Anda di halaman 1dari 4

Nama : Andi Fajrin Rahman

Nim : 11012000222
Kelas : 6i Manajemen
Dosen pengampu : Ir. Sofyan Mara Timbul, MM

TUGAS 3

Penyusunan Data untuk Pendugaan Model Regresi Kubik

No Bulan TC Q Q2 Q3
1 Januari 193 1 1 1
2 Februari 240 3 9 27
3 Maret 244 4 16 64
4 April 226 2 4 8
5 Mei 257 5 25 125
6 Juni 297 8 64 512
7 Juli 518 11 121 1331
8 Agustus 260 6 36 216
9 September 274 7 49 343
10 Oktober 350 9 81 729
11 November 634 12 144 1728
12 Desember 420 10 100 1000

Data SPSS

Koefisien Determinasi
Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 1,000 a
,999 ,999 4,6038
a. Predictors: (Constant), q3, q, q2

Uji F
ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 195441,355 3 65147,118 3073,666 ,000b

Residual 169,562 8 21,195

Total 195610,917 11

a. Dependent Variable: tc

b. Predictors: (Constant), q3, q, q2


Uji T

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 150,131 7,532 19,932 ,000
q 55,585 4,817 1,503 11,540 ,000
q2 -11,166 ,844 -4,032 -13,236 ,000
q3 ,827 ,043 3,575 19,342 ,000
a. Dependent Variable: tc
a. Dependent Variable: TC

Menggunakan hasil perhitungan komputer ,maka diperoleh persamaan empirik


biaya kubik sebagai berikut :

TC = a + bQ + cQ2 + dQ3

TC = 150,131 + 55,585 Q – 11,166 Q2 + 0,827 Q3

Dari persamaan biaya kubik tersebut diatas diperoleh informasi sebagai berikut :

1. Biaya tetap total (TFC) diukur berdasarkan koefisien konstanta atau intercept dari
persamaan regresi kubik, a diperkirakan sebesar Rp. 150,131 juta , sedangkan biaya
tetap rata-rata (AFC) diukur berdasarkan : a/Q dalam hal ini apabila kita ingin
mengetahui biaya tetap rata2 pada tingkat output 10.000 unit (Q = 10) , maka biaya
tetap rata2 (AFC) akan menjadi : a/Q = 150,131/10 = 15,0131 (Rp. Ribu/unit) atau
Rp. 15.013 per unit.

2. Biaya variabel Total (TVC) diukur berdasarkan persamaan regresi :


TVC = bQ + cQ2 + dQ3 = 55,585 Q – 11,166 Q 2 + 0,827 Q3. Apabila ingin menduga
biaya variabel total (TVC) pada tingkat produksi sebesar 10.000 unit (Q = 10) , maka
diperoleh TVC = 55,585 (10) – 11,166 (10) 2 + 0,827 (10)3 = 266,25 atau Rp.
266.250 juta.
Dari hasil tersebut diketahui TFC = 150,131 dan TVC = 266,25 sehingga TC = TFC
+ TVC = 150,131 + 266,25 = 416,381. Apabila dibandingkan dengan biaya total
sesungguhnya yaitu biaya total pada produksi bulan Desember 1996 sebesar 10.000
unit (Q = 10) sebesar 420 juta rupiah , maka berarti penyimpangan yang terjadi adalah
sebesar (420 – 416,381/420) x 100 % = 0,86 %. Dengan demikian pendugaan
berdasarkan persamaan empirik biaya kubik sangat memuaskan karena menghasilkan
penyimpangan sekitar 0,86 %.
Besaran penyimpangan dari model regresi dapat diperkirakan apakah memuaskan
atau tidak yaitu dengan melihat besaran koefisien non determinasi (1 – R 2) = 1 –
0,999 = 0,001 atau 0,1 %.

3. Biaya variabel rata-rata (AVC) diukur berdasarkan AVC = TVC/Q = (bQ + cQ 2 +


dQ3)/Q = b +cQ + dQ2. Apabila ingin menduga biaya variabel rata-rata (AVC) pada
tingkat produksi sebesar 10.000 unit (Q = 10) , maka diperoleh hasil AVC = b + cQ +
dQ2 = = 55,585 – 11,166 (10) + 0,827 (10)² = 26,625 atau Rp. 26.600 (dibulatkan).
Dari pendugaan di atas diketahui bahwa biaya tetap rata2 (AFC) pada tingkat output
sebesar 10.000 unit adalah sebesar Rp.14.346 per unit. Hal ini berarti pendugaan
biaya total rata2 (ATC) pada tingkat output sebesar 10.000 unit adalah sebesar ATC =
AFC + AVC = Rp. 15.013 + Rp. 26.600 = Rp. 41.613 per unit.
Bandingkan dengan biaya total rata-rata (ATC) sesungguhnya dari PT ABC pada
bulan Desember 1996 ATC = TC/Q = Rp. 420.000.000/10.000 unit = Rp. 42.000 per
unit. Penyimpangan hasil pendugaan biaya total rata 2 berdasarkan persamaan empirik
biaya kubik adalah sebesar (42.000 – 41.613) / 42.000) x 100 % = 0,92 %.

4. Biaya marginal jangka pendek (SMC) diukur berdasarkan :


SMC = ∆ TC/ ∆ Q = ∆ TVC / ∆ Q = b + 2cQ + 3dQ 2 = 55,585 – 2 (11,166) Q + 3
(0,827) Q2 = 55,585 – 22,332 Q + 2,481Q2.
Apabila ingin menduga biaya marjinal (SMC) pada tingkat produksi sebesar 10.000
unit (Q = 10) , maka diperoleh hasil = 55,585 – 22,332 Q + 2,481Q2.
= 55,585 – 22,332 (10) + 2,481 (10)2 = 80,365 per unit. Hal ini berarti setiap
penambahan output sebesar 1 unit setelah tingkat produksi 10.000 unit akan
menambah biaya sebesar Rp. 80.365 per unit.
5. Elastisitas biaya total dari output (Ec) diukur berdasarkan :
Ec = % ∆ TC / % ∆ Q = ( ∆ TC/TC) / (∆ Q /Q) = ( ∆ TC/ ∆ Q) / (TC/Q) = SMC/
ATC = SMC/ (AFC + AVC). Apabila ingin menduga elastisitas titik biaya total pada
tingkat produksi sebesar 10.000 (Q =10), maka diperoleh Ec = SMC/ATC = Rp.
80.365 / Rp. 41.613 = 1,93. Hal ini berarti setiap penambahan output produksi sebesar
1 % setelah tingkat produksi 10.000 unit akan meningkatkan biaya total produksi
sebesar 1,93 % dari biaya total pada tingkat produksi 10.000 unit itu.

6. Biaya variabel rata-rata (AVC) mencapai minimum apabila AVC = SMC , diukur
berdasarkan :
b + cQ + dQ2 = b + 2cQ + 3dQ2 atau cQ + 2dQ2 = 0 ,
pada saat Q = -c/2d. kasus diatas diduga bahwa PT ABC akan mencapai biaya
variabel rata2 (AVC) minimum apabila perusahaan itu beroperasi pada tingkat
produksi Q = -c/2d = (-11,166)/ 2 (0,827) = 11,166/1,654 = 6,751 (ribu unit) atau
pada tingkat produksi sebesar 6.879 unit.

Berdasarkan berbagai informasi di atas , perusahaan dapat mengatur strategi produksi yang
meminimumkan biaya produksi dengan memperhatikan pula tingkat permintaan pasar yang
ada.

Anda mungkin juga menyukai