertekanan 2500 kPa maka tipe tutup
kolom yang paling tepat untuk digunakan pada perancangan kali ini ialah
menggunakan tipe ellipsoidal, karena dinilai lebih ekonomis dan sesuai dengan
kondisi operasi yang digunakan
BAB 4
ANALISIS DAN KESIMPULAN

4.1. Analisis Perancangan

Kolom distilasi pada penugasan ini dilengkapi dengan unit


kondensor total serta reboiler parsial pada kondisi tekanan 2452 kPa
(absolut). Kolom dirancang menggunakan metode pintas dan metode
eksak. Berdasarkan metode pintas didapatkan temperatur umpan (feed)
sebesar 100 oC, temperatur keluaran kondensor sebesar 101,38 oC, dan
temperatur keluaran reboiler sebesar 201,05 oC. Dengan menggunakan
metode Fenske didapatkan jumlah tahap minimum sebanyak 6,47.
Kemudian, didapatkan rasio refluks minimum melalui metode Underwood,
yaitu sebesar 0,4450477. Rasio refluks yang digunakan adalah sebesar
0,5563096 (menyesuaikan dengan penugasan). Jumlah tahap teoretis
ditentukan dengan metode Gilliland, dan diperoleh bahwa jumlah tahap
teoretis adalah 13 dengan tahap pertama ada pada tray teratas pada kolom
yaitu kondensor dan kolom terakhir adalah reboiler. Terakhir, jumlah
tahap setiap section ditentukan dengan metode Kirkbride yang
menghasilkan 7 tahap untuk enriching section dan 4 tahap untuk stripping
section, nilai ini akan dikoreksi dengan metode eksak Berdasarkan metode
eksak dapat diketahui temperatur dan komposisi di setiap tahap dalam
kolom. Pada metode ini didapatkan jumlah tahap pada enriching section
adalah 7 tahap, jumlah tahap pada stripping section adalah 4 tahap
(termasuk reboiler parsial), dan feed masuk pada tahap ke-7. Lalu profil
temperatur pada kolom meningkat dari bagian enriching section menuju ke
stripping section, hal ini sesuai dengan literatur. Perhitungan temperatur
pada setiap tahap melibatkan nilai K pembacaan nomogram, serta
pembacaan grafik Gilliland. Kedua metode ini mempunyai pengaruh yang
cukup besar pada metode eksak, sehingga diperlukan ketelitian dalam
pembacaan setiap nilai pada grafik nomogram maupun grafik Gilliland.
Kemudian efisiensi tray yang diperoleh dari perhitungan yang di peroleh
dengan menggunakan Korelasi O’Connel ialah didapatkan sebesar 69,45
% serta jumlah tahap nyata dengan efisiensi sebesar 69,45% diperoleh
ialah sebanyak 14 tahap serta ditambah 1 reboiler sehingga tahap nyata
nya adalah sebanyak 15 tahap.
Perancangan plate column menggunakan metode trial and error
meliputi pengujian weeping, uji hilang tekan, uji downcomer backup, uji
residence time, dan uji entrainment. Nilai plate spacing untuk bagian atas
adalah 0,6 m dan untuk bagian bawah adalah 0,9 m. Nilai ini diperoleh
referensi pada buku Sinnott, yaitu nilainya berada di rentang 0,15–1,00.
Berdasarkan hasil perhitungan, dalam menentukan kecepatan uap
digunakan % flooding sebesar 80%. Hasil perhitungan juga menghasilkan
diameter kolom komersial yang digunakan adalah 0,8382 m. Jadi,
besarnya diameter yang digunakan untuk tahap atas sama dengan tahap
bawah. Luas area downcomer sebesar 0,12 mm untuk tahap Enriching dan
tahap Stripping. Jenis sieve tray/perforated tray dengan konfigurasi
triangular hole pitch. Diameter lubang yang digunakan sebesar 2,5 mm
untuk tahap Enriching dan tahap Stripping. Ketebalan tray dirancang
sebesar 2,5 mm. Tinggi weir dirancang sebesar 40 mm. Luas area lubang
sebesar 0,06 m dari active area. Dalam merancang kolom, kami melakukan
uji weeping untk memastikan tidak terjadinya penetesan cairan ke tray
bawahnya karena laju alir actual dari vapor lebih besar dari laju batas
terjadinya weeping. Uji plate pressure drop dilakukan untuk membuktikan
bahwa pressure drop dari tray dapat diterima. Uji waktu tinggal dilakukan
untuk memastikan bahwa kontak antara vapor dan liquid terjadi dalam
durasi waktu yang cukup untuk mencapai kesetimbangan yang di harapkan
dengan acuan waktu tinggal minimal selamaa 3 detik. Uji entrainment
dilakukan untuk memastikan aliran cairan tidak terbawa oleh aliran vapor
ke tray atasnya. Penentuan material yang digunakan adalah carbon-steel
karena memiliki konduktivitas termal yang tinggi dan murah. Pemilihan
reboiler didasarkan pada beberapa faktor, seperti sifat ilmiah fluida yang di
proses (viskositas dan kecenderungan fouling), tekanan operasi, dan tata
leta alat. Untuk permasalahan ini maka dipilih tipe reboiler Thermosyphon
karena cocok untuk fluida berviskositas rendah, harganya tidak terlalu
mahal dan mudah dibersihkan. Kondensor yang dipilih dalam perancangan
ini yaitu kondensor tipe parsial tipe Horizontal Shell & Tube Condenser
karena mudah dalam membersihkan bila media pendingin (coolant)
bersifat fouling dan korosif. Tipe tutup kolom yang digunakan adalah
ellipsoidal head karena biaya nya yang murah dan mampu menahan
tekanan hingga 2452 kPa (abs).

4.2. Kesimpulan

Berdasarkan perancangan kolom distilasi multikomponen yang telah


dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan yaitu:
1. Didapatkan hasil koreksi laju aliran pada produk atas sebesar
61,1240 kmol/jam dan produk bawah sebesar 38,8760 kmol/jam.
2. Efisiensi tray menggunakan korelasi O’Connell sebesar 69,45 %.
3. Desain memperhitungkan efisiensi adalah ada 15 tahap.
4. Jumlah tahap teoritis yang diperoleh berdasarkan metode pintas
(Fenske, Underwood dan Gilliland) adalah 13 tahap dan melalui
metode eksak diperoleh 7 tahap pada enriching dan 4 tahap
stripping. Umpan masuk diantara tray ke 6 dan ke 7 (tahap ke 7).
5. Tray column yang telah di rancang memiliki spesifikasi yang dapat
menghasilkan produk atas dan bawah sesuai dengan ketentuan
yang di tetapkan dan telah lulus uji weeping, plate pressure drop,
downcomer liquid backup, waktu tinggal pada downcomer, uji
entrainment dan trial layout.
ANALISIS DAN KESIMPULAN

1.1.Analisis

Dalam tugas Perancangan Multikomponen ini, terdapat beberapa hal yang


dapat kita analisis. Tahap pertama yang kita lakukan adalah Metoda Pintas
(FUG) yang berisikan tabel dan perhitungan dari Neraca massa, K value, K
Curve Fitting, Koreksi nilai, Fenske, Underwood, dan Juga Gilliand. Sedangkan
Metoda Eksak (Rigorous) berisi Kirkbride, Enricing, Stripping, Profile Uap dan
Profile Cair. Pada Metoda Pintas (FUG) dari ketentuan tugas kita memiliki laju
alir umpan 100 kmol/h, dengan tekanan yang kami tentukan yaitu 2500 kPa,
dan temperatur umpan (Feed) yang kami gunakan adalah 150°C. Hal ini
dikarenakan suhu dari Kondensor adalah 105,1577°C dan juga suhu pada
Reboiler adalah 173,57°C, Sedangkan Feed harus berada pada suhu diantara
kondensor dengan reboiler. Alasan lain mengapa menggunakan suhu 150°C
adalah persiapan jika tray pada tahap enriching mengalami kenaikan suhu yang
tinggi, maka dari itu kami menggunakan suhu 150°C. Pada bagian Neraca
massa, kita mencari komponen dari masing masing komposisi yang diberikan
pada ketentuan tugas. Lalu didapatkan hasil bahwa bagian distilat pada
komposisi kami lebih tinggi dibandingkan dengan bottom. Pada bagian K value
juga kita bisa mendapatkan nilai masing masing setiap umpan, distilat, dan juga
bottom. Selanjutnya, pada metode Curve Fitting juga di peroleh berbagai
macam persamaan regresi yang akan digunakan pada bagian koreksi nilai.
Sehingga, pada koreksi nilai ini, kita mendapatkan nilai dari komponen kita
dengan tetap dan tidak berubah ubah. Sehingga tahap metoda FUG dan Metoda
Eksak akan selalu menggunakan menggunakan nilai darei komponen yang
sudah selesai dikoreksi. Selanjutnya, dengan menggunakan metoda Fenske
maka didapatkan nilai tahapan minimum kita adalah 7,37625. Hal ini
didapatkan dari pengkoreksian nilai sebanyak tiga kali. Perbedaan nilai dari
sebelum koreksi sampai sesudah koreksi juga tidak terlalu jauh dan hanya
memiliki perbedaan 0% lebih sedikit. Pada metoda underwood, didapatkan nilai
refluks minimum sebesar 1,5958 dengan raio refluks sebesar 1,25 x Rm
(Ketentuan soal) yaitu 1,9947. Dalam Metoda Gilliand didapatkan nilai tahap
teoritis kita adalah 15 tahap dengan tahap pertama merupakan kondensor dan
tahap terakhir adalah reboiler.
Pada Metoda eksak, diawali dengan tahap kirkbride untuk menentukan nilai
tahap atas dan juga nilai tahap bawah. Dari kirkbride, pada tahap atas adalah
enam kali tray dan pada tahap bawah adalah tujuh kali tray.Namun, pada
kelompok kami terdapat perbedaan sedikit dimana pada tahap atas atau
enriching ini kita hanya melakukan tray lima kali. Hal ini dikarenakan tray ke 5
sudah mencukupi syarat, kemungkinan juga ada kesalahan dibagian pembulatan
ataupun pada bagian koreksi nilai. Sedangkan pada bagian Stripping kita
melakukan delapan kali tray yang seharusnya adalah tujuh kali tray.
Dikarenakan pada tray ke 7 kita masih belum mencukupi syarat, maka kita
lakukan tray nya satu kali lagi. Sama dengan kesalahan pada enriching, yaitu
ada kesalahan bagian koreksi dan juga di bagian neraca massa. Selanjutnya
pada tahap Profile Uap dan Cair adalah temperature dari Kondensor sampai
reboiler pada bagian y untuk uap, dan bagian x untuk cair. Selanjutnya, kedua
profile tersebut dibuat ke dalam grafik, yang pasti grafik akan mengalami
tumpang tindih dikarenakan masing masing komponen yang memiliki fraksi
tidak konstan atau mengalaim naik turun. Namun, pada bagian temperatur nya
sudah mengalami peningkatan terus dari tahap kondensor sampai tahap reboiler.
Grafik gilliand dan grafik k value ataupun grafik pada curve fitting, akan sangat
diperlukan sekali dan berperan besar pada hasil dari tugas perancangan
multikomponen ini. Ketika kita salah membaca nilai nilai k value pada
temperatur umpan, distilat, dan juga bottom itu akan mempengaruhi setiap
tahap yang akan kita lakukan. Selanjutnya, nilai curve fitting akan sangat
berfungsi pada bagian penentuan persamaan regresi. Karena dari persamaan
regresi itu akan kita dapatkan nilai A dan B yang digunakan pada tahap tray di
enriching, maupun stripping. Sewlanjutnya adalah grafik Gilli land. Grafik ini
digunakan untuk menentukan nilai ordinat, hal ini harus dilakukan hati hati
untuk menarik garis nya. Jika salah dalam menentukan ordinat nya, maka
penentuan Refluk minimum ataupun rasio refluks akan mengalami kesalahan
sedikit yang menyebabkan pembulatan pada bagian tahap minimum juga akan
salah. Maka dari itu, sekian analisis dari kami ini yang berisi penjelasan dan
kesalahan yang terdapat pada pekerjaan kelompok kami.

Effisiensi tray ini digunakan untuk memastikan apakah tray kita pada
bagian gilliand sudah sama atau belum. Ternyata pada bagian effisiensi, hasil N
nyata kita

19 yang dimana tidak sesuai dengan tray kita yaitu 15. Hal ini dikarenakan
efisiensi tray tidaklah akurat, karena hanya menghasil 71,47 % dan tidak
mencapai 100% sehingga hal ini mempengruhi perhitungan N nyata pada tahap
efisiensi tray. Maka dari itu, ketika membaca viskositas pada grafik O’connel
haruslah hati hati sehingga bisa mencapai hasil yang akurat.

1.2.Kesimpulan
Dari semua percobaan dan tahap yang kita lakukan pada tugas Perancangan
Multikomponen, terdapat beberapa kesimpulan yang sudah dirangkum dar
semua percobaan yang telah kami lakukan. Antara lain adalah :

a. Pada Neraca massa, hasil bagian distilat sebesar 63,92 dan bagian bottom
36,08
b. Pada bagian Kurva value dan curve fitting, nilai setiap komponen akan
semakin menurun jika temperatur nya semakin membesar

c. Pada bagian Koreksi nilai, hasil distilat sebesar 61,60 dan bagian bottom
sebesar 38,40

d. Nilai Nm dari sebelum koreksi adalah 6,50594 dan sesudah koreksi


adalah 7,37625 dan sedikit jauh perbedaan nya.

e. Rm yang didapat dari metode Underwood adalah 1,5958 dengan R sesuai


ketentuan didapatkan nilai 1,9947

f. Nilai dari Kirkbride adalah jumlah tahap minimum yaitu 15 tahap dengan
kondensor dan reboiler

g. Nilai feed yang di dapat adalah sebesar 0,50766 dengan tray pada
enriching adalah 0,455 dan tray pada stripping adalah 0,558.
h. Nilai effisiensi tray yang didapat adalah 71,47% dengan N nyata adalah
19.5

DAFTAR PUSTAKA

Sinnott, R. K. 2005. Coulson & Richardson’s Chemical Engineering Design.


Volume 6. 4th Edition. Oxford: Elsevier Butterworth-Heinemann.

Smith, J.M., H.C. Van Ness dan M.M. Abbott. 2005. Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics. 7th Edition. McGraw- Hill Book Company.
New York.

Anda mungkin juga menyukai